BAB I PENDAHULUAN. pasti bergerak, karena tidak ada kehidupan di dunia ini tanpa adanya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada. kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan. Gerak tergantung dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN LAMANYA MENGIKUTI SENAM PERNAFASAN SINAR PUTIH DENGAN KESEIMBANGAN STATIK

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

BAB I PENDAHULUAN. orang sakit (curative), tetapi kebijakan yang lebih ditekankan kearah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan, dimana terdapat lima fenomena utama yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala

BAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. seperti di Indonesia. Sebagai negara yang sedang berkembang maka. Gerak merupakan elemen essential bagi kesehatan individu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hingga orang tua menyukai olahraga ini, cabang olahraga yang berbentuk

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada keseimbangan gaya berdiri (center of gravitiy) dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera.

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama

BAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

BAB I PENDHULUAN. tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Delito, 2003). Menurut Depkes

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan

BAB I. Aktivitas fisik setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ada, sangat kompleks sekali masalah demi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak (Needlman, 2000). Perkembangan adalah bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. bidang lainnya yang telah memberikan kemudahan dan perubahan pada pola

BAB I PENDAHULUAN tahun yang lalu. Pertama kali diduga adanya stroke oleh Hipocrates. pengobatannya (Waluyo, 2013). Di Indonesia stroke

BAB I PENDAHULUAN. menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak yang optimal merupakan dambaan setiap orang tua dan orang tua harus lebih memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga

BAB I PENDAHULUAN. secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan (Irianto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. modern yang memahami betul akan pentingnya kesehatan dalam. menunjang berbagai aktivitas dan penampilan (performance) mereka.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tubuh memang memerlukan keseimbangan dalam kehidupan. Selain. keseimbangan fisik manusia juga memerlukan keseimbangan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. hari. Pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas seharihari

BAB I PENDAHULUAN. hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan kebugaran mempunyai beberapa istilah yang sering

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari dalam

BAB VI PEMBAHASAN. kelompok perlakuan, masing-masing kelompok berjumlah 30 orang.

BAB I PENDAHULUAN. kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. yang pertama ingin dicapai baik dari pasien sendiri maupun dari keluarganya.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. dengan saraf tepi. Perkembangan dari susunan sistem saraf anak dimulai dari. berkebutuhan khusus termasuk autis.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat popular di dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Manusia sebagai makhluk biopsikososial membutuhkan kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada peningkatan usia harapan hidup di Indonesia. Lansia

pelayanan rawat jalan di klinik Sasana Husada Stroke Service dan Karmel subjek yang terdaftar awalnya sejumlah 36 orang pasien, subjek yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Setiap orang tentunya mempunyai tujuan yang

PERBANDINGAN KESEIMBANGAN ANTARA ANAK LAKI-LAKI USIA 7-10 TAHUN DAN TAHUN DENGAN CLINICAL TEST OF SENSORY INTERACTION AND BALANCE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar tubuh. Proses menua terjadi secara terus menerus secara

BAB I PENDAHULUAN. telapak kaki. Bentuk kaki datar pada masa bayi dan anak-anak dengan usia

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan juga tuntutan lingkungan agar dapat melakukan aktifitas dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan yang terjadi dalam bidang kesehatan, meningkatnya kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan. pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. olahraga, dalam upaya mengembangkan prestasi olahraga yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK

BIOMEKANika olahraga. dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO. Biomekanika/ikun/2003 1

