BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

RECEIVABLE (TAGIHAN / PIUTANG) Klasifikasi Piutang (Classifications of Receivables)

Bab 5 Manajemen Kas dan Surat Berharga Jangka Pendek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Keuangan. Modal Kerja dan Pengelolaan Kas. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang

CASH and RECEIVABLES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

Safety cash balance (persediaan kas minimal)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh. Erfin Winda Sari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

AKTIVITAS DAN PRODUK BANK

BAB II LAPORAN ARUS KAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan adalah lapoaran keuangan. Laporan keuangan berisikan data-data

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. operasional, manajemen sumber daya manusia dan manajemen keuangan.

MANAJEMEN KAS DAN SURAT BERHARGA JANGKA PENDEK ANDRI HELMI M, SE., MM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Motif Penahanan Kas John Maynard Keynes

MANAJEMEN KAS. Minggu 7 1

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi Resimen IndukV/Brawijaya Malang tahun Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu lembaga

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB MANAJEMEN KAS A. Kas dan Aliran Kas

BAB II LANDASAN TEORI

Pertemuan 13 Penyusunan Anggaran Kas Disarikan dari Yusnita, Wenny dan sumber2 relevan lainnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tunggal Tbk bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang

BAB II LANDASAN TEORI. dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut piutang didefinisikan sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. Publik (2.12 a). Dalam hal ini piutang adalah termasuk aset yang dimaksud.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Dewasa ini peranan akuntansi sebagai alat bantu pengambilan keputusankeputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DANA DAN ARUS KAS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS. Ketatnya persaingan dalam bidang perekonomian dan bidang bisnis

BAB 7 LAPORAN ARUS KAS

BAB I PENDAHULUAN. kas. Kas diperlukan baik untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang menjadi acuan bagi perusahaan untuk dapat mempertahankan dirinya (going

GIRO. Alat atau sarana yang digunakan dalam lalu lintas pembayaran giral, yaitu surat berharga atau surat dagang seperti: 1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tergantung sudut pandangnya, namun demikian definisi-definisi tersebut

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Piutang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk semua hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

PIUTANG DAGANG & PIUTANG WESEL

Bab 11 Analisa Dana dan Aliran Kas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Piutang. Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. Definisi ini mengandung dua pengertian, yakni:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian rentabilitas menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 304)

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan.

MANAJEMEN MODAL KERJA

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian dan Tujuan Penyusunan Anggaran Kas. kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu bank untuk periode waktu

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

BAB II LANDASAN TEORITIS

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 9 PENYAJIAN AKTIVA LANCAR DAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

LAPORAN KEUANGAN (Materi 2)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Praktek di PT. Dirgantara

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 47

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 9 KEWAJIBAN. Setiap perusahaan umumnya memiliki kewajiban atau yang biasa disebut dengan utang yang harus diselesaikan atau dibayar oleh

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Piutang Pengertian Piutang Herry (2009:266)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Bab 10 Pasar Keuangan

Manajemen dan Kebijakan Modal Kerja 1 BAB 5 MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN MODAL KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal kerja di KPRI Kota Semarang. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya.

IMPLEMENTASI MANAJEMEN KEUANGAN DALAM BISNIS MATA KULIAH - SEMINAR KEUANGAN PRODI : MANAJEMEN OLEH: AGUS SUKOCO, ST, MM.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hutang dagang merupakan salah satu variabel bebas yang akan dibahas dalam

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Kas Kas merupakan salah satu bagian dalam financial suatu perusahaan yang sangat penting peranannya dalam hal aktivitas pembiayaan sehari hari maupun investasi. Kas merupakan suatu aktiva yang tidak menghasilkan laba dalam arti meskipun kas digunakan untuk membayar gaji pegawai, membeli bahan baku, membayar pajak, membeli aktiva tetap, melunasi hutang, membayar dividen dan lain sebagainya, namun kas itu sendiri tidak menghasilkan bunga. Karena itu tujuan manajemen kas adalah agar jumlah kas dapat ditekan sampai jumlah minimum yang diperlukan untuk suatu perusahaan menjalankan usahanya. 2.1.1. Motif Memegang Kas Ada dua alasan utama memegang kas : 1. Motif Transaksi Kas dipegang untuk motif transaksi memungkinkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan kas yang muncul dalam kegiatan bisnis biasa. Transaksi meliputi arus kas masuk (inflow) dan arus kas keluar (outflow). Arus kas masuk diantaranya meliputi pendapatan dari penjualan dari core bisnisnya, penjualan asetnya, ataupun pembiayaan-

pembiayaan dari pinjaman. Sedangkan arus kas keluar diantaranya meliputi pembayaran gaji pegawai, pembayaran hutang, pajak, dividen dan sebagainya. Keseimbangan arus kas masuk dan keluar tidaklah selalu sama sehingga diperlukan tingkat pegangan kas minimum sebagai buffer. Apabila perusahaan terlalu sedikit kas balancenya berarti perusahaan kekurangan kasnya. 2. Motif Kompensasi Kas balance dijaga di bank sebagai kompensasi jasa pelayanan bank yang diberikan ke perusahaan berupa saldo minimum yang harus ada di rekening gironya. Selain motif utama diatas, ada 2 motif memegang kas lain yaitu : 1. Motif Berjaga-jaga Motif memegang kas ini berhubungan dengan mempertahankan saldo untuk digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang mungkin tapi belum jelas. Hal ini disebabkan karena arus kas masuk dan arus kas keluar kurang dapat diperkirakan, dan tingkat kepastiannya berbeda-beda di antara berbagai perusahaan dan industri. Karena itu, perusahaan perlu menyimpan sejumlah uang kas sebagai cadangan untuk menghadapi fluktuasi arus kas masuk dan keluar yang bersifat acak dan tak terduga. Semakin sulit memperkirakan arus kas perusahaan, semakin besar saldo untuk berjaga-jaganya. Akan tetapi, bila perusahaan dapat memperoleh pinjaman secara mudah, artinya jika permohonan pinjamannya dapat

