Reaksi Pemasaman Senyawa Pirit pada Tanah Rawa Pasang Surut

dokumen-dokumen yang mirip
PROSIDING SEMINAR NASIONAL DIES NATALIS KE-52 FAKULTAS PERTANIAN UNLAM

UJI SIFAT KIMIA TANAH BERPIRIT AKIBAT LAMA PENGERINGAN DAN KEDALAMAN MUKA AIR TANAH ABSTRAK

EFEKTIVITAS BAHAN AMELIORAN DALAM MENEKAN KELARUTAN ALUMINIUM PADA AIR DAN TANAH SULFAT MASAM NANI SUSANTI A

PEMILIHAN BAHAN AMELIORAN UNTUK MENGATASI KERACUNAN ALUMINIUM PADA TANAMAN PADI DI TANAH SULFAT MASAM. Oleh WINA WIDYANI DWI AHFYANTI A

I. PENDAHULUAN. tanahnya memiliki sifat dakhil (internal) yang tidak menguntungkan dengan

PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN

Peningkatan Hasil Padi di Tanah Sulfat Masam melalui Kombinasi Perlakuan Lindi dan Olah Tanah

PENGARUH PERENDAMAN TERHADAP =LARUTAN MANGAN DAN FOSFOR PADA ANDISOL DAN OKSISOL ASEP INDRA KOMARA A

Increasing P Retention in the Peat Column Amended with Mineral Soil and Some Rock Phosphates

Rizky Putri Sari M A

KERACUNAN ALUMINIUM PADA TANAH SAWAH DARI BAHAN INDUK SEDIMEN MANGROVE DI RANTAU RASAU, DELTA BERBAK, JAMBI

T. ferooxidans was increased (K3= 3,01 (log) celllg). Longer diying time, population SUMMARY

PERANAN FITOREMEDIASI, AMELIORASI DAN PENGATURAN TINGGI MUKA AIR TERHADAP KELARUTAN BESI DAN ALUMINIUM DI LAHAN PASANG SURUT

HUBUNGAN KEDALAMAN PIRIT DENGAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH DAN PRODUKSI KELAPA SAWIT (Elais guineensis)

TEKNIK PENGAMBILAN EKSTRAK CONTOH AIR TANAH PADA BEBERAPA KEDALAMAN UNTUK ANALISIS DI LAHAN SULFAT MASAM1 RINGKASAN

PENGARUH DIMENSI DAN JARAK SALURAN DRAINASE TERHADAP DINAMIKA LENGAS TANAH ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

Pengaruh Zeolit Alam Terhadap Kadar Fe-larut dan Al-dd Pada Tanah Sulfat Masam di Desa Sungai Rangas Kecamatan Martapura Barat Kabupaten Banjar

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tumbuhan hutan yang dibudidayakan. Tanaman ini memiliki respon yang

HIDROLOGI LAHAN PASANG SURUT DI KALIMANTAN SELATAN UNTUK MENDUKUNG PERTANIAN : PERUBAHAN KUALITAS AIR (KEMASAMAN DAN DAYA HANTAR LISTRIK)

KARAKTERISTIK LAHAN PASANG SURUT DARI ASPEK TANAH. Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan

Pengaruh Kompos Jerami terhadap Kualitas Tanah, Kelarutan Fe 2+ dan SO4 2- serta Produksi Padi pada Tanah Sulfat Masam

Pengelolaan Air di Areal Pasang Surut. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERGERAKAN VERTIKAL UNSUR - UNSUR DALAM TANAH YANG BERKEMBANG DARI SEDIMEN BERPIRIT DI DELTA BERBAK, JAMB1 OLEH BINTARTI AQUARITA MEDIARI A

EFISIENSI METODE INKUBASI DAN PENAMBAHAN NAOHDALAM MENENTUKAN KEBUTUHAN KAPUR UNTUK PERTANIAN DI LAHAN PASANG SURUT RINGKASAN

Rizki Annisa Nasution*, M. M. B. Damanik, Jamilah

Aplikasi Bahan Amelioran (Asam Humat; Lumpur IPAL Tambang Batu Bara) terhadap Pertumbuhan Tanaman Reklamasi pada Lahan Bekas Tambang Batu Bara

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN SAWAH DI PROVINSI BENGKULU

Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36

REHABILITASI SAWAH RAWA PASANG SURUT SULFAT MASAM AKTUAL DENGAN PEMBERIAN AMELIORAN, SALURAN CACING DAN. Oleh: SINTO R. NOEHAN

