BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor. Pendapat lain mengatakan, kesempatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI SUMATERA BARAT ( )

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

MAKALAH PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA. Oleh

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

BAB I PENDAHULUAN. Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm Ibid., hlm. 10.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. wilayah telah dilaksanakan oleh beberapa peneliti yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang sering dihadapi

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulistiawati (2012).

II. TINJAUAN PUSTAKA. berkerja di perusahaan/usaha tersebut, baik berkaitan dengan produksi maupun

JUNIAR HENDRO NUGROHO

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. dijelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang terkait dengan judul. Adapun

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, meratakan pendapatan dan meningkatkan hubungan antara daerah.

[ OPISSEN YUDISYUS ]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. pembangunan ekonomi yang terjadi dalam suatu negara adalah pertumbuhan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi dan sulit

Judul : Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan di Provinsi Bali Nama : Ita Aristina NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

ANALISA PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. 1. perkembangan ekonomi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam suatu negara atau pun daerah. Menurut Mankiw (2014),

BAB I PENDAHULUAN. sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. disuatu negara yang diukur dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Pada dasarnya pembangunan ekonomi adalah usaha dan. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Hart (1973) setelah melakukan penelitian terhadap penduduk di

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. adalah pertumbuhan ekonomi yang mengalami perubahan yang diikuti oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sangat penting dilakukan untuk menyelesaikan analisis terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pada umumnya mengalami fluktuasi. Pertumbuhan ekonomi nasional yang

kesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketenagakerjaan 2.1.1 Kesempatan Kerja dan Tenaga Kerja Menurut Suroto (1992), kesempatan kerja adalah keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan dalam suatu wilayah. Menurut Payaman (2001), kesempatan kerja adalah penduduk yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor. Pendapat lain mengatakan, kesempatan kerja adalah termasuk lapangan pekerjaan yang sudah diduduki dan masih lowong. Dari lapangan pekerjaan yang masih lowong tersebut timbul kebutuhan tenaga kerja yang datang. Adanya kebutuhan tersebut berarti ada kesempatan kerja bagi orang yang menganggur untuk bekerja (Tambunan, 1998). Dengan kata lain, kesempatan kerja disini tidak menunjukkan pada potensi tetapi pada fakta jumlah orang yang bekerja. Dan jumlah orang yang bekerja tersebut termasuk kategori tenaga kerja. Kebutuhan tenaga kerja sangat dibutuhkan oleh perusahaan/lembaga pada suatu tingkat upah tertentu. Dalam pasal 1 angka 2 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Sedangkan dalam buku Lalu Husni Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Payaman J. Simanjuntak mengatakan bahwa tenaga kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari kerja dan yang melakukan pekerjaan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga. Penulis yang lain mengatakan bahwa tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang

dapat memproduksi barang atau jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut (Mulyadi, 2003). Semua defenisi dari tenaga kerja tersebut menyimpulkan bahwa tenaga kerja adalah penduduk dengan usia kerja yang telah ditetapkan yang dapat memproduksi barang atau jasa dan sesuai dengan permintaan dari mereka. Adanya permintaan tenaga kerja karena terdapat kebutuhan yang sudah didasarkan atas kesediaan membayarkan upah tertentu sebagai imbalannya (Suroto, 1992). Kurva permintaan tenaga kerja menggambarkan jumlah maksimum tenaga kerja yang seorang pengusaha bersedia untuk memperkerjakan pada setiap kemungkinan tingkat upah dalam jangka waktu tertentu. Tenaga kerja terdiri dari : 1) Angkatan Kerja (Labor Force) dan 2) Bukan Angkatan Kerja. Angkatan kerja (Labor Force) adalah penduduk yang bekerja dan yang tidak bekerja tetapi siap untuk mencari kerja. Dan bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih bersekolah, ibu rumah tangga dan para penyandang cacat lanjut usia (Prijono, 1996). 2.1.2 Jenis-Jenis Tenaga Kerja Jenis tenaga kerja dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu : 1. Tenaga kerja terampil tinggi (high skilled labour). Yang termasuk ke dalam kelompok tenaga kerja ini adalah pada digit 0/1 dan 2 yakni tenaga profesional, teknisi dan yang sejenis serta tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan.

