Pemeriksaan Mutu Jamu Obat Mencret yang Beredar di Apotik Kota Padang

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN CEMARAN MIKROBA PADA JAMU PELANGSING YANG BEREDAR DI PASAR TARANDAM PADANG ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:661/MENKES/SK/VII/1994 TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung selama bulan Oktober sampai Desember 2013.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

M E M U T U S K A N. Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERSYARATAN OBAT TRADISIONAL.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penambahan bentonit pada proses Pelleting

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari 2017

ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA KUE BASAH DI PASAR BESAR KOTA PALANGKA RAYA. Susi Novaryatiin, 1 Dewi Sari Mulia

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada April 2014 di Tempat Pemotongan Hewan di Bandar

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor I adalah variasi konsentrasi kitosan yang terdiri dari 4 taraf meliputi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG PENGELOMPOKAN OBAT BAHAN ALAM

BAB III METODE PENELITIAN. sampai Desember Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pembinaan

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dibagi menjadi lokasi pengambilan sampel dan lokasi

PENUNTUN PRAKTIKUM HIGIENE DAN SANITASI

TINJAUAN PUSTAKA. bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu

UJI KUALITAS MIKROBIOLOGI MAKANAN BERDASARKAN ANGKA LEMPENG TOTAL KOLONI BAKTERI

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE. Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013.

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

BAB III METODE PENELITIAN. metode wawancara semi terstruktur (semi-structured interview) disertai dengan

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 di. Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro, Semarang.

1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. bio.unsoed.ac.id. Lengkap (RAL). Perlakuan yang dicobakan terdiri atas 4 macam, yaitu:

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April - Mei 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

Aspek CPOTB/CPKB Pengawasan Mutu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober Januari 2013.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2015

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorik yang dilakukan secara in vitro.

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

LAPORAN HASIL PENELITIAN PENENTUAN POTENSI JAMU ANTI TYPHOSA SERBUK HERBAL CAP BUNGA SIANTAN

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang

BAB 3: UJI SEDIAAN OBAT

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS

III. METODE PENELITIAN

Penetapan Kadar Sari

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik untuk menguji

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2013 Maret 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. metode observasi dan wawancara semi terstruktur (semi-structured interview).

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Molekuler. Penelitian ini di lakukan pada Agustus 2011.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODOLOGI. Universitas Sumatera Utara

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Gambar 1. Talus Segar Rumput Laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus. Universitas Sumatera Utara

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III MATERI DAN METODE. Rangkaian penelitian kualitas selai alpukat ( Persea americana Mill)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN OBAT ASLI INDONESIA

Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur. diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk,

II. METODELOGI PENELITIAN

3 Metode Penelitian 3.1 Alat-alat

III. MATERI DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor, faktor pertama terdiri dari 3

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Kapang R. Oryzae atau C.

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Alat dan Bahan Penelitian

Transkripsi:

Pemeriksaan Mutu Jamu Obat Mencret yang Beredar di Apotik Kota Padang Harrizul Rivai 1, Susana Merry Mardiastuty 2, Fitra Fauziah 2 1Fakultas Farmasi Universitas Andalas Padang 2Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM), jl. Tamansiswa No.9 Padang Corresponding email: harrizul@yahoo.com ABSTRAK Pemeriksaan mutu jamu untuk obat mencret yang dijual di apotik-apotik Kota Padang telah dilakukan. Pemeriksaan ini dilakukan pada tiga macam jamu yaitu sebuk, kapsul dan cairan oral dan dianalisis waktu hancurnya, keseragaman bobot/volume, kadar air, angka kapang total dan angka lempeng total. pemeriksaan ini menunjukan bahwa waktu hancur kapsul tidak lebih dari 30 menit, keseragaman bobot/volume dan kadar air semua sampel memenuhi syarat. Angka kapang total semua sampel tidak memenuhi syarat, sedangkan angka lempeng total memenuhi syarat. Karena itu dapat disimpulkan bahwa jamu untuk obat mencret yang digunakan dalam pemeriksaan ini tidak memenuhi syarat berdasarkan persyaratan mutu yang ditetapkan oleh Kapala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. Kata Kunci: pemeriksaan mutu, jamu, obat tradisional, obat mencret PENDAHULUAN Jamu adalah obat tradisional Indonesia (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2005). Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). Salah satu jamu yang banyak diguanakan oleh masyarakat adalah jamu obat mencret. Karena itu jamu obat mencret harus memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2014). Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa apakah jamu obat mencret yang dijual di apotik-apotik di Kota Padang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini meliputi autoklaf (All America), laminar air flow (LAF) (Esco), desintegrator dan alat-alat yang lazim digunakan di laboratorium kimia analitik dan mikrobiologi. Bahan yang digunakan sebagai objek penelitian adalah jamu obat mencret dalam bentuk sediaan serbuk (sampel A), dalam bentuk sediaan kapsul (sampel B), dan dalam bentuk sediaan cair obat dalam (sampel C). Bahan kimia yang digunakan adalah Plate Count Agar (PCA) (Merck), Nutrien Broth (NB) (Merck), Potato Dextrose Agar 285

