Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI MURID KELAS VI MADRASAH DINIYAH ISLAMIYAH MUHAMMADIYAH SEI KINDAUNG KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

PENGETAHUAN GURU PENJASKES DAN PERANANNYA DALAM PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG SEKAYAM KABUPATEN SANGGAU

BAB I PENDAHULUAN. dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2010).

BAB VII PENUTUP. 1. Lebih dari separoh responden mengalami karies gigi di Sekolah Dasar Negeri

BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI ANAK SDN KLECO II KELAS V DAN VI KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

Faktor Manajemen Pelaksanaan UKGS Dan Peran Orangtua Terhadap Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar

*Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado Jl. R.W. Mongisidi Malalayang Manado

BAB VI PEMBAHASAN. dasar. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya promotif yaitu dengan. memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

PENELITIAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM KEBERHASILAN PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT. Desi Andriyani *

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan. yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. (Soetjiningsih, 1995). Pada usia tersebut anak mengalami proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI SDI DARUL MU MININ KOTA BANJARMASIN TAHUN 2017 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. makanan sehingga membantu pencernaan, untuk berbicara serta untuk

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi estetik yang menunjang kecantikan. Menjaga kebersihan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

HUBUNGAN TINGKAT KEJADIAN KARIES GIGI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-7 TAHUN DI SD INPRES KANITI KECAMATAN KUPANG TENGAH KABUPATEN KUPANG

Determinan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Di Pulau Nusa Penida, Klungkung, Bali

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENCEGAHAN KARIES GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI BALITA. Nawang Siwi Sayuti 1.

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP PREVALENSI KARIES GIGI DI TK ISLAM AR RAHMAN JLN. MEDAN TG. MORAWA KECAMATAN TANJUNG MORAWA TAHUN 2014

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Anisah (2007) bahwa anak usia sekolah berkisar antara usia 6-12 tahun, masa

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang semakin muncul di permukaan. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DENGAN PERILAKU PENYEBAB KARIES PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI SUKAMULYA 01 KECAMATAN SUKATANI, KABUPATEN BEKASI TAHUN

ABSTRAK. knowledge, role of teacher, shcool dental hygiene

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA

Hubungan Pengetahuan, Sikap, Praktik Ibu dengan Karies Gigi Murid Usia 5 Tahun di Pondok Labu Tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

Anneke A. Tahulending 1), Christy Velia Kosegeran 2) 1)3) Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KARIES GIGI PADA MURID SDN 1 RAHA KABUPATEN MUNA. Ratna Umi Nurlila Dosen STIKES Mandala Waluya Kota Kendari

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh (Mumpuni, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi

BAB III METODE PENELITIAN

PENELITIAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES DAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH USIA 7 8 TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti berbicara, makan, dan bersosialisasi tidak akan terganggu karena terhindar dari rasa sakit,

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN

Kata kunci : PHBS,Tatanan Sekolah

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

INDEKS DEF-T PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK SEKOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB I PENDAHULUAN. efek yang buruk pada kesehatan pada umumnya, sehingga kesehatan mulut yang. baik dapat dicapai dengan kebersihan mulut yang baik.

RELATIONSHIP BETWEEN DENTAL CARE AND CARIOGENIC FOODS WITH CHILDREN DENTAL CARIES INCIDENCE IN JURAN ELEMENTRY SCHOOL

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Middle childhood merupakan masa. usia tahun untuk anak laki-laki (Brown, 2005).

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karbohidrat oleh bakteri, gigi, dan saliva.karies yang terjadi pada gigi desidui

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

Karies gigi dapat menyebabkan manusia tanpa memandang usia, mulai dari anak-anak sampai tua, mulai dari yang ringan sampai parah.

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012). Status kesehatan gigi dan mulut umumnya dinyatakan dalam prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

DAMPAK KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK SEKOLAH

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kognitif, yang memerlukan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian orang tua terhadap kesehatan gigi anak, kurangnya mengenalkan

KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

Transkripsi:

