III. KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
III KERANGKA PEMIKIRAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) (STUDI KASUS PADA BNI UKC CABANG KARAWANG)

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan nasional, dan penyediaan lapangan kerja. Usaha mikro, kecil dan

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

V. GAMBARAN UMUM UKC CABANG KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

KERANGKA PEMIKIRAN III.

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Realisasi Kredit

III KERANGKA PEMIKIRAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha. Kredit tersebut mempunyai suatu kedudukan yang strategis dimana sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

BAB I PENDAHULUAN. inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. baru. Dengan liberalisasi perbankan tersebut, sektor perbankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek. Mayoritas usaha yang ada di Indonesia adalah usaha kecil yang dikelola

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik UMKM

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

BAB II LANDASAN TEORI

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh dana yang optimal dengan cost of money yang wajar.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maka pemerintah telah

BAB I PENDAHULUAN. tetapi jika dilihat kondisi UMKM di Indonesia, dapat dikatakan bahwa UMKM kurang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

PROSEDUR PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA BANK NAGARI CABANG PEMBANTU BYPASS PADANG

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA Kredit

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran uang, dimana lembaga keuangan memberikan peranan penting dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB I PENDAHULUAN. Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dapat dipandang sebagai tulang punggung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. adalah antara lain, bertambah atau berkurangnya penduduk, dan penemuanpenemuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. asas kekeluargaan. Undang-Undang Republik Indonesia No. 25 Tahun 1992 pasal

KEBIJAKAN ESTIMASI NILAI AGUNAN DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA PT. BOGOR ANGGANA CENDIKIA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian suatu negara.anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya salah karena. bank sebagai lembaga keuangan yang sangat vital.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Didalam perkembangan dunia yang sangat pesat ini mencakup didalamnya. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Fungsi Bank Umum dalam Pemberian Kredit. bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

dan jumlah tanggungan keluarga berpengaruh negative terhadap tingkat pengembalian kredit TRI. Penelitian Sarianti (1998) berjudul faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini era pembangunan telah menunjukkan perkembangan terutama

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan bahasa latin kredit berarti credere yang artinya percaya. Maksud dari

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dalam dunia usaha dan bisnis saat ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

Transkripsi:

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Suatu penalaran dari penulis yang didasarkan atas pengetahuan,teori dan dalil dalam upaya menjawab penelitian dituangkan dalam kerangka pemikiran teoritis. Pengetahuan diperoleh dari ilmu-ilmu yang telah dipelajari dari sumbersumber bacaan seperti buku teks, jurnal, skripsi dan logika peneliti yang telah terbangun dari pengalaman penelitian sebelumnya. 3.1.1. Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program yang dikeluarkan oleh Pemerintah dalam upaya memberikan kemudahan bagi usaha mikro, kecil dan menengah dalam memperoleh modal usaha. Latar belakang diluncurkannya KUR adalah adanya dana masyarakat yang dikumpulkan oleh Bank dan belum produktif. Adanya dana yang tidak produktif tersebut, maka pemerintah mengaeluarkan kebijakannya melalui Inpres Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM. Kebijakan tersebut diharapkan mampu mengembangkan sektor UMKM untuk dapat terus berkembang dan mampu mengoptimalkan penggunaan dana yang tidak produktif sebelumnya. KUR diperuntukkan untuk sector UMKM yang telah feasible namun belum bankable. Pemerintah menunjuk Askrindo dan Jamkrindo sebagai perusahaan penjamin KUR. Penjaminan KUR tersebut diberikan oleh perusahaan penjaminan yang melakukan kegiatan dalam bentuk penjaminan kredit atau pembiayaan untuk membantu UMKM guna memperoleh kredit atau pembiayaan dari Bank pelaksana. Bank Pelaksana yang dimaksud adalah Bank Umum berdasarkan Undang - Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang telah menandatangani Nota Kesepahaman Bersama (MoU) dengan Pemerintah dan Perusahaan Penjaminan. Adapun ketentuan pelaksanaan program KUR diawal peluncurannya tahun 2007 adalah sebagai berikut : a. Nilai kredit maksimal Rp 500 juta per debitur b. Bunga maksimal 16% per tahun (efektif)