(PDA) (Merck), etanol 70% (Brataco) dan Aqua Destilata (Brataco). Pemeriksaan waktu hancur Waktu hancur kapsul ditentukan dengan cara seperti diuraikan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995). Caranya: masukkan satu kapsul pada masing-masing dari keranjang, tanpa menggunakan cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan air bersuhu 37 2 C sebagai media. Pada akhir batas waktu seperti tertera dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua kapsul: semua kapsul harus hancur, kecuali bagian dari cangkang kapsul. Bila 1 kapsul atau 2 kapsul tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 kapsul lainnya; tidak kurang dari 16 dari 18 kapsul yang diuji harus hancur sempurna. Waktu hancur untuk sediaan jamu dalam bentuk kapsul adalah tidak lebih dari 30 menit (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). Pemeriksaan keseragaman bobot 1. Serbuk Dari 10 kemasan primer tidak lebih dari 2 kemasan yang masing-masing bobot isinya menyimpang dari tabel dan tidak satu kemasanpun yang bobot isinya menyimpang dua kali lipat dari tabel berikut (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014): Tabel 1. Persyaratan keseragaman bobot serbuk simplisia Bobot rata-rata serbuk Penyimpangan terhadap bobot rata-rata 0,1 g 15 % 0,1 0,5 g 10 % 0,5 1,5 g 8 % 1,5 6 g 7 % 6 g 5 % 2. Kapsul Untuk kapsul yang berisi obat tradisional kering: dari 20 kapsul, tidak lebih dari 2 kapsul yang masing-masing bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 10 % dan tidak satu kapsul pun yang bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 25 %. Untuk kapsul yang berisi obat tradisional cair: tidak lebih dari satu kapsul yang masing-masing bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 7,5 % dan tidak satu kapsul pun yang bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 15 % (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). 3. Keseragaman volume cairan obat dalam Volume rata-rata larutan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100%, dan tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang dinyatakan pada penandaan (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). Pemeriksaan kadar air Pemeriksaan kadar air dilakukan untuk sampel dalam bentuk serbuk dan dalam bentuk sediaan kapsul. Masukkan lebih kurang 10 gram sampel 286

