PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP RADIOAKTIVITAS GROSS BETA PADA SAMPEL JATUHAN (FALL OUT)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS BETA TOTAL PADA SAMPEL TANAH DI KAWASAN REAKTOR KARTINI TAHUN 2010

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS BETA TOTAL SAMPEL AIR LINGKUNGAN DI SEKITAR REAKTOR KARTINI TAHUN 2011

KAJIAN RADIOAKTIVITAS AIR LINGKUNGAN DI SEKITAR REAKTOR KARTINI PASCA GEMPA 27 MEI 2006

PENGUKURAN DAN EVALUASI RADIOAKTIVITAS AIR TANGKI REAKTOR (ATR) DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA

ANALISIS RADIONUKLIDA PEMANCAR PADA SAMPEL TUMBUHAN

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS DEBU DI UDARA DAERAH KERJA PPGN TAHUN 2011

PENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI

EVALUASI HASIL PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS BETA TOTAL PADA RUMPUT DI SEKITAR REAKTOR KARTINI TAHUN 2009

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

EVALUASI PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS ALPHA DAN BETA DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2009

RADIOAKTIVITAS BEBERAPA SPESIES BIOTA DI DAERAH PEMANTAUAN SEKITAR REAKTOR KARTINI

ANALISIS RADIOAKTIVITAS GROSS α, β DAN IDENTI- FIKASI RADIONUKLIDA PEMANCAR γ DARI AIR DAN SEDIMEN SUNGAI CODE YOGYAKARTA

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

EVALUASI DAMPAK RADIOAKTIVITAS UDARA DI YOGYAKARTA PASCA KECELAKAAN PLTN FUKUSHIMA JEPANG

ANALISIS RADIONUKLIDA PEMANCAR PADA SAMPEL TANAH PASCA PENGATUSAN DAKHIL DI KAWASAN REAKTOR KARTINI

PENENTUAN RADIOAKTIVITAS PEMANCAR GAMMA TOTAL DAN BETA TOTAL DALAM LIMBAH RUMAH SAKIT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

RANCANG BANGUN ALAT UKUR CURAH HUJAN

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS AIR, TANAH DAN UDARA MENGGUNAKAN GROSS BETA

FORMAT DAN ISI LAPORAN SURVEI RADIOLOGI AKHIR

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2008

EVALUASI RADIOAKTIVITAS GROSS BETA DAN IDENTIFIKASI RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA DALAM BUAH-BUAHAN IMPOR DAN LOKAL

ANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI RSG GAS

OPTIMASI TAWAS DAN KAPUR UNTUK KOAGULASI AIR KERUH DENGAN PENANDA I-131

PENGARUH DEBIT AIR DAN TSS TERHADAP AKUMULASI AKTIVITAS RADIONUKLIDA ALAM

IDENTIFIKASI LOGAM-LOGAM BERAT Fe, Cr, Mn, Mg, Ca, DAN Na DALAM AIR TANGKI REAKTOR DENGAN METODE NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SAA)

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM

SURVEI RADIOAKTIVITAS UDARA DI DAERAH KERJA LINGKUNGAN PTAPB - BATAN YOGYAKARTA

LAMPIRAN A DATA HASIL PENGUJIAN KARBON AKTIF KAYU BAKAU

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR UMPAN PROSES EVAPORASI

Unnes Physics Journal

RENCANA PERKULIAHAN FISIKA INTI Pertemuan Ke: 1

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

UNJUK KERJA PENCUPLIK AKTIF TRITIUM DI UDARA MENGGUNAKAN ABSORBEN SILIKA GEL

EVALUASI HASIL PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA DI LINGKUNGAN PUSAT PENGEMBANGAN RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA PERIODE APRIL DESEMBER 2000

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PREPARASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR EFLUEN PROSES PENGOLAHAN KIMIA UNTUK UMPAN PROSES EVAPORASI

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus hingga bulan Oktober 2014 dan

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SEKITAR KOLAM LIMBAH PPGN SECARA KIMIA DAN RADIOAKTIVITAS

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

PENILAIAN TINGKAT KANDUNGAN RADIOAKTIVITAS SEDIMEN DAN AIR SUNGAI DI SEMARANG

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Penelitian Secara Umum

KALIBRASI EFISIENSI α/β COUNTER UNTUK ANALISIS RADIONUKLIDA PEMANCAR BETA DALAM CONTOH URIN

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

L A M P I R A N. Lampiran 1. Dokumentasi. Gambar 1. Mesin Operator MBE. Gambar 2. Mesin Operator MBE