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh

PENGOLAHAN AIR ASAM TAMBANG MENGGUNAKAN SISTEM LAHAN BASAH BUATAN: PENYISIHAN MANGAN (Mn)

SUSUTAN MUKA AIR TANAH PADA LAHAN GAMBUT NON PASANG SURUT AKIBAT PENAMBAHAN SALURAN SUB TERSIER

PEMBERIAN KAPUR CaCO 3 DAN PUPUK KCl DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN SERTA SERAPAN K DAN Ca TANAMAN KEDELAI SKRIPSI OLEH:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan gambut yang terdapat di daerah tropika diperkirakan mencapai juta hektar atau sekitar 10-12% dari luas

Pengaruh Pengeringan dan Pembasahan Terhadap Sifat Kimia Tanah Sulfat Masam Kalimantan

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Jenuh Air

PEMBAHASAN UMUM. Pembukaan tanah sulfat masam untuk persawahan umumnya dilengkapi

KAJIAN PENDUGA MUKA AIR TANAH UNTUK MENDUKUNG PENGELOLAAN AIR PADA PERTANIAN LAHAN RAWA PASANG SURUT: KASUS DI SUMATERA SELATAN NGUDIANTORO

AGROVIGOR VOLUME 5 NO. 2 SEPTEMBER 2012 ISSN

PENGUJIAN EFEKTIVITAS BAHAN PEMBENAH TANAH DOLOMIT UNTUK TANAH MASAM. Oleh : RENI SRI HARJANTI A

KAJIAN P-TERSEDIA PADA TANAH SAWAH SULFAT MASAM POTENSIAL. Study on P-Available at The Paddy Soil Potential of Acid Sulfate

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

SIFAT KIMIA ULTISOLS BANTEN AKIBAT PENGOLAHAN TANAH DAN PEMBERIAN PUPUK KOMPOS. Oleh: 1) Dewi Firnia

POPULASI BAKTERI PENGOKSIDASI BESI DAN SULFUR AKIBAT PENGGENANGAN DAN PENGERINGAN PADATANAH SULFAT MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

Peningkatan ph Tanah Masam.. Vol. 8 No. 2 Desember 2010

Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida

PERUBAHAN KARAKTERISTIK LAHAN PASANG SURUT (Studi Kasus Reklamasi di Delta Berbak, Jambi)

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Metodologi penelitian disusun berdasarkan diagram alir penelitian seperti terlihat

KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH RAWA PASANG SURUT DI KARANG AGUNG ULU SUMATERA SELATAN. E. DEWI YULIANA Fakultas MIPA, Universitas Hindu Indonesia

BAB. VII. PEMBAHASAN UMUM. Konsentrasi Fe dalam Tanah dan Larutan Hara Keracunan Fe pada Padi

REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN PASANG SURUT KECAMATAN ARUT SELATAN, KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT, KALIMANTAN TENGAH

PENGELOLAAN LAHAN BASAH DI INDONESIA YANG BERKELANJUTAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

Lahan pasang surut dikenal sebagai lahan yang bermasalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAMPAK PENAMBAHAN BAHAN AMANDEMEN DI BERBAGAI KELENGASAN TANAH TERHADAP KETERSEDIAAN HARA PADA VERTISOL. Oleh: Moch. Arifin 1)

ABSTRACT SITI ROMELAH. Intensive farming practices system by continuously applied agrochemicals,

Abstrak Abstract

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

PEMBAHASAN UMUM. Sedangkan kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan kedelai 25 sampai 30 c

PEMANFAATAN FOSFAT ALAM UNTUK LAHAN SULFAT MASAM

KINETIKA TRANSFORMASI BORON PADA ANDOSOL SUKAMANTRI, GRUMUSOL CIHEA DAN LATOSOL DARMAGA

DASAR ILMU TA AH Ba B b 5 : : S i S fa f t t K i K mia T a T nah

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

DASAR-DASAR ILMU TANAH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

IV. METODE PENELITIAN

PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH AKIBAT PEMBERIAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT DENGAN METODE LAND APPLICATION

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) & RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM)

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion

Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

KEBUTUHAN KAPUR PADA TANAH BERTEKSTUR HALUS DAN KASAR DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N.

