JITV Vol. 7. No. 3. Th. 2002

dokumen-dokumen yang mirip
PERLAKUAN PENYEDUHAN AIR PANAS PADA PROSES FERMENTASI SINGKONG DENGAN ASPERGILLUS NIGER

Onggok Terfermentasi dan Pemanfaatannya dalam Ransum Ayam Ras Pedaging

Respon Broiler terhadap Pemberian Ransum yang Mengandung Lumpur Sawit Fermentasi pada Berbagai Lama Penyimpanan

Uji Nilai Nutrisi Kulit Ubi Kayu yang Difermentasi dengan Aspergillus niger (Nutrient Value Test of Cassava Tuber Skin Fermented by Aspergillus niger)

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

MATERI DAN METODE. Materi

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

PENINGKATAN MUTU ONGGOK MELALUI FERMENTASI DAN PEMANFATAANNYA SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN AYAM KAMPUNG

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

BAB III MATERI DAN METODE. Kampung Super dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 dikandang

Mairizal 1. Intisari. Kata Kunci : Fermentasi, Kulit Ari Biji Kedelai, Aspergillus Niger, Ayam Pedaging.

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai 60%-80% dari biaya produksi (Rasyaf, 2003). Tinggi rendahnya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

BUNGKIL INTI SAWIT DAN PRODUK FERMENTASINYA SEBAGAI PAKAN AYAM PEDAGING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ade Trisna*), Nuraini**)

KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 24 Juli 2014 di kandang

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

PENGARUH CARA PEMBERIAN PAKAN DAN AMPAS SAGU TERFERMENTASI TERHADAP KINERJA AYAM PEDAGING

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

,Vol. 32, No. 1 Maret 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

BAB III MATERI DAN METODE. Pertanian, Universitas Diponegoro pada tanggal 22 Oktober 31 Desember 2013.

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

I. PENDAHULUAN. yang diberikan kepada ternak untuk memenuhi kebutuhan zat makanan yang

PENGGUNAAN TEMPE SORGHUM DALAM RANSUM DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

PEMANFAATAN CASSAPRO (SINGKONG FERMENTASI) DALAM RANSUM AYAM KAMPUNG PERIODE STARTER

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Alat yang Digunakan dalam Penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

Lampiran 1. Proses Fermentasi Substrat Padat Tepung Kulit Ubi Kayu

KUALITAS NUTRISI CAMPURAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN ONGGOK YANG DIFERMENTASI MENGGUNAKAN

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

SUBSITUSI DEDAK DENGAN POD KAKAO YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger TERHADAP PERFORMANS BROILER UMUR 6 MINGGU

MATERI DAN METODE. Materi

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

PEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

PENGARUH PEMBERIAN KULLIT KOPI TERFERMENTASI DENGAN ARAS BERBEDA DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN TERNAK BABI

BAB III METODE PENELITIAN. konversi pakan ayam arab (Gallus turcicus) ini bersifat eksperimental dengan

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penggunaan Gathot (Ketela

Yosi Fenita, Irma Badarina, Basyarudin Zain, dan Teguh Rafian

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ayam petelur yang digunakan adalah ayam petelur yang berumur 27

MATERI DAN METODE. Materi

KAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

BAB III MATERI DAN METODE. ransum terhadap profil kolesterol darah ayam broiler dilaksanakan pada bulan

Pengaruh Pemberian Ampas Teh (Camellia sinensis) Fermentasi dengan Aspergillus niger pada Ayam Broiler

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB III METODE PENELITIAN. selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian kombinasi tepung keong mas (Pomacea

Nilai Kecernaan Protein Ransum yang Mengandung Bungkil Biji Jarak (Ricinus communis, Linn) Terfermentasi pada Ayam Broiler (Tjitjah Aisjah)

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

POTENSI DAN PEMANFAATAN ONGGOK DALAM RANSUM UNGGAS

Sumber : 1) Hartadi et al. (2005)

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan April Juni 2016.