PENELITIAN PERILAKU KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DAN MENYIKAT GIGI ANAK DI SD KECAMATAN RAJABASA KOTA BANDAR LAMPUNG Linasari* Anak adalah generasi yang akan menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan diarahkan sejak dini agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi sumberdaya yang berkualitas. Kesehatan gigi merupakan salah satu aspek dari kesehatan secara keseluruhan. Penyakit mulut yang paling umum adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Penyakitpenyakit ini merupakan penyebab utama hilangnya gigi. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor berhubungan dengan perilaku makan anak. Jenis penelitian survei analitik dengan desain yang digunakan adalah cross sectional. populasi 1800 Murid SD dan sampel 377 Murid. Sampel diambil secara random. Analisa data univariat, bivariat, multivariat dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menyatakan ada hubungan sikap, iklan, sarana, pengaruh guru dan pengaruh orang tua, tidak ada hubungan antara pengetahuan, dan uang saku dengan perilaku konsumsi anak di SD Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung tahun 2012, dan pengaruh orang tua merupakan variabel yang paling dominan. Peneliti menyarankan peran orang tua ditingkatkan dalam membimbing, pengawasan kebiasaan menyikat gigi dan perilaku jajan anak di sekolah ataupun di rumah. Kata Kunci : Perilaku Anak, Makanan Kariogenik, Menyikat Gigi Anak adalah generasi yang akan menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan diarahkan sejak dini agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi sumberdaya yang berkualitas. Penyakit mulut yang paling umum adalah karies gigi dan penyakit periodontal. Penyakit-penyakit ini merupakan penyebab utama hilangnya gigi. (Tarigan, 1992) Karies gigi anak menyerang anakanak maupun dewasa baik gigi sulung maupun gigi permanen.akibat dari karies gigi sendiri dapat berupa antara lain rasa sakit, estetik, gangguan fungsi bicara, gangguan fungsi kunyah yang menghambat konsumsi makanan atau nutrisi, gangguan kenyamanan berupa gangguan tidur, gangguan konsentrasi dalam belajar dan gangguan kenyamanan kerja. (Zantika, 2006) Di Kecamatan Rajabasa memiliki empat kelurahan sebagai wilayah kerjanya dan memiliki 16 SD di wilayahnya, berdasarkan penjelasan dari pengelola Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Puskesmas Rajabasa bahwa siswa banyak terkena karies gigi, dari hasil observasi di Kecamatan Rajabasa pada anak SD yang berjumlah 10 siswa ternyata 80% mengalami karies gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku konsumsi anak. Subyek penelitian ini adalah siswa sekolah dasar kelas 4-6 di Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret dan selesai pada bulan Agustus 2012. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan desain yang digunakan adalah cross sectional. Populasi adalah 1800 murid SD di Kecamatan Rajabasa dan sampel 377 murid yang diambil secara random. Analisa data [37]

univariat, bivariat, multivariat dengan tingkat kepercayaan 95%. HASIL Sarana Mudah 40 42,1 55 57,9 95 100 0,003 2,161 Tidak mudah 71 25,2 211 74,8 282 100 Pengaruh guru Hasil analisis secar univariat menunjukkan bahwa siswa yang memiliki perilaku makan makanan kariogenik dan menyikat gigi kurang baik sebanyak 29,4%. Siswa yang memiliki pengetahuan baik 13,5%. Memiliki sikap kurang baik sejumlah 86,5%,. Siswa tidak melihat iklan 19,4% dan yang melihat iklan 80,6%. 92,6% siswa memiliki uang saku banyak, dan 7,4% siswa memiliki uang saku sedikit. Siswa yang mudah mendapatkan sarana jajan 25,2%, Siswa yang mendapat pengaruh kurang baik dari guru 33,7% sedangkan 66,3% mendapat pengaruh baik dari guru. Siswa yang mendapat pengaruh kurang baik dari orang tua 38,2% sedangkan 61,8% mendapat pengaruh baik dari orang tua. Tabel 1: Hasil Analisis Faktor-faktor berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Makanan Kariogenik dan Menyikat Gigi Variabel Pengetahuan Perilaku Makan Makanan Kariogenik dan Menyikat Gigi Kurang Baik Baik n % n % Jml % p value Kurang Baik 94 28,8 232 71,2 326 100 0,624 Baik 17 33,3 34 66,7 51 100 Sikap OR CI 95% Kurang Baik 105 32,2 221 67,8 326 100 0,005 3,563 Baik 6 11,8 45 88,2 51 100 Iklan Tidak 30 41,1 43 58,9 73 100 Melihat 0,022 1,921 Melihat 81 26,6 223 73,4 304 100 Uang saku Banyak 101 28,9 248 71,1 349 100 0,588 Sedikit 10 35,7 18 64,3 28 100 Kurang Baik 57 44,9 70 55,1 127 100 0,000 2,956 Baik 54 21,6 196 78,4 250 100 Pengaruh orang tua Kurang Baik 87 60,4 57 38,6 144 100 0,000 13,292 Baik 24 10,3 209 89,7 233 100 Tabel 3: Model prediksi faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku Konsumsi Makanan Kariogenik dan Menyikat Gigi Anak di SD Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung CI 95,0% Variabel P value OR Lower Upper Sikap 0,001 136,326 8,493 2,188E3 Sarana 0,002 2,714 1,427 5,159 Pengaruh orang tua 0,000 178,469 20,179 1,578E3 Pengaruh orang tua by sikap 0,027 0,115 0,017 0,788 Dari hasil analisis bivariat dilaporkan dari siswa yang memiliki pengetahuan kurang baik 28,8% memiliki perilaku menyikat gigi kurang baik dan 71,2% memiliki perilaku baik, sedangkan dari 51 siswa yang memiliki pengetahuan baik 33,3 % memiliki perilaku konsumsi kurang baik dan 66,7% memilik perilaku baik, dengan Pv = 0,624, artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan Siswa yang memiliki sikap kurang baik 32,2% memiliki perilaku konsumsi kurang baik dan 67,8% memiliki perilaku baik. Sedangkan dari 51 siswa yang memiliki sikap baik, memiliki perilaku menyikat gigi kurang baik 11,8 % dan perilaku yang baik 88,2%, dengan pv = 0,000 dan Odd Ratio (OR) = 3, 635 (CI [38]

