Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015

dokumen-dokumen yang mirip
International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Bernavigasi melewati Kerentanan

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Laporan Perekonomian Indonesia

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Sambutan Utama. Gubernur Agus D.W. Martowardojo. Pada Seminar Internasional IFSB. Meningkatkan Keuangan Inklusif melalui Keuangan Islam

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

1. Tinjauan Umum

Perekonomian Suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR

Bersinergi Mengawal Stabilitas, Mewujudkan Reformasi Struktural

Laporan Pengendalian Inflasi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik

Reformasi Struktural Untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

Ringkasan eksekutif: Penyesuaian berlanjut

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Memperkokoh Stabilitas, Mempercepat Reformasi Struktural untuk Memperkuat Fundamental Ekonomi

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

Selamat Pagi dan Salam Sejahtera untuk kita semua

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Arah Kebijakan Otoritas Moneter Indonesia Tahun Oleh : Marsuki

Diskusi Terbuka INFID

KETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi

Selamat Malam dan Salam Sejahtera untuk Kita Semua.

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

Menata dan Memperkuat Perbankan Indonesia, Menyongsong Pemulihan Ekonomi Global

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

Keynote Speech Seminar Pengembangan Ekonomi Produktif dalam Rangka Mendukung Program Minapolitan

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

GROWTH AND RESILIENCY: THE ASEAN STORY. (Nugraha Adi) I. Latar Belakang

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melakukan hedging kewajiban valuta asing beberapa bank. (lifestyle.okezone.com/suratutangnegara 28 Okt.2011).

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

PROSPEK DUNIA USAHA DAN PEMBIAYAANNYA OLEH PERBANKAN SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA TGL. 7 J J U U N N II

Tahun Baru, Tantangan Lama

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

VI. SIMPULAN DAN SARAN

DPR TOLAK PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA IMF

Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Huruf b. Contoh perhitungan GWM Sekunder dalam Rupiah:

2. Kami menyambut baik adanya kegiatan dialog nasional yang mengangkat tema Prediksi Industri Properti ke Depan dan Memperkuat Keberpihakan

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

SURVEI PERSEPSI PASAR

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

Pidato Presiden - Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN serta..., Jakarta, 16 Agustus 2016 Selasa, 16 Agustus 2016

LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL

Kajian Tengah Waktu Strategi Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

PERTEMUAN TAHUNAN INDUSTRI JASA KEUANGAN MEMACU PERTUMBUHAN Jakarta, 18 Januari 2018

LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL. World Bank, IMF, ADB, Eurobank

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

Transkripsi:

Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference The Future of Asia s Finance: Financing for Development Jakarta, 2 September 2015 Yang terhormat Managing Director Christine Lagarde, penyelenggara pendamping Konferensi ini; Yang terhormat Bapak Menteri Bambang Brodjonegoro, Yang terhormat para Gubernur, Deputi Gubernur, Duta Besar, Perwakilan lembaga regional dan multilateral, masyarakat bisnis, kolega kami dari dunia akademik, para panelis, Hadirin sekalian, Selamat pagi dan selamat datang. 1. Saya menyambut Anda sekalian dengan hangat di Konferensi yang diselenggarakan bersama-sama oleh Bank Indonesia dan IMF dengan topik The Future of Asia s Finance: Financing for Development. Topik ini memang sangat penting karena masih ada kesenjangan keuangan yang besar di Asia. Dalam hal ini, mencari pembiayaan optimum akan menjadi tantangan di tengah kondisi saat ini. 2. Sebelum saya menyampaikan pandangan tentang masalah pembiayaan, izinkan saya untuk membahas tentang perkembangan ekonomi global. Keuangan Asia saat ini sedang menghadapi tantangan berat. Dalam