KEMASAMAN TANAH. Sri Rahayu Utami

DAMPAK DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG TERHADAP PERUBAHAN SIFAT KIMIA TANAH INCEPTISOL SKRIPSI. Oleh REGINA RUNIKE ANDREITA/ ILMU TANAH

TANGGAP TIGA VARIETAS JAGUNG TERHADAP TINGKAT KEJENUHAN AL DI LAHAN PASANG SURUT SULFAT MASAH AKTUAL

BAB I PENDAHULUAN an. Namun seiring dengan semakin menurunnya produktivitas gula

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

Rizky Putri Sari M A

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KESUBURAN TANAH PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT USIA 28 TAHUN DI PT. ASAM JAWA KECAMATAN TORGAMBA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN

BIOREMEDIASI AIR ASAM TAMBANG DENGAN INOKULUM BAKTERI PEREDUKSI SULFAT. Irma Devita A

Pengelolaan tanah dan air di lahan pasang surut

HASIL DAN PEMBAHASAN

DASAR-DASAR ILMU TANAH

Pengaruh Pemberian Bahan Amelioran terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah (Capsicum annum L.) di Lahan Sulfat Masam

PUPUK UREA-ZEOLIT PADA TANAH SAWAH INCEPTISOL CIOMAS DAN VERTISOL CIRANJANG. Oleh AJENG WISMA DWI ASIURTNI A

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau

PENGARUM BEBERAPA TI APURAM. AJI SETlA JURUSAN ILNIU-ILMU TANAM FAMULTAS PERTANIAM, INSTITUT PERTANIAN BOGOR '!, Oleh. ,y /< r?'// 4.

Transkripsi:

J. Tanah Trop., Vol. 14, No.1, 2009: 19-24 Reaksi Pemasaman Senyawa Pirit pada Tanah Rawa Pasang Surut Bambang Joko Priatmadi dan Abdul Haris Makalah diterima 10 Juni 2008 / disetujui 24 Desember 2008 ABSTRACT Acidity Reaction of Pyrite in Tidal Swampland (B.J. Priatmadi and A. Haris): Most of swamp soils in tidal land are Acid Sulfate Soils. Acid sulfate soils are the common name given to soils containing iron sulfides (pyrite). The soils are characterized by very low ph and high amount of soluble S and Fe, resulted from oxidation of pyrite when soils are drained. This study was aimed to determine acidity pattern, iron and sulfate solubility as the impact of the length time of oxidized, the effect of inhibitors application to acidity rate of sulfidic materials and top soils. The materials are: (1) soils at pyritic layer (sulfidic materials) and (2) soils at 0 20 cm from soil surface. Soils is sampled at Barambai reclaimed area, Barito Kuala Regency, South Kalimantan Province. In the laboratory soils treated with some ameliorants, that are silica, phosphate and lime applied with dosage 2 t ha -1 with 3 replications times. The soils incubated for 2 weeks under submerged condition. After soil incubation, soil exposed to the air for 1 week, 2 weeks, 4 weeks, and 6 weeks. Parameters of soil analysis include ph, sulfate and iron soluble. Results of this study showed that (1) soil acidity rate of sulfidic materials more faster than upper soils when soils and sulfidic materials oxidized intensively, (2) at submerged soil condition or high soil water content, the application of ameliorants effective increasing the soil ph of the upper soils, (3) at further oxidized soil condition or lower soil water content, the application of ameliorants inhibited acidity rate of soils and sulfidic materials, and (4) at further oxidized soil condition or lower soil water content, the application of ameliorants increased iron solubility of soils and sulfidic materials. Keywords: Acid sulfate soils, pyrite, soil acidity. PENDAHULUAN Pada lahan rawa pasang surut sebagian besar tanah-tanah berkembang dari bahan induk yang kaya senyawa pirit (FeS 2 ) dan tanah yang terbentuk disebut Tanah Sulfat Masam. Di dunia terdapat sekitar 12 juta ha tanah sulfat masam dan 1,5 juta ha di antaranya terdapat di Indonesia (Bos, 1990; Anda dan Siswanto, 2002). Sekitar 200.000 ha dari lahan pasang surut Kalimantan Selatan ditempati oleh jenis tanah ini (Ismangun dan Karama, 1995). Drainase lahan rawa pasang surut menyebabkan senyawa pirit yang terkandung di dalam tanah menjadi teroksidasi (Zhang dan Luo, 2002). Proses oksidasi senyawa pirit menghasilkan asam sulfat yang berakibat terjadi proses pemasaman tanah yang hebat (Priatmadi, 1999; Priatmadi dan Purnomo, 2000, Priatmadi dan Mahbub, 2003; Toyyibah, 2006). Kendala utama dalam pengembangan lahan rawa pasang surut untuk persawahan adalah reaksi tanah yang sangat masam dan sumber utama pemasaman tanah adalah oksidasi senyawa pirit (Priatmadi, 2007; Priatmadi, 2008). Penelitian ini dilandasi pemikiran untuk menghambat reaksi pemasaman tanah oleh pirit secara langsung, yaitu dengan memberikan amelioran silika dan fosfat serta kapur. Amelioran diharapkan akan menyelimuti pirit sehingga senyawa pirit yang bereaksi tehadap oksigen, reaksi oksidasi dapat dihambat. Dengan terhambatnya reaksi oksidasi pirit, maka reaksi pemasaman tanah juga akan terhambat. Shamsuddin and Sarwani (2002) menyebutkan bahwa bahan-bahan alami dapat digunakan untuk menghanbat reaksi pemasaman pirit. Penelitian ini bertujuan untuk melihat penghambatan reaksi oksidasi pirit dengan beberapa bahan amelioran agar reaksi pemasaman tanah oleh senyawa ini dapat diminimalkan. 1 Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat. Jl. A. Yani Km 36 Banjarbaru. Email: bj_priatmadi@yahoo.com J. Tanah Trop., Vol. 14, No. 1, 2009: 19-24 ISSN 0852-257X 19