2. Tenaga kerja tidak terampil (casual white collar worker) namun masuk ke dalam kerah putih adalah yang bekerja pada jenis digit 3,4 dan 5 yakni tenaga tata usaha yang sejenis, tenaga usaha penjualan dan tenaga usaha jasa 3. Tenaga kerja kasar (blue collar worker) yang masuk ke dalam digit 6/7/8/9 dan lainnya, yakni mereka yang bekerja sebagai tenaga usaha pertanian, peternakan, perburuan dan perikanan, tenaga produksi, operator alat-alat angkutan dan pekerja kasar serta lainnya (Elfindri dan Nasri, 2004). Di Sumatera Utara jenis pekerjaannya lebih banyak tenaga kerja tidak terampil (casual white collar worker) yaitu sebagai buruh dan karyawan sebanyak 28,43% dari jumlah angkatan kerja di Sumatera Utara Februari 2012 sebanyak 6,56 juta orang (dephut.go.id). 2.1.2 Teori Tenaga kerja Lewis, (dalam Sadono Sukirno, 2006) menyatakan bahwa Kenaikan produktivitas merupakan keadaan yang menyebabkan proses pembangunan terus-menerus berlangsung. Dengan adanya kenaikan produktivitas maka produk marjinal tenaga kerja di sektor kapitalis dapat dipertahankan agar besarnya tetap lebih dari tingkat upah di sektor tersebut. Keadaan ini memungkinkan para pengusaha tetap dapat mengembangkan kegiatan-kegiatan produktif mereka.

Dapat disimpulkan bahwa inti dari teori Lewis memberikan gambaran tentang peranan pembentukan modal terhadap perkembangan kesempatan kerja dan kenaikan produktifitas dan akibat dari perubahan-perubahan tersebut kepada perekonomian. Teori Lewis mengemukakan bahwa kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah. Kelebihan pekerja satu sektor akan memberikan andil terhadap pertumbuhan output dan penyediaan pekerja di sektor lain. Teori Fei-Ranis berpendapat bahwa berkaitan dengan negara berkembang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum dapat diolah, sebagian besar penduduknya bergerak di sektor pertanian, banyak pengangguran dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Menurut Fei-Ranis ada tiga tahap dalam kondisi kelebihan buruh. Pertama, dimana pengangguran semu dialihkan ke sektor industri dengan upah institusional yang sama. Kedua, tahap dimana pekerjaan pertanian menambah output tetapi memproduksi lebih dari upah institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula ke sektor indutri. Ketiga, tahap ditandai awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian menghasilkan output lebih daripada perolehan upah institusional. 2.2 Upah 2.2.1 Pengertian Upah Dalam peraturan pemerintah No. 8 Tahun 1981 tentang perlindungan upah disebutkan bahwa upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut persetujuan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan, baik untuk buruh itu sendiri maupun keluarganya. Dalam pasal 1 angka 30 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menyebutkan pengertian upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Dengan kata lain bahwa upah adalah imbalan yang didapat pekerja/buruh atas pekerjaan yang dilakukan dengan adanya suatu perjanjian kerja yang telah disepakati. Walaupun adanya perjanjian kerja yang disepakati, namun pemerintah membuat kebijakan untuk melindungi para pekerja/buruh atas upah yang mereka terima. Agar para pengusaha juga tidak dapat memberikan upah yang terlalu rendah kepada pekerja/buruh. Sebagaimana undang-undang No. 13 Tahun 2003 menyebutkan setiap/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 88 ayat 1). Oleh karena itu, pemerintah menetapkan kebijakan standar upah terendah melalui peraturan perundang-undangan yang disebut upah minimum atau dalam era otonomi daerah saat ini disebut Upah Minimum Provinsi. Upah minimum provinsi adalah upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan dalam daerah tertentu. Dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Per-01/Men/1999 mengatakan bahwa upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap.

Tujuan ditetapkannya upah minimum adalah untuk memberikan penghasilan yang layak bagi pekerja tanpa harus mengenyampingkan produktifitas perusahaan. 2.2.2 Teori-teori Upah Tenaga Kerja Teori yang mendasari sistem pengupahan pada dasarnya dibedakan atas dua ekstrim. Pertama, didasarkan pada ajaran Karl Marx yang berpendapat : 1. Teori nilai, bahwa hanya buruh yang merupakan sumber nilai ekonomi. Jadi nilai suatu barang adalah nilai dari jasa buruh atau dari jumlah waktu kerja yang dipergunakan untuk memproduksi barang tersebut. 2. Peranan selera dan pola konsumsi masyarakat ternyata sangat berpengaruh dalam penentuan harga. Marx berpendapat bahwa kapitalis selalu menciptakan barang-barang modal untuk mengurangi penggunaan buruh. Dengan demikian munculnya pengangguran yang besar. Dengan adanya pengangguran yang besar ini pengusaha dapat menekan upah. Didalam pembahasan mengenai tenaga kerja, diasumsikan terdapatnya keseimbangan antara penawaran dengan permintaan tenaga kerja pada tingkat upah tertentu dengan jumlah tenaga kerja yang tertentu pula. Bila ada campur tangan pemerintah ataupun desakan tenaga kerja dalam menentukan upah minimum, keseimbangan ini tidak menunjukkan tingkat upah yang berlaku di pasar kerja. Dalam teori tenaga kerja yang ditandai dengan persaingan, diperkirakan pengenaan upah minimal yang efektif akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja. Hal ini bisa diperhatikan dalam gambar dibawah ini. Upah D S