c. Pembagian risiko penjaminan : Perusahaan penjaminan 70 persen dan Bank Pelaksana 30 persen. d. Penilaian kelayakan terhadap usaha debitur sepenuhnya menjadi kewenangan Bank Pelaksana e. UMKM dan koperasi tidak dikenakan Imbal Jasa Penjaminan (IJP) 3.1.2. Permintaan dan Penawaran Kredit Perbankan Berkembang atau tidaknya suatu usaha salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan modal. Penyediaan modal oleh pengusaha dapat diperoleh melalui modal sendiri ataupun modal dari luar (kredit). Modal sendiri adalah modal yang dimiliki secara pribadi yang digunakan untuk usahanya, sedangkan modal dari luar adalah modal yang berasal dari orang lain dengan tujuan untuk pengembangan usahanya. Memulai suatu usaha biasanya membutuhkan modal dari luar selain dari modal sendiri. Sumber modal yang berasal dari luar dapat berasal dari sumber formal ataupun sumber non formal. Sumber modal yang formal berasal dari lembaga keuangan formal bank dan non bank. Sumber non formal merupakan lembaga keuangan non formal, seperti pelepas uang (rentenir), pedagang ataupun pengijon. Modal dari luar dapat juga berasal dari kredit. Kebutuhan akan kredit memang diperlukan oleh seluruh bidang usaha termasuk sektor UMKM. Hampir sebagian pihak perbankan memberikan kemudahan kredit bagi para pelaku bisnis untuk mengembangkan usahanya. Tetapi pemberian kredit jarang diberikan oleh pihak perbankan bagi para pelaku usaha UMKM. Hal ini dikarenakan sektor UMKM yang masih dianggap rentan dalam kondisi keuangan perusahaannya. Namun atas dasar intruksi dari pemerintah sebagai proses penerapan kebijakan program KUR, pihak perbankan sudah mulai memberikan perhatiannya kepada pengusaha UMKM untuk menyediakan dana bagi pengembangan usaha di sektor tersebut. Keseimbangan kredit perbankan ditentukan oleh permintaan dan penawaran kredit. Permintaan kredit pada dasarnya sama dengan permintaan sebuah barang, hanya saja jenis barang yang diminta dalam bentuk uang. Permintaan kredit akan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya harga barang itu sendiri/suku bunga (i) dari bank bersangkutan, pendapatan debitur,

jumlah/populasi usaha, dan ramalan di masa yang akan datang. Faktor-faktor lain seperti aktivitas perekonomian, kondisi internal debitur (perusahaan), dan faktor non-ekonomi lainnya turut mempengaruhi permintaan kredit (Armanto dalam Nuryakin dan Warjiyo 2006). Secara teori, suku bunga kredit berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit, cateris paribus. Artinya kenaikan suku bunga akan menurunkan jumlah kredit yang diminta sedangkan penurunan suku bunga akan menaikkan jumlah kredit yang diminta. Sedangkan kondisi perekonomian yang baik dan kondisi internal debitur yang sehat akan menaikkan permintaan kredit. (Nuryakin dan Warjiyo 2006) Selain itu, permintaan kredit perbankan juga dipengaruhi oleh inflasi dan nilai tukar. Secara teori, tingginya inflasi dan terdepresiasinya nilai tukar mata uang domestik menyebabkan penurunan permintaan kredit perbankan. Penawaran merupakan banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu, dan pada tingkat harga tertentu. Sedangkan penawaran kredit adalah besarnya uang yang dicairkan (direalisasikan) oleh pihak bank (kreditur) pada tingkat suku bunga tertentu dan pada periode tertentu. Pada sisi penawaran ini, Nuryakin dan Warjiyo (2006) berpendapat bahwa besarnya jumlah kredit juga ditentukan oleh suku bunga kredit dan faktorfaktor lain seperti karakteristik internal kreditur (bank), yang meliputi kapasitas kredit (Dana Pihak Ketiga), efisiensi operasional (BOPO), kualitas asset perbankan, permodalan, dan Non Performing Loans (NPL). Secara teori, suku bunga kredit berhubungan positif dengan jumlah kredit yang ditawarkan, cateris paribus. Semakin tinggi tingkat suku bunga kredit, maka semakin besar penawaran kredit yang dilakukan oleh pihak perbankan, dan sebaliknya. Suku bunga kredit berpengaruh pada besarnya pendapatan bank tersebut. Sementara itu, rendahnya efisiensi dan kualitas aset perbankan, tingginya NPL, rendahnya modal dan kapasitas kredit akan menurunkan penawaran kredit. a. Pergeseran Kurva Permintaan Kredit Pada Gambar 1 dapat dilihat kurva permintaan kredit yang menggambarkan hubungan antara tingkat suku bunga (i) dan jumlah kredit (Qd). Perubahan terhadap permintaan kredit yang ditimbulkan oleh faktor-faktor selain bunga yang berlaku pada bank tersebut, dapat menyebabkan kurva permintaan