B. J. Priatmadi dan A. Haris: Reaksi Pirit pada Lahan Pasang Surut. BAHAN DAN METODE Bahan penelitian utama adalah (1) contoh tanah pada lapisan pirit (bahan sulfidik) dan (2) lapisan tanah 0-20 cm dari permukaan tanah. Contoh tanah diambil di daerah rawa pasang surut Delta Pulau Petak, yaitu di Daerah Barambai, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2007. Contoh tanah diambil menggunakan ring sampler yang terbuat dari pipa PVC dengan diameter 2 inci dan tingginya 10 cm, setelah sebelumnya dilakukan penggalian profil tanah. Contoh tanah segera dimasukan ke dalam kontainer yang berisi air. Perendaman dimaksudkan untuk mencegah reaksi oksidasi pirit. Di laboratorium contoh tanah diberi perlakuan bahan amelioran, yaitu larutan silika (CaSiO 3 ) p.a, fosfat (KH 2 PO 4 ) p.a. dan kapur (CaCO 3 ) p.a. masingmasing dengan dosis setara 2 t ha -1 dan ditempatkan pada wadah dalam kondisi tergenang. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Contoh tanah diinkubasi selama dua minggu. Setelah masa inkubasi contoh tanah dikeringanginkan selama 1, 2, 4 dan 6 minggu, kemudian dianalisis dengan variabel pengamatan meliputi ph menggunakan ph meter, sulfat larut (larut H 2 O) menggunakan spektrofotometer dan besi larut (NH 4 OAc ph 4,8) menggunakan spektrofotometer. Hasil analisis dari variabel pengamatan digambarkan secara grafis menurut lama drainase. Pengaruh pemberian amelioran terhadap perubahan kimia tanah diuraikan secara deskriptif. ph Tanah HASIL DAN PEMBAHASAN Pada lapisan tanah 0 20 cm, setelah digenangi bahan amelioran dan diinkubasi selama dua minggu (lama drainase 0 minggu) memperlihatkan bahwa pemberian amelioran meningkatkan ph tanah sebesar 0,5 1 satuan. Pemberian fosfat menyebabkan ph tanah relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ph tanah lainnya. Gambar 1 memperlihatkan penurunan nilai ph tanah setelah tanah lapisan 0 20 cm dikeringanginkan sampai dengan 6 minggu, tetapi ph tanah yang diberi amelioran relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ph tanah kontrol. Pada bahan sulfidik, setelah digenangi bahan amelioran dan diinkubasi selama dua minggu (lama drainase 0 minggu) memperlihatkan bahwa pemberian amelioran menyebabkan ph bahan sulfidik relatif lebih rendah (0,5 1,5 satuan ph) dibandingkan dengan ph bahan sulfidik kontrol. Setelah didrainase, semua ph bahan sulfidik menurun, tetapi penurunan ph bahan sulfidik kontrol relatif lebih tajam dibandingkan ph bahan sulfidik yang diberi amelioran. Pada bahan sulfidik yang didrainase selama enam minggu, ph bahan sulfidik kontrol relatif paling rendah (turun 2,97 satuan ph) dibandingkan dengan ph tanah yang diberi amelioran (turun 0,6 1,7 satuan ph). Nilai ph bahan sulfidik yang diberi perlakuan amelioran relatif lebih stabil terhadap lama tanah didrainase (Gambar 2). ph 20 Gambar 1. Nilai ph pada lapisan 0 20 cm menurut lama drainase.

Fe larut (mg kg -1 ) J. Tanah Trop., Vol. 14, No.1, 2009: 19-24 ph Gambar 2. Nilai ph bahan sulfidik menurut lama drainase. Gambar 3. Fe larut pada lapisan tanah 0 20 cm menurut lama drainase. Bahan amelioran seperti silika, fosfat dan kapur dapat menghambat laju pemasaman tanah dan membuat ph tanah relatif stabil. Fosfat dan kapur mempunyai reaksi yang cender ung bersifat menetralkan kemasaman yang bersumber dari besi dan sulfat larut, tetapi silika dalam tanah selain mempunyai reaksi menetralkan sebagaimana fosfat dan kapur, diduga silika menyelaputi senyawa pirit sehingga menghambat reaksi oksidasi. Kondisi ini menyebabkan amelioran silika yang diberikan ke bahan sulfidik menyebabkan ph relatif stabil meskipun oksidasi terus berlanjut. Pemberian amelioran pada tanah lapisan atas pada saat 0 minggu drainase menyebabkan ph meningkat karena bahan amelioran dapat menetralkan kemasaman tanah, sebaliknya pemberian amelioran 21

Fe larut (mg kg -1 ) B. J. Priatmadi dan A. Haris: Reaksi Pirit pada Lahan Pasang Surut pada bahan sulfidik pada saat 0 minggu drainase menurunkan ph, hal ini disebabkan bahan amelioran menjadi bahan oksidan untuk bahan sulfidik. Besi Larut Besi larut pada lapisan tanah 0 20 cm relatif tidak berbeda antara perlakuan amelioran dan kontrol pada 0 minggu drainase. Gambar 3 memperlihatkan bahwa setelah tanah dibiarkan terdrainase Fe larut pada tanah yang diberikan perlakuan amelioran secara mencolok lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Besi larut pada bahan sulfidik yang diberi perlakuan bahan amelioran lebih rendah dibandingkan dengan Fe larut bahan sulfidik kontrol pada saat 0 minggu perlakuan. Pada Gambar 4 terlihat bahwa setelah teroksidasi 1 4 minggu Fe larut bahan sulfidik meningkat sangat tajam dan setelah minggu ke empat cendrung menurun. Gambar 4. Fe larut pada bahan sulfidik menurut lama drainase. SO4-2 larut (me 100g -1 ) 22 Gambar 5. Sulfat larut pada lapisan tanah 0 20 cm menurut lama drainase.

J. Tanah Trop., Vol. 14, No.1, 2009: 19-24 SO4-2 larut (me 100g -1 ) Gambar 6. Sulfat larut pada bahan sulfidik menurut lama drainase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahan amelioran yang diberikan kepada bahan sulfidik dapat menekan kelarutan Fe apabila kandungan air di dalam tanah tinggi. Setelah teroksidasi lebih lanjut, pemberian amelioran justru meningkatkan kelarutan Fe yang lebih besar pada tanah lapisan atas dan bahan sulfidik. Terjadi reaksi pertukaran antara Fe tanah dan bahan sulfidik dengan Ca dari kalsium silikat, kalsium karbonat dan Kalium dari fosfat, sehingga Fe larut meningkat. Pada 6 minggu drainase, kandungan air yang rendah menyebabkan sebagian Fe melekat pada ped sebagi plak besi (Wang dan Peverly, 1996; 1999) yang relatif menjadi sukar larut. Sulfat Larut Sulfat larut pada lapisan tanah 0 20 cm yang diberi amelioran secara nyata lebih tinggi dibanding sulfat larut pada kontrol. Gambar 5 memperlihatkan bahwa setelah tanah dibiarkan teroksidasi 1 2 minggu, sulfat larut pada tanah yang diberikan perlakuan dan kontrol meningkat dan setelah 2-6 minggu drainase menurun lagi. Setelah drainase lebih dari 2 minggu, pembentukan garam-garam sulfat lebih dominan sehingga kelarutan sulfat rendah, sementara laju reaksi oksidasi yang menghasilkan sulfat menurun. Pada bahan sulfidik, reaksi oksidasi pirit yang menghasilkan sulfat terus berlanjut sampai dengan drainase 6 minggu. Sulfat larut pada bahan sulfidik yang diberi perlakuan amelioran lebih tinggi dibanding kontrol pada saat 0 minggu perlakuan. Gambar 6 memperlihatkan bahwa semakin lama bahan sulfidik teroksidasi sulfat larut semakin meningkat, tetapi bahan sulfidik kontrol meningkat lebih tajam dibanding bahan sulfidik yang diberi perlakuan amelioran. Pada saat 6 minggu drainase, sulfat larut pada bahan sulfidik dengan perlakuan amelioran relatif lebih rendah dibanding sulfat larut pada bahan sulfidik kontrol. Ketika drainase dan oksidasi intensif, terjadi reaksi pertukaran antara sulfat dari tanah dan bahan sulfidik dengan silikat, karbonat dan fosfat dari bahan amelioran. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa laju pemasaman tanah dari bahan sulfidik lebih cepat dibandingkan dengan lapisan tanah atas ketika tanah dan bahan sulfidik teroksidasi lebih lanjut. Pada kondisi tanah dengan kandungan air tinggi, pemberian bahan amelioran (silika, fosfat dan kapur) efektif meningkatkan ph pada lapisan tanah atas. Pada kondisi tanah dan bahan sulfidik teroksidasi lanjut atau kandungan air rendah, pemberian amelioran (silika, fosfat dan kapur) dapat menghambat pemasaman tanah atas dan bahan sulfidik tetapi dapat meningkatkan kelarutan besi pada tanah lapisan atas dan bahan sulfidik. 23

B. J. Priatmadi dan A. Haris: Reaksi Pirit pada Lahan Pasang Surut DAFTAR PUSTAKA Anda, M and A.B. Siswanto. Change of acid sulfate soil properties and water quality as affected by reclamation in a tidal backswamp area. 17thWCCS 14-21 August 2002, Thailand. Paper No. 144: 1-13. Bos, M,G. 1992. Research on acid sulphate soils in the humid tropics. In: Papers workshop on acid sulphate soils in the humid tropics, 20-22 November 1990. AARD/LAWOO, Bogor, pp. 1-9. Dent, D. 1986. Acid sulphate soils : A baseline for research and development. ILRI, Wageningen. Publication No.39. Ismangun dan A. S. Karama. 1994. Potensi dan peluang lahan di Kalimantan Selatan untuk pembangunan pertanian yang berkesinambungan. Kalimantan Agrikultura 4: 1-10. Priatmadi, B.J. 1999. Perubahan sifat dan ciri tanah sulfat masam berdasarkan jarak dari sungai dan kaitannya dengan produktivitas padi di Kalimantan Selatan. Thesis S2. Universitas Brawijaya, Malang. Priatmadi, B.J. dan E. Purnomo. 2000. Karakterisasi tanah sulfat masam dan zonasi produktivitas padi. J. Tanah Trop. 11: 59-68. Priatmadi, B.J. dan M. Mahbub. 2003. Karakteristik kimia, fisika dan morfogenesis tanah sulfat masam di Kalimantan selatan. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian Unlam. Banjarbaru. Priatmadi, B.J. 2007. Segmentasi tanah sulfat masam di Daerah Reklamasi Kalimantan Selatan. J. Kalimantan Scientiae 70: 84-92. Priatmadi, B.J. 2008. Pengaruh pencucian tanah sulfat masam terhadap sifat kimia tanah. J. Agroscientiae 14: 88-95. Shamsuddin, J and M. Sarwani. 2002. Pyrite in acid sulfate soils: transformation and inhibition of its oxidation by application of natural materials. 17thWCCS 14-21 August 2002, Thailand. Paper No. 97: 1-5 Toyibah, N. 2006. Pengaruh pencucian dan penggenangan tanah sulfat masam terhadap sifat kimia tanah. Skripsi. Fakultas Pertanian Unlam. Banjarbaru. Wang, T and J.H. Peverly. 1996. Oxidation states and fractionation of plaque iron on roots of common reeds. Soil Sci. Soc. Amer. J. 60: 323-329. Wang, T and J.H. Peverly. 1999. Iron oxidation states on root surfaces of a wetland plant (Phragmites australis). Soil Sci. Soc. Amer. J. 63: 247-252. Zhang, J and S. Luo. 2002. A case study on the relationship between sulfur forms and acidity in acid sulphate soils (ASS). 17thWCCS 14-21 August 2002, Thailand. Paper No. 1048: 1-5. 24