dikabulkan dalam waktu singkat, maka besarnya saldo untuk berjagajaga dapat dikurangi. 2. Motif Spekulatif Perusahaan menahan saldo kasnya dengan tujuan dapat memanfaatkan segala kemungkinan dan kesempatan untuk mengambil keuntungan dari situasi yang berpotensi menghasilkan laba. Misalnya dengan membeli secara murah barang-barang yang kemungkinan di hari yang tak terduga harganya turun. 2.1.2. Manfaat Uang Kas Manfaat dari uang kas yang tersedia dalam perusahaan diantaranya : 1. Mendapatkan Potongan Harga Penting sekali bahwa perusahaan mempunyai uang kas agar dapat memanfaatkan potongan harga atau trade discount yang diberikan para pemasok. Biasanya para pemasok sering kali menawarkan potongan harga kepada pelanggannya apabila pembeliannya dilakukan secara tunai. Biaya atau nilai dari potongan tersebut termasuk tinggi sehingga akan memberikan keuntungan bagi perusahaan jika mempunyai uang kas agar dapat memanfaatkan potongan dagang tersebut. 2. Meningkatkan Rating Kredit Uang kas yang tersedia di perusahaan juga berguna untuk meningkatkan credit-rating perusahaan karena ratio lancar (current ratio) dan ratio cepatnya (quick ratio) akan seimbang dengan

perusahaan lain dalam industri sejenis. credit-rating yang baik memungkinkan perusahaan untuk membeli barang dari pemasok dengan syarat yang lebih lunak dan mempermudah didapatkannya kredit dari bank ditinjau dari segi likuiditas perusahaan tersebut. 3. Memanfaatkan Peluang Yang Menguntungkan Dengan tersedianya uang kas juga memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan peluang bisnis yang menguntungkan, seperti tawaran stimewa dari pemasok atau kesempatan mengambil alih perusahaan lain. 4. Mengantisipasi Keadaan Tak Terduga Perusahaan harus mempunyai uang kas untuk mengantisipasi keadaankeadaan ataupun kejadian-kejadian yang tak terduga seperti pemogokan, kebakaran, ataupun reklame dari para pesaing. 2.1.3. Dana Dalam Aliran Kas Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menyusun laporan sumber-sumber dan penggunaan dana dalam aliran kas, yaitu sebagai berikut : 1. Menyusun laporan perubahan neraca yang menggambarkan perubahan masing-masing elemen dalam neraca antara dua titik waktu yang akan dianalisis.

2. Mengelompokkan perubahan-perubahan tersebut dalam goolongan perubahan-perubahan yang memperbesar kas dan golongan perubahanperubahan yang memperkecil kas. 3. Mengelompokkan elemen-elemen dalam laporan laba/rugi atau laporan laba ditahan ke dalam golongan yang memperbesar kas dan golongan yang memperkecil jumlah kas. 4. Mengadakan konsolidasi dari semua informasi tersebut ke dalam laporan sumber-sumber dan penggunaan dana. Perubahan-perubahan dari elemen-elemen neraca yang pengaruhnya dapat memperbesar kas, dikatakan sebagai sumber-sumber dana, adalah sebagai berikut : 1. Berkurangnya aktiva lancar selain kas. Berkurangnya aktiva lancar selain kas berarti bertambahnya dana atau kas. Berkurangnya persediaan (inventory) dapat terjadi karena terjualnya barang tersebut,dan hasil penjualan itu merupakan sumber dana/kas bagi perusahaan itu ataupun persediaan telah terpakai dan perusahaan belum membeli persediaan sehingga kas belum terpakai. Berkurangnya piutang (Account Receivable) berarti bahwa piutang itu telah dibayar dan penerimaan piutang merupakan penambahan dana yang diterima oleh perusahaan. Demikian pula berkurangnya suratsurat berharga atau efek berarti bahwa efek tersebut telah terjual dan hasil penjualan tersebut merupakan sumber dana/kas bagi perusahaan.

2. Berkurangnya aktiva tetap. Berkurangnya aktiva tetap merupakan sumber dana/kas bagi perusahaan. Berkurangnya aktiva tetap diantaranya tanah, mesin, mobil dan lain-lain dapat dikarenakan aktiva tetap tersebut dijual sehingga merupakan pendapatan bagi perusahaan dan masuk ke sumber dana/kas. Berkurangnya aktiva tetap bruto berarti bahwa sebagian dari aktiva tetap neto merupakan sumber dana, karena berkurangnya aktiva tetap neto tersebut berarti adanya depresiasi dalam tahun yang bersangkutan dan depresiasi ini pun merupakan sumber dana. 3. Bertambahnya setiap jenis utang. Bertambahnya hutang, baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang merupakan sumber dana. Bertambahnya hutang berarti adanya tambahan dana yang diterima oleh perusahaan karena perusahaan menangguhkan pembayaran kepada customer sehingga dana dapat digunakan dahulu dan hal ini merupakan sumber dana/kas bagi perusahaan. 4. Bertambahnya modal. Bertambahnya modal misal disebabkan karena adanya mengeluarkan/emisi saham baru, dan hasil penjualan saham baru itu merupakan sumber dana bagi perusahaan. 5. Adanya keuntungan dari operasi perusahaan. Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan neto dari operasinya berarti bahwa ada tambahan dana bagi perusahaan yang bersangkutan.