dan timbang saksama dalam wadah yang telah ditara. Keringkan pada suhu 105 o C selama 5 jam dan timbang. Lanjutkan pengeringan dan timbang pada jarak 1 jam sampai pembedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995). Pembuatan Media Pembenihan untuk Penetapan Angka Lempeng Total 1. Plate Count Agar (PCA) Ditimbang sebanyak 11,475 gram Plate Count Agar kemudian dilarutkan dalam 510 ml air suling dalam labu erlemeyer dan dipanaskan sampai mendidih dan larut sempurna. Lalu langsung pasang disterilkan kedalam autoklaf yaitu pada suhu 121 o C selama 15 menit (Pratiwi, 2008). 2. Nutrient Broth (NB) Ditimbang sebanyak 5,28 gram serbuk medium Nutrient Broth kemudian dilarutkan dalam 660 ml air suling dalam labu erlenmeyer dan dipanaskan sampai mendidih dan larut sempurna. Masukkan dalam tabung reaksi sebanyak 9 ml, kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 o C selama 15 menit. Penetapan angka lempeng total Sebanyak 2 gram sampel dicampur dengan 18 ml Larutan Nutrien Broth kocok homogen (pengenceran 10 - ¹) kemudian disiapkan 5 buah tabung yang masing-masing telah diisi dengan 9 ml larutan Nutrient Broth. Dari pengenceran 10 - ¹ dipipet sebanyak 1 ml kedalam tabung yang berisi pengencer Nutrient Broth pertama hingga diperoleh pengenceran 10-2 dan dikocok hingga homogen. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-6 atau sesuai yang diperlukan. Dari setiap pengenceran dipipet 1 ml kedalam cawan petri dan dibuat duplo. Kedalam cawan petri dituang 15 ml Media Plate Count Agar (45 ± 10 o C). Segera digoyang dan diputar sedemikian rupa sehingga suspensi tersebar merata. Untuk mengetahui sterilitas media dibuat uji kontrol (blangko) yang berisi media Plate Count Agar. Setelah media memadat, cawan petri diinkubasi pada suhu 35-37 o C selama 24-48 jam dengan posisi terbalik. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000). Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung dengan menggunakan alat coloni counter (Thoha et al., 2012) Pembuatan Media Pembenihan untuk Penetapan Angka Kapang dan Khamir Potato Dextrose Agar (PDA) Ditimbang sebanyak 12,870 gram Potato Dextrose Agar kemudian dilarutkan dalam 330 ml air suling dalam labu erlenmeyer dan dipanaskan sampai mendidih dan larut sempurna. Kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15 menit. Potato Dextrose Agar digunakan sebagai media umum untuk ragi dan jamur (Eziashi et al., 2013). Penetapan angka kapang dan khamir Sebanyak 2 gram sampel dicampur dengan 18 ml air suling, kemudian kocok sampai homogen (pengenceran 10-1 ), lalu siapkan 3 buah tabung yang masing-masing berisi 9 ml Nutrient Broth (NB). Dari hasil homogenisasi pada penyiapan contoh, dipipet 1 ml pengeneran 10-1 ke dalam tabung Nutrient Broth pertama hingga diperoleh pengenceran 10-2 dan dikocok hingga homogen. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-4. Dari masing-masing pengenceran dipipet 0,5 ml, dituangkan pada permukaan media Potato 287

Dekstrose Agar, segera digoyang sambil diputar agar suspensi tersebar merata dibuat duplo. Untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer, dilakukan uji blangko yang berisi media saja dan dibiarkan memadat. Seluruh cawan petri diinkubasi pada suhu 20 o C selama 5-7 hari. Sesudah 5 hari inkubasi dicatat jumlah koloni jamur pengamatan terakhir yaitu setelah diinkubasi selama 7 hari (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000). HASIL DAN DISKUSI Sampel yang digunakan berupa jamu obat mencret yang diperoleh dari apotek yang berada di kota Padang dan diperoleh tiga sampel jamu obat mencret yaitu sampel A dalam bentuk kapsul, sampel B dalam bentuk serbuk dan sampel C dalam bentuk sediaan cairan obat dalam dengan kelengkapan registrasi yang berbeda-beda. pemeriksaan waktu hancur dari kapsul didapat hasil pengujian waktu ratarata yang didapat adalah 274 detik atau 4 menit 34 detik dengan simpangan baku 41 detik. selengkapnya dapat dilihat dapat Tabel 2. Tabel 2. Pemeriksaan waktu hancur sampel jamu berupa kapsul pada suhu 37 2 o C Kapsul Waktu hancur (detik) 1 226 2 258 3 240 4 281 5 306 6 333 Ratarata 274 41 pemeriksaan keseragaman bobot dari jamu obat mencret dalam bentuk serbuk diperoleh bobot rata-rata yaitu 2.100,2 mg dan persentase penyimpangan yang didapat yaitu 3,47 %. Keseragaman bobot dari kapsul diperoleh bobot rata-rata yaitu 633,53 mg dan rata-rata persentase penyimpangannya yaitu 1,47 %. Keseragaman volume sampel dalam bentuk sediaan cairan obat dalam diperoleh volume rata-rata yaitu 10,41 ml dan persentase penyimpangannya yaitu 0,78 %. Kadar air dari bentuk sediaan serbuk adalaht 9,49 % dan kadar air dari sediaan kapsul adalah 5,49 %. Angka lempeng total dari Sampel A pada pengenceran 10-2 yaitu 1,87x10 4, pengenceran 10-3 yaitu 8,0x10 4, pengenceran 10-4 yaitu 8,25x10 5, pengenceran 10-5 yaitu 8,25x10 6 dan pengenceran 10-6 yaitu 4,0x10 7. Angka lempeng total dari Sampel B pada pengenceran 10-2 yaitu 3,1x10 3, pengenceran 10-3 yaitu 2,05x10 4, pengenceran 10-4 yaitu 1,0x10 5, pengenceran 10-5 yaitu 7,5x10 5 dan pengenceran 10-6 yaitu 5,5x10 6. Angka lempeng total dari Sampel C pada pengenceran 10-2 yaitu 7x10 2, pengenceran 10-3 yaitu 1x10 3, pengenceran 10-4 yaitu 1,5x10 5, pengenceran 10-5 yaitu 2x10 5, dan pengenceran 10-6 yaitu 1x10 6. selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3, 4 dan 5. 288