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. gerak. Kecepatan lari merupakan unsur kemampuan gerak yang merupakan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan.setiap manusia memiliki potensi gerak yang dapat dikembangkan sampai maksimal, tetapi dalam kenyataannya gerak yang tersedia bukanlah gerak maksimal melainkan gerak aktual. Gerak aktual belum tentu dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam beraktifitas. Gerak ini bisa saja berlebih ataupun kurang, dan bahkan bisa juga tepat mencapai tujuan. Gerak aktual yang bisa mencapai tujuan dan tepat mencapai sasaran inilah yang disebut sebagai gerak fungsional. Paradigma berdasarkan fisioterapi, gerak merupakan bagian yang terpenting dari seluruh elemen kesehatan individu seutuhnya. Gerak tergantung dari koordinasi dan integritas pada setiap level yang berjenjang, mulai dari tingkat mikro sampai dengan tingkat makro, yaitu terjadi pada molekuler, sel, jaringan, organ, sistem, dan individu serta dipengaruhi pula oleh faktor-faktor internal maupun eksternal. Kualitas gerak fungsional pun tergantung dari efektifitas dan efisiensi gerak dari individu tersebut. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan acuan untuk menilai efektifitas dan efisiensi gerak individu antara lain; fleksibilitas (flexibility), keseimbangan (balance), koordinasi (coordination), kekuatan (power) dan daya tahan (endurence )Diantara berbagai faktor di atas penulis akan membahas lebih dalam mengenai 1

2 keseimbangan. Faktor keseimbangan (balance) merupakan gerakan penting dalam gerakan terampil. Secara garis besar ada dua macam keseimbangan, yaitu static balance dan dynamic balance definisi balance yang pertama kali muncul dilaporkan oleh bass (1939) yang menyebutkan dua tipe umum dari balance dibagi menjadi static balance yaitu kemampuan untuk mempertahankan equilibrium tubuh total dalam berdiri pada satu titik dan dynamic balance yaitu kemampuan untuk mempertahankan equilibrium ketika bergerak ketika bergerak dari satu titik ke titik yang lain. Sedangkan definisi lain dari static balance adalah keseimbangan terhadap grafitasi bumi dalam mempertahankan sikap tubuh dan dynamic balance yaitu keseimbangan yang dibutuhkan pada saat aktifitas atau selama melakukan gerakan ( Malina & Bouchard, 1991). Beberapa faktor yang yang memberikan kontribusi terhadap kemampuan keseimbangan antara lain fungsi sistem saraf yang efisien, sistem muskuloskeletal dan sistem sensorik. Pada masa kanak-kanak keseimbangan meningkat seiring dengan pertambahan usia. Anak perempuan lebih baik dibandingkan dengan anak laki-laki, sedangkan di masa remaja perkembangan keseimbangan cenderung menetap secara menetap. Pada kelempok usia umumnya laki-laki lebih baik jika di bandingkan perempuan ( Malina & Bouchard, 1991). Terminologi balance dan equilibrium sering digunakan secara arti yang sama. Balance dapat dimasukkan sebagai proses dimana body s equilibrium dikontrol untuk tujuan tertentu (Kreighbaum & Barthels, 1985). Balance didefinisikan sebagai kemapuan untuk mengontrol tubuh dan center

3 of gravity secara relatif pada based support yang digambarkan sebagai family adjustment yang diperlukan agar dapat menjaga posture dan gerakan. family adjustment ini mempunyai 3 tujuan, yaitu: 1. untuk mensupport kepala dan tubuh untuk melawan gravitasi dan tenaga/kekuatan dari luar 2. untuk menjaga center of the body s mass/cbm(pusat massa tubuh) sesuai dengan aligment dan balance diatas based of support, dan 3. untuk menstabilkan bagian tubuh dimana anggota tubuh yang lain bergerak/berpindah (Ghez,1991). Kemampuan menjaga keseimbangan dan postur tubuh stabil adalah merupakan bagian dari aktivitas gerakan sehari-hari. Komponen yang signifikan dari balance adalah untuk mempertahankan posture tubuh, postural adjusment dalam mengantisipasi gerakan, saat self initiated movement dan postural adjustment untuk merespon bila ada rangsangan, gangguan atau reaksi dari. Linked-segment dynamics memainkan peran penting pada control tersebut. Posture Adjusment membuat equilibrium yang ada menjadi fleksibel dan bervariasi mengarah potensi interaksi dinamik yang tersedia dari hubungan dari komposisi Body Mass. Postural Adjusment adalah merupakan pattern aktivitas otot dan gerakan segmental yang membuat kita untuk mengontrol hubungan tersebut pada based of support dan movement of body segment. Otot merupakan bagian terpenting dari based of support untuk memfiksasi dan mensupport gerakan segmental. Ini merupakan hal critical untuk memaintain body balance baik pada saat bergerak maupun diam. Pada