95% 1,474 8,616). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan sikap Sikap yang kurang baik akan beresiko 3,563 kali untuk berperilaku makan makanan kariogenik dan menyikat gigi yang kurang baik dibandingkan dengan sikap yang baik. Dari 73 siswa yang tidak melihat iklan 41,1% memiliki perilaku konsumsi kurang baik dan 58,9% memiliki perilaku baik. Sedangkan dari 304 siswa yang melihat iklan memiliki perilaku konsumsi kurang baik 26,6 % dan perilaku yang baik 73,4%, dengan p value=0,022 dan OR= 1,921 (CI 95% 1,129 3,267). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan iklan dengan perilaku konsumsi anak. Tidak melihat iklan akan beresiko 1,921 kali untuk berperilaku makan yang kurang baik dibandingkan dengan yang melihat iklan. Siswa yang mendapat uang saku kurang baik 28,9% memiliki perilaku menyikat gigi kurang baik dan 71,1% memiliki perilaku baik. Sedangkan dari 28 siswa yang baik uang sakunya memiliki dan menyikat gigi kurang baik 35,7% dan perilaku yang baik 64,3%. Analisis bivariat diperoleh p value 0,588, hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan uang saku dengan perilaku konsusmsi anak. Siswa yang mudah mendapatkan sarana 42,1% memiliki perilaku konsumsi kurang baik dan 57,9% memiliki perilaku baik. Sedangkan dari 282 siswa yang tidak mudah mendapatkan sarana memiliki dan menyikat gigi kurang baik 25,2 % dan perilaku yang baik 74,8%. Analisis bivariat diperoleh p value 0,003 dan OR= 2,161 (CI 95% 1,327 3,521). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan sarana Mudah mendapatkan sarana jajan akan beresiko 2,161 kali untuk berperilaku makan yang kurang baik dibandingkan dengan tidak mudah mendapatkan sarana jajan. Siswa yang mendapat pengaruh kurang baik dari guru 44,9% memiliki dan menyikat gigi kurang baik dan 55,1% memiliki perilaku baik. Sedangkan dari 250 siswa yang mendapat pengaruh baik dari guru memiliki perilaku konsumsi kurang baik 21,6 % dan perilaku yang baik 78,4%. Analisis bivariat diperoleh p value 0,000 dan OR= 2,956 (CI 95% 1,863 4,689). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan pengaruh guru Pengaruh guru yang kurang baik akan beresiko 2,956 kali untuk berperilaku makan makanan kariogenik dan menyikat gigi yang kurang baik dibandingkan dengan pengaruh baik guru. Siswa yang mendapat pengaruh kurang baik dari orang tua 60,4% memiliki dan menyikat gigi kurang baik dan 38,6% memiliki perilaku baik. Sedangkan dari 233 siswa yang mendapat pengaruh baik dari orang tua memiliki perilaku konsumsi kurang baik 10,3 % dan perilaku yang baik 89,7%, Analisis bivariat diperoleh p value 0,000 OR= 13,292 (7,757 22,775). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan pengaruh orang tua Pengaruh orang tua yang kurang baik akan beresiko 13,292 untuk berperilaku menyikat gigi yang kurang baik dibandingkan dengan pengaruh baik orang tua. Hasil analisis Multivariat melaporkan variabel yang berhubungan dengan perilaku makan makanan kariogenik dan menyikat gigi adalah sikap, [39]