Level Tepung Kulit Ubi Kayu Fermentasi dalam Ransum terhadap Performa Produksi Puyuh Umur 1-8 minggu

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

PEMANFAATAN LUMPUR SAWIT UNTUK RANSUM UNGGAS: 3. PENGGUNAAN PRODUK FERMENTASI LUMPUR SAWIT SEBELUM DAN SETELAH DIKERINGKAN DALAM RANSUM AYAM PEDAGING

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

PROSES PENGOLAHAN UBI KAYU / SINGKONG MENJADI CASSAPRO

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kabupaten Bogor. Pada umur 0-14 hari ayam diberi ransum yang sama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

Transkripsi:

JITV Vol. 7. No. 3. Th. 2002 149

SUPRIYATI dan KOMPIANG: Perubahan komposisi nutrien dari kulit ubi kayu terfermentasi dan pemanfaatannya Perubahan Komposisi Nutrien dari Kulit Ubi Kayu Terfermentasi dan Pemanfaatannya sebagai Bahan Baku Pakan Ayam Pedaging SUPRIYATI dan I P. KOMPIANG Balai Penelitian Ternak, PO BOX 221, Bogor 16002, Indonesia (Diterima dewan redaksi 2 Oktober 2002) ABSTRACT SUPRIYATI dan I P. KOMPIANG. 2003. The chemical changing during fermentation of cassava tuber skin and its utilization in broiler chicken ration. JITV 7(3): 150-154. Cassava tuber skin is a by-product of cassava chip industry, solid state fermented using mixed inorganic nitrogen and Aspergillus niger. The fermentation process was carried out for 3-4 days. The chemical changing during fermentation of cassava tuber skin and its utilization in broiler chicken ration were studied. After fermentation showed that the crude protein, crude protein digestibility, crude fat, ash, Ca, Ca digestibility, P, and P digestibility improved. The contents of crude protein and its digestibility improved from 4.80% and 66.90% to 28.00% and 72.00%, respectively. The crude fat content improved from 1.32% to 1.80%. The ash content improved from 7.80% to 9.20%, this was followed by improving of Ca and P from 0.97% and 0.11% to 1.69% and 0.68%, respectively. Also the Ca and P digestibilities improved from 81.10% and 14.10% to 93.20% and 52.00%, respectively. The crude fiber content decreased from 21,20% to 14,96 %, cianide acid (HCN) and urea contents also decreased. The result of feeding trial showed that the inclusion of fermented cassava tuber skin up to 10% in chicken broiler ration for 4 weeks feeding showed that the feed consumption, bodyweight gain and FCR were not different significantly (P>0.05). However, 15% inclusion reduced bodyweight gain and increased significantly FCR (P<0.05). It could be concluded that the nutrient content of cassava tuber skin improved after fermentation and the fermentation product could be used up 10% in broiler ration. Key words: Nutrient composition, cassava tuber skin, fermentation, broiler ration ABSTRAK SUPRIYATI dan I P. KOMPIANG. 2002. Perubahan komposisi nutrien dari kulit ubi kayu terfermentasi dan pemanfaatannya sebagai bahan baku pakan ayam pedaging. JITV 7(3): 150-154. Kulit ubi kayu merupakan kupasan dari ubi kayu pada pengolahannya menjadi gaplek, difermentasi secara padat menggunakan campuran nitrogen anorganik dan Aspergillus niger, fermentasi dilakukan selama 3-4 hari. Perubahan komposisi nutrien kulit ubi kayu setelah difermentasi serta pemanfaatannya sebagai bahan baku pakan ayam pedaging dipelajari pada penelitian ini. Setelah difermentasi ternyata kadar protein kasar, kecernaan protein kasar, lemak kasar, abu, Ca, kecernaan Ca, P dan kecernaan P meningkat. Protein kasar dan kecernaannya meningkat masing-masing dari 4,80% dan 66,90% menjadi 28,00% dan 72,00%. Kandungan lemak kasar meningkat dari 1,32% menjadi 1,80%. Kadar abu meningkat dari 7,80% menjadi 9,20%, hal ini seiring dengan meningkatnya kandungan Ca dan P masing-masing dari 0,97% dan 0,11% menjadi 1,69% dan 0,68%. Demikian pula nilai kecernaan Ca dan P meningkat masing-masing dari 81,10% dan 14,10% menjadi 93,20% dan 52,00%. Sedangkan kadar serat kasar menurun dari 21,20% menjadi 14,96%, demikian pula asam sianida dan urea. Hasil percobaan pemberian kulit ubi kayu terfermentasi pada ayam pedaging sampai tingkat 10% dalam ransum selama 4 minggu ternyata tidak beda nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot hidup dan FCR (P>0,05). Namun pada tingkat 15% secara nyata (P<0,05) menurunkan pertambahan bobot hidup dan menurunkan FCR. Dapat disimpulkan bahwa proses fermentasi dapat meningkatkan nilai nutrisi kulit ubi kayu dan dapat dimanfaatkan pada ayam pedaging hingga tingkat 10%. Kata kunci: Komposisi nutrien, kulit ubi kayu, fermentasi, pakan ayam PENDAHULUAN Kulit ubi kayu merupakan kupasan dari ubi kayu pada pengolahannya menjadi gaplek, tapioka, tape dan bahan pangan lainnya. Saat ini kulit ubi kayu belum banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Kulit ubi kayu tidak banyak dipergunakan sebagai bahan baku pakan dikarenakan kandungan nutrisinya yang kurang baik, yang diindikasikan dengan serat kasar tinggi (21,5%), protein rendah (4,5%) dan mengandung asam sianida (HCN) yang diketahui berdampak negatif terhadap ternak. Kuantitas ubi kayu diperkirakan sangat banyak, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara produsen ubi kayu di dunia dengan produksi mencapai 17,5 juta ton (BPS, 1996). Diperkirakan produk samping ubi kayu tersebut dapat mencapai 2,8 juta ton kulit ubi kayu per tahun. 150

