Forestry Options Launching, Feb 2007, p. 1

dokumen-dokumen yang mirip
Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan. Center for International Forestry Research

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun

Penguatan Peran Petani untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan dan Pencapaian Target Swasembada Pangan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012

I. PENDAHULUAN. kerja dan mendorong pengembangan wilayah dan petumbuhan ekonomi.

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA STRATEGIS

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

Oleh Deddy Permana / Yayasan Wahana Bumi Hijau Sumatera selatan

TERM OF REFERENCE FASILITASI KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

REVITALISASI KEHUTANAN

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

BAB I. PENDAHULUAN. dalam lingkup daerah, nasional maupun internasional. Hutan Indonesia

Kajian Tengah Waktu Strategi Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

DIALOG KEHUTANAN. Model Proses ILCF. Dominic Elson

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

Peluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Hari Depan Petani dan Pertanian : Rekonstruksi dan Restrukturisasi

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA KONFERENSI INTERNASIONAL EKOSISTEM MANGROVE BERKELANJUTAN

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

I. PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial budaya. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PADA UPACARA BENDERA PERINGATAN HARI BAKTI RIMBAWAN TAHUN 2016 JAKARTA, RABU, 16 MARET 2016

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

RINGKASAN EKSEKUTIF. vii. LAKIP 2015 Dinas Kelautan dan Perikanan

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang

Peningkatan kapasitas Pertumbuhan ekonomi Kelestarian lingkungan Perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

SUPLEMEN, RENCANA KERJA 2015 (REVISI) : PENYIAPAN LANDASAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Kerangka Kerja Kemitraan Negara Indonesia

SAMBUTAN MENTERI DALAM NEGERI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

dan (3) pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial mensyaratkan bahwa dalam suatu wilayah pembangunan, hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

Pembangunan Daerah Berbasis Pengelolaan SDA. Nindyantoro

BAB I PENDAHULUAN. daerah maupun nasional yang saat ini kondisinya sangat memperihatinkan, kerusakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Indonesia: Akses Energi Berkelanjutan di Indonesia Timur-Program Pembangunan Jaringan Listrik

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DAN HUTAN LINDUNG LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004

Pentingnya Pemaduserasian Pola Pengelolaan Sumber Daya Air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kebijakan dan Strategi Nasional untuk Pengembangan Keuangan Mikro

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

Road Map Pembaruan Agraria di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan

PENDAHULUAN ,87 Milyar atau senilai 14,99 % dari Produk Domestik Bruto

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. manusia jugalah yang melakukan kerusakan di muka bumi ini dengan berbagai

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sebagai proses perubahan

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA

DISAIN KEBIJAKAN EKONOMI DALAM ERA OTONOMI DAERAH:

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

INDONESIA YANG LEBIH BERKELANJUTAN BERINVESTASI UNTUK. Brosur Ringkasan ANALISA LINGKUNGAN INDONESIA 2009

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

Transkripsi:

Leading the British government s fight against world poverty Forestry Options Launching, Feb 2007, p. 1

Mengapa Hutan penting bagi Pembangunan Indonesia (Enam alasan utama) 1. Hutan merupakan sumber mata pencaharian bagi 10 juta penduduk di antara 36 juta penduduk termiskin di Indonesia 2. Hampir 2/3 daratan negara ini terdiri dari wilayah hutan 3. Kehilangan hutan merugikan kehidupan di daerah pedesaan, jasa ekosistem dan kemampuan Indonesia untuk mengurangi kemiskinan 4. Tata kelola hutan yang lemah merusak iklim investasi, potensi ekonomi pedesaan dan daya saing Indonesia 5. Tindak pidana kehutanan merupakan suatu perampokan negara dan penyelewengan terhadap pendapatan publik yang seharusnya lebih bermanfaat jika digunakan untuk tujuan-tujuan pembangunan 6. Uutan Indonesia termasuk yang paling luas, beraneka ragam dan bernilai di dunia Forestry Options Launching, Feb 2007, p. 2

Krisis dan Peluang di bidang Kehutanan Krisis sektor kehutanan Indonesia Penggundulan hutan yang cepat; pembalakan liar yang marak Kemunduran industri; Iklim investasi buruk Konflik tentang penggunaan lahan Kekacauan mengenai peranan & tanggungjawab pertanahan/kehutanan di era desentralisasi Sumbangan yang kecil terhadap pertumbuhan dan pengurangan kemiskinan Transisi dari masa lalu yang berkelimpahan menuju kelangkaan relatif di masa datang Beberapa Pilihan/opsi sebagai Peluang Memperbaiki tata kelola pemerintah dan manajemen Mendukung pembangunan ekonomi Memperbaiki kehidupan/mengurangi kemiskinan Melindungi jasa lingkungan hidup dan keanekaragaman hayati Forestry Options Launching, Feb 2007, p. 3

Apa yang baru dalam Laporan ini? FOKUS PADA HUBUNGAN KEMITRAAN YANG DIPIMPIN OLEH INDONESIA, BUKAN DIATUR OLEH PIHAK DONOR Bukan suatu resep tetapi merupakan opsi-opsi yang dapat didiskusikan dan dilaksanakan dengan mitra nasional dan lokal Sintesis opsi-opsi untuk dibahas berdasarkan analisis 20 tahun, pekerjaan lapangan, eksperimen dan perkembangan sosial Konsensus tentang apa yang menjadi isyu, suatu road map menuju isyu tsb, tantangan dan cara-cara menindaklanjuti [Bank Dunia telah menggunakan menu ini dan menciptakan suatu STRATEGI yang menjelaskan apa yang kami inginkan dan sanggup melakukannya dalam jangka menengah] Forestry Options Launching, Feb 2007, p. 4

Apa Yang Baru Dalam Laporan Ini? FOKUS PADA LAHAN DAN MANUSIA (PIHAK YANG MEMPEROLEH MANFAAT), BUKAN PADA POHON Fokus pada pemanfaatan lahan kehutanan untuk mencapai berbagai jenis keuntungan: di bidang ekonomi, lingkungan hidup dan sosial Undang-undang dan prinsip-prinsip yang mendukung ke-3 pilar pembangunan berkelanjutan. Akan tetapi tetap ada kesenjangan antara penyampaian hasil dan keseimbangan antara ketiga-tiganya. Di masa lampau, penekanan lebih pada keuntungan ekonomi jangka pendek dengan mengorbankan beberapa golongan serta lingkungan hidup. Keuntungan (dan pertukaran manfaat atau trade off) dalam mengalihkan perhatian pada perbaikan mata pencaharian/kehidupan masyarakat dan mencapai pembangunan ekonomi berkelanjutan, tanpa menimbulkan risiko yang tidak wajar terhadap lingkungan hidup serta jasa ekosistem. Manfaat yang diperoleh dari pengelolaan hutan oleh petani kecil dan masyarakat, agroforestry (sesungguhnya $ milyaran setiap tahun), carbon credits Forestry Options Launching, Feb 2007, p. 5

Memperbaiki Tata Kelola Pemerintahan dan Pengelolaan (Bab 3) Tantangan: memperkecil kesenjangan antara retorika pemerintahan (aturan-aturan tertulis) dan hasil-hasil yang dicapai BEBERAPA OPSI Dialog tentang hak, aturan, peranan dan tanggungjawab di sektor kehutanan Transparansi dalam data dan pembuatan keputusan Penegakan hukum dengan berfokus pada masalah-masalah utama, kakap Desentralisasi peranan dan tanggungjawab, dengan pengecekan dan pengimbangan (checks and balances) Proses penyelesaian konflik yang berfokus pada mekanisme dan konsultasi Forestry Options Launching, Feb 2007, p. 6

Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Yang Berkelanjutan (Bab 4) Untuk menjembatani kesenjangan antara manfaat seketika dan keberlanjutan berjangka lebih panjang dan untuk mencapai pembagian manfaat yang lebih merata 55 juta hektar lahan berhutan dialokasikan untuk kepentingan ekonomi (yaitu produksi dan konversi) Prioritas tinggi karena wilayah lahan berhutan yang sangat luas dan karena pentingnya baik untuk kehidupan masyarakat maupun bagi kepentingan kehutanan komersial Beberapa opsi Restrukturasi industri Transparansi dalam menyelesaikan hutang sektor kehutanan Peningkatan nilai tambah Pembagian manfaat yang lebih baik Forestry Options Launching, Feb 2007, p. 7

Memperbaiki Kehidupan dan Mengurangi Kemiskinan (Bab 5) Untuk memperkecil kesenjangan antara hutan yang kaya dengan rakyat yang miskin, kemajuan dapat dilakukan dengan mengakui bahwa lahan hutan merupakan bagian perekonomian pedesaan dan kehidupan rakyat Sebaiknya kebijakan-kebijakan menyikapi kaitan-kaitan yang ada antara mata pencaharian masyarakat, investasi, pasar dan infrastruktur, daripada melihat hutan sebagai bahan baku untuk pemrosesan berorientasi ekspor. OPSI/PILIHAN: Pemanfaatan lahan, alokasi dan akses Bagi 25+ juta ha hutan yang terdegradasi, rasionalisasi dapat: Mendorong investasi dalam sumber daya lahan dan hutan Meningkatkan produktivitas dan penghasilan Memberbaiki kesejahteraan pedesaan dan meringankan kemiskinan Memberi sumbangan terhadap pengurangan konflik. Forestry Options Launching, Feb 2007, p. 8

Kawasan Hutan Tidak Berhutan: Sebesar apa 25 juta ha? Penggundulan hutan rata-rata per tahun 5 juta ha SumBar Costa Rica 2 juta Ha NTB SULUT 10 juta ha Sumatra Selatan 15 juta ha Kalteng 20 juta ha Kaltim 25 juta ha Selandia Baru Kerajaan Inggris 1 juta Ha Jamaica 2 x Bali Forestry Options Launching, Feb 2007, p. 9

Melindungi Jasa Lingkungan Hidup dan Keanekaragaman Hayati (Bab 6) Tantangan-tantangan: Wilayah-wilayah Konservasi dan Perlindungan Kehutanan mewakili hampir 40 juta hektar akan tetapi sumberdaya yang dikelola terbatas Prioritas untuk memastikan bahwa lahan tersebut mampu menghasilkan jasa-jasa untuk tujuan mana mereka dialokasikan Beberapa opsi: Pemanfaatan bersama lahan antara para pemangku kepentingan pusat dan daerah Melindungi DAS (Daerah Aliran Sungai), hutan dan keanekaragaman hayati secara bersama Memobilisasi lebih banyak pendanaan yang berkelanjutan untuk wilayah-wilayah yang dilindungi Melakukan investasi pada penyadaran publik dan pendidikan lingkungan hidup Forestry Options Launching, Feb 2007, p. 10

Langkah berikut: Mendukung Pendekatan Indonesia ke arah Keberlanjutan Pemerintah RI menyadari kesenjangan antara visi dan pencapaian, antara potensi dan kinerja, dan dalam keseimbangan antara ketiga pilar pembangunan Pemerintah RI bertekad untuk menyikapi kesenjangan-kesenjangan melalui tindakan positif untuk mendukung kesinambungan hutan-hutan Indonesia demi kepentingan semua orang. Pemerintah RI sedang berusaha untuk menyembatani kesenjangankesenjangan tersebut dengan meningkatkan kerjasama dengan para pemangku kepentingan di sektor kehutanan. Dukungan yang berlanjut dari pihak donor untuk kehutanan adalah mutlak dan kemungkinan keberhasilan program saat ini lebih tinggi dibandingkan dengan di masa lampau. Para donor telah membantu membangun pengertian, komitmen, sumber daya manusia, kerangka hukum dan kelembagaan. Para donor telah membantu dalam mengembangkan dan menguji pendekatan lapangan dan membantu mekanisme penyampaian. Para donor mempunyai kesempatan untuk mendukung dan memperluas pencapaian-pencapaian di masa lalu melalui kemitraan dengan suatu menu opsi/pilihan yang disepakati. Forestry Options Launching, Feb 2007, p. 11

SUMBER RUJUKAN: Dua Dokumen, Satu Topik Kedua-duanya tersedia pada worldbank.or.id Dokumen Opsi-opsi Kehutanan (Diluncurkan hari ini) Tinjauan menyeluruh dan sintesis isyu-isyu Kerangka kerja untuk memahami dan mengidentifikasikan opsi-opsi untuk intervensi Rujukan dan pedoman bagi para analis dan pemangku kepentingan Ditujukan kepada Pemerintahpemerintah donor, lembaga riset, dan badan-badan bantuan pembangunan Dokumen Strategi Bank Dunia (Kongres Kehutanan, 2006) Kerangka untuk tujuan Bank Dunia, jadwal waktu, implikasi sumber daya, risiko-risiko Landasan untuk mengarusutamakan isyu-isyu kehutanan ke dalam CAS dan reformasi-reformasi lebih luas Road map untuk diskusi internal dan pembuatan keputusan Wawasan bagi publik mengenai pandangan-pandangan Bank Dunia Forestry Options Launching, Feb 2007, p. 12