Um ----------------------------------a--b---------c Ue ------------------------------------- S TKm D 0 Tke Jumlah Tenaga Kerja Gambar 2.1 Pengaruh Upah Minimal Resmi Dalam Pasar Persaingan Sempurna Kurva permintaan tenaga kerja adalah DD dan kurva penawarannya adalah SS. Titik pertemuan kedua kurva ini menunjukkan keseimbangan upah pada Ue dan banyaknya tenaga kerja yang dipekerjakan Tke. Apabila ditetapkan upah minimum sebesar Um, yang berada di atas upah nyata di pasar Ue, maka jumlah tenaga kerja yang dikerjakan akan berkurang dari Tke ke titik TKm. Pengurangan pekerja sebesar TKe TKm ini lebih kecil dari kelebihan penawaran tenaga kerja akibat penetapan upah minimum. Hal ini terjadi karena semakin banyaknya orang yang ingin masuk pasar kerja bila mendengar upah dinaikkan. Namun, harapan mereka sia-sia, karena dari gambar tersebut tampak, bila upah dinaikkan maka pengusaha justru berusaha mengurangi pekerjanya. Sehingga orang-orang yang ingin bekerja dengan tingkat upah yang baru, Um, tidak bisa dipekerjakan. Keadaan ini menyebabkan sebagian orang kehilangan pekerjaannya, garis ab, dan yang lain mungkin bekerja dimana saja meskipun dengan tingkat upah yang lebih rendah dari Um, seperti ditunjukkan dengan garis bc (Prijono, 1989). Teori lain menjelaskan teori upah-efisiensi mengajukan penyebab kekakuan upah dan pembentukan tenaga kerja. Teori upah tersebut adalah (Mankiw, 2007) :

1. Teori ini menyatakan bahwa upah yang tinggi membuat para pekerja lebih produktif. 2. Teori kedua menyatakan, upah yang tinggi menurunkan perputaran tenaga kerja. Para pekerja keluar dari pekerjaannya karena berbagai alasan untuk menerima posisi yang lebih baik di perusahaan lain, mengubah karier atau pindah ke wilayah lain. Teori ini lebih relevan bagi negara-negara maju. 3. Teori ketiga menyatakan bahwa kualitas rata-rata dari tenaga kerja perusahaan bergantung pada upah yang dibayar kepada karyawannya 4. Teori keempat menyatakan bahwa upah yang tinggi meningkatkan upaya pekerja. Upah di provinsi Sumatera Utara lebih mengarah kepada teori upah-efisiensi poin ketiga dan keempat. Hal ini dibuktikan karena banyaknya tuntutan dari masyarakat dalam meningkatkan upah minimum provinsi. Dalam buku Elfindri dan Nasri, Manning (2000) menyampaikan pendekatan Keynessian dan Neo Klassic yaitu penggunaan asumsi bekerjanya dampak perubahan upah terhadap penggunaan ketenagakerjaan pada perekonomian makro. Keynessian dengan non-flexible wage hypothesis menyatakan bahwa penurunan nilai real upah menyebabkan penurunan permintaan tenaga kerja. Sedangkan Neo Klassic dalam flexible wage hypotesis menyatakan dampak penurunan upah menyebabkan berpindahnya tenaga kerja dari sektor upahan ke sektor non upahan. Akan tetapi hipotesa Neo classic lebih relevan untuk tenaga kerja di Sumatera Utara khususnya pada masa sekarang.. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa hubungan upah dengan kesempatan kerja memiliki dua sisi yaitu upah dapat menurunkan kesempatan kerja dan kenaikan upah juga dapat menaikkan kesempatan kerja. Misalnya jika dikatakan bahwa upah minimum provinsi meningkat

dan menunjukkan peningkatan kesempatan kerja sebanyak 5 persen, itu berarti upah minimum provinsi menambah jumlah orang yang bekerja sebanyak 5 persen. 2.3 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Schumpeter dalam (Iskandar, 2008) pertumbuhan ekonomi adalah pertambahan output (pendapatan nasional) yang disebabkan oleh pertambahan alami dari tingkat pertambahan penduduk dan tingkat tabungan. Pendapat lain mengatakan pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan dalam kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa (Muana Nanga, 2005). Dalam Sadono Sukirno (2006) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Menurut Prof. Simon Kuznets mendefenisikan pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak barangbarang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, penyesuaian kelembagaan dan ideologi yang diperlukannya. Sehingga dapat disimpulkan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang dalam suatu negara. Pertumbuhan ekonomi lebih mengacu pada perubahan kuantitatif dan diukur dengan menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB) / Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atau pendapatan atau output perkapita. 2.3.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi

1. Teori Pertumbuhan Klasik Menurut Adam Smith, pembangunan merupakan proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar, dan perluasan pasar akan mendorong tingkat spesialisasi. Dengan adanya spesialisasi akan mempertinggi tingkat kegiatan ekonomi atau mempercepat proses pembangunan, karena spesialisasi akan mendorong tingkat perkembangan teknologi (Suryana, 2000). 2. Teori Basis Ekonomi Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pembangunan ekonomi suatu daerah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja, bahan baku untuk kemudian diekspor, sehingga akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (Job creation) baru (Arsyad, 2010). Strategi pembangunan daerah berdasarkan teori ini memberikan penekanan kepada pentingnya dunia usaha yang mempunyai pasar secara luas. Laju pertumbuhan ekonomi pada suatu tahun tertentu dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini : Yt = PDRBt PDRBt 1 PDRBt 1 X 100 Secara teori semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi suatu sektor, maka semakin tinggi pertumbuhan kesempatan kerja sektor tersebut. Dengan kata lain hubungan pertumbuhan ekonomi dengan kesempatan kerja sangat erat, semakin baik peningkatan pertumbuhan ekonomi, maka semakin meningkat kesempatan kerja yang tersedia. 2.3.2 Pertumbuhan Ekonomi Dan Kesempatan kerja

Salah satu faktor-faktor pertumbuhan ekonomi menurut Todaro (1998) adalah pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja. Todaro mengatakan pertumbuhan penduduk dan tenaga kerja merupakan faktor positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertambahan penduduk yang lebih besar akan menambah luasnya pasar domestik. Pertumbuhan ekonomi akan mendorong kenaikan produktivitas. Kenaikan produktivitas total adalah kenaikan hasil atau output per unit dari seluruh sumber daya sehingga menyebabkan peningkatan produktifitas tenaga kerja. Kenaikan produktifitas tenaga kerja ada yang bersifat positif dan diantaranya ada yang bersifat negatif. Karena meningkatnya produktivitas menyebabkan penggunaan lebih banyak modal dalam proses produksi atau sehubungan adanya impor mesin-mesin dan peralatan serba canggih yang cenderung mengurangi pemakaian tenaga kerja, hal ini dapat merugikan kepentingan negara-negara yang pencari kerjanya sangat banyak. Adanya penggunaan barang modal tidak hanya membuang-buang sumber daya keuangan domestik serta devisa, tetapi juga akan menghalangi upaya-upaya dalam rangka menciptakan pertumbuhan penciptaan lapangan kerja baru (Todaro, 1998). Pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya. Dengan demikian, pertumbuan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan kesempatan kerja dalam setiap periodenya. Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau suatu wilayah yang terus menunjukkan peningkatan, maka itu menggambarkan bahwa perekonomian negara atau wilayah tersebut berkembang dengan baik. 2.4 Investasi

Menurut penelitian Arifatul (2013), investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Sedangkan pendapat lain mengatakan, investasi adalah jumlah yang dibelanjakan sektor bisnis untuk menambah stok modal dalam periode tertentu (Muana Nanga, 2005). Menurut Sadono Sukirno (2000) kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. Dampak langsung dari investasi adalah investor mendapat keuntungan yang memadai untuk melakukan penambahan modal, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kesejahteraan pekerja, dan melakukan ekspansi usaha. Oleh sebab itu, investasi merupakan kegiatan yang dilaksanakan saat ini dengan mengolah dana atau sumber daya yang tersedia sehingga akan memperoleh keuntungan dari usaha yang telah dilakukan. 2.4.1 Jenis-Jenis Investasi Jenis-jenis investasi dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu (Sukirno, 2010) : 1. Autonomous investment, yaitu investasi yang tidak dipengaruhi oleh tingkat pendapatan, misalnya investasi pada rehabilitasi prasarana jalan danirigasi. Investasi jenis ini biasanya lebih banyak dilakukan oleh sektor pemerintah, karena investasi ini akan menyangkut banyak aspek sosial budaya yang ada di masyarakat.