waktu dekat, kita mungkin akan masih menghadapi meningkatnya volatilitas arus modal sebagai konsekuensi dari kondisi ekonomi global yang tidak sesuai perkiraan. - Perlambatan pertumbuhan ekonomi global terus menekan produksi dan prospek. Menguatnya dollar AS setelah pemulihan ekonomi AS secara parsial dan pelonggaran di Eropa dan Jepang telah menguji sejumlah Negara penyangga ekonomi Asia. Melemahnya harga komoditas telah berdampak sangat buruk pada ekspor sejumlah negara utama di kawasan ini. Dan yang terbaru, keputusan Tiongkok untuk menstimulus pertumbuhan moderatnya melalui kebijakan kurs telah meningkatkan risiko pembiayaan eksternal. Faktanya, kerentanan keuangan global kembali meningkat senada dengan lonjakan global yang terjadi pada Tahun 2013, sedang terjadi saat ini, dan telah menimbulkan penarikan arus modal dari beberapa negara emerging markets, termasuk Asia. 3. Meskipun Asia tetap tangguh menghadapi berbagai risiko ini, dan telah memimpin pertumbuhan global selama tiga puluh tahun terakhir, perannya untuk mendukung pemulihan ekonomi global tampaknya agak melemah. Sejumlah negara emerging markets di kawasan ini mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi dan menghadapi peningkatan kerentanan terhadap sistem keuangan, yang sebagian besar terkait dengan pengembalian modal. 4. Asia sangat memerlukan bauran kebijakan yang tepat untuk memastikan pertumbuhan dan memitigasi risiko. Pengalaman mengajarkan kita tentang pentingnya pemerintah mengambil tindakan kebijakan yang tegas dan kredibel untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan keuangan. Arah kebijakan stabilitas di atas pertumbuhan setelah gerakan Federal Reserve pada Mei 2013 adalah contoh yang menarik. Bahkan, pertumbuhan yang termoderasi dianggap sangat penting untuk perkembangan ekonomi lebih lanjut, baik dalam jangka pendek maupun

jangka panjang. 5. Dalam hal Indonesia, untuk menjawab situasi saat ini, Bank Indonesia telah secara konsisten melaksanakan kebijakan moneter cenderung ketat sejak pertengahan 2013. Sejumlah hasil positif telah terlihat. Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat seiring dengan pelambatan ekonomi global, pertumbuhan masih tercatat dengan tingkat yang relatif tinggi sebesar 4,67% pada triwulan kedua 2015. Fondasi ekonomi Indonesia tetap baik dan menunjukkan peningkatan dengan perbaikan defisit rekening transaksi berjalan, surplus neraca perdagangan dalam dua triwulan terakhir 2015, dan laju inflasi yang dapat dikelola yang diharapkan ada dalam target Bank Indonesia sebesar 4±1% pada 2015. 6. Selain itu, stabilitas sistem keuangan tetap solid, ditopang oleh sistem perbankan yang tangguh dan pasar keuangan yang relatif stabil. Untuk lebih mendukung stabilitas makroekonomi, Bank Indonesia menerapkan langkah kehati-hatian untuk sektor bisnis yang memiliki akses ke utang luar negeri untuk melakukan lindung nilai dengan menerapkan rasio lindung nilai dan menjaga likuiditas valuta asing yang memadai dengan melaksanakan peraturan rasio likuiditas. Selain itu, untuk mempercepat pendalaman pasar keuangan, Bank Indonesia telah memperbaiki sejumlah langkah yang terkait dengan transaksi valuta asing terhadap rupiah dan posisi net valuta asing pada bank-bank komersial. 7. Pencapaian positif tersebut diakui oleh lembaga internasional, di antaranya Standard and Poor's (S & P) yang menaikkan prospek peringkat Indonesia dari Stabil menjadi Positif.