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KONSENTRASI I-131 LEPASAN UDARA CEROBONG DI REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY

Bulan Januari-Februari yang mencapai 80 persen. Tekanan udara rata-rata di kisaran angka 1010,0 Mbs hingga 1013,5 Mbs. Temperatur udara dari pantauan

Kajian Enceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sebagai Fitoremedia 134 Cs

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS

STUDI ESTIMASI CURAH HUJAN, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

Informasi Data Pokok Kota Surabaya Tahun 2012 BAB I GEOGRAFIS CHAPTER I GEOGRAPHICAL CONDITIONS

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

Setelah dingin disimpan di tempat yang bersih dan kering.

BAB I PENDAHULUAN. terutama dipenuhi dengan mengembangkan suplai batu bara, minyak dan gas alam.

PENENTUAN WAKTU SAMPLING UDARA UNTUK MENGUKUR KONTAMINAN RADIOAKTIF BETA DI UDARA DALAM LABORATORIUM AKTIVITAS SEDANG

PRO SIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLffi. Pusat Teknologi Akselerator Dan Proses Bahan Yogyakarta, 28 Agustus 2008

ANALISIS POLA DAN INTENSITAS CURAH HUJAN BERDASAKAN DATA OBSERVASI DAN SATELIT TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSIONS (TRMM) 3B42 V7 DI MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENENTUAN SIFAT FISIS, KIMIA, BIOLOGI DAN RADIOAKTIVITAS ALAM SAMPEL AIR DAN SEDIMEN SUNGAI BRIBIN TAHAP II

DEKONTAMINASI MESIN BUSUR LISTRIK CENTORR FURNACES DI HR-16 IEBE PTBN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

METODE PENGUJIAN KADAR RESIDU ASPAL EMULSI DENGAN PENYULINGAN

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

SUNARDI. Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 YKBB Yogyakarta Telp. (0274) Abstrak

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

ISSN Penetapan Kadar Pencemaran Logam Pb dan Cr Pada Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) di Muara Sungai Badung

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Juli-Desember 2012 bertempat di

PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS DEBU RADIOAKTIF DI UDARA PADA RUANG PREPARASI Bum TAHUN 2004

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

PENGARUH IRADIASI BATU TOPAS TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN PRIMER DAN KESELAMATAN RSG-GAS

PROSES PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF

PRO SIDING SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR. Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan Yogyakarta, Rabu, 11 September 2013

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BRIKET ORGANIK TERHADAP TEMPERATUR DAN WAKTU PEMBAKARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA RUANG KERJA DI IRM TAHUN 2009

KONDISI CUACA KAWASAN NUKLIR SERPONG

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS UNSUR Pb, Ni DAN Cu DALAM LARUTAN URANIUM HASIL STRIPPING EFLUEN URANIUM BIDANG BAHAN BAKAR NUKLIR

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret April Penelitian ini

PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR BERSIH DAN GARAM DENGAN DESTILASI TENAGA SURYA

ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku

MATERI DAN METODE. Materi

PEMANTAUAN PAPARAN RADIASI DAN KONTAMINASI DI DALAM HOTCELL 101 INSTALASI RADIOMETALURGI

EVALUASI ASPEK KESELAMATAN KEGIATAN METALOGRAFI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2012

PENGARUH TEKANAN GAS ISIAN ARGON ALKOHOL TERHADAP KARAKTERISTIK DETEKTOR GEIGER-MÜLLER TIPE SIDE WINDOW CARI RISTIANI M

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

Transkripsi:

PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP RADIOAKTIVITAS GROSS BETA PADA SAMPEL JATUHAN (FALL OUT) SISWANTI, GEDE SUTRENA W Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 1008, DIY 55010 Telp. 0274.488435, Faks 487824 Abstrak PENGARUH CURAH HUJAN TERHADAP RADIOAKTIVITAS GROSS BETA PADA SAMPEL JATUHAN. Telah dilakukan pengukuran curah hujan dan radioaktivitas gross beta pada sampel jatuhan di sekitar reaktor Kartini. Tujuan pokok kegiatan ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat curah hujan terhadap fluktuasi radioaktuvitas jatuhan di lingkungan Reaktor Kartini sehingga dapat dipakai untuk memprediksi apakah fluktuasi tingkat pengukuran radioaktivitas jatuhan dipengaruhi oleh curah hujan. Lokasi sampling berada di sebelah barat pada jarak 100 m dari reaktor Kartini diambil 1(satu) titik lokasi. Sampel jatuhan ada 2 macam, yaitu jatuhan basah berupa air hujan dan embun serta jatuhan kering yang berupa debu, diambil 1 (satu) bulan sekali. Sampel jatuhan basah diaduk atau dibuat homogen, diukur volumenya di lokasi sampling, jika volumenya 2 liter tidak diukur seluruhnya dan diambil sebanyak 2 liter saja, sedangkan jika volumenya 2 liter maka diambil semua. Sampel jatuhan kering diambil dengan melarutkan debu yang menempel di permukaan penampung dengan air suling. Sampel dituangkan ke dalam cawan porselin dan diuapkan menggunakan kompor listrik, sampai volumenya tinggal ± 10 ml. Untuk curah hujan dilakukan pengukuran menggunakan gelas ukur di tempat lokasi. Hasil pengukuran radioaktivitas beta total pada jatuhan di sekitar reaktor Kartini tahun 2007 berkisar antara 3,88 ± 1,65 s/d 34,57 ± 1,61 Bq/m 2 /bln Data tertinggi berada pada bulan Nopember yaitu sebesar 34,57 ± 1,61 Bq/m 2 /bln dan yang terendah berada pada bulan Oktober yaitu sebesar 3,88 ± 1,65 Bq/m 2 /bln Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April sebesar 3980 ml dan terendah pada bulan Oktober sebesar 80 ml. Tidak terjadi korelasi antara tingkat curah hujan dengan fluktuasi radioaktivitas gross beta jatuhan. Kata kunci : Radioaktivitas, jatuhan, gross beta Abstract INFLUENCE OF RAINFALL TO GROSS BETA BE TO RADIOACTIVITY ON FALL OUT SAMPLE. The main purpose af environmental radioactivity monitoring to know the influence of rainfall to fall out fluctuation in Kartini reactor environment. From this data could be prediced the fluctuation level measuring radioactivity at fall out influence by rainfall. There are two samples at fall out, the first wet fall out shape of rain water and dew with dry fall out shape of dust, take of one month. Sampling location on 100 m reactor`s west is taken one location. Sampling location on 100 m reactor`s west is taken one location. Samples wet fall out was mixed or made homogenize measure of volume if the volume 2 l, so take it 2 l only, then if the volume 2 l so take away at all. Sample dry fall out take with dissolved dust which adhere the bare of fall out collector were solved with aquadest. Sample put in bowl porselin and sistem use electric stowe until the volume stay ± 10 ml. And rain fall is measured use by glass on location. Result skown between 3,9 ± 1,6 Bq/m 2 /month to 34,6 ± 1,6 Bq/m 2 /month. The highest data was in November which is 34,6 ± 1,6 and the lowest is in October which is 3,9 ± 1,6. The highest rainfall was in Aprl in the amount of 3980 ml and the lowest was at October in the amount of 80 ml. There is no correlation between rainfall and fall out radioactivity fluctuation. Keywords : Radioactivity, fall out, gross beta 351