kredit bergeser ke kiri atau ke kanan. Faktor tersebut dapat berupa pendapatan debitur, suku bunga pada bank lain dan berbagai faktor lainnya yang mengalami perubahan. Perubahan tersebut mengakibatkan kurva permintaan bergeser dari A 1 ke A 2 atau dari A 1 ke A 3. (i) Kiri Kanan A2 A1 A3 0 Qd2 Qd1 Qd3 Qd Kredit Gambar 1. Pergeseran Kurva Permintaan Kredit Sumber : Mankiw (2006) b. Pergeseran Kurva Penawaran Kredit Pada sisi penawaran, pergeseran kurva penawaran merupakan sebagai akibat dari perubahan jumlah kredit yang ditawarkan, dimana tingkat suku bunga yang ditawarkan adalah tetap. Perubahan apapun yang dapat meningkatkan jumlah yang diinginkan oleh pembeli dan harga tetap maka akan menggeser kurva penawaran dari A 1 ke A 2 dan sebaliknya, perubahan apapun yang menurunkan jumlah yang ingin dibeli oleh pembeli maka akan menggeser kurva penawaran dari A 1 ke A 3 (Gambar 2).

(i) i A 3 A1 A 2 0 Qs 2 Qs Qs 1 Qs Kredit Gambar 2. Pergeseran Kurva Penawaran Kredit Sumber : Mankiw (2006) 3.1.3. Realisasi Kredit dengan Prinsip 5C Pengertian realisasi kredit di dalam penelitian ini adalah jumlah/besar kredit yang diberikan pihak bank kepada debitunya. Realisasi kredit dinyatakan dalam rupiah. Banyak faktor yang dapat menentukan realisasi kredit. Realisasi kredit dapat saja melebihi dari nilai pengajuan kredit sebelumnya, jika dimungkinkan debitur tersebut mampu untuk dapat melakukan pembayaran/pelunasan kredit. Hal tersebut tentunya disesuaikan dengan kapasitas dari calon debitur. Kasus realisasi kredit yang diteliti merupakan termasuk ke dalam penawaran, dalam hal ini penawaran berasal dari pihak bank selaku produsen atau kreditur, dan debitur selaku konsumen yang memanfaatkan kreditnya. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa penawaran kredit dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni tingkat bunga bank, efisiensi operasional (BOPO), kualitas asset perbankan, permodalan, dan Non Performing Loans (NPL) yang menggeser kurva penawaran ke kiri atau ke kanan. Kurva penawaran selalu naik, karena ketika semua hal dianggap tidak berubah, tingkat bunga yang tinggi akan meningkatkan pencairan kredit oleh pihak bank.

Pihak perbankan dalam melaksanakan kegiatan perealisasian kredit secara sehat terlebih dahulu melakukan penilaian atau analisa terhadap calon nasabah. Menurut Kasmir (2003), penilaian dalam pemberian kredit kepada calon debitur dilakukan dengan penerapan Prinsip 5C atau Five Cs of Credit, yakni : 1. Karakter (Character) Pemberian kredit berdasarkan atas kepercayaan atau adanya keyakinan bahwa debitur mempunyai watak atau sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif. Selain itu memiliki rasa tanggung jawab baik dalam kehidupan pribadi, sosial, maupun menjalankan kegiatan usaha. Manfaat penilaian character / karakter adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat kejujuran dan integritas serta tekad baik, yaitu kemauan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai seorang debitur. Karakter merupakan faktor dominan, sebab walaupun seorang calon debitur cukup mampu untuk menyelesaikan hutang-hutangnya, tetapi bila tidak ada itikad baik tentu akan membawa kesulitan. Pada dasarnya pihak perbankan lebih suka memberikan kredit kepada nasabah yang telah lama menjadi nasabah bank tersebut. Hal ini dikarenakan pihak bank lebih mengetahui watak dan karakteristik debitur dalam memenuhi kewajibannya. Bahkan pihak bank cenderung menambahkan jumlah kredit kepada nasabah lama tersebut. 2. Kapasitas (Capacity) Kapasitas / capacity merupakan suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dibiayai dengan kredit dari bank. Jadi penilaian yang dimaksudkan adalah sampai dimana hasil usaha yang akan diperolehnya tersebut akan mampu untuk melunasi kewajibannya tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. 3. Modal (Capital) Modal merupakan sejumlah dana atau modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur. Hal ini terlihat kontradiktif dengan tujuan kredit yang berfungsi sebagai penyedia dana, namun dalam kaitan bisnis yang murni, semakin kaya