JITV Vol. 7. No.3. Th. 2002 Proses fermentasi dengan menggunakan teknik fermentasi padat mampu meningkatkan mutu gizi dari bahan pakan yang bermutu rendah (KOMPIANG et al., 1994). Dilaporkan bahwa cassapro (cassava berprotein tinggi), produk fermentasi dari umbi ubi kayu, kandungan proteinnya dapat mencapai 18-42%, lebih tinggi dari bahan asalnya, yang hanya 3% (KOMPIANG et al., 1994, DAUBRESSE et al., 1987). Cassapro dapat digunakan sebagai sumber protein dalam ransum ayam walaupun dalam jumlah terbatas yaitu 5-10% (KOMPIANG et al., 1995). Pada penggunaan 5%, disamping sebagai sumber protein, cassapro juga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan (KOMPIANG et al., 1997), yang diperkirakan sebagai akibat terbentuknya berbagai enzim selama proses fermentasi. Telah dilaporkan bahwa Aspergillus niger, kapang yang digunakan dalam proses fermentasi cassapro menghasilkan berbagai enzim pencernaan seperti amilase, selulase, fitase (SANI et al., 1992; PURWADARIA et al., 1997). Mengacu pada potensi dan hasil penelitian sebelumnya, seperti diuraikan diatas, suatu penelitian dilakukan untuk mempelajari proses fermentasi substrat padat kulit ubi kayu termasuk perubahan nutrien dan nilai nutrisinya pada ayam pedaging. MATERI DAN METODE Kulit ubi kayu, diperoleh dari petani ubi kayu, dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran, terutama kotoran tanah, kemudian dikeringkan dan digiling dengan ukuran saringan 1 mm. Fermentasi Fermentasi subtrat padat pada kulit ubi kayu, dengan menggunakan Aspergillus niger sebagai inokulan dilakukan seperti diuraikan sebelumnya (KOMPIANG et al., 1994). Tepung kulit ubi kayu dikukus, yang sebelumnya ditambahkan air dengan perbandingan tepung : air = 1,2 : 1, selama 30 menit, dihitung mulai uap air keluar dari permukaan atas kulit ubi kayu. Sebanyak 58,44 g mineral (31,25 g amoniumsulfat, 16,7 g urea, 7,19 g natriumdihidrogenfosfat, 2,08 g magnesiumsulfat, 0,63 g kaliumklorida, 0,31 g ferrosulfat dan 0,28 g kalsiumklorida) dan 6 g inokulan spora Aspergillus niger (unit koloni terbentuk, CFU 10 12 ) ditambahkan ke dalam 1 kg tepung matang yang sudah didinginkan. Setelah dicampur merata, adonan difermentasikan seperti sebelumnya (KOMPIANG et al., 1994). Fermentasi dilakukan selama 3-4 hari, kemudian produk dikeringkan, digiling dan disimpan untuk percobaan pakan dan analisis kimia. Percobaan ransum Dalam percobaan ini digunakan seratus enam puluh ekor ayam pedaging umur sehari, ditempatkan dalam 20 kandang baterai (4 ekor betina dan 4 ekor jantan) percobaan secara acak di dalam brooder house. Empat ransum percobaan (Tabel 1) disusun, dengan berbagai tingkatan kulit ubi kayu terfermentasi (0, 5, 10 dan 15%) dengan kandungan protein kasar 21% dan energi metabolis 2900 Kkal/kg. Semua ransum ditambahkan 1% afsilin untuk mencegah terjadinya mencret yang diakibatkan oleh adanya kapang Aspergillus niger. Ransum dan air minum diberikan ad lib. selama 4 minggu berlangsungnya percobaan. Peubah yang diamati meliputi bobot hidup, konsumsi pakan, rasio konversi ransum (FCR) dan tingkat kematian. Untuk pencegahan penyakit, ayam divaksin dengan New Castle Disease (ND) dan gumboro serta diberikan pengobatan untuk mencegah CRD. Tabel 1. Susunan ransum percobaan Bahan pakan (%) Kadar kulit ubi kayu terfermentasi dalam ransum (%) 0 (R 0 ) 5 (R 5 ) 10 (R 10 ) 15 (R 15 ) Kulit ubi kayu terfermentasi 0 5 10 15 Jagung kuning 72,4 67,7 64,3 60,8 Bungkil kedelai 19,7 19,5 19,0 16,5 Tepung ikan 5,0 5,0 5,0 5,0 Vitamin premix 0,25 0,25 0,25 0,25 Metionin 0,1 0,1 0,1 0,1 Garam 0,1 0,1 0,1 0,1 Kapur 1,2 1,1 1,1 1,1 Dikalsiumfosfat 1,6 1,6 1,5 1,5 Afsilin 1,0 1,0 1,0 1,0 151