Tabel 3. pengujian angka lempeng total jamu obat mencret Sampel A Pengenceran Pertama Kedua 10-2 24 38 1,87x10 4 10-3 16 25 8,0x10 4 10-4 10 10 8,25x10 5 10-5 6 9 8,25x10 6 10-6 4 7 4,0x10 7 Tabel 4. pengujian angka lempeng total jamu obat mencret Sampel B Pengenceran Pertama Kedua 10-2 182 192 3,1x10 3 10-3 94 66 2,05x10 4 10-4 87 78 1,0x10 5 10-5 89 76 7,5x10 5 10-6 50 30 5,5x10 6 Tabel 5. pengujian angka lempeng total jamu obat mencret Sampel C Pengenceran Pertama Kedua 10-2 6 8 7x10 2 10-3 1 1 1x10 3 10-4 17 13 1,5x10 5 10-5 2 2 2x10 5 10-6 - 2 1x10 6 Angka kapang khamir dari Sampel A pada pengenceran 10-2 yaitu 0,5x10 2, pengenceran 10-3 yaitu 0, pengenceran 10-4 yaitu 0. Angka kapang khamir dari Sampel B pada Angka kapang khamir dari Sampel C pada pengenceran 10-2 yaitu 0, pengenceran 10-3 yaitu 0, pengenceran 10-4 yaitu 0. selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6, 7 dan 8. pengenceran 10-2 yaitu 1x10 2, pengenceran 10-3 yaitu 0,5x10 2, pengenceran 10-4 yaitu 0,5x10 2. Tabel 6. pengujian angka kapang khamir jamu obat mencret Sampel A Pengenceran Pertama Kedua 10-2 2 0 0,5x10 2 10-3 0 1 0 10-4 0 1 0 Tabel 7. pengujian angka kapang khamir jamu obat mencret Sampel B Pengenceran Pettama Kedua 10-2 1 0 1x10 2 10-3 0 0 0,5x10 2 10-4 0 0 0,5x10 2 289