seseorang semakin dipercaya untuk mendapatkan kredit. Pada dasarnya setiap calon debitur mengajukan kredit bertujuan untuk menambah modal usaha dalam upaya melakukan pengembangan usahanya. Pada pemberian kredit tidak semua pembiayaan atau modal akan sepenuhnya diberikan oleh pihak perbankan. Besarnya kemampuan modal calon debitur dapat diketahui dari laporan keuangannya. Semakin besar usaha calon debitur maka semakin mudah untuk memperoleh data tentang modal usaha calon debitur. 4. Agunan (Collateral) Manfaat dari collateral yaitu sebagai alat pengaman apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau sebab lain dimana debitur tidak dapat melunasi kreditnya. Jaminan juga dapat sebagai alat pengaman dalam menghadapi kemungkinan adanya ketidakpastian pada kurun waktu yang akan datang pada saat kredit tersebut harus dilunasi. Penilaian terhadap jaminan harus ditinjau dari dua sudut, yaitu sudut ekonomis dari barang-barang yang menjadi jaminan, serta nilai yuridisnya yaitu apakah barang-barang yang menjadi jaminan telah memenuhi syarat-syarat yuridis untuk digunakan sebagai barang jaminan. Sedangkan untuk penilaian jaminan yang tidak berwujud kebendaan, tentu harus dilihat dari bonafiditas dari pemberi pinjaman, reputasi bisnis, dan juga perlu diperhatikan intensitas dari keterkaitan si pemberi jaminan bila kredit tersebut benar-benar mengalami kegagalan. Jaminan yang dapat diajukan oleh debitur adalah sebagai berikut : a. Jaminan benda berwujud, seperti tanah, bangunan, kendaraan bermotor, mesinmesin atau peralatan, tanaman/kebun/sawah. b. Jaminan benda tidak berwujud, merupakan surat-surat yang bisa dijadikan jaminan seperti sertifikat saham, sertifikat obligasi, sertifikat deposito, rekening tabungan yang dibekukan, promes dan wesel. c. Jaminan orang, jaminan yang diberikan oleh seseorang kepada calon debitur perorangan maupun badan usaha terhadap kredit yang diajukan dan apabila kredit itu macet maka orang yang memberikan jaminan itulah yang menanggung risiko

5. Kondisi Ekonomi (Condition of Economy) Suatu situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk kurun waktu tertentu. Hal ini mempunyai kemungkinan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit baik yang bersifat positif maupun negatif. Kondisi perekonomoian harus dianalisis paling tidak selama jangka waktu kredit sehingga dapat diketahui kondisi usaha akibat suatu kondisi ekonomi. Kondisi-kondisi tersebut antara lain meliputi : a. Kondisi perekonomian secara nasional, regional dan global. b. Peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku berhubungan dengan usaha yang dijalankan. c. Kemudaha memperoleh sumberdaya dalam melakukan usaha. d. Tingkat suku bunga yang berlaku. Kredit adalah bisnis yang berisiko, dimana ada kemungkinan kredit yang diberikan tidak dapat tertagih. Debitur (penerima kredit) dapat mengemukakan banyak alasan untuk menghindari tagihan. Disisi lain, Bank harus membayar setiap rupiah dana masyarakat yang ditempatkan padanya. Apapun yang terjadi pada kredit, Bank tidak boleh tidak membayar dana masyarakat. Bank tidak dapat mengatakan bahwa karena kredit yang diberikannya tidak tertagih, maka dana masyarakat belum dapat dibayarkan. Sehubungan dengan hal tersebut, tentunya Bank hanya memberikan kredit kepada debitur yang layak. Bank harus dapat mengendalikan risiko kredit yang diberikannya. Untuk itu Bank harus dapat mengembangkan suatu proses seleksi untuk menyaring setiap proposal kredit yang masuk. Melalui proses penyaringan tersebut diharapkan kredit yang diberikan adalah kredit dengan kualitas yang bagus. Setiap proposal kredit dianalisis dengan teliti. Bila memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Bank, baru diadakan dokumentasi (pengikatan kredit jaminan). Walaupun dalam analisis kredit suatu proposal dinyatakan layak, tetapi bila dalam pengikatan kredit/jaminan ternyata terdapat kendala yang tidak dapat diselesaikan, maka pihak Bank dapat membatalkan pencairan kredit terhadap calon debitur tersebut. Mekanisme kegiatan perealisasian kredit dapat dilihat pada Gambar 3.