sarana dan pengaruh orang tua, pengaruh orang tua dengan sikap. Variabel yang paling dominan adalah pengaruh orang tua dengan OR = 178.469. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengaruh orang tua yang kurang baik beresiko 178,469 kali untuk berperilaku konsumsi makanan kariogenik dan menyikat gigi yang kurang baik dibandingkan dengan pengaruh baik orang tua. PEMBAHASAN Siswa yang memiliki perilaku makan kurang baik sebanyak 29,4% dan siswa yang memiliki perilaku makan makanan kariogenik dan menyikat gigi baik sebanyak 70,6%. Kondisi ini menunjukkan siswa telah memiliki kesadaran dan perilaku yang baik dalam menjaga kebersihan giginya demi menjaga kesehatan pribadinya. Perilaku pemeliharaan kesehatan merupakan usahausaha yang dilakukan seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan bilamana sakit. Perilaku kesehatan gigi yang negatif, misalnya tidak menggosok gigi secara teratur, maka kondisi gigi dan mulut akan menurun dengan dampak antara lain gigi berlubang. Dalam upaya pencegahan karies gigi pada siswa sebaiknya melakukan tindakan menghindari makanan yang mengandung gula dan mudah melekat diantara waktu makan, menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor, dan menyikat gigi minimal dua kali sehari sesudah makan dan sebelum tidur. Menurut Prawitasari (1998) pengetahuan akan merangsang terjadinya perubahan sikap bahkan tindakan seorang individu. Dari hasil penelitian dapat dijelaskan siswa yang memiliki pengetahuan kurang baik sejumlah 86,5%, dan siswa yang memiliki pengetahuan baik 13,5%. Analisis bivariat diperoleh p value 0,624. Artinya tidak ada hubungan bermakna pengetahuan dengan perilaku menyikat gigi anak. Hal teresbut dikarenakan meskipun siswa memiliki pengetahuan kurang baik dalam hal pemeliharaan kebersihan gigi, namun orang tua mereka selalu mengarahkan supaya mereka selalu membersihkan giginya. Sikap (attitude) menurut Sarwono (2003) adalah kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku atau merespon sesuatu baik terhadap rangsangan negative dari suatu objek rangsangan. Hasil penelitian mendapatkan p value = 0,000 OR = 3,635 (CI 95% 1,474 8,616). Hasil analisa tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna sikap dengan perilaku konsumsi anak. Didukung hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa model prediksi variabel yang berhubungan dengan dengan perilaku makan makanan kariogenik dan menyikat gigi adalah sikap (p value = 0,001, dan OR = 136.326, CI 95% 8.493-2188E3), artinya siswa yang memiliki sikap kurang baik akan berisiko 136.326 kali memiliki perilaku konsumsi makanan kariogenik dan menyikat gigi kurang baik dibanding dengan siswa yang memiliki sikap baik. Iklan banyak memberikan informasi tentang bagaimana memelihara kesehatan gigi yang baik. Siswa yang tidak melihat iklan 19,4% dan yang melihat iklan 80,6%. Data tersebut menunjukkan sebagian besar siswa tidak melihat iklan dikarenakan pada siang hari mereka harus sekolah, dan ketika pulang mereka lebih memilih bermain bersama teman-teman sebayanya dari pada menonton televisi. Analisis bivariat diperoleh p value 0,022 OR= 1,921 (CI 95% 1,129 3,267), artinya ada hubungan bermakna iklan Adanya iklan, meskipun hanya sesaat dan mereka melihatnya pun dengan frekuensi yang sedikit, mampu menarik minat mereka untuk mempraktekkan sesuatu yang diiklankan, dalam hal ini iklan yang berkaitan dengan pemeliharaan kebersihan dan kesehatan gigi. [40]