Pembahasan Tabel 8. pengujian angka kapang khamir jamu obat mencret Sampel C Pengenceran Pertama Kedua 10-2 0 0 0 10-3 0 0 0 10-4 0 0 0 Pengujian keseragaman bobot dilakukan pada Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan jamu obat mencret yang digunakan adalah sediaan jamu yang beredar di peroleh dari apotek di Kota Padang. Dari hasil survei diperoleh tiga jenis sampel jamu obat mencret yaitu Sampel A dalam bentuk sediaan serbuk, Sampel B dalam bentuk sediaan kapsul, dan Sampel C dalam bentuk sediaan cairan obat dalam. Dari sampel tersebut dilakukan pemeriksaan waktu hancur, keseragaman bobot, keseragaman volum, kadar air, angka lempeng total dan angka kapang khamir. Sampel jamu obat mencret ini diantaranya berupa serbuk, kapsul dan cairan obat dalam. Sediaan tablet, pil, parem, pilis, dodol tidak ditemukan di apotik Kota Padang. Masing-masing sampel ini memiliki kelengkapan registrasi, yaitu nama produk, bentuk sediaan, bobot sediaan, komposisi, nomor registrasi, nomor batch, batas kadaluarsa, dan logo jamu. Pemeriksaan waktu hancur kapsul bertujuan untuk mengetahui lamanya waktu kapsul hancur sehingga dapat melepaskan zat aktif ke dalam cairan lambung atau usus untuk diabsorbsi ke dalam darah. Pengujian waktu hancur obat obat mencret Sampel A dalam bentuk kapsul didapat hasil waktu hancur ratarata yaitu 4 menit 34 detik. Waktu hancur kapsul ini tidak lebih dari batas standar yaitu 30 menit sesuai dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (2014). jamu obat mencret Sampel A dan B, sedangkan pada Sampel C dilakukan pengujian keseragaman volumenya. Pada pengujian keseragaman bobot pada Sampel B dalam bentuk sediaan serbuk diperoleh bobot rata-rata yaitu 2100,2 mg dengan penyimpangan yaitu 3,47%. Pada pengujian keseragaman bobot pada Sampel A dalam bentuk sediaan kapsul diperoleh bobot rata-rata yaitu 633,53 mg dengan penyimpangan yaitu 1,47%. Pada pengujian keseragaman volume pada Sampel C dalam bentuk sediaan cairan obat dalam diperoleh volume rata-rata yaitu 10,41 ml dengan penyimpangan yaitu 0,782%. Berdasarkan pengujian keseragaman bobot dan volume masing-masing sampel tersebut diperoleh hasil yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (2014). Pemeriksaan keseragaman bobot pada Sampel B memenuhi syarat dimana bila 5 gram sampai 10 gram bobot rata-rata serbuk maka penyimpangan terhadap bobot isi rata-rata tidak lebih dari 8% sampai 10%. Pemeriksaan keseragaman bobot pada Sampel A memenuhi syarat dimana bila bobot rata-rata isi kapsul lebih dari 120 mg, maka penyimpangan terhadap bobot isi rata-rata tidak lebih dari ± 7,5 % sampai ± 15 %. Pemeriksaan keseragaman volume pada Sampel C memenuhi syarat dimana perbedaan volume cairan setiap wadah takaran tunggal tidak lebih dari 5 % 290