PENDAHULUAN Setiap kegiatan yang melibatkan fasilitas nuklir, baik berupa reaktor riset, industri nuklir maupun laboratorium yang menggunakan radioisotop, dituntut untuk melakukan pemantauan dan pengawasan radioaktivitas lingkungan. Kegiatan analisis radioaktivitas lingkungan, bertujuan untuk melindungi manusia dan alam sekitarnya terhadap kemungkinan bahaya radiasi. Komponen lingkungan yang tingkat aktivitasnya diukur salah satunya adalah jatuhan. Sejak berdirinya Reaktor Kartini Yogyakarta telah dilakukan pemantauan radioaktivitas jatuhan secara rutin dan berkesinambungan. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat radioaktivitas jatuhan di lingkungan Reaktor Kartini. Pada kegiatan kali ini tingkat curah hujan bulanan diukur. Ini diduga merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi fluktuasi jatuhan. Tingkat curah hujan dan jatuhan diamati untuk mendapatkan apakah ada pengaruh tingkat curah hujan terhadap radioaktivitas jatuhan. Dengan melihat sifat curah hujan yaitu bawah normal (BN), normal (N) dan atas normal (AN). Adapun cuplikan yang diambil adalah jatuhan (Fall out) setiap bulan. Mengingat bahwa Reaktor Kartini termasuk type reaktor riset dengan daya hanya 100 kw, peningkatan radioaktivitas lingkungan dari pengoperasiannya, relatif sangat kecil. Adanya radioaktivitas lingkungan antara lain dari debu jatuhan, radioaktif alam ialah seperti K-40 atau berasal dari pelapukan mineral yang mengandung radionuklida primordial. Pelaksanaan pengukuran radioaktivitas lingkungan ini dilakukan dengan cara tidak langsung yaitu dengan pengambilan sampel di lapangan. Sampel jatuhan ada 2 macam, yaitu jatuhan basah berupa air hujan dan embun serta jatuhan kering yang berupa debu, diambil 1 (satu) bulan sekali. Sampel jatuhan basah diaduk atau dibuat homogen, diukur volumenya di lokasi sampling, jika volumenya 2 liter tidak diukur seluruhnya dan diambil sebanyak 2 liter saja, sedangkan jika volumenya 2 liter maka diambil semua. Sampel jatuhan kering diambil dengan melarutkan debu yang menempel di permukaan penampung dengan air suling, sampel dituangkan ke dalam cawan porselin dan diuapkan menggunakan kompor listrik, sampai volumenya tinggal ± 10 ml. Untuk curah hujan dilakukan pengukuran menggunakan gelas ukur di tempat lokasi. Preparasi sampel dan pengukuran dilakukan di laboratorium yang hanya mengukur radioaktivitas beta total karena metode ini cukup sederhana namun memenuhi persyaratan untuk seleksi cuplikan, jika diperlukan analisis lanjut [4]. Penentuan radioaktivitas beta total cuplikan jatuhan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : c V 100 Aktivitas beta total = 2 E φ Bq Dengan : C = Cacah cuplikan (cps) E = Efisiensi alat cacah (%) V = Volume sampel (liter) Ø = Luas penampang tampungan (m 2 ) METODE m 2 bln Bahan Sampel jatuhan, aquadest Alat Alat pencacah Beta LBC, pencatat waktu. Planset, cawan porselin, jerigen, kompor listrik, timbangan digital, hot plate dan gelas ukur. Cara Kerja Pengukuran Radioaktivitas Sampel jatuhan ada 2 macam yaitu jatuhan basah berupa air hujan dan embun serta jatuhan kering yang berupa debu. Sampel jatuhan basah diaduk atau dibuat homogen, diukur volumenya, jika volumenya 2 liter, hanya diambil sebanyak 2 liter saja; sedangkan jika volumenya 2 liter diambil semua dan sampel jatuhan kering diambil dengan melarutkan debu yang menempel di permukaan penampung dengan air suling kemudian dituangkan ke dalam cawan porselin dan diuapkan menggunakan kompor listrik sampai volumenya tinggal sekitar 10 ml, selanjutnya residu tersebut dimasukkan ke dalam planset yang sudah diketahui beratnya dan dikeringkan dengan hot plate (Gambar 2). Untuk melarutkan residu yang masih tertinggal digunakan air suling dan setelah kering cuplikan ditimbang (Gambar. 3) dan akhirnya dicacah dengan alat 352

cacah latar rendah atau Low Background Counter (Gambar.4). Pengukuran Curah Hujan Air hujan yang tertampung pada tabung kolektor alat ukur curah hujan di ukur menggunakan gelas ukur secara langsung dengan membuka kran (Gambar.1). Gambar 1. Gelas Ukur Gambar 2. Alat Pemanas Hot Plate Gambar 3. Neraca Analitik HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel jatuhan setelah diambil dan dipreparasi dan dikakukan pengukuran menggunakan alat cacah Low Background Counter (LBC) selama 20 menit dan dilakukan analisa. Hasil analisisnya disajikan pada Table 1. berikut : Tabel 1. Data Curah Hujan Dan Radiaktivitas Jatuhan NO BULAN CURAH HUJAN (ml) AKTIVITAS (Bq/m 2 /bln) 1. Januari 920 19,1 ± 1,2 2. Pebruari 3705 11,8 ± 1,2 3. Maret 2555 33,2 ± 1,3 4. April 3980 6,3 ± 1,0 5. Mei 350 6,5 ± 1,1 6. Juni 0 4,1 ± 1,8 7. Juli 0 22,3 ± 1,8 8. Agustus 0 5,7 ± 1,8 9. September 0 5,7 ± 1,7 10. Oktober 80 3,9 ± 1,7 11. Nopember 1755 34,6 ± 1,6 12. Desember 6790 37,1 ± 1,4 Pengukuran radioaktivitas lingkungan sekitar Reaktor Kartini telah dilakukan sejak sebelum Reaktor Kartini beroperasi dari tahun 1975 s.d. 1978 dan setelah reaktor itu beroperasi pada tahun 1979 hingga sekarang. Pengukuran radioaktivitas lingkungan sebelum reaktor beroperasi untuk mendapatkan data rona awal radioaktivitas di lingkungan sekitar reaktor. Data rona awal radioaktivitas ini akan digunakan sebagai pembanding terhadap radioaktivitas lingkungan di sekitar Reaktor Kartini setelah reaktor itu beroperasi. Dari perbandingan data pemantauan radioaktivitas lingkungan sebelum dan sesudah reaktor beroperasi, akan dapat diketahui ada tidaknya kenaikan radioaktivitas lingkungan yang disebabkan beroperasinya Reaktor Kartini. Operasi Reaktor Kartini kemungkinan memberikan dampak terhadap lingkungan, sedangkan dampak negatif yang ditimbulkan adalah kemungkinan peningkatan radioaktivitas ke lingkungan. Adanya peningkatan radioaktivitas yang ditimbulkan oleh pengoperasian reaktor di lingkungan akan memberikan sumbangan penerimaan dosis radiasi bagi masyarakat dan makhluk hidup lain di lingkungan, melalui jalur pernafasan, pencernaan maupun penyerapan melalui kulit [1]. Oleh karena itu pemantauan secara rutin 353