PROPOSAL KREDIT (Kelengkapan Berkas) ANALISIS KREDIT DOKUMENTASI PENCAIRAN DANA PEMANTAUAN KREDIT Gambar 3. Mekanisme Kegiatan Penyaluran Kredit 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional BNI merupakan salah satu lembaga keuangan terbesar milik pemerintah yang mempunyai komitmen fokus terhadap pelayanan dan bisnis. Pembiayaan dalam upaya pengembangan sektor UKM merupakan salah satu bentuk bisnis yang dijalankan oleh BNI. BNI memiliki komitmen untuk membantu dan mengembangkan para usaha kecil dengan menyediakan produk kredit kecil yang sesuai dengan kebutuhan pengusaha. Hal tersebut tercermin dengan diluncurkannya produk kredit BNI Tunas Usaha (BTU) yang merupakan penerapan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari pemerintah. Pelaksanaan program kredit BTU tersebut jaminannya dijamin oleh pemerintah dimana pemerintah yang bekerjasama dengan Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU) dan Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo). BTU yang diluncurkan pada November 2007 diharapkan dapat membantu menggerakkan dan mengembangkan para pengusaha Kecil dan Menengah (UKM) dengan memberikan bantuan pinjaman modal sampai dengan 500 juta rupiah. Produk pembiayaan untuk usaha kecil ini telah didesain dan diperuntukkan bagi usaha kecil dengan proses aplikasi yang lebih mudah dan cepat. Kemudahan aplikasi ini, di antaranya berupa persyaratan umur usaha yang hanya 1 tahun untuk bisa dibiayai dan izin usaha yang cukup dari kantor kecamatan setempat.

Dalam penyaluran kredit usaha kecil dan menengah, BNI telah didukung dengan jaringan yang tersebar di seluruh pelosok, yaitu 51 Sentra Kredit Kecil (SKC), 112 Unit Kredit Kecil (UKC), 20 Sentra Kredit Menengah (SKM), 63 kantor cabang stand alone, 54 cabang syariah dan didukung 1040 kantor layanan. Salah satu UKC yang ditunjuk untuk menyalurkan kredit BTU adalah UKC cabang Karawang. Kenyataan yang terjadi adalah proporsi kredit BTU yang telah direalisasikan relatif rendah dari pengajuan kerdit yang ada. Nilai kredit yang direaliasaikan hanya 71 persen dari pengajuannya. Rendahnya realisasi kredit BTU tersebut menjadi masalah yang harus diketahui mengapa hal tersebut bisa terjadi, sehingga perlu diketahui mekanisme penyaluran yang akan dianalisis secara deskriptif. Dari analisis deskriptif tersebut dapat diketahui karakteristik debitur kredit BTU. Karakteristik debitur sangat penting untuk diidentifikasi karena terkait dengan karakter nasabah maupun keberhasilan nasabah dalam menjalankan usahanya serta kemampuan dalam pengembalian kreditnya. Pemilihan variabel/faktor yang diduga berpengaruh terhadap realisasi kredit BTU tersebut berdasarkan hasil diskusi dengan pihak manajemen UKC cabang Karawang serta didukung oleh referensi penelitian sebelumnya (terdahulu). Variabel yang digunakan untuk menduga pencairan kredit BTU ini berdasarkan karakteristik rumah tangga, karakteristik usaha, dan karakteristik kredit. Secara rinci mengenai pengaruh yang diduga berasal dari ketiga karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Karakteristik individu, meliputi variabel usia, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman kredit. a. Usia nasabah mempengaruhi keberanian pengusaha dalam mengambil keputusan secara rasional, karena peningkatan usia pada umumnya akan mempengaruhi kemampuan berfikir dalam memanfaatkan kredit. Oleh karena itu usia diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit. Semakin tinggi usia debitur maka kebijaksanaan bertindak akan lebih baik dan tanggung jawab yang dimiliki akan semakin tinggi dalam memenuhi kewajiban pembayaran kredit.