Uang saku memiliki pengaruh besar terhadap siswa. Berdasarkan analisis bivariat diperoleh p value 0,588, artinya tidak ada hubungan bermakna uang saku dengan perilaku makan makanan Meskipun siswa sebagian besar memiliki uang saku banyak tetapi peruntukannya bukan untuk jajan, mereka bersekolah jauh dari rumah, sehingga uang saku mereka dimanfaatkan untuk ongkos naik angkot. Sarana diperlukan untuk mendukung suatu tindakan 25,2% siswa yang tidak memiliki kemudahan mendapatkan sarana untuk jajan sedangkan 74,8% siswa memiliki kemudahan untuk mendapatkan sarana jajan. Artinya sebagian besar siswa telah memiliki kemudahan untuk mendapatkan jajan. Dari analisis bivariat diperoleh p value 0,003 dan OR= 2,161 (CI 95% 1,327 3,521). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan sarana kariogenik dan menyikat gigi siswa anak. Analisis multivariat pada tabel 5.21 menunjukkan bahwa model prediksi variabel yang berhubungan dengan dan menyikat gigi siswa yang karies gigi adalah sarana jajan (p value = 0,002, OR = 2,714, CI 95% 1,427 5,159). Artinya siswa yang memiliki kemudahan mendapatkan sarana jajan akan berisiko 2,728 kali memiliki perilaku konsumsi kurang baik dibanding dengan siswa yang tidak memiliki kemudahan dalam mendapatkan sarana jajan. Guru mempunyai peranan besar terhadap perubahan perilaku siswa baik di sekolah maupun dirumah. Demikian halnya dalam hal pemeliharaan kebersihan dan kesehatan gigi. Analisis bivariat diperoleh p value 0,000 dan OR= 2,956 (CI 95% 1,863 4,689). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan pengaruh guru dengan perilaku konsumsi anak. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Hutabarat (2009) yang menyatakan ada hubungan antara peran guru dengan pengalaman karies gigi siswa SD di Kota Medan. Orang tua adalah panutan anakanaknya, apa yang disarankan dan diperintahkan oleh orang tua adalah demi kebaikan anak-anaknya. Analisis bivariat diperoleh p value 0,000 OR = 13,292 (7,757 22,775). Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan pengaruh orang tua dengan perilaku menyikat gigi anak. Analisa multivariat menunjukkan bahwa model prediksi variabel yang berhubungan dengan perilaku konsumsi siswa yang karies gigi adalah pengaruh orang tua p value = 0.000 dan OR = 178.469. Analisis multivariat tersebut menunjukkan bahwa pengaruh orang tua merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku konsumsi siswa yang karies gigi di SD Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung tahun 2012. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, uang saku kariogenik dan menyikat gigi anak SD, ada hubungan yang bermakna antara sikap, iklan, sarana jajan, pengaruh guru, pengaruh orang tua dengan perilaku menyikat gigi anak SD. Interaksi pengetahuan dengan sikap merupakan faktor pencegah perilaku konsumsi anak di SD Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung tahun 2012. Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti menyarankan agar penyusunan rencana program kesehatan gigi dan mulut di Dinas Kesehatan lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif, puskesmas berperan aktif dalam memberikan pendidikan dan pelatihan pada guru/tenaga UKS dalam bidang [41]

kesehatan gigi dan mulut pada khususnya, tenaga konseling di sekolah dasar lebih aktif menjalankan program UKS/UKGS. Siswa sekolah dasar dianjurkan untuk dapat melaksanaan menyikat gigi bersama atau kumur-kumur dengan larutan flour pada saat jam pelajaran olah raga. Peneliti juga menyarankan kepada orang tua agar berperan aktif dalam membimbing, pengawasan kebiasaan menyikat gigi dan perilaku jajan anak di sekolah ataupun di rumah. Orang tua hendaknya meluangkan waktu mengajak anak memeriksakan kesehatan gigi dan mulut secara berkala yaitu setiap enam bulan sekali. * Dosen pada Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang Carlos, 1981. Penyakit-penyakit Periodontal pada Anak-anak Bina Cipta,Jakarta Dewi,2010.Teori dan Pengukuran Pengetahuan,Sikap dan Perilaku Manusia,Nuha Medika Yogyakarta Depkes RI,1995. Tata cara Kerja Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas Depkes RI Direktur Jenderal Pelayanan Medik,Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2011, Profil Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2011 Bandar Lampung Edwina AM Kid, Sally Yoyston, bechal, 1992, Dasar-Dasar Karies Penyakit dan Penanggulanganya,EGC,Jakarta DAFTAR PUSTAKA Azrul Azwar,2005. Menjaga mutu pelayanan kesehatan pustaka sinar harapan Jakarta Budiharto, 1995.Dasar-Dasar Ilmu Prilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi, FKG UI,Jakarta. Fankari,2004. Kesehatan Gigi dan Mulut,http;//bz.blogfam.com Green L W,et al 1980, Education Planning.Myfield Publishing Co,John Hopkins University Maryland Budiharto, 2000. Pengantar Perilaku Manusia, EGC, Jakarta [42]