terhadap radioaktivitas lingkungan sekitar reaktor perlu dilakukan, misalnya pemantauan terhadap jatuhan, rumput, tanah, maupun air karena semua itu merupakan jalur (pathway) zat-zat radioaktif dapat mencapai manusia [5]. Pengukuran curah hujan merupakan bagian dari kegiatan pemantauan cuaca, yang merupakan salah satu sarana untuk mengetahui pola penyebaran radionuklida di lingkungan dari kegiatan Reaktor maupun jatuhan radioaktif. Sejak berdirinya Reaktor Kartini Yogyakarta telah dilakukan pemantauan radioaktivitas jatuhan secara rutin dan berkesinambungan. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat radioaktivitas jatuhan (fall out) di lingkungan Reaktor Kartini. Kegiatan pengukuran tingkat curah hujan ini telah dilakukan secara rutin setiap hari dan hasilnya merupakan salah satu parameter yang diduga mempengaruhi fluktuasi radioaktivitas jatuhan (fall out) yang terukur, curah hujan dan jumlah jatuhan diamati untuk mendapatkan apakah ada pengaruh tingkat curah hujan terhadap radioaktivitas jatuhan (fall out). Berdasarkan grafik hubungan curah hujan vs aktivitas dapat dilihat nilai regresi R 2 = 0,2895, hal ini menunjukan bahwa pengaruh curah hujan terhadap jatuhan (fall out) tidak siknifikan. Pada bulan Juni sampai September dengan jumlah curah hujan sangat rendah atau sama dengan 0 aktivitas jatuhan tetap ada, karena jatuhan tidak tergantung pada banyaknya curah hujan dengan kata lain jatuhan (fall out) dapat berupa jatuhan kering (debu). Pada bulan April dan Desember dengan curah hujan cukup tinggi (3980 dan 6790 ml/bln) pengukuran aktivitas fall out menunjukan hasil yang berbeda, bulan April memberikan kontribusi aktivitas jatuhan cenderung rendah (6,3 Bq/m 2 /bln). Sedangkan bulan Desember didapatkan hasil aktivitas jatuhan cenderung tinggi (37,0 Bq/m 2 /bln). Dari bulan Januari sampai Desember terjadi fluktuasi aktivitas jatuhan dimana hal ini tidak dipengaruhi banyaknya curah hujan. Gambar 4. Curah Hujan vs Aktivitas Jatuhan (Fall Out) Pengukuran radioaktivitas yang dilaksanakan pada sampel jatuhan yaitu pengukuran beta total yang merupakan teknik pengukuran kuantitatif yang menentukan jumlah kandungan radionuklida pemancar beta. Pengukuran kadar radioaktivitas beta secara kuantitatif ini dengan menggunakan alat GM- LBC, yaitu pengukuran radioaktivitas beta secara kuantitatif ini tidak dapat membedakan berasal dari radionuklida mana radioaktivitas yang tercacah [5]. Metode gross beta adalah salah satu metode pengukuran kadar radioaktivitas yang mengukur aktivitas beta keseluruhan dari satu atau lebih radionuklida. Metode ini mengukur aktivitas beta dari suatu sampel, tanpa membedakan berasal dari radionuklida yang mana [5], sehingga yang terukur adalah semua aktivitas beta dari campuran radionuklida dalam sampel. Pengukuran ini dilakukan karena kebanyakan radioaktivitas lingkungan berasal dari jatuhan hasil belah percobaan ledakan nuklir yang pada umumnya merupakan pemancar beta [6]. Alasan lain adalah pengukuran ini dapat dilakukan dengan cepat untuk cuplikan yang sangat banyak jumlahnya, serta karena pengukuran ini cukup layak untuk digunakan dalam membandingkan tingkat aktivitas dan untuk memilih cuplikan yang dapat dianalisa lebih lanjut. Pemantauan radioaktivitas gross beta ini dilakukan pada sampel jatuhan yang ada di sekitar Reaktor Kartini PTAPB-BATAN Yogyakarta. Hasil pengukuran radioaktivitas rerata gross beta pada sampel jatuhan di sekitar Reaktor Kartini pada tahun 2007 dari bulan Januari s/d Desember 2007 antara 3,9 ± 1,7Bq/m 2 /bln s/d 37,0 ± 1,4 Bq/m 2 /bln. Data tertinggi pada bulan Desember sebesar 37,0 ± 1,4 Bq/m 2 /bln dan yang terendah pada bulan Oktober sebesar 3,9 ± 1,7 Bq/m 2 /bln sedangkan data beta total pada jatuhan sebelum reaktor beroperasi berkisar antara 0,7178 57,276 354

Bq/m 2 /bln. Nilai radioaktivitas gross beta pada sampel jatuhan yang diambil pada tahun 2007 berfluktuatif. Semua data hasil pengukuran radioaktivitas gross beta pada tahun 2007 masih berada di bawah nilai rona awal radioaktivitas sebelum reaktor Kartini beroperasi (digunakan sebagai batas ambang) yaitu ditunjukan pada Tabel 2 berikut ini: Tabel. 2. Data Gross Beta Sebelum Reaktor Kartini Beroperasi No. Jenis Cuplikan Data radioaktivitas awal 1 Air 0,0074 1,184 Bq/l 2 Tanah 0,1854 1,087 Bq/g 3 Tanaman 0,4784 10,931 Bq/g 4 Jatuhan 0,7178 57,276 Bq/m2/bln Sumber: BATAN (1979) Untuk memperkuat kesimpulan tersebut pengukuran radioaktivitas gross beta pada jatuhan 2007 tidak mengalami kenaikan dibandingkan data sebelum reaktor beroperasi.hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi kenaikan radioaktivitas lingkungan, yang berarti di kawasan Reaktor Kartini antara sesudah dengan sebelum beroperasinya reaktor tersebut. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa unsur radioaktivitas tidak dapat dikendalikan karena penyebaran unsur radioaktivitas dipengaruhi oleh keadaan meteorologi seperti kondisi cuaca, angin dan lain-lain. DAFTAR PUSTAKA 1. ABIDIN, Z. 1996, Evaluasi Data Pemantauan Radioaktivitas Lingkungan di Daerah Kawasan Reaktor Kartini, Fakultas Teknik Jurusan Teknik Nuklir Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Skripsi. 2. AGUS dan MURYONO, 2006, Penentuan Faktor Transfer Radioaktivitas Dari Tanah ke Tumbuhan di Daerah Pemantauan Reaktor Kartini, Prosiding PPI PDIPTN. 3. CEMBER, H, 1983, Pengantar Fisika Kesehatan. IKIP Semarang. Semarang. 4. SURATMAN. 1977. Pengukuran Radioaktivitas-β, PPNY - BATAN. Yogyakarta. 5. WARDHANA, W.A. 1984. Pengantar Teknik Analisis Radioaktivitas Lingkungan, Jurusan Teknik Nuklir Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 6. WARDHANA, W.A. 1994. Teknik Analisis Radioaktivitas Lingkungan. Andi Offset. Yogyakarta. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengukuran radioaktivitas gross beta jatuhan pada tahun 2007, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil pengukuran beta total pada jatuhan di sekitar reaktor Kartini tahun 2007 berkisar antara 3,9 ± 1,7 Bq/m 2 /bln s/d 37,0 ± 1,4 Bq/m 2 /bln. 2. Data tertinggi pada bulan Desember sebesar 37,0 ± 1,4 Bq/m 2 /bln dan yang terendah pada bulan Oktober sebasar 3,9 ± 1,7 Bq/m 2 /bln. 3. Tidak ada korelasi antara tingkat curah hujan dengan fluktuasi radioaktivitas beta total jatuhan. 355

356