2. Induced investment, yaitu macam investasi yang mempunyai hubungan dengan tingkat pendapatan, misalnya adanya kenaikan pendapatan yang ada pada masyarakat di suatu tempat atau negara menyebabkan kenaikan kebutuhan barang tertentu. Kenaikan atau pertambahan permintaan terhadap barang sudah pasti akan mendorong untuk melakukan investasi. 3. Investasi yang sifatnya dipengaruhi oleh adanya kenaikan tingkat bunga uang atas modal yang berlaku di masyarakat. 2.4.2 Investasi Dan Kesempatan kerja Menurut neo-klasik tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingginya tingkat tabungan. Dimana tingkat bunga akan menentukan tingginya tingkat investasi. Jika tingkat bunga rendah, maka tingkat investasi akan tinggi, dan sebaliknya. Apabila permintaan investasi berkurang maka tingkat bunga turun dan barang-barang kapital turun dan keinginan untuk menabung akan turun. Dalam tingkat perkembangan ini, akumulasi modal berakhir dan perekonomian menjadi tidak berkembang. Investasi adalah kata kunci penentu laju pertumbuhan ekonomi, karena disamping akan mendorong kenaikan ouput secara signifikan, juga secara otomatis akan meningkatkan permintaan input, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi dari meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat (Makmun dan Yasin, 2003). Menurut Rostow dalam ( Todaro, 2000) menyatakan bahwa setiap upaya untuk tinggal landas mengharuskan adanya mobilisasi tabungan dalam dan luar negeri dengan maksud untuk menciptakan investasi yang cukup.

Dengan meningkatnya investasi dengan berarti akan menciptakan lapangan pekerjaan yang baru, sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi. Terciptanya lapangan kerja yang baru berarti memperluas kesempatan kerja yang tersedia dan menyerap tenaga kerja yang lebih banyak lagi. Masyarakat yang bekerja juga pasti akan meningkat. 2.5 Penelitian Terdahulu Dalam mendukung penelitian yang dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, maka ada penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian terdahulu bertujuan untuk membandingkan dan memperkuat atas hasil analisis yang dilakukan. Hasil dari penelitian terdahulu dapat dilihat berikut ini: 1. Mukhamad Rizal Azaini (2014), Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum dan Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Malang (studi kasus pada tahun 1998-2012), menunjukkan hasil pertumbuhan ekonomi dan investasi berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja, namun upah minimum berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja. 2. Ikka Dewi Rahmawati (2013), Pengaruh Investasi dan Tingkat Upah Terhadap Kesempatan Kerja di Jawa Timur, menunjukkan hasil investasi berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel kesempatan kerja di Jawa Timur dan tingkat upah berpengaruh signifikan terhadap variabel kesempatan kerja di Jawa Timur. 3. Arifatul Chusna (2013), Pengaruh Laju Pertumbuhan Sektor Industri, Investasi, dan Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1980-2011, menunjukkan hasil variabel investasi dan upah berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri di Provinsi Jawa Tengah,

sedangkan laju pertumbuhan sektor industri tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja. 2.6 Ringkasan Penelitian Terdahulu No NAMA PENELITI 1 Mukhamad Rizal Azaini (2014) 2 Ikka Dewi Rahmawati (2013)) JUDUL PENELITIAN Analisis Pengaruh Upah Minimum dan Inflasi Terhadap Kesempatan Kerja Sektor Industri Pengolahan Besar dan Sedang di Jawa Tengah (35 Kab/Kota) Pengaruh Investasi dan Tingkat Upah Terhadap Kesempatan Kerja di Jawa Timur HASIL PENELITIAN menunjukkan hasil pertumbuhan ekonomi dan investasi berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja, namun upah minimum berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja. menunjukkan hasil investasi berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel kesempatan kerja di Jawa Timur dan tingkat upah berpengaruh signifikan terhadap variabel kesempatan kerja di Jawa Timur. 3 Arifatul Chusna (2013) Pengaruh Laju Pertumbuhan Sektor Industri, Investasi, dan Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1980-2011 menunjukkan hasil variabel investasi dan upah berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri di Provinsi Jawa Tengah, sedangkan laju pertumbuhan sektor industri tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja.

2.7 Kerangka Konseptual Upah Minimum Provinsi Sumatera Utara Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara Kesempatan kerja Provinsi Sumatera Utara Investasi Gambar 2.2 Kerangka Konseptual 2.9 Hipotesis ini adalah : Berdasarkan penelitian terdahulu diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian 1. Diduga upah minimum provinsi berdampak positif terhadap kesempatan kerja di Sumatera Utara. 2. Diduga pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja di Sumatera Utara.