Sedangkan perubahan-perubahan yang pengaruhnya memperkecil dana/kas dan ini dikatakan sebagai penggunaan dana, diantaranya sebagai berikut : 1. Bertambahnya aktiva lancar selain kas. Bertambahnya aktiva lancar selain kas dapat terjadi karena pembelian barang/persediaan dan pembelian barang membutuhkan dana (penggunaan dana). Bertambahnya aktiva lancar karena disebabkan piutang yang bertambah karena perusahaan belum menerima pembayaran dari customer sehingga kas akan berkurang. 2. Bertambahnya aktiva tetap. Bertambahnya aktiva tetap bruto dapat terjadi karena adanya pembelian aktiva tetap, dan pembelian aktiva tetap merupakan penggunaan dana. 3. Berkurangnya setiap jenis hutang. Berkurangnya utang,baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang dapat terjadi karena perusahaan telah melunasi atau mengansur hutangnya. Pembayaran kembali hutang berarti penggunaaan dana. 4. Berkurangnya modal. Berkurangnya modal dapat terjadi karena pemilik perusahaan mengambil kembali atau mengurangi modal yang tertanam dalam perusahaan. Berkurangnya modal berarti berkurangnya dana. Hal ini berarti bahwa pengurangan modal itu merupakan penggunaan dana. 5. Pembayaran dividen.

Pembayaran dividen kas jelas merupakan penggunaan dana.dividen kas dibayarkan dari keuntungan neto sesudah pajak. 6. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan. Sebenarnya bertambahnya hutang merupakan sumber dana, Tetapi dengan adanya kerugian, tambahan dana tersebut digunakan untuk menutup kerugian. Dengan demikian, maka adanya kerugian merupakan penggunaan dana. 2.1.4. Anggaran Kas Anggaran kas ( cash budget ) adalah estimasi terhadap posisi kas untuk suatu periode tertentu yang akan datang. Penyusunan anggaran kas bagi suatu perusahaan sangat penting artinya bagi pemeliharaan likuditas perusahaan. Dengan menyusun anggaran kas, maka dapat diketahui kapan perusahaan akan berada dalam keadaan defisit kas atau surplus kas karena operasi perusahaan. Dengan mengetahui akan adanya defisit kas jauh sebelumnya, maka perusahaan akan dapat merencanakan sebelumnya penentuan sumber dana yang akan digunakan untuk menutup defisit tersebut. Karena masih cukupnya waktu, maka terdapat lebih banyak pilihan sumber dana, dan dengan semakin banyaknya pilihan sumber dana ini, berarti perusahaan pun dapat mengadakan pemilihan sumber dana yang biayanya paling rendah. Sebaliknya, dengan mengetahui jauh sebelumnya bahwa akan tedapat surplus kas yang besar, maka jauh

sebelumnya sudah dapat direncanakan bagaimana menggunakan kelebihan dana tersebut secara efisien. Anggaran kas dapat disusun untuk periode bulanan atau kuartalan. Pada dasarnya anggaran kas ini dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu: 1. Estimasi penerimaan-penerimaan kas yang berasal dari : penjualan tunai, piutang yang terkumpul, penerimaan bunga, dividen,hasil penjualan aktiva tetap, dan penerimaan-penerimaaan lainnya. 2. Estimasi pengeluaran kas yang digunakan untuk : pembelian bahan mentah, pembayaran hutang-hutang, pembayaran gaji pegawai, pengeluaran untuk biaya penjualan, biaya administrasi dan umum, pembayaran bunga, dividen, pajak, premi asuransi, pembelian aktiva tetap dan pengeluaran-pengeluaran lain. Dengan mengadakan estimasi penerimaan dan pengeluaran selama periode tertentu maka pimpinan perusahaan dapat mengetahui : 1. Kemungkinan posisi kas sebagai hasil rencana operasi perusahaan. 2. Kemungkinan adanya surplus atau defisit karena rencana operasi perusahaan. 3. Besarnya dana serta saat-saat kapan dana itu dibutuhkan untuk menutup defisit kas. 4. Saat-saat kapan kredit itu dibayar kembali.

Penyusunan anggaran kas biasanya dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Menyusun estimasi penerimaan dan pengeluaran menurut rencana operasional perusahaan. Transaksi-transaksi disini merupakan transaksi operasi. Pada tahap ini dapat diketahui adanya defisit atau surplus karena rencana operasi perusahaan. 2 Menyusun perkiraan atau estimasi kebutuhan dana atau kredit bank atau sumber-sumber dana lainnya yang diperlukan untuk menutup defisit kas karena rencana operasi perusahaan. 3. Menyusun kembali estimasi keseluruhan penerimaan dan pengeluaran setelah adanya transaksi finansial. 2.1.5. Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Persediaan Kas Minimal Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Semakin besar jumlah kas yang ada didalam suatu perusahaan,berarti semakin tinggi pula tingkat likuditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai resiko yang lebih rendah untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Tetapi, hal ini bukan berarti bahwa perusahaan harus berusaha untuk mempertahankan persediaan kas yang sangat besar, karena semakin besar kas berarti semakin banyak uang yang menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitas-nya. Sebaliknya pun kalau perusahaan hanya mengejar profitabilitas saja, maka perusahaan

