BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Remaja didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu karakteristik manusia adalah memperhatikan perubahanperubahan

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena pengaruh hormonal. Perubahan fisik yang terjadi ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja banyak permasalahan yang harus dihadapi, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teristimewa dan terbaik dibanding dengan ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I. Latar Belakang Masalah. sosial dan moral berada dalam kondisi kritis karena peran masa remaja berada

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KETIDAKPUASAN SOSOK TUBUH (BODY DISSATISFACTION) PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH IDEAL DENGAN USAHA MEMBANGUN DAYA TARIK FISIK PADA PEREMPUAN

Pada saat ini banyak sekali bermunculan pusat-pusat kebugaran yang. menawarkan berbagai produk maupun aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Gita Handayani Ermanza, F.PSI UI, 20081

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja penampilan fisik merupakan hal yang paling sering

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuan. Komunikasi sebagai proses interaksi di antara orang untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pipit Yuliani, 2013

BODY DYSMORPHIC DISORDER Oleh : Siti Nurzaakiyah