SUPRIYATI dan KOMPIANG: Perubahan komposisi nutrien dari kulit ubi kayu terfermentasi dan pemanfaatannya Analisis kimia Analisis kimia dilakukan pada kulit ubi kayu sebelum dan setelah fermentasi serta ransum ayam. Analisis meliputi protein kasar (PK), lemak kasar (LK), serat kasar (SK), kalsium (Ca) dan fosfor (P) dengan menggunakan metode AOAC (WILLIAM, 1984). Kandungan urea dan asam sianida (HCN) dianalisis dengan menggunakan metode spektrofotometri. Nilai kecernaan protein kasar, kalsium dan fosfor dilakukan secara in vivo dan energi metabolis dihitung berdasarkan SIBBALD (1983). Analisa statistik Rancangan acak lengkap (RAL) digunakan dalam pelaksanaan penelitian dan data yang diperoleh dianalisa dengan sidik ragam, dan perbedaan diantara perlakuan dilakukan dengan uji Duncan-Student T test (CAMPBELL, 1967). HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi nutrien kulit ubi kayu Komposisi nutrien kulit ubi kayu sebelum dan sesudah fermentasi disajikan pada Tabel 2. Setelah fermentasi terjadi peningkatan kandungan protein kasar. Peningkatan protein dalam kulit ubi kayu yang telah difermentasi menunjukkan bahwa N (nitrogen) anorganik dalam bentuk urea maupun amoniumsulfat (ZA) diubah oleh kapang Aspergillus niger, menjadi N organik (protein). Hal ini didukung pula dengan menurunnya kadar urea pasca fermentasi. Dengan kata lain protein pada produk fermentasi ini adalah merupakan protein dari kapang Aspergillus niger. Peningkatan kandungan Ca dan P, bukan sebagai hasil sintesis, tetapi merupakan hasil penambahan mineral (CaCl 2.2H 2 O) dan natriumdihidrogenfosfat prafermentasi. Perubahan lainnya yang cukup menarik adalah penurunan kandungan serat kasar. Telah diketahui bahwa Aspergillus niger selama proses fermentasi menghasilkan berbagai external enzymes dan salah satunya adalah enzim selulase (PURWADARIA et al., 1997), yang mampu diketahui mendegradasi serat kasar. PURWADARIA et al. (1997) melaporkan bahwa enzim selulase terbentuk selama proses fermentasi sistim padat dari ubi kayu dengan menggunakan Aspergillus niger. Oleh karena itu, penurunan kadar serat kasar yang terjadi pada percobaan ini kemungkinan besar sebagai akibat aktivitas enzim tersebut. Setelah fermentasi tidak terdeteksi lagi adanya asam sianida (HCN). Dalam percobaan ini tidak jelas apakah hilangnya HCN ini karena fermentasi, atau akibat pengukusan, penggilingan dan pengeringan. COURSEY (1974) melaporkan bahwa kadar HCN dalam ubi kayu akan menurun bila mendapat perlakuan pencucian, perendaman, pengukusan dan pemanasan. Dari Tabel 2, terlihat peningkatan nilai energi metabolis setelah fermentasi. Hal ini kemungkinan sekali sebagai akibat penurunan kandungan serat kasar. Lebih baiknya kecernaan protein, Ca dan P pasca fermentasi juga ada kemungkinan disebabkan terbentuknya berbagai enzim yang membantu pencernaan seperti dilaporkan sebelumnya (KOMPIANG et al., 1995). Berbagai jenis enzim seperti amilase, protease, selulase dan fitase diproduksi dan diisolasi dari Aspergillus niger (OGUNDERO, 1982; SANI et al., 1992; dan SUSANA et al., 2000). Tabel 2. Komposisi nutrien kulit ubi kayu pra dan pasca fermentasi Parameter Pra fermentasi Pasca fermentasi Protein kasar (%) 4,80 28,00 Kecernaan protein kasar (%) 66,90 72,0 Serat kasar (%) 21,20 14,96 Lemak kasar (%) 1,32 1,80 Abu (%) 7,80 9,20 Kalsium (%) 0,97 1,69 Kecernaan kalsium (%) 81,10 93,20 Fosfor (%) 0,11 0,68 Kecernaan fosfor (%) 14,10 52,00 Urea (%) 0,48 0,12 Asam sianida (%) 0,54 0,00 Energi metabolis (Kkal/kg) 2253 2700 152