b. Tingkat pendidikan seseorang tercermin dalam tindakan dan perilakunya sehari-hari, sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin berdisiplin dan bertanggung jawab dalam menjalankan kewajibannya. Untuk itu, tingkat pendidikan diduga berpengaruh positif dalam meningkatkan kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjaman berserta bunganya. c. Jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh negatif terhadap realisasi kredit. Semakin banyak tanggungan dalam keluarga maka akan semakin besar pengeluaran untuk memenuhi biaya hidup sehari-hari sehingga lebih besar proporsinya dalam menghabiskan pendapatan keluarga. Dengan demikian, semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka semakin kecil peluang direalisasikan kreditnya mengingat pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang semakin besar. d. Pengalaman kredit diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit. Semakin sering orang meminjam, maka debitur tersebut akan lebih memahami bagaimana pola kredit yang diajukan dan bagaimana memanfaatkannya, sehingga meningkatkan kepercayaan bank untuk menyalurkan kredit yang lebih besar. Adanya pengalaman kredit dapat dilihat karakter orang tersebut, apakah punya itikad yang baik di dalam pengajuan kreditnya atau tidak. Orang yang telah memiliki pengalaman kredit dapat dilihat sejarah perkreditan yang telah dilakukannya. 2. Karakteristik usaha meliputi lama usaha berjalan, pendapatan usaha per bulan, sektor usaha dan current ratio (CR). a. Lama usaha debitur diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit. Semakin lama suatu usaha berjalan maka dapat dikatakan usaha tersebut dapat menjamin keberlangsungan usahanya, dan usaha tersebut layak untuk dibiayai dan dikembangkan. Disamping itu, pengalaman usaha yang semakin lama dapat meningkatkan kemampuan dalam mengelola usaha sehingga mendukung keberhasilan usaha yang dijalankan. b. Pendapatan usaha per bulan diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit. Hal tersebut terkait dengan kemampuan debitur dalam memenuhi kewajibannya dalam membayar angsuran dan bunga setiap bulannya.

Variabel pendapatan usaha per bulan merupakan salah satu variabel yang diteliti oleh Lubis (2009), Hutagaol (2009), Mulyarto (2007), dan Safitri (2007). Variabel pendapatan usaha per bulan berpengaruh signifikan terhadap realisasi kredit. c. Sektor usaha diduga berpengaruh terhadap realisasi kredit, karena setiap usaha memiliki risiko yang berbeda sehingga dapat mempengaruhi kemampuan usaha dalam menghasilkan keuntungan yang nantinya akan digunakan untuk membayar angsuran pinjaman. Usaha di sektor agribisnis diduga memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan dengan usaha non agribisnis, sehingga diduga debitur yang memiliki usaha non agribisnis memiliki peluang lebih besar untuk direalisasikan kreditnya. Variabel sektor usaha merupakan salah satu faktor yang diteliti Lubis (2009) dan faktor tersebut berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap realisasi kredit. d. Variabel current ratio (CR) di dalam penelitian ini diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit BTU. CR merupakan rasio antara harta lancar dibanding dengan hutang lancar. Nilai CR yang telah ditetapkan oleh BNI sebagai syarat pengajuan kredit BTU adalah 1,0. Jika calon nasabah tidak dapat memenuhi syarat tersebut, maka proses realisasi kredit tidak dapat dilanjutkan. 3. Karakteristik kredit meliputi variabel agunan, jangka waktu peminjaman. a. Agunan merupakan jaminan yang disertakan pengusaha dalam melakukan pinjaman kredit. Nilai agunan berpengaruh positif terhadap realisasi kredit, karena semakin besar nilai agunan yang disertakan, maka semakin besar pula tingkat kepercayaan bank untuk dapat merealisasikan kredit yang diajukan. Semakin besar nilai agunan maka rasa memiliki debitur terhadap agunan tersebut juga semakin besar. Agunan dapat berpindah status kepemilikan kepada pihak bank jika dalam pengembalian kredit tidak lancar.

b. Jangka waktu peminjaman yaitu periode kredit atau jangka waktu pengembalian kredit. Jangka waktu peminjaman diduga berpengaruh positif terhadap realisasi kredit karena semakin panjang jangka waktu yang kredit maka besarnya bunga akan diterima oleh bank akan lebih tinggi. Kredit BNI Tunas Usaha UKC Cabang Karawang Realisasi Kredit BTU < Pengajuan Kredit Variabel-variabel yang mempengaruhi realisasi kredit BTU Karakteristik individu: Usia nasabah Tingkat pendidikan Jumlah tanggungan rumah tangga Pengalaman Kredit Karakteristik usaha : Lama usaha Pendapatan usaha dalam satu bulan Sektor usaha Current ratio (CR) Karakteristik Kredit Agunan Jangka waktu peminjaman Model pencairan kredit Metode Regresi Linear Berganda Faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi kredit BTU di BNI Cabang Karawang Rekomendasi Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional