BAB I PENDAHULUAN. ketat, dan pada umumnya para pengguna jasa (stakeholders) menginginkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memiliki prestasi akademik yang tinggi pada umumnya dianggap sebagai

PEGANTAR MK KEWARGANEGARAAN

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA

PENTINGNYA ASPEK SOFT SKILLS

Pengantar Penulisan Ilmiah U M M I K A L S U M

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Robert Bolton,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN LAMANYA BERORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK DI KAMPUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. biologis dan ditutup dengan aspek kultural. Transisi dari masa kanak-kanak ke remaja

GURU SEBAGAI PEMIMPIN PENDIDIKAN Abstrak Imas Srinana Wardani Universitas PGRI Adibuana Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

ILMU KEALAMAN DASAR (IAD) Oleh: : Ahmad Kholid Alghofari, ST, MT. Kontrak Belajar. : 2 (dua) SKS. Semester/jurusan.

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emosional. Sering kita mendengar cerita

SANGAT CERDAS, MEMANG BERKEBUTUHAN KHUSUS

Apa yang dimaksud dengan Interpersonal Skill?

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

Interpersonal Communication Skill

BAB I PENDAHULUAN. universitas, institut atau akademi. Sejalan dengan yang tercantum pasal 13 ayat 1

PROFES PRO SIONALISM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. skills termasuk komunikasi dan kemampuan berinkteraksi, kemampuan

Pengembangan Softskills

SOFT SKILLS. Rizqie Auliana

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semakin pesat. Hal ini membuat setiap individu dituntut untuk

PROFIL TEAMWORK SKILL SEBAGAI GAMBARAN KEMAMPUAN KOMPETITIF MAHASISWA

BAGIAN SATU. Mengapa Harus Berubah? Penerapan Metode Problem-Based Learning (PBL)

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas lembaga pendidikan dan kurikulum yang digunakan menjadi. lulusan tersebut akan memiliki profesionalitas yang baik pula.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sasaran utama tidaklah hanya berbentuk fasilitas-fasilitas saja,

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

RITA PATRIASIH, S.Pd., M.Si Prodi Pend Tata Boga PKK FPTK UPI

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

(Development of Soft Skills Learners in Schools)

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

AWAS! JEBAKAN NUMERIK: PERINGKAT, NEM, DAN IPK

Kualitas kualitas Penting seorang Juara

BAB I PENDAHULUAN. pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras. membantu peserta didik agar nantinya mampu

BAB I PENDAHULUAN. memahami perubahan dan perkembangan di dunia pendidikan dan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan tuntutan baru dalam masyarakat. Perubahan tersebut. terlebih jika dunia kerja tersebut bersifat global.

BAB I PENDAHULUAN. pada provinsi Jawa Tengah. Menurut laporan hasil ujian nasional SMP tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebagai katalisator utama pengembangan SDM, dengan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penilaian bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Cheating merupakan

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan kinerja karyawan menurun. Penurunan kinerja karyawan akan

BAB I PENDAHULUAN. swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi (Depdiknas,

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I Pendahuluan. Manusia sebagai mahluk sosial memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sudah berjalan berdasarkan market oriented. Demikian juga perguruan tinggi saat

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat. Apalagi dengan adanya kebijakan wajib belajar 9 tahun dan

Ice breaking Kontrak perkuliahan Pembentukan kelompok Rancangan pembelanjaran Pendahuluan : Etika dan Sikap profesional sarjana pemberian tugas-tugas.

BAB I PENDAHULUAN. perlu diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia ( SDM) untuk

ETIK UMB MANFAAT SOFT SKILL. Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.Sc. Ekonomi. Manajamen. Modul ke: Fakultas. Program Studi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakekatnya merupakan sebuah proses berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak orang yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. ada sekitar 730 ribu sarjana menganggur, yang terdiri dari 409 ribu lulusan S1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah pengangguran di Indonesia cukup mengkhawatirkan, dari tahun

HASIL KUISIONER TRACER STUDY ALUMNI 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 memungkinkan perusahaan dapat merencanakan serta mendisain pelayanan yang paling mendekati keinginan pelanggan. Konsep kompetensi dapat dibagi menja

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan para tenaga ahli yang handal dalam bidangnya masing-masing.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

PROSES PELAKSANAAN MANAGEMENT TRAINEE (MT) PADA PT. TRAKINDO UTAMA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah generasi penerus bangsa. Masa depan bangsa ini berada di

MOTIVASI BERPRESTASI. (Kenali potensi kemampuan dalam berprestasi & meniti karier) Oleh : Mudjiarto. 1. Pengertian Motivasi dan Prestasi,

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan memegang peranan penting

WHAT ARE YOU GOING TO BE

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan subjek yang selalu menarik untuk dibahas.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unsur lapisan masyarakat merupakan potensi yang besar artinya bagi

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. strategis dan sangat vital, meskipun berbagai faktor lain yang dibutuhkan itu telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan individu kompleks yang memiliki dinamika

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kebutuhan tenaga kerja di dunia usaha atau dunia industri tingkat lokal, nasional, dan global begitu tinggi. Persaingan dalam dunia kerja juga semakin ketat, dan pada umumnya para pengguna jasa (stakeholders) menginginkan pekerjanya selain memiliki kemampuan kognitif (IPK yang tinggi) juga memiliki kepribadian yang matang (www.dewiirmakampuspr@yahoo.com). (Diunduh 19 April, 2009). Banyak kalangan industri yang mengeluhkan bahwa lulusan sekarang banyak yang kurang memiliki sikap tanggungjawab, misalnya, tidak dapat memenuhi kontrak kerja, kurang dapat bekerja sama dengan orang lain dalam pekerjaan, tidak dapat menyelesaikan tugas dengan baik, dan sebagainya yang kesemuanya tidak dapat ditelusuri dari nilai yang tinggi dan kelulusan yang tepat waktu semata (dalam Alvi, 2008). Dengan kata lain, para lulusan dan para calon pekerja yang akan memasuki dunia usaha memiliki persaingan yang ketat. Disamping itu para pengguna jasa

banyak yang mengeluhkan para pekerja dan para lulusan dewasa ini tidak memiliki tuntutan standart kepribadian yang diinginkan perusahaan yang tidak bisa dilihat dari ketepatan lulusan atau nilai-nilai akademik yang tinggi. salah satu masalah yang dilkeluhkan para pengguna jasa ialah masalah pribadi seseorang pekerja misalnya tidak memiliki sikap tanggungjawab dalam pekerjaan, termasuk dalam menyelesaikan tugas/pekerjaan dan hal-hal yang menyangkut masalah kepribadian yang tidak matang untuk memasuki dunia kerja. Dalam dunia kerja, terlontar juga komentar tentang kualitas para sarjana semacam, "pintar sih, tapi kok tidak bisa bekerja sama dengan orang lain" atau "jago bikin perancangan, tapi sayangnya tidak bisa meyakinkan ide hebat itu pada orang lain", atau "baru teken kontrak 1 tahun tapi sudah mundur, kurang tahan banting, nih, bukannya tidak jarang terlontar. Tentunya hal itu bisa menjadi bahan evaluasi, bukan hanya bagi kampus tertentu, tetapi juga seluruh kampus di tanah air tanpa terkecuali (www.dewiirmakampus pr@yahoo.com). (Diunduh 19 April, 2009). Hal ini berarti para sarjana pun dikeluhkan juga dalam dunia industri tidak memiliki kepribadian yang matang. Setiap dunia industri (stakeholders) membutuhkan tenagatenaga kerja yang selain memiliki kognitif juga dibutuhkan kepribadian yang siap kerja dan matang. Tahun 2001, pihak rektorat ITB pernah menggelar pertemuan dengan berbagai stakeholders, penyedia kerja dan pengguna lulusan ITB. Pihak rektorat ITB saat itu menyampaikan himbauan agar perusahaan tidak memotong pelamar kerja semata-

mata berdasarkan indeks prestasi (kriteria IP > 2,75). Setiap orang yang memiliki IP > 2,75 belum tentu memiliki kepribadian dewasa bahkan bisa sebaliknya, orangorang yang memiliki IP di bawah rata-rata memiliki kepribadian yang dewasa. Misalnya yang terjadi dalam dunia kerja, karyawan mempunyai indeks prestasi yang baik, tetapi tidak memiliki kemampuan mengontrol emosi, mudah frustasi atau mudah menyesali diri, sombong, dan tidak dapat menerima perbedaan, tidak memiliki cara pandang yang realistis. Selain itu, tidak dimilikinya keterampilan bersosialisasi, tidak punya tanggungjawab untuk mengerjakan tugas, pintar tapi tidak bisa menyalurkan idenya dan tidak mempunyai komitmen terhadap pekerjaan (www.dewiirmakampus pr@yahoo.com). (Diunduh 19 April, 2009). Hal ini berarti setiap tenaga kerja yang memiliki IPK > 2,75 belum tentu dapat bekerja sesuai kebutuhan tenaga kerja dalam dunia industri. Kepribadian seseorang yang matang tidak dapat dilihat berdasarkan IP yang tinggi. oleh sebab itu pihak rektorat ITB menyarankan kepada perusahaan-perusahaan agar tidak melihat atau menilai kualitas pekerja berdasarkan nilai IP yang tinggi saja. Berdasarkan survei dari National Association of College and Employee (NACE), USA (2002), kepada 457 pemimpin tentang 20 kualitas penting seorang juara, hasilnya berturut-turut adalah kemampuan komunikasi, kejujuran/integritas, kemampuan bekerja sama, kemampuan interpersonal, beretika, motivasi/inisiatif, kemampuan beradaptasi, daya analitik, kemampuan komputer, kemampuan berorganisasi, berorientasi pada detail, kepemimpinan, kepercayaan diri, ramah,

sopan, bijaksana, indeks prestasi (IP >= 3,00), kreatif, humoris, dan kemampuan berwirausaha. Jelas bahwa kepribadian yang matang tidak kalah penting bagi perkembangan dunia industri. Tingkah laku seseorang tentu saja dipengaruhi oleh kepribadian yang dibentuk oleh sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat itulah yang dilihat para pengguna jasa, sejauh mana kepribadian seseorang tersebut dapat dikategorikan kepribadian yang matang. Salah satu kriteria kepribadian yang matang menurut Allport ialah individu mampu melihat objek/sesuatu secara realistik, mampu menggunakan keterampilannya, mampu mengerjakan tugas dan mempunyai kemampuan memecahkan masalah (Allport, 1961). Hal ini berarti kemampuan melihat subjek, objek, dan situasi secara realistik, mampu menggunakan/mengembangkan keterampilan serta mengerjakan tugas-tugas yang diembaninya juga dibutuhkan bagi seorang mahasiswa yang sedang mempersiapkan diri untuk masuk ke dalam dunia kerja. Seorang mahasiswa yang tidak memiliki persepsi yang realistis, terhadap diri sendiri maupun orang lain, tidak mampu mengerjakan tugas kuliah maupun tugas kehidupan sehari-hari dan tidak mempunyai kemampuan memecahkan masalah, tentu saja dapat mempengaruhi prestasi dalam dunia perkuliahan dan dalam dunia industri. Dampak itu mungkin juga dirasakan oleh para dosen, dimana dosen berhadapan langsung dengan perilaku para mahasiswa yang tentu saja mempengaruhi proses belajar-mengajar. Mahasiswa tidak memiliki kemampuan melihat secara realistis, tidak mampu menggunakan keterampilannya dan tidak mampu mengerjakan tugas,

tentu saja mahasiswa tersebut akan mengalami stres bahkan sampai dengan tingkat depresi yang juga berdampak pada Fakultas. Bulan Juni 2008 lalu, 4 mahasiswi Universitas Dhaka, Bangladesh, bunuh diri. Akibatnya, universitas terbesar di Bangladesh itu menyiapkan sejumlah Psikiater. Kecenderungan bunuh diri atau percobaan bunuh diri meningkat dipicu kasus-kasus pengkhianatan kekasih. Selain itu, kompetisi akademik juga diduga memicu bunuh diri mahasiswa di universitas yang sudah berusia 88 tahun itu (http://news.feedfury.com). (diunduh, 8 Juli 2009). Tentu saja kejadian ini sangat disayangkan, seorang mahasiswa dituntut menjadi orang yang profesional dalam bidangnya, selaras dengan bertambahnya usia mahasiswa yang beranjak dewasa seharusnya mampu melihat diri sendiri dan lingkungannya secara realistik sehingga tidak mudah mengalami stres sampai tingkat depresi. Fenomena yang terjadi di Universitas Esa Unggul, berdasarkan hasil wawancara terhadap seorang mahasiswa yang mengatakan bahwa tugas dari dosen adalah beban buat saya, belum lagi tuntutan kerja.. Penulis juga sering menemukan tidak sedikit mahasiswa yang tidak mengumpulkan tugas tepat waktu, bahkan sampai ada mahasiswa yang tidak memperdulikan tugas yang diberikan dosen. Fenomena lain yang terjadi di Universitas Esa Unggul, seperti yang terjadi di kelas-kelas perkuliahan mahasiswa, yang pada saat itu kebetulan penulis berada dalam kelas perkuliahan, ada seorang mahasiswa yang mengatakan pak, pulang pak..capek, habis kerja ada pula yang mengatakan pak..osis pak..alias otak sisa.. dan lebih parahnya lagi ada

mahasiswa hadir hanya pada saat ujian (observasi pada saat perkuliahan, 2009). Hal tersebut tentu saja membuat para mahasiswa tidak dapat memaksimalkan pelajaran yang diberikan karena mahasiswa itu sendiri merasa suatu beban jika harus kuliah. Seorang mahasiswa yang matang akan merasa bahwa pilihannya untuk kuliah merupakan tanggungjawabnya, dan akan menjalankan tanggungjawabnya dengan pandangan yang realistis, mengerjakan tugas-tugas yang ada, dan akan menggunakan semaksimal potensi dan keterampilan dalam dirinya. Masalah yang menimpa secara umum di kalangan instansi pendidikan Indonesia sebenarnya menumpuk. Selama ini banyak sekolah maupun perguruan tinggi yang idealnya sebagai pusat pengajaran, tetapi hanya menekankan pengajaran pada keahlian dan keterampilan fisik (hard skill) seperti teori-teori, hal-hal mekanik, padahal waktu terjun di dunia industri banyak aspek soft kill seperti kemampuan berkomunikasi yang baik, kemampuan memecahkan masalah, menggunakan keterampilannya dengan minat dalam pekerjaannya dan kemampuan menyelesaikan tugas, kejujuran, etos kerja tinggi, tahan banting dan aspek-aspek lain yang tidak di ajarkan tetapi sangat berperan dalam dunia industri tersebut (www.dewiirmakampus pr@yahoo.com). (Diunduh 19 April, 2009). Dengan kata lain instansi pendidikan di Indonesia sebagian besar hanya mengajarkan pada keahlian fisik, padahal dalam dunia pekerjaan bukan hanya dibutuhkan keterampilan fisik seperti teori-teori ataupun hal-hal mekanik, melainkan dibutuhkan keterampilan soft skill atau

pembentukan kepribadian yang matang seperti rasa tanggungjawab, kemampuan komunikasi, kejujuran/integritas, kemampuan bekerja sama, dan lain-lain. Seperti yang dikatakan oleh Muchlas Samani dalam bukunya Menggagas Pendidikan Bermakna (2007) bahwa pendidikan kita tampaknya terlalu teoritik, seperti di awang-awang, tidak membumi, dan memisahkan siswa dari kehidupan sehari-hari. Pendidikan kita tidak membekali siswa bagaimana mengahadapi kehidupan nyata di masyarakat, sehingga menyebabkan mereka tidak tahu apa yang harus di kerjakan, kecuali belajar buku, bersenang-senang ala kehidupan kota dan setelah lulus ingin meneruskan sekolah atau mencari pekerjaan dengan berbekal selembar ijasah. Menurut data yang didapat oleh peneliti dari Biro Administrasi Akademik (BAA) di Universitas Esa Unggul, jumlah mahasiswa yang masih aktif dari tahun 2005-2008 berjumlah 2684 orang mahasiswa, dengan rata-rata nilai indeks prestasi >2,75 dengan presentasi 49, 33% dan nilai indeks prestasi <2,75 dengan nilai presentasi 50,67%. Berdasarkan data diatas, terlihat bahwa lebih 50% dari mahasiswa di Universitas Esa Unggul memiliki indeks prestasi yang dibawah standar menurut tuntutan para stakeholders dalam dunia usaha. Para mahasiswa di Universitas Indonusa Esa Unggul dengan IP yang dibawah standar para pengguna jasa atau stakeholders belum tentu tidak memiliki kepribadian yang dewasa bahkan bisa sebaliknya, mereka mampu bersaing dalam dunia kerja, misalnya mahasiswa mampu mengontrol emosi, dapat

menerima perbedaan, memiliki daya analitik yang baik, serta mampu mengerjakan semua tugas pekerjaan yang diembaninya. B. Identifikasi Masalah Mahasiswa dituntut selain memiliki kemampuan kognitif (IPK yang tinggi) juga diperlukan kematangan dalam kepribadian yaitu mampu melihat atau menilai subjek, objek maupun lingkungan secara rasional. Kematangan dalam kepribadian adalah usaha yang terus menerus untuk meningkatkan diri mencapai tujuan di semua area kehidupan (dalam Allport, 1961), baik dalam dunia akademik maupun memasuki dunia kerja atau usaha. Fenomena yang terjadi dalam Universitas Indonusa Esa Unggul berbagai keluhan para mahasiswa banyak terlontar, misalnya dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dosen merupakan suatu beban bagi para mahasiswa. Seharusnya seorang mahasiswa mampu melihat semua tugas yang diberikan dosen secara realistis dan mampu menerimanya serta mampu mengerjakannya. Mahasiswa yang memiliki kematangan dalam Realistic Perception, Skill, dan Assignment (tidak harus memiliki IPK yang tinggi) mampu memandang subjek, objek, dan situasi apa adanya serta mampu menggunakan keterampilannya secara realistik, maka mahasiswa akan menjadi seorang yang tidak mudah menyalahkan orang lain, dapat memaksimalkan keterampilan yang dimiliki serta mampu menyelesaikan semua tugas yang diberikan oleh dosen. Mahasiswa yang memiliki

kematangan yang rendah dalam Realistic Perception, Skill dan Assignment, maka seorang mahasiswa menjadi lebih mudah menyalahkan dunia luar, tidak mampu mengembangkan keterampilan dan menggunakan keterampilannya dengan maksimal serta tidak mampu mengerjakan semua tugas yang diberikan dosen yang tentu saja mempengaruhi prestasi dan selanjutnya berdampak pada dunia industri. Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui Realistic Perception, Skill dan Asignment pada mahasiswa di Universitas Indonusa Esa Unggul. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Sesuai dengan latar belakang penelitian dan rumusan masalah tersebut di atas, penelitian ini memiliki tujuan umum yaitu untuk melihat gambaran tingkat tinggi, sedang dan rendah Realistic Perception, Skill dan Assignment pada mahasiswa di Universitas Esa Unggul. 2. Tujuan Khusus a. Melihat secara gambaran keseluruhan tingkat Realistic Perception, Skill dan Assignment pada mahasiswa di Universitas Esa Unggul. b. Mendapatkan gambaran tingkat Realistic Perception, Skill dan Assigment berdasarkan data tambahan pada mahasiswa di Universitas Esa Unggul.

c. Melihat dari ketiga dimensi mana yang lebih dominan pada mahasiswa di Universitas Esa Unggul. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dapat memberikan informasi dalam bidang Psikologi umum, khususnya bidang Psikologi kepribadian dalam kasus yang berkaitan dengan Realistic Perception, Skill dan Assignment pada mahasiswa Universitas Esa Unggul. 2. Kegunaan Praktis Hasil dari penelitian ini, dapat juga menjadi bahan acuan, ide, atau masukan dan sumber informasi bagi para mahasiswa, dosen, Fakultas dan yang lainnya agar dapat melihat bagaimana gambaran Realistic Perception, Skill dan Assignment pada mahasiswa di Universitas Esa Unggul. E. Kerangka Berpikir Salah satu tujuan penting bagi seorang mahasiswa ialah menjadi pribadi yang profesional sesuai dalam bidangnya. Mahasiswa juga dituntut menjadi seorang sarjana yang menguasai konsep teoritis dan teknik pengamatan yang objektif, serta memiliki kemampuan analisis untuk dapat mengambil keputusan secara mandiri dan dapat dipertanggungjawabkan dalam masyarakat. Selain prestasi yang baik dalam bidang akademik, para pengguna tenaga kerja juga menuntut para pekerjanya memiliki kepribadian yang matang.