itu akan berusaha agar semua persediaan kasnya selalu dapat diputarkan atau dalam keadaan bekerja. Bila perusahaan menjalankan tindakan tersebut, berarti perusahaan itu menempatkan dirinya dalam keadaan illikuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan atas kewajiban finansialnya. Untuk menentukan berapa besarnya jumlah kas yang sebaiknya harus dipertahankan oleh suatu perusahaan, belumlah ada standard ratio yang bersifat umum. Meskipun demikian, ada beberapa standar tertentu yang dapat digunakan sebagai pedoman didalam menentukan jumlah kas yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan. Jumlah kas pada suatu saat dapat dipertahankan dengan besarnya jumlah aktiva lancar maupun hutang lancar. Jumlah kas dapat pula dihubungkan dengan jumlah penjualan atau sales. Perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata menggambarkan tingkat perputaran kas (cash turnover) dimana semakin tinggi tingkat perputaran ini, maka semakin tinggi pula tingkat efisiensi penggunaan kasnya. Akan tetapi, tingkat perputaran kas yang berlebihan tingginya dapat berarti bahwa jumlah kas yang tersedia adalah terlalu kecil untuk volume penjualan yang bersangkutan. Seperti halnya pada persediaan (inventory) dan piutang, pada kas pun terdapat persediaan besi atau persediaan minimal, yang disebut juga safety cash balance atau persediaan besi kas. Yang dimaksudkan dengan persediaan besi adalah jumlah minimal dari kas yang harus dipertahankan oleh perusahaan agar dapat memenuhi kewajiban finansialnya sewaktuwaktu. Persediaaan kas ini merupakan unsur atau inti permanen dari kas.

Besarnya kas minimal ini berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya persediaan kas suatu perusahaan yaitu : 1. Perimbangan antara aliran kas masuk dengan aliran kas keluar. Adanya perimbangan yang baik mengenai kuantitas maupun waktu antara arus kas masuk dan arus kas keluar dalam suatu perusahaan berarti bahwa pengeluaran kas, baik mengenai jumlah maupun mengenai waktunya, akan dapat dipenuhi dari penerimaan kasnya sehingga perusahaan tidak perlu mempunyai persediaan kas minimum yang besar. Adanya perimbangan tersebut antara lain disebabkan karena adanya kesesuaian antara syarat pembelian dengan syarat penjualan. Ini berarti bahwa pembayaran hutang akan dapat dipenuhi dengan kas yang berasal dari pengumpulan piutang. Pembayaranpembayaran untuk pembelian bahan mentah, pembayaran gaji pegawai, dan lain-lain, diharapkan dapat dipenuhi dengan kas yang berasal dari hasil penjualan produknya. 2. Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan. Untuk menjaga likuiditasnya, maka perusahaan perlu membuat perkiraan atau estimasi mengenai aliran kas di dalam perusahaannya. Apabila aliran kas senyatanya selalu sesuai dengan estimasinya, maka perusahaan tersebut tidak menghadapi kesulitan likuiditas. Perusahaan ini tidak perlu mempertahankan adanya persediaan minimum kas yang besar. Sebaliknya, bagi perusahaan yang aliran kasnya sering

mengalami penyimpangan yang merugikan dari yang diperkirakan,maka perlu bagi perusahaan untuk mempertahankan adanya persediaan kas minimal yang agak besar. 3. Adanya hubungan yang baik dengan bank-bank Perusahaan yang telah berhasil membina hubungan baik dengan bank akan mempermudah baginya untuk mendapatkan kredit dalam menghadapi kesulitan finansialnya, baik yang disebabkan karena adanya peristiwa yang tidak diduga maupun yang dapat diduga sebelumnya. Perusahaan ini tidak perlu mempunyai persediaan besi kas yang besar. 2.1.6. Sarana Dan Mekanisme Transaksi Uang Kas Yang Ditempatkan Di Bank Berikut ini adalah sarana dan mekanisme transaksi uang kas berbentuk uang giral yang berada atau ditempatkan di bank. 1. Bentuk-bentuk uang giral. a. Demand Deposit Penyimpanan uang kas dalam bentuk demand deposit di bank sering pula disebut sebagai uang kas dalam rekening giro, yang setiap saat dapat diambil ataupun dicairkan. Simpanan dalam bentuk demand deposit tidak mendapatkan bunga, sebaliknya si penyimpan biasanya dikenakan biaya administrasi. Biasanya bank tersebut menetapkan tingkat saldo rata-rata yang minimum harus dipertahankan dalam

rekening gironya tersebut. Untuk perusahaan besar yang rata-rata saldo rekening gironya cukup tinggi dapat meminta kepada bank yang bersangkutan suatu jasa giro atas dasar saldo minimum yang harus dipertahankan dalam rekening gironya tersebut. b. Time Deposit Suatu bentuk simpanan deposito berjangka yang dapat ditempatkan untuk jangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan. Sebelum jatuh temponya, maka deposito tersebut tidak dapat dicairkan. Namun jika simpanan tersebut telah melampaui satu bulan tetapi jatuh temponya 3 bulan, atas persetujuan dari bank yang bersangkutan, maka deposito tersebut dapat dicairkan dengan suatu denda tertentu yang harus dibayar oleh si nasabah. Sebagai tanda atas simpanan deposito tersebut, bank yang bersangkutan akan mengeluarkan sertifikat deposito atas nama yang sering disebut pula Non-Negotiable Time Certificate of Deposit. Namun ada pula serifikat deposito yang merupakan surat berharga yang dapat diperjualbelikan, untuk itu sertifikat deposito berjangka tersebut dikeluarkan atas unjuk dan biasa disebut Negotioable Time Certificate of Deposit. c. Call Deposit. Simpanan dalam bentuk call deposit memiliki persamaan dengan demand deposit dalam arti setiap saat dapat ditarik, asalkan sebelum penarikannya harus memberitahukan terlebih dahulu kepada bank

yang bersangkutan. Biasanya pemberitahuan tersebut harus dilakukan dua hari dimuka. Atas call deposit juga dibayarkan suatu tingkat bunga tertentu sesuai dengan jangka waktu penyimpanannya : on call (2 hari), 7 hari, 15 hari. Dengan demikian setiap penyimpanan dalam deposito berjangka,yang waktunya kurang dari satu bulan dapat disebut call deposit. 2. Jenis-jenis alat likuid pengganti uang tunai. a. Cek Suatu surat berharga yang merupakan permintaan pembayaran secara tunai atas sejumlah uang, suatu bank yang menerbitkan cek tersebut dari rekening giro seorang nasabah yang menandatangani cek tersebut. Dengan demikian, cek tersebut sering pula disebut sebagai personal cheque. Cash cheque sama seperti uang tunai artinya dapat diuangkan oleh siapa saja yang memiliki cek tersebut,selama rekening giro dari orang yang menandatangani cek tersebut cukup uangnya. b. Giro bilyet Suatu surat permintaan pemindahbukuan dari suatu rekening giro tertentu kepada rekening giro lainnya,dapat terjadi dalam bank yang sama atau dalam bank lainnya.dengan demikian, orang atau perusahaan yang memperoleh pembayaran dalam bentuk giro bilyet,tidak dapat langsung menguangkan giro bilyet tadi.

c. Bank Draft Bank draft merupakan suatu janji yang dikeluarkan oleh suatu bank tertentu untuk membayar sejumlah uang dalam mata uang tertentu kepada pemegang draft atau nama yang tercantum dalam draft tersebut. d. Traveller s Cheque Pengertian traveler s cheque serupa dengan bank draft. Perbedaannya terletak pada proses pencairannya dimana jika bank draft harus diuangkan di cabang atau koresponden bank yang mengeluarkan draft tersebut, sedangkan traveler s cheque dapat diuangkan pada setiap money changer/tempat penukaran uang dan kadangkala diterima pula sebagai alat pembayaran yang sah. 3. Mekanisme Pencairan alat-alat likuid yang digunakan sebagai alat pembayaran. a. On the counter Setiap cash cheque dapat diuangkan pada bank yang menerbitkan cek tersebut, dengan syarat uang di rekening nasabah yang menandatangani cek tersebut cukup dananya. b. Kliring Untuk menguangkan cek ataupun cross cheque serta giro bilyet melalui bank lain, maka hal tersebut dapat dilakukan melalui kliring. Cek ataupun bilyet yang dikliringkan baru dapat diketahui

hasilnya esok paginya dan untuk kemudian dapat dimanfaatkan oleh si penerimanya. c. Collection Untuk menguangkan cek ataupun jaminan giro bilyet pada suatu bank di kota yang berbeda, maka harus dilakukan secara inkaso/collection. Untuk hal seperti ini diperlukan waktu yang cukup lama, tergantung dari jarak maupun pelayanan daripada bank yang bersangkutan. 2.1.7. Model Matematis Dalam Manajemen Kas Untuk menentukan besarnya investasi yang optimal di dalam penetapan jumlah uang kas, maka terdapat model matematis yang dikembangkan oleh ahli ahli pembelanjaan, yaitu: Model dari William J.Baumol. Teori William J.Baumol didasarkan pada metode Economic Order Quantity ( EOQ ) (Ross, Westerfield, Jafee, 2002, McGraw-Hill, Corporate Finance, pp773), yang digunakan di dalam menetapkan investasi yang optimal di dalam persediaan ( inventory ). Hal ini didasarkan pada beberapa persamaan antara saldo kas sama dengan persediaan. Model Baumol mengasumsikan bahwa perusahaan menggunakan kas dengan pola tetap yang dapat diperkirakan jumlahnya. Begitu pula halnya dengan arus kas masuk. Karena itu, arus kas keluar bersih atau kebutuhan kas bersih juga tetap jumlahnya. Jika

perusahaan mulai pada waktu 0 dengan saldo kas C = $300.000, dan jika arus kas keluar bersih adalah $100.000 per minggu, saldo kasnya akan menjadi nol pada akhir minggu ketiga, dan rata-rata saldo kasnya adalah C/2 = $300.000/2 = $150.000. Karenanya, pada akhir minggu ketiga perusahaan harus mengisi kasnya kembali, baik menjual sekuritas, asset atau dengan meminjam. Jika C ditetapkan lebih besar, misal $600.000, jangka waktu pemakaian kas tersebut lebih lama (6 minggu) sehingga penjualan sekuritas atau meminjam hanya perlu dilakukan 6 minggu sekali. Tetapi saldo kas rata-rata akan naik menjadi $300.000. Biaya transaksi untuk menjual atau meminjam akan diperkecil dengan makin besarnya saldo kas yang dimiliki. Tetapi di pihak lain pendapatan perusahaan juga berkurang akibat dana tertanam dalam bentuk kas yang tidak menghasilkan pendapatan seperti halnya sekuritas. Saldo kas yang optimal ditentukan dengan menggunakan variable dan persamaan berikut : C = Jumlah uang kas yang diperoleh dari penjualan sekuritas atau dari peminjaman. C/2 = Saldo kas rata-rata. C* = Jumlah kas yang optimal dari penjualan sekuritas atau dari peminjaman. C*/2 = Saldo kas optimal rata-rata. F = Biaya tetap untuk menjual sekuritas atau mendapatkan pinjaman.

T = Jumlah total tambahan kas yang dibutuhkan untuk transaksi pada seluruh periode ( biasa 1 tahun ) k = Biaya kesempatan dari kas yang dimiliki, k sama dengan penghasilan yang seharusnya bias diperoleh dari sekuritas atau bunga yang harus dibayar untuk pinjaman demi tersedianya uang kas. Total biaya dari saldo kas terdiri dari biaya penyimpanan (atau kesempatan) ditambah dengan biaya transaksi : Total biaya = Biaya menyimpan + Biaya Transaksi Biaya menyimpan = Saldo kas rata-rata x Biaya Kesempatan Biaya Transaksi = Jumlah transaksi x Biaya per transaksi C T Total Biaya = (k) + (F) 2 C Biaya total yang minimum dicapai apabila C sama dengan C*, yakni transfer kas yang optimal. C* dihitung sebagai berikut :

C* = 2(F)(T) k Saldo Kas menurut Asumsi Model Baumol : Saldo Kas ($) Kas maksimum = C Kas rata-rata = C/2 Kas Akhir = 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Minggu Penentuan Saldo Kas yang ditargetkan

Total Biaya karena Menyimpan uang kas Biaya Kesempatan Biaya Transaksi 0 C* Transfer Kas yang Optimal Saldo Kas ($) 2.2. Klasifikasi Piutang Bagi banyak perusahaan, pendapatan dari penjualan kredit merupakan unsur terbesar yang berpengaruh terhadap laba bersih. Bila suatu perusahaan membeli secara kredit, harus dihitung piutang yang ditimbulkan. Istilah piutang ( receivable ) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap perorangan, organisasi atau debitor lainnya. Piutang timbul dari beberaoa jenis transaksi, dimana yang paling umum adalah dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Kredit dapat diberikan dalam bentuk perkiraan terbuka atau berdasarkan instrumen kredit yang sahih, yang disebut promes ( atau wesel ). Surat promes ( promissory note ), yang sering disebut wesel ( note ), adalah janji tertulis untuk membayar

sejumlah uang tertentu atas permintaan atau pada suatu tangal yang telah ditetapkan. Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari enam puluh hari, seperti dalam penjualan peralatan dengan sistem cicilan dan untuk transaksi dan untuk transaksi yang menyangkut jumlah nilai dolar yang besar. Wesel juga dapat digunakan dalam penyelesaian perkiraan terbuka dan dalam peminjaman atau pembelanjaan uang. Dari pandangan kreditor, klaim dengan bukti wesel lebih menguntungkan daripada klaim dengan piutang usaha. Dengan menandatangani wesel pihak debitor mngakui dengan resmi hutangnya dan setuju untuk membayar sesuai dengan ketentuan yang diberikan. Oleh sebab itu, wesel merupakan klaim yang lebih kuat hukumnya dalam pengadilan. Wesel juga lebih mudah dicarikan, sebb pemegang wesel dapat menukarkannya dengan segera ke bank atau lembaga keuangan lainnya menjadi uang kas ( ini berlaku di Amerika Serikat atau Eropa, di Indonesia cara ini masih jarang sekali dikenal ). Perusahaan yang memiliki suatu wesel menyebutnya sebagai wesel tagih. Jika wesel tagih dan piutang usaha berasal dari transaksi penjualan, hal itu ada kalanya disebut piutang dagang. Bila tidak ada keterangan lain, piutang dan wesel tagih dapat dianggap berasal dari penjualan dalam kegiatan perusahaan yang biasa. Piutang lain meliputi piutang bunga, pinjaman kepada manajer atau karyawan dan peminjaman kepada perusahaan anak. Untuk memudahkan

klasifikasi dan penyajian dalam neraca, setiap jenis piutang.dibuka pada perkiraan buku besar tersendiri dengan buku tambahan masing-masing. Semua piutang yang diharapkan akan tertagih menjadi kas dalam waktu satu tahun, di dalam neraca disajikan sebagai aktiva lancar. Sedangkan yang tidak akan tertagih dalam waktu dekat, seperti pinjaman jangka panjang, hendaknya dicantumkan dengan judul investasi di bawah aktiva lancar. 2.2.1. Pengendalian Atas Piutang Seperti halnya semua aktiva, prinsip umum pengendalian internal dapat digunakan untuk menetapkan prosedur guna menjaga piutang. Pengendalian ini akan mencakup pemisahan operasi perusahaan dan akuntansi untuk piutang, sehingga catatan akuntansi dapat berlaku sebagai pengecekan independen terhadap operasi. Jadi pegawai yang menangani akuntansi untuk wesel tagih dan piutang usaha tidak boleh terlibat dengan persetujuan kredit atau penagihan piutang. Pemisahan fungsi-fungsi ini mengurangi kemungkinan kesalahan dan penggelapan. Pengendalian juga mencakup fungsi-fugnsi yang berkaitan, sehingga pekerjaan seorang karyawan dapat berlaku sebagai pengecekan atas pekerjaan karyawan lainnya. Sebagai contoh, penanganan buku piutang usaha dan buku besar harus dipisahkan. Dengan cara ini, pekerjaan klerk piutang usaha dapat dicek dengan membandingkan total saldo perkiraan masing-masing dalam

buku tambahan piutang usaha denan saldo perkiraan pengendali piutang usaha yang ditangani oleh klerk buku besar. Bagi kebanyakan perusahaan, piutang utamaanya adalah wesel tagih dan piutang usaha. Pada umumnya, wesel tagih dicatat dalam perkiraan tunggal buku besar. Seandainya terdapat banyak wesel, perkiraan buku besar dapat didukung oleh register wesel tagih. Register ini akan berisi rincian setiap wesel, seperti nama pembuatnya, tempat pembayaran, jumlah, jangka waktu, suku bunga, dan tanggal jatuh tempo. Dengan sering melihat pada tanggal jatuh tempo akan mengarahkan perhatian pada wesel-wesel yang jatuh tempo untuk pembayaran. Dengan cara ini si pembuat wesel itu dapat diberitahukan apan weselnya jatuh tempo, dan resiko si pembuat melupakan tanggal jatuh tempo dapat diminimisasikan. Pengendalian yang memadai asas piutang usaha dimulai dengan persetujuan penjualan oleh pejabat perusahaan yang bertanggung jawab atau bagian kredit, sesudah peringkat kredit pelanggan dikaji ulang. Demikian pula penyesuaian piutang usaha, seperti retur dan pengurangan penjualan serta potongan penjualan, juga harus disetujui atau diperiksa kembali oleh pihak yang bertanggung jawab. Prosedur penagihan yang efektif juga harus ditetapkan guna memastikan penagihan yang tepat waktunya atas piutang usaha dan untuk meminimisasikan kerugian dari piutang tak tertagih. Penggunaan yang tepat atas perkiraan pengendali dan buku piutang usaha, juga meningkatkan efektivitas pengendalian atas piutang usaha.

2.2.2. Karakteristik Wesel Tagih Wesel adalah suatu janji tertulis untuk membayar sejumlah uang atas permintaan atau pada suatu waktu tertentu. Dalam hal cek, jumlah itu harus dibayarkan atas permintaan seseorang atau perusahaan, atau si pembawa. Dokumen itu juga harus ditandatangani oleh orang atau perusahaan yang membuat janji tersebut. Pihak yang meminta agar wesel dibayarkan disebut penerima atau payee, dan pihak yang membuat janji disebut pembuat. Terdapat beberapa karakteristik pada wesel atau promes yang mempunyai implikasi akuntansi : Tanggal jatuh tempo Tanggal suatu wesel harus dibayarkan disebut tanggal jatuh tempo (due date atau maturity date). Periode waktu di antara tanggal penerbitan dan tanggal jatuh tempo dari suatu wesel jangka pendek dapat dinyatakan dalam hari atau bulan. Jika jangka waktu wesel dinyatakan dalam hari, maka tanggal jatuh temponya dinyatakan dalam jumlah hari setelah tanggal dikeluarkannya. Sebagai ilustrasi, tanggal jatuh tempo wesel berjangka waktu 90 hari ditentukan sebagai berikut: Jangka waktu wesel 90 Maret ( hari ) 31 Tanggal wesel (16) (15) Sisa hari 75

April ( hari ) 30 45 Mei ( hari ) 31 Tanggal jatuh tempo, Juni 14 Apabila jangka waktu wesel dinyatakan dalam jumlah bulan setelah tanggal dikeluarkan, maka tanggal jatuh temponya ditentukan dengan menghitung beberapa bulan ke muka dari tanggal dikeluarkan. Jadi, tanggal jatuh tempo wesel 3 bulan, tertanggal 5 Juni, adalah 5 September. Dalam hal tidak ada tanggal yang sama antara bulan jatuh tempo dan bulan dikeluarkan, maka tanggal jatuh tempo diambil pada hari terakhir bulan. Misalnya, suatu wesel jangka 2 bulan tertanggal 31 Juli akan jatuh tempo tanggal 30 September. Wesel dengan bunga dan wesel tanpa bunga Wesel yang memberikan bunga pada periode antara tanggal penerbitan sampai tanggal jatuh tempo disebut wesel dengan bunga ( interest-bearing notes ). Sedangkan wesel yang tidak memberikan bunga disebut wesel tanpa bunga ( non-interest-bearing notes ). Bunga Suku bunga untuk wesel dengan biasanya dinyatakan dalam periode satu tahun, tanpa harus melihat periode sebenarnya yang dikenakan. Jadi, bunga 12% setahun atas dana sebesar $2.000 adalah $ 240 ( 12% dari

$2.000 ); bunga satu triwulan 12% atas dana sebesar $2.000 adalah $60 ( ¼ dari $ 240 ). Nilai jatuh tempo Jumlah yang harus dibayarkan pada tanggal jatuh tempo disebut nilai jatuh tempo. Nilai jatuh tempo dari suatu wesel tanpa bunga adalah jumlah nominal ( face value ). Nilai jatuh tempo suatu wesel berbunga adalah jumlah nominal ditambah bunga. 2.2.3. Pencatatan untuk Wesel Tagih Wesel dapat diterima oleh perusahaan eceran yang menjual barang atas dasar kredit jangka panjang, wesel tersebut biasanya mensyaratkan pembayaran secara bulanan. Di samping itu, jika suatu piutang usaha lewat jangka waktunya, piutang tersebut dapat diubah menjadi wesel. Suatu wesel tagih dapat ditransfer ke bank dengan endorsemen (penguasaan), sehingga tidak perlu ditahan sampai jatuh tempo. Transfer ke bank ini disebut pendiskontoan wesel tagih. Diskonto (bunga) yang dibebankan oleh bank dihitung atas niai jatuh tempo wesel untuk periode waktu bank harus menahan wesel itu sampai jatuh tempo. Jumlah hasil yang dibayarkan kepada pemberi kuasa (endorse ) adalah kelebihan nilai jatuh tempo atas diskonto. Bila tidak ada pernyataan yang membatasi tanggung jawab, pemberi kuasa wesel bertanggung jawab untuk membayar wesel itu apabila pembuatnya tidak bisa membayar. Kemungkinan kewajiban seperti itu akan menjadi kewajiban yang sebenarnya hanya bila

peristiwa tertentu terjadi, disebut kewajiban bersyarat (kewajiban kontinjen). Apabila pembuat wesel tidak dapat membayar hutangnya pada tanggal jatuh tempo, wesel tersebut dapat ditolak. Wesel yang ditolak tidak dapat dinegosiasikan lagi, dan jumlah klaim terhadap pembuatnya dipindahkan ke perkiraan piutang usaha. 2.2.4. Piutang Usaha yang Tak Tertagih Bila suatu barang ataupun jasa dijual secara kredit, biasanya sebagian dari klaim terhadap pelanggan tersebut tak tertagih. Hal ini merupakan gejala umum, betapa pun telitinya waktu memberikan kredit dan betap pun efektifnya prosedur penagihan yang digunakan. Beban operasi yang timbul karena tidak tertagihnya piutang disebut beban atau kerugian dari piutang tak tertagih (uncollectible accounts), piutang raguragu (doubtful accounts), atau piutang macet (bad debts). Tidak ada satupun ketentuan umum yang merupakan pedoman untuk menentukan kapan suatu piutang atau wesel tak tertagih. Kenyataan bahwa seorang debitor gagal untuk membayar kewajiban sesuai kontrak penjualan ataupun weselnya terpaksa ditolak pada tanggal jatuh tempo belumlah berarti bahwa hutang-hutang tersebut tidak akan dapat ditagih. Apabila debitor bangkrut barulah ada petunjuuk pasti bahwa sebagian atau seluruh piutang terhadap debitor tidak dapat ditagih. Petunjuk lainnya

ialah perusahaan debitor itu ditutup, si debitor kabur, penagihan berkalikali yang terus saja gagal, dan pembatasan oleh ketentuan undang-undang. Ada dua metode akuntansi yang diterima umum mengenai piutang yang diperkirakan tak tertagih. Pertama disebut metode penyisihan (allowance method) yang kadang-kadang disebut juga metode cadangan (reserve method), yakni membuat penyisihan / pencadangan di muka untuk piutang tak tertagih. Prosedur kedua disebut metode penghapusan langsung (direct write-off method) atau metode pembebanan langsung (direct write-off method), yaitu baru ditetapkan sebagai beban, setelah piutang tertentu dinyatakn secara pasti tak tertagih. 2.2.4.1 Metode Penyisihan untuk Piutang Tak Tertagih Kebanyakan perusahaan besar menentukan jumlah tertentu dari piutang dagangnya yang diperkirakan tak tertagih. Provisi di muka untuk piutang tak tertagih di kemudian hari ini dicatat dengan ayat jurnal penyesuaian pada akhir periode fiscal. Seperti halnya pada penyesuaian periodic lainnya, ayat jurnal penyesuaian ini mempunyai dua tujuan, yakni: 1. Mengurangi nilai piutang usaha, yang diharapkan dapat dicarikan menjadi uang kas di waktu yang akan datang 2. Mengalokasikan taksiran beban karena pengurangan nilai tersebut ke periode berjalan

Ayat jurnal penyesuaian mendebet beban piutang tak tertagih dan mengkredit penyisihan piutang ragu-ragu. Apabila suatu piutang dianggap tak dapat ditagih, piutang itu dihapus teradap perkiraan penyisihan piutang tersebut. Perkiraan penysihan, yang normalnya mempunyai saldo kredit sesudah ayat jurnal penyesuaian dibukukan, adalah suatu perkiraan kontra-aktiva. Beban piutang tak tertagih umumnya dilaporkan pada perhitungan rugi-laba sebagai bban administrasi. 2.2.4.2 Metode Penghapusan Langsung untuk Piutang Tak Tertagih Penggunaan metode penyisihan, seperti yang digambarkan sebelumnya, menghasilkan beban piutang tak tertagih yang dilaporkan dalam periode saat penjualan dilakukan. Penandingan ( matching ) beban dengan pendapatan yang bertalian ini merupakan metode akuntansi yang lebih disukai untuk piutang tak tertagih. Meskipun demikian, terdapat situasi dimana tidak mungkin untuk mengestimasi, dengan ketepatan yang memadai, ketidaktertagihan pada akhir periode bersangkutan. Juga, jika sebuah perusahaan menjual sebagian besar barang atau jasanya atas dasar kas, jumlah beban dari piutang tak tertagih biasanya kecil jika dikaitkan dengan pendapatannya. Jumlah piutang setiap waktu juga merupakan bagian yang relatif kecil dari total aktiva lancarnya. Dalam hal demikian, lebih baik menangguhkan pengakuan atas ketidaktertagihan sampai

periode dimana jumlah-jumlah tertentu dianggap tidak berharga dan benar-benar dihapuskan sebagai beban. Dengan begitu, perkiraan penyisihan atau ayat jurnal penyesuaian tidak diperlukan pada akhir periode. Ayat jurnal untuk menghapus piutang usaha adalah mendebet beban piutang tak tertagih dan mengkredit piutang usaha. 2.2.5. Investasi Sementara Sebuah perusahaan mungkin saja memiliki uang kas yang cukup besar yang belum segera diperlukan dalam waktu dekat, sehingga dapat menanamkan semua atau sebagian kelebihan uang kas yang ada pada investasi yang menghasilkan laba, yang siap dipasarkan dan dikenal sebagai investasi sementara atau surat berharga yang mudah dipasarkan. Agar sampai pada waktu yang digunakan kelebihan dana kas tersebut tidak menganggur, perusahaan dapat menanamkan seluruhnya atau sebagian dalam surat-surat berharga, seperti sertifikat depostiro, yang memberikan keuntungan dan yang dapat cepat dijual lagi, bila diperlukan uang kas. Investasi ini bisa mencakup saham dan obligasi. Saham adalah surat berharga hutang yang dikeluarkan oleh perusahaan atau berbagai lembaga keuangan. Investasi sementara dalam surat berharga hutang biasanya dinilai dalam catatan menurut harga pokok. Akan tetapi, investasi sementara dalam surat berharga modal harus dinilai pada nilai terendah antara total harga pokok atau harga pasar pada tanggal neraca.

2.2.6. Investasi Sementara dan Piutang di Neraca Investasi sementara dan semua piutang yang diharapkan dapat direalisasi menjadi kas dalam waktu satu tahun disajikan dalam bagian aktiva lancar di neraca. Adalah lazim untuk mencantumkan aktiva menurut likuiditasnya, yakni menurut urutan aktiva itu dapat dikonversikan ke kas dalam operasi normal.