JITV Vol. 7. No.3. Th. 2002 Dari data perubahan komposisi nutrien dapat disimpulkan bahwa fermentasi dapat meningkatkan mutu dari kulit ubi kayu, yang diidentifikasikan dengan meningkatnya kandungan protein dan penurunan kandungan serat kasar serta menghilangnya unsur HCN, serta meningkatnya nilai kecernaan protein, kalsium dan fosfor serta peningkatan kandungan energi metabolisnya. Percobaan ransum Hasil analisis kandungan gizi ransum dan penampilan dari ayam pedaging selama percobaaan disajikan pada Tabel 3 dan 4. Kandungan protein kasar ransum percobaan berkisar antara 20,91 21,08% dengan energi metabolis berkisar antara 2906-2980 Kkal/kg. Ransum percobaan disusun iso-protein dan iso-energi, namun setelah dianalisis, ternyata ada sedikit perbedaan antara perhitungan dan hasil analisis protein dan energi metabolis. Konsumsi ransum tidak dipengaruhi oleh tingkatan kandungan kulit ubi kayu terfermentasi dalam ransum. Hal yang serupa juga telah dilaporkan sebelumnya pada penggunaan cassapro. Hasil fermentasi ubi kayu yang dikupas, penggunaannya sampai dengan 10% tidak mempengaruhi konsumsi ransum, namun pada penggunaan yang lebih tinggi akan terjadi penurunan konsumsi ransum (KOMPIANG et al., 1997). Pertambahan bobot hidup (PBH) secara nyata dipengaruhi oleh perlakuan (P<0,01) dan uji beda nyata diantara perlakuan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata diantara perlakuan R 0 (575 g), R 5 (581 g) dan R 10 (563 g) dan ketiga-tiganya secara nyata (P<0,01) lebih berat dari R 15 (436 g). Percobaan dengan cassapro (cassava berprotein tinggi) (KOMPIANG et al., 1994, 1995) menunjukkan hasil yang sama, yakni pemberian inklusi cassapro lebih dari 10% menurunkan pertambahan bobot hidup (PBH). Penurunan nilai PBH yang nyata pada perlakuan R 15 dengan konsumsi ransum yang tidak berbeda menunjukkan penggunaan pakannya kurang efisien. Hal tersebut terlihat dari lebih rendahnya (P<0,01) nilai FCR dari R 15 (2,38) dibandingkan dengan R 0 (1,98), R 5 (2,03) maupun R 10 (2,14). Nilai rasio konversi ransum diantara R 0, R 5 dan R 10 tidak ada perbedaan yang nyata (P>0,01). Tingkat kematian untuk R 0, R 5, dan R 10 sama yaitu 5%, sedangkan pada R 15 tingkat kematiannya adalah 0. Pengamatan di kandang pada semua ternak tidak terjadi mencret, hal ini telah diantisipasi dengan penambahan afsilin pada semua ransum. Tabel 3. Kandungan gizi ransum percobaan Kadar kulit ubi kayu terfermentasi dalam ransum (%) Bahan pakan 0 (R 0 ) 5 (R 5 ) 10 (R 10 ) 15 (R 15 ) Protein kasar 21,08 20,91 21,03 21,02 Lemak kasar 4,04 3,63 3,73 3,27 Serat kasar 4,10 3,49 5,09 5,40 Kalsium (Ca) 1,05 1,11 1,15 1,06 Fosfor (P) 0,83 0,77 0,86 0,80 Energi metabolis (Kkal/kg) 2907,7 2908,0 2906,2 2906,7 Tabel 4. Penampilan ayam selama percobaan Parameter Kadar kulit ubi kayu terfermentasi dalam ransum (%) 0 (R 0 ) 5 (R 5 ) 10 (R 10 ) 15 (R 15 ) SEM Konsumsi pakan (g/ekor) 1134 1176 1202 1037 41 Pertambahan bobot hidup (g/ekor) 575a 581a 563a 436b 20 Rasio konversi pakan 1,98a 2,03a 2,14a 2,38b 0,06 Kematian (%) 5,0 5,0 5,0 0,0 2,67 SEM = standard error mean Huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata (P<0,01) 153