Terdapat enam kriteria dalam kepribadian seseorang dapat disebut sebagai kepribadian yang matang yaitu: (1). Extention of The Self, (2). Warm Relating of Self to Others, (3). Emotional Security (Self acceptance), (4). Realistic Perception, Skill dan Assignment, (5). Self Objetification: Insight & Humor, (6). The Unifying Philosophy of Life. Allport memberikan 6 kriteria yang harus dipenuhi sehingga dapat dikatakan seorang pribadi yang dewasa atau matang yang salah satunya ialah Realistic Perception, Skill dan Assignment. Realistic Perception, Skill dan Assignment ialah kemampuan melihat orang lain atau subjek, objek dan situasi seperti apa adanya, memiliki dan mampu mengembangkan keterampilan dan mampu mengerjakan tugas yang dipilihnya. Dapat dikatakan jika seorang mahasiswa memiliki persepsi yang realistis, memiliki keterampilan dan mampu menggunakan keterampilannya serta mampu menyelesaikan tugas-tugasnya ialah mahasiswa yang sudah memenuhi salah satu dari enam kriteria kepribadian yang matang menurut Allport. Misalnya seorang mahasiswa dapat menilai atau melihat hasil prestasi dengan realistis sehingga mereka tidak akan menyalahkan diri sendiri dan orang lain. Selain memiliki persepsi yang realistis, mahasiswa juga mampu menggunakan keterampilan yang dimilikinya dengan maksimal, serta mampu menyelesaikan segala tugas-tugas yang diberikan dengan penuh tanggungjawab. Kematangan dalam Realistic Perception, Skill dan Assignment dapat dilihat dengan perilaku yang tidak mudah menyalahkan dunia luar, dapat menerima subjek, objek, dan situasi seperti apa

adanya. Kemampuan dan minat memecahkan masalah, memiliki keterampilan yang cukup untuk menyelesaikan tugas yang dipilihnya tanpa rasa panik dan penuh tanggungjawab. Orang-orang yang memiliki kematangan kepribadian dalam Realistic Perception, Skill dan Assignment akan mampu memandang subjek, objek dan situasi apa adanya, mampu dalam menggunakan dan mengembangkan keterampilan yang dimiliki secara maksimal serta mampu menyelesaikan tugas dan tanggungjawab terhadap pekerjaan yang diembaninya. Sebaliknya orang yang tidak memiliki kematangan kepribadian dalam Realistic Perception, Skill dan Assignment maka mereka tidak mampu memandang subjek, objek dan situasi apa adanya, tidak mampu menggunakan dan mengembangkan keterampilan yang dimiliki secara maksimal dan tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diembaninya.

Mahasiswa/ mahasiswi Universitas Esa Unggul 1. Jenis Kelamin 2. Usia 3. Agama 4. Urutan anak 5. Status Pekerjaan 6. Status Pernikahan Kepribadian yang matang (Allport, 1965) Extension of the sense of self Warm Relating of Self to Others Emotional Security Realistic Perception, skill and Assignment A. Realistic perception 1. Mampu melihat subyek secara realistik 2. Mampu melihat objek secara realistik 3. Mampu melihat situasi secara realistik B. Realistic skill 1. Mampu mengembangkan keterampilan yang dimiliki 2. Mampu menggunakan keterampilan secara maksimal C. Realistic assignment 1. Mampu menyelesaikan tugas 2. Memiliki tanggungjawab terhadap tugas atau pekerjaan Insight and Humor Phylosophy of Life Kematangan tinggi rendah Gambar 1.1 Kerangka Berpikir