terhadap volume rata-rata (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). Pemeriksaan kadar air dengan tujuan untuk mengetahui jumlah air yang terkandung dalam sampel yang akan digunakan. Jika jumlah air dalam sampel banyak maka akan mempermudah untuk pertumbuhan mikroorganisme pada sampel. Pemeriksaan kadar air dilakukan pada Sampel A dan B. Pada pemeriksaan kadar air yang telah dilakukan pada Sampel B dalam bentuk sediaan serbuk setelah dilakukan pengeringan pada suhu yang sama yaitu 105 o C didapat hasil 9,495 %. Ini berarti kadar air Sampel B tidak lebih dari 10 %. Pada pemeriksaan kadar air yang dilakukan pada Sampel A dalam bentuk sediaan kapsul setelah dilakukan pengeringan pada suhu yang sama yaitu 105 o C didapat hasil 5,497 %. Ini berarti kadar air Sampel A tidak lebih dari 10 %. Dengan demikian kadar air Sampel A dan B memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (2014). Penetapan angka lempeng total pada jamu obat mencret dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada sampel. Angka lempeng total dari Sampel A pada pengenceran 10-2 yaitu 1,87x10 4, pengenceran 10-3 yaitu 8,0x10 4, pengenceran 10-4 yaitu 8,25x10 5, pengenceran 10-5 yaitu 8,25x10 6 dan pengenceran 10-6 yaitu 4,0x10 7. Angka lempeng total yang diperoleh pada pengenceran 10-5 dan 10-6 melebih syarat yang ditentukan yaitu angka lempeng total yang diperbolehkan dalam sediaan jamu dalam bentuk serbuk adalah tidak lebih dari 10 6 (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). Angka lempeng total dari Sampel B pada pengenceran 10-2 yaitu 3,1x10 3, pengenceran 10-3 yaitu 2,05x10 4, pengenceran 10-4 yaitu 1,0x10 5, pengenceran 10-5 yaitu 7,5x10 5 dan pengenceran 10-6 yaitu 5,5x10 6. Angka lempeng total yang diperoleh pada pengenceran 10-4, 10-5 dan 10-6 melebih syarat yang ditentukan yaitu angka lempeng total yang diperbolehkan dalam sediaan jamu dalam bentuk kapsul adalah tidak lebih dari 10 4 (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). Angka lempeng total dari Sampel C anak pada pengenceran 10-2 yaitu 7x10 2, pengenceran 10-3 yaitu 1x10 3, pengenceran 10-4 yaitu 1,5x10 5, pengenceran 10-5 yaitu 2x10 5, dan pengenceran 10-6 yaitu 1x10 6. Angka lempeng total yang diperoleh pada pengenceran 10-4, 10-5 dan 10-6 melebih syarat yang ditentukan yaitu angka lempeng total yang diperbolehkan dalam sediaan jamu dalam bentuk sediaan cairan obat dalam adalah tidak lebih dari 10 4 (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). Penetapan angka kapang khamir pada jamu obat mencret dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui jumlah mikroba yaitu jamur yang tumbuh pada sampel. Angka kapang khamir dari Sampel A pada pengenceran10-2 yaitu 0,5x10 2, pengenceran 10-3 yaitu 0, pengenceran 10-4 yaitu 0. Angka kapang khamir yang diperoleh memenuhi syarat yang ditentukan yaitu angka kapang khamir yang diperbolehkan dalam sediaan jamu dalam bentuk serbuk adalah tidak lebih dari 10 4 (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). Angka kapang khamir dari Sampel B pada pengenceran10-2 yaitu 1x10 2, pengenceran 10-3 yaitu 0,5x10 2, pengenceran 10-4 yaitu 0,5x10 2. Angka kapang khamir yang diperoleh memenuhi syarat yang ditentukan yaitu angka kapang khamir yang diperbolehkan dalam sediaan jamu dalam bentuk kapsul adalah tidak lebih dari 10 3 Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). Angka kapang khamir dari Sampel C pada pengenceran 10-2 yaitu 0, pengenceran 10-3 291

yaitu 0, pengenceran 10-4 yaitu 0. Angka kapang khamir yang diperoleh memenuhi syarat yang ditentukan yaitu angka kapang khamir yang diperbolehkan dalam sediaan jamu dalam bentuk cairan obat dalam adalah tidak lebih dari 10 4 (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2014). KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan pada sampel obat jamu obat mencret yang diperoleh dari apotek di Kota Padang dapat disimpulkan bahwa ketiga sampel jamu obat mencret yang digunakan dalam penelitian ini tidak semuanya memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (2014) tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional. DAFTAR PUSTAKA Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (2005). Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka Nomor: HK.00.05.41.1384. Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2014), Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Repblik Indonesia Nomor 12 tahun 2014 tentang Persyaratan Mutu Obat Tradisional, Jakarta: Badan POM RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Direktorat Pengawasan Obat Tradisional Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995). Farmakope Indonesia, Edisi IV, Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Eziashi, E., Odigie, E., Aisagbonhi, C.,& Dimaro, E.O. (2013). Insect Larva: The Cultre Medium for Fungi Storage.American Journal of Experimental Agriculture, 3, 175-181. Pratiwi, S. T. (2008). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga. Thoha, T. B., Izuka, E. H., Sikirat, M O., Toyin, A. M., Omobowale, A. K., Oluwabunmi, O., & Olowadun, A. (2012). Enumeration of Microorganism in Dried cassava Power (Garri); a Comparative Study of Four Methods. New York Science Journal, 5 (1): 140-144 292