SUPRIYATI dan KOMPIANG: Perubahan komposisi nutrien dari kulit ubi kayu terfermentasi dan pemanfaatannya KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa setelah proses fermentasi terjadi perubahan nutrien pada kulit ubi kayu. Kandungan protein kasar, kecernaan protein kasar, lemak kasar, abu, Ca dan P serta kecernaannya meningkat, sedangkan serat kasar dan asam sianida menurun. Hasil percobaan pemberian kulit ubi kayu terfermentasi pada ayam pedaging sampai tingkat 10% dalam ransum selama 4 minggu ternyata tidak beda nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot hidup dan rasio konversi ransum (P>0,05). Namun pada tingkat 15% penggunaan kulit ubi kayu terfermentasi dalam ransum menunjukkan bahwa pertambahan bobot hidup dan rasio konversi ransum lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya (P<0,05). DAFTAR PUSTAKA BIRO PUSAT STATISTIK. 1996. Statistik Tanaman Pangan. BPS. Jakarta. CAMPBELL, R.C. 1967. Statistics for Biologist. Cambridge, The University Press. COURSEY, D.G. 1974. Cassava as Food: Toxicity and Technology. In. Chronic Cassava Toxicity. NESTEL and M. REGINAL. (Eds.). Proc. Int. Workshop, London. pp 27-36. DAUBRESSE, P., S. NTIBASHIRWA, A. GHEYSEN, and J.A. MEYER. 1987. A process for protein enrichment of cassava by solid state fermentation in rural conditions. Biotech. Bioeng. 29:962-968. KOMPIANG, I P., A.P. SINURAT, S. KOMPIANG, T. PURWADARIA dan J. DARMA. 1994. Nutrition value of protein enriched cassava: Cassapro. JITV 7(2): 22-25. KOMPIANG, I P., A.P. SINURAT, T. PURWADARIA, J. DARMA and SUPRIYATI. 1995. Cassapro in broiler ration: Interaction with rice bran. JITV 1: 86-88. KOMPIANG, I P., A.P. SINURAT, T. PURWADARIA and SUPRIYATI. 1997. Cassapro in broiler ration: Effect of halquinol supplementation. JITV 2: 181-183. OGUNDERO, V.W. 1982. The production and activity of hydrolytic exoenzymes by toxigenic species of Aspergillus from gari. Nigerian J. Sci. 16: 11-20. PURWADARIA, T., T. HARYATI, A.P. SINURAT, I P. KOMPIANG, SUPRIYATI, and J. DARMA. 1997. The correlation between amylase and cellulase activities with starch and fibre contents on the fermentation of cassapro (cassava protein) by Aspergillus niger. In: Proceeding Indonesian Biotechnology Conference. Indonesian Biotechnology Consorsium. Jakarta June 17-19, 1997. SANI, A., F.A. AWE and J.A. AKIYANJU. 1992. Amylase synthesis in Aspergillus flavus and Aspergillus niger grown on cassava peel. J. Ind. Microbiol. 10: 55-59. SIBBALD, I.R. 1983. The TME System of Feed Evaluation. Animal Research Centre Ottawa, Ontario. SUSANA, I.W.R., B. TANGENDJAYA dan S. HASTIONO. 2000. Seleksi kapang penghasil enzim fitase. JITV 5: 113-118. WILLIAMS, J. 1984. Analytical Official Methods of Chemistry. Mc Graw-Hill Book Co. New York. 154