Hadirin yang saya hormati, 8. Dengan perkembangan ekonomi global yang tidak menguntungkan, penting bagi negara-negara berkembang untuk meningkatkan permintaan domestik agar menjaga dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, investasi infrastruktur akan membantu membuka potensi pertumbuhan dan menjaga pertumbuhan berkelanjutan dalam jangka menengah. Namun, upaya ini harus disertai dengan perbaikan struktural untuk meningkatkan iklim usaha dan memperkuat kapasitas kelembagaan. Oleh karena itu, penetapan prioritas investasi infrastruktur dengan mempertimbangkan kekhasan negara dan hal-hal yang dapat dipelajari dari negara-negara yang berhasil akan menjadi penting dalam melakukan investasi infrastruktur. 9. Investasi infrastruktur sangat membutuhkan pembiayaan jangka panjang. Tantangannya adalah bagaimana memberikan pembiayaan yang berkelanjutan di tengah bertambah ketatnya peraturan keuangan, lemahnya pengeluaran sektor korporat, terbatasnya sumber daya pemerintah, dan adanya ketidakpastian global. Kami mengetahui bahwa ada sejumlah pengaturan regional dan global yang diprakarsai untuk mengatasi pembiayaan infrastruktur, di antaranya: Asian Bond Markets Initiative (ABMI) dalam kerja sama ASEAN+3, ASEAN Infrastructure Fund (AIF) dalam kerja sama ASEAN dengan ADB, dan Global Infrastructure Fund (GIF) dalam kerja sama G20. Selanjutnya di tingkat nasional, pemerintah telah menyisihkan pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur. Apakah semua inisiatif tersebut sudah cukup? 10. Mari simak pertanyaan ini. Berapa banyak biaya yang dibutuhkan oleh Asia untuk membiayai ekonominya? ADB memperkirakan lebih dari USD1 triliun diperlukan untuk infrastruktur demi mempertahankan

pertumbuhan ekonomi ASEAN saat ini dalam periode sepuluh tahun. Selain itu, juga diperkirakan bahwa dalam periode yang sama, Asia akan harus menginvestasikan sekitar USD8 triliun dalam infrastruktur nasional secara keseluruhan untuk energi, transportasi, telekomunikasi, air, dan sanitasi. Selain itu, kawasan ini akan harus menginvestasikan sekitar USD300 miliar untuk proyek-proyek infrastruktur perpipaan regional, yang melibatkan pekerjaan konstruksi fisik dan kebijakan terkoordinasi dengan dua negara Asia atau lebih serta memiliki dampak lintas perbatasan yang positif dan signifikan. 11. Secara finansial, kebutuhan pembiayaan infrastruktur lintas perbatasan dan regional seringkali bersaing dengan pembiayaan untuk meningkatkan infrastruktur nasional. Kebutuhan besar akan proyekproyek infrastruktur telah menimbulkan kesenjangan pembiayaan yang besar, atau perbedaan antara total kebutuhan keuangan dengan pembiayaan yang mungkin tersedia melalui sumber daya pemerintah langsung. 12. Berdasarkan hal tersebut, kita harus menggandakan upaya pembiayaan untuk pembangunan. Izinkan saya menyampaikan beberapa opsi. Kerja Sama Pemerintah dan Swasta (KPS) adalah solusi alternatif untuk mempercepat pembangunan infrastruktur. Meskipun skema ini dapat menambah investasi infrastruktur, kita harus mempertimbangkan risikonya terhadap posisi fiskal karena KPS umumnya menciptakan kontinjensi untuk kewajiban di kemudian hari. Proyek-proyek yang baik harus dipilih dengan cermat. Tata kelola yang baik dan penegakan peraturan yang tegas sangat diperlukan. 13. Selain itu, sektor keuangan harus memainkan peran aktif dalam pembiayaan pembangunan. Memperkuat langkah-langkah kehati-hatian dan perlindungan harus melengkapi peran ini. Dengan kebijakan makro-

ekonomi yang baik, peningkatan kelompok penghasilan menengah, penghematan tinggi, banyaknya sumber daya tenaga kerja, semakin tingginya tingkat pendidikan, dan pesatnya penerapan teknologi, Asia memiliki komponen yang tepat untuk melanjutkan pertumbuhan dan menarik investasi. 14. Saya juga berpandangan bahwa mendorong perkembangan pasar modal dan mengurangi ketergantungan pada intermediasi keuangan berbasis bank adalah dua langkah yang mendesak dan sangat penting. Asia telah memasuki area ini dengan melanjutkan integrasinya dalam sektor keuangan. Jika Masyarakat Ekonomi ASEAN terbentuk pada akhir tahun ini, kita harus mulai memikirkan jauh setelah 2015, dan menurut hemat saya, pembentukan ekosistem terbaik untuk pembiayaan pembangunan regional harus menjadi satu di antara tujuan akhir integrasi keuangan ASEAN pasca-2015. 15. Dengan demikian, bank-bank sentral di Asia memiliki tugas yang menantang, yaitu menyeimbangkan kebutuhan untuk memperdalam pasar keuangan dan memastikan stabilitas keuangan. Memperdalam pasar modal dan mendorong keuangan inklusif akan memperluas basis investor dan menyediakan pembiayaan alternatif. Keuangan inklusif harus mengubah wajah pembiayaan untuk menjadi lebih terfokus pada manusia, mendukung investor dengan lebih banyak outlet, usaha kecil dan menengah dengan lebih banyak akses dana, dan konsumen dengan hipotek dan kredit-kredit lain untuk memperlancar konsumsi. Namun, kita harus tetap waspada karena pasar modal yang lebih dinamis dapat menimbulkan berbagai risiko terkait dengan komitmen dan komposisi aliran modal.

Hadirian sekalian, 16. Sekarang, izinkan saya memberikan gambaran sekilas tentang Indonesia. Pemerintah saat ini telah memberikan perhatian besar untuk mendorong investasi infrastruktur untuk memfasilitasi pertumbuhan yang lebih kuat dan lebih berkelanjutan. Pemerintah menempatkan prioritas khusus pada penguatan konektivitas fisik, terutama konektivitas laut serta integrasi antara laut dan darat, seperti konektivitas jalan kereta api dan digital. Peningkatan simpul-simpul ini akan sangat mengurangi biaya logistik, menambah daya saing, dan menciptakan efisiensi biaya di seluruh Indonesia. Dalam lima tahun mendatang, pemerintah akan membangun 5.000 km jalan kereta api, 2.600 km jalan darat, 49 bendungan, 24 pelabuhan, dan pembangkit listrik dengan kapasitas 35.000 megawatt. 17. Pada sisi pembiayaan, pemerintah telah berkomitmen untuk melaksanakan reformasi subsidi BBM. Keputusan pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM pada 2014 menciptakan ruang fiskal sekitar US$19 miliar untuk investasi infrastruktur. Selain itu, berbagai langkah telah dilakukan, seperti memberikan insentif fiskal untuk investasi dengan sistem bersasaran lebih baik, menyediakan jaring pengaman sosial untuk masyarakat miskin, melanjutkan program pendalaman keuangan untuk memobilisasi simpanan domestik untuk pembiayaan swasta dan pemerintah, dan meningkatkan keterlibatan sektor swasta dengan menyempurnakan kerangka KPS dan membentuk Pusat KPS. Namun, dengan besarnya pembiayaan yang dibutuhkan, lebih banyak inisiatif diperlukan untuk mewujudkan rencana tersebut secara komprehensif.

Hadirin yang saya hormati, 18. Sebagai catatan terakhir, saya ingin menekankan bahwa Konferensi hari ini sangat penting karena akan membahas tentang berbagai peluang utama untuk pembiayaan pembangunan Asia saat ini dan di masa datang. Hal ini juga merupakan kesempatan yang baik bagi pemerintah dan sektor swasta untuk berbagi pengalaman dan bertukar pendapat untuk terobosan dalam menciptakan pembiayaan berkelanjutan untuk pembangunan. Asia sedang menghadapi tantangan berat dan kita harus bekerja sama untuk memilih jalan yang tepat. Saya yakin bahwa Konferensi ini akan berkontribusi dalam memberikan pemahaman dan saran kebijakan yang bermanfaat untuk hal yang sangat krusial ini. 19. Akhirnya, izinkan saya untuk mengucapkan terima kasih kepada para panelis dan tamu undangan yang telah datang ke Jakarta dan kepada panitia pelaksana atas penyelenggaraan konferensi ini. Terima kasih dan semoga semua hadirin memperoleh diskusi yang bermanfaat.