4 banyak Self-Initiated action ditampakkan pada posisi duduk dan berdiri, aktivitas tersebut diawali gerakan otot-otot yang terdekat pada based of support, tetapi tidak selalu seperti itu. Demikian juga dengan gerakan kecil seperti gerakan deep breathing, melihat seputar ruangan, menggapai objek tetentu, memerlukan counter gerakan segmental. Pada posisi duduk based of support dihitung termasuk (kaki yang menpak dilantai) dan tungkai (atas). Luas dan besar based of support tergantung pada duduk kursi dan permukaan yang men-support. Pada individu, posisi berdiri, sebetulnya, merupakan aktivitas yang sangat menantang dan sulit karena 2/3 dari body mass, 2/3 dari tinggi kita, terletak beberapa jarak diatas dasar support tubuh. Pengurangan area dari dasar support tubuh mengurangi region stabilitas (Nashner abd Mc.Collum, 1985). Penyimpangan Body Mass pada saat beergerak dicapai dengan aktivasi muscular yang disebut dengan Postural Adjusment yang mengawalinya dan hal tersebut merupakan aktivitas persiapan untuk: aktivitas self-initiated pada gerakan extremitas dan tangan, misalnya untuk gerakan menggapai sesuatu benda dan kemudian menggenggamnya, juga pada saat bergerak dan adjustment timbul untuk membentuk/membangun hubungan segmental seperti misalnya cara pada saat menggerakkan tangan kedepan mengarah pada suatu benda, tubuh akan stabil dan terjaga keseimbangannya. Pada gerakan postural yang automatis merespon suatu gerakan yang tidak stabil, tidak disangka atau tidak diharapkan maka otot segera di aktivasikan secara cepat, kadang-kadang gerakannya agak stereotype. Aktivasi otot yang cepat bukan seperti refleks karena gerakan

5 tersebut adalah merupakan proses gerakan mencapai suatu kestabilan. Keadaan ini bisa dikatakan bahwa keadaan otot-otot merespon agar dapat beradaptasi dimana pada saat diperlukan untuk meyakinkan timbulnya kestabilan. Proses keseimbangan dibatasi oleh the body s dynamics, termasuk joint mobility panjang dan kekuatan otot, physical environment, dan pengalaman sebelumnya. Terdapat batasan untuk mencapai keseimbangan, kita tidak bisa memindahkan stability limit tanpa merubah based of support dan melangkahkan kaki yang membuat based of support baru. Area yang dapat kita jaga keseimbangannya pada saat bergerak disebut dengan region of reversibility atau joint limit of stability. Tertentu saja sepertinya gambaran batasan stability bisa berbeda jika digambarkan sebagai ancaman pada stabilitas diikuti oleh visual input dan ketakutan atau stress. Balance timbul daru interaksi yang kompleks dari sensory dan musculoskelertal system yang terintegrasi dan dimodifikasi di CNS direspon untuk merubah kondisi lingkungan baik yang internal yang eksternal. sensory system terdiri dari system vestibular, somatosensory dan visual tetapi tidak satupun sensory system yang langsung mengarah yang spesifik pada kondisi COG. Vestibular sytem menyediakan informasi posisi dari kepala yang hubungannya dengan gravitasi demikian juga dengan gerakan melalui aselerasi (percepatan) yang bersifat liniar maupun angular dari kepala. System proprioseptif terdiri dari otot, sendi dan receptor cutaneous menyediakan informasi-informasi dari alat tubuh seperti out panjang dan kekuatan otot, posisi di space dan informasi dari lingkungan (enviroment),

6 seperti kondisi permukaan lantai. Proprioseptif menyediakan informasi gerakan dari tubuh yang berhubungan dengan based of support dan orientasi gerakan segmental yang berhubungan antar segment. Plantar cutaneous afferent telah menunjukkan memainkan peranan yang sangat penting pada balance regulation pada posisi berdiri. Visual system juga dikategorikan sebagai bagian propriseptif sebab hal ini tidak hanya menyediakan informasi tetapi juga menyediakan inforamsi tentang orientasi dan gerakan tubuh dan semua yang menyediakan informasi expropriceptive. Ketentuan relative yang berbeda dari sensory inputs masih controversial, tetapi sepertinya sensory inputs terkoordinasi pada setiap tujuan suatu gerakan, tergantung dari kondisi lingkungan. Pada tipe tertentu, investigasi laboratorium, khususnya pada permukaan lantai yang sulit, seorang dewasa yang normal, bahwa keadaan tersebut sebagai informasi dari somatosensory pada situasi sensory normal dimana semua sensory input semua tersedia. Ketika informasi based support tidak reliable contohnya pada posisi berdiri di tempat/permukaan yang sempit informasi visual meningkat pada keadaan tertentu. Kehampaan timbul disaat memantain sensory system dan balance tidak hanya menverikasi input tetapi juga memudahkan untuk mengkompensasikan dimana bila salah satu system tidak berfungsi. Sensitivitas dari kebutuhan informasi penglihatan Nampak pada aktifitas tertentu dan penting untuk ketrampilan berjalan dan menyeimbangkan tubuh, karena hal tersebut khusus hubungan antara diri kita sendiri dengan lingkungan (environment). visual input memberitahukan

7 kiuta posisi benda yang relevan di lingkungan kita, jarak benda dan apakah benda tersebut diam atau bergerak. Informasi visual membantu kita untuk memutuskan dimana apabila benda bergerak akan mencapai kita atau kaki ketika kaki kita akan menyentuh lantai pada saat kita melompat, hal ini dikatakan kita dapat memutuskan untuk merubah waktu untuk kontak secara akurat. Keadaan tersebut di atas selanjutnya membuat kita dapat merubah langkah kita yang lebih appropriate sehingga kita waktu meletakkan dan melangkahkan kaki kita lebih tepat pada saat kita menyeberang jalan yang ramai. Informasi waktu untuk kontak juga menolong kita berjalan di tempat / ruang yang luas dan ramai serta untuk memutuskan melangkah kaki keluar pintu dan naik elevator. Informasi visual membantu kita untuk melakukan orientasi secara vertical meskipun pada kondisi tertentu informasi yang kita terima tidak begitu menolong. Misalnya bila kita berada pada ruangan yang gelap gulita seorang dewasa akan mempertahankan posisi tegak tetapi kondisi yang terjadi akan sedikit membungkuk karena mempertahankan keseimbangan. Tipe yang lain bukan merupakan langsung dari informasi visual, tetapi dari optical array (kumpulan / group yang didapatkan dari pandangan dari peripheral vision) misalnya pada saat berjalan pada saat melewati benda benda di sekitar kita akan kelihatan seperti bergerak mundur yang mana meningkatkan optical array pada anak periode toddler, optical array belum matang dibandingkan dengan anak anak diatas umur 4 tahun dan dewasa. Pada kondisi tertentu berdiri terlalu dekat dengan seseorang didepan kita akan memberikan informasi visual yang tiba tiba dan akan merubah

8 keseimbangan kita. Oleh karena itu kita harus berhati hati pada pasien yang akan mempunyai reaksi seperti kondisi tersebut apabila berdiri terlalu dekat akan menggangu, merusak keseimbangannya. Untuk kondisi tersebut sebaiknya kita sedikit mengatur jarak dengan pasien, jangan berdiri terlalu dekat didepan pasien. Selain itu semakin menyempit dasar pijakan permukaan lantai informasi visual semakin sangat diperlukan, karena hal tersebut salingberhubungan antara visual input dan level skill-nya. Beberapa orang mempunyai kesulitan untuk naik turun escalator, yaitu pada saat mempertahankan keseimbangan pada arah anteroposterior dan sering mereka jatuh karena keseimbangan tidak tercapai. Pada saat kita melakukan perjalanan tidak ada true horizontal maupun true vertical. optical array seperti horizontal tunnel input dari peripheral atau central vision bisa membuat efek yang berbeda pada respon postural untyuk mensupport pada permukaan yang berbeda beda. Kemampuan untuk mempertahankan posisi tertentu seperti duduk atau berdiri dan untuk bergerak tanpa terjadi jatuh akan mengikutkan: 1. Generalisasi gerakan seluruh otot tubuh untuk mensupport body mass untuk melawan gravitasi sehingga tidak jatuh 2. Control segment tubuh yang berhubungan antar segment 3. Kontrol body alignment yang berhubngan dengan lingkungan dimana COG harus terjaga dan dipertahankan antara limit stabilitas. Komponen musculoskeletal adalah fundamen untuk mengkontrol keseimbangan termasuk extensibility dari soft tissue, property aktif dan

9 pasif yang elastis dari otot. Komponen saraf yang mengkontrol kekuatan generalisasi dan kekuatannya. Balance telah diteliti pada situasi statis dan berdiri tegak pada kondisi distabil fisik dan input sensori yang berbeda beda serta pada kondisi neural dari gerakan self iniated. Berbagai penelitian dan pemeriksaan dengan menggunakan EMG, gait analysis yang di rekam di video, recording kinematics, dengan accerelerometer, telah menggambarkan bahwa postural adjustment adalah sebagai anticipasi dan ongoing task dan context related dan vision menyediakan informasi penting (critical information) dari exproprioceptive. Pada aktivitas sehari hari, ada 3 cara yang di aplikasikan oleh tubuh untuk mencapai keseimbangan: 1. Oleh kekuatan dari luar di aplikasikan kepada tubuh sendiri. 2. Melalui support permukaan gerakan 3. Oleh kekuatan internal yang di aplikasikan selama self initiated movement. Secara umum gerakan self initiated terjadi di dahului oleh antisipasi atau persiapan aktivasi otot postural dan gerakan segmental. Kemungkinan bahwa postural adjusmant mendahului gerakan voluntary, yang oleh Sherrington dikatan bahwa adjustment bukan merupakan respon reflex tetapi merupakan postur yang mungkin terjadi sebelumnya untuk mengantisipasi kekuatan. Eksistensi aktifitas postural yang mendahului gerakan di kembangkan oleh belenkii dengan coleganya (1967) yang mendomentrasikan bahwa subyek diminta untuk mengangkat satu lengan secepat mungkin dan dilihat

10 dengan menggunakan EMG otot tertentu (anterior deltoid) dan gerakan lengan disiapkan oleh aktivasi otot biceps femoris dari sisi ipsilateral kaki dan otot otot collateral sacrolumbal. Sejak saat itu investigator selanjutnya telah mendemontrasikan bahwa antipasti postural adjustment akan terjadi mengawali gerakan volunteer pada saat berdiri pada saat berdiri pada satu tangan tergantung pada kondisi tertentu dan postur tubuh tertentu serta kondisi alignmentnya. Meskipun kita jarang berdiri tegak dengan kondisi betul betul diam, ketika melakukan gerakan tubuh yang kecil maka adaptasi based support akan timbul untuk memperbaiki balance yang disebut dengan sway dengan kata lain walaupun kita berdiri diam dan kemudian melakukan gerakan kecil maka akan timbul proses yang aktif dari otot yang merubah aktivitasnya. Pemindahan berat tubuh sangat membantu mencegah kelelahan dan memberikan pemeliharaan sirkulasi yang adekuat khususnya didalam otot otot postural tungkai pada saat berdiri. Adanya pergantian support (sanggahan) dari satu tungkai ke tungkai yang lain maka secara periodik otot otot menjadi tidak terbebani dan rileks. Bagi orang yang tidak dapat memindahkan posturnya atau berat tubuhnya maka orang tersebut sering mengalami ischemia pada jaringan jaringan tertentu khususnya yang mendapat tekanan secar terus menerus, misalnya pasien paraplegia yang harus dilatih oleh fisioterapis untuk mengubah posturnya secara teratur. Tujuan utama yang hendak dicapai oleh banyak profesi kesehatan dalam memberi pelayanan, khususnya fisioterapi adalah peningkatan gerak

11 fungsional. Dalam hal ini fisioterapi lebih fokus memberikan pelayanan kesehatan dalam masalah kemampuan gerak dan fungsi. Seperti yang tercantum dalam KEPMENKES 1363 tahun 2001 disebutkan bahwa : Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis, dan makanis), pelatihan fungsi dan komunikasi. 1 Oleh karena itu fisioterapi sebagai tenaga kesehatan harus mempunyai kemampuan dan keterampilan untuk memaksimalkan potensi gerak yang berhubungan dengan mengembangkan, mencegah, mengobati dan mengembalikan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) gerak dan fungsi seseorang. Hal ini menandakan peran seorang fisioterapi tidak hanya pada orang sakit saja tetapi juga berperan pada orang sehat untuk mengembangkan dan memelihara kemampuan aktifitas ototnya. Berdasarkan atas latar belakang dan peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada pengaruh proporsi tubuh terhadap keseimbangan, maka peneliti mengambil topik tersebut melalui suatu penelitian dan memaparkannya dalam pembuatan skripsi yang berjudul Hubungan Proporsi Tubuh Terhadap Keseimbangan. 1 KEPMENKES NO. 1363 / MENKES/ SK / XII/ 2001, PASAL 1 AYAT (2)

12 B. Identifikasi Masalah Aktifitas fungsional menggambarkan kemampuan kerja seseorang. Kualitas gerak fungsional tergantung dari efektifitas dan efisiensi gerak dari individu. Untuk menilai efektifitas dan efisiensi gerak ada beberapa faktor yang dapat dijadikan acuan penilaian antara lain : fleksibilitas (flexibility), keseimbangan (balance), koordinasi (coordination), daya tahan (endurance), dan kekuatan otot (power). Oleh karena itu dapat dipergunakan beberapa alat ukur untuk menilai efektifitas dan efisiensi gerak. Diantara berbagai faktor di atas penulis akan membahas lebih dalam mengenai keseimbangan. Keseimbangan (balance) adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika ditempatkan di berbagai posisi. Definisi menurut O Sullivan, keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama saat posisi tegak, selain itu menurut Ann Thomson, Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dynamik, serta menggunakan aktivitas otot yang minimal. Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support). Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung oleh sistem muskuloskeletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien. Keseimbangan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu keseimbangan statis: kemampuan tubuh untuk menjaga

13 kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas papan keseimbangan); keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak. Faktor keseimbangan (balance) merupakan gerakan penting dalam gerakan terampil. Secara garis besar ada dua macam keseimbangan, yaitu static balance dan dynamic balance definisi balance yang pertama kali muncul dilaporkan oleh bass (1939) yang menyebutkan dua tipe umum dari balance dibagi menjadi static balance yaitu kemampuan untuk mempertahankan equilibrium tubuh total dalam berdiri pada satu titik dan dynamic balance yaitu kemampuan untuk mempertahankan equilibrium ketika bergerak ketika bergerak dari satu titik ke titik yang lain. Sedangkan definisi lain dari static balance adalah keseimbangan terhadap grafitasi bumi dalam mempertahankan sikap tubuh dan dynamic balance yaitu keseimbangan yang dibutuhkan pada saat aktifitas atau selama melakukan gerakan (Malina & Bouchard, 1991). Beberapa faktor yang yang memberikan kontribusi terhadap kemampuan keseimbangan antara lain fungsi sistem saraf yang efisien, sistem muskuloskeletal dan sistem sensorik. Pada masa kanak-kanak keseimbangan meningkat seiring dengan pertambahan usia. Anak perempuan lebih baik dibandingkan dengan anak laki-laki, sedangkan di masa remaja perkembangan keseimbangan cenderung menetap secara menetap. Pada kelempok usia umumnya laki-laki lebih baik jika di bandingkan perempuan (Malina & Bouchard, 1991).

14 Terminologi balance dan equilibrium sering digunakan secara arti yang sama. Balance dapat dimasukkan sebagai proses dimana body s equilibrium dikontrol untuk tujuan tertentu (Kreighbaum & Barthels, 1985). Balance didefinisikan sebagai kemapuan untuk mengontrol tubuh dan center of gravity secara relatif pada based support yang digambarkan sebagai family adjustment yang diperlukan agar dapat menjaga posture dan gerakan. family adjustment ini mempunyai 3 tujuan, yaitu: 1. Untuk mensupport kepala dan tubuh untuk melawan gravitasi dan tenaga/kekuatan dari luar 2. Untuk menjaga center of the body s mass/cbm(pusat massa tubuh) sesuai dengan aligment dan balance diatas based of support, dan 3. Untuk menstabilkan bagian tubuh dimana anggota tubuh yang lain bergerak/berpindah (Ghez,1991). Keseimbangan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah faktor pertama koordinasi yang merupakan implikasi dari otot otot yang bekerja bersama sama dalam menghasilkan gerakan. Keteraturan dan ketepatan gerakan merupakan hasil dari kerja otot yang baik tehadap ketepatan waktu dan intensitasnya (Kisner & Colby, 1985). Faktor kedua adalah fleksibilitas otot, berpengaruh untuk memperoleh gerakan yang diinginkan. Jaringan otot mengatur gerakan dengan proses pemanjangan dan pemendekan sesuai kebutuhan dari mobilisasi sendi yang diinginkan dalam aktivitas sehari hari (Zachazewski, 1989). Faktor ketiga adalah kekuatan otot (terutama otot otot gerak bawah), semua gerakan yang di hasilkan merupakan hasil adanya peningkatan tegangan otot yang menghasilkan

15 tenaga sehingga bagian dapat begerak pada jarak tertentu. Faktor keempat adalah sudur perlekatan otot dan sudut persendian. Sudut perlekatan otot dan sudut persendian dapat secara signifikan mempengaruhi bagian dari gaya otot yang tersedia bagi gerakan anggota badan pada seluruh kisaran anggota geraknya. Otot sebagai salah satu komponen yang dapat menghasilkan suatu gerakan merupakan suatu jaringan yang terbesar dalam tubuh. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian lebih mendalam dan tidak menyimpang dari pokok bahasan maka pada penelitian ini dibatasi hanya pada Hubungan Proporsi Tubuh Terhadap Keseimbangan, dengan asumsi bahwa keseimbangan merupakan modal utama bagi seseorang untuk mempertahankan posisi dan melakukan gerakan aktif. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pada penjelasan dan pembatasan masalah diatas maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti adalah Adakah hubungan antara proporsi tubuh terhadap keseimbangan E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini penulis bagi menjadi dua kelompok yang meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.

16 a. Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Proporsi Panjang Tungkai dan Panjang Tubuh Terhadap Keseimbangan. b. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui Hubungan Panjang Tungkai Terhadap Keseimbangan. 2. Untuk mengetahui Hubungan Panjang Tubuh Terhadap Keseimbangan. F. Manfaat penelitian 1. Bagi Penulis a. Untuk membuktikan apakah ada hubungan proporsi panjang tungkai dan panjang tubuh terhadap keseimbangan. b. Untuk Mengetahui dan memahami tentang proses terjadinya Keseimbangan pada tubuh. 2. Bagi Fisioterapis a. Memberikan bukti empiris hubungan proporsi panjang tungkai dan tinggi badan terhadap keseimbangan. b. Menjadi dasar penelitian dan pengembangan ilmu Fisioterapis di masa yang akan datang. Penelitian ini sangat berguna untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan kesempatan bagi penulis untuk mengetahui hubungan proporsi panjang tungkai dan tinggi badan terhadap keseimbangan.

17 c. Kesempatan untuk menerapkan ilmu yang telah didapat selama perkuliahan. 3. Bagi Institusi Pendidikan a. Penelitian ini Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan informasi dan wawasan untuk program fisioterapi. b. Sebagai bahan pembanding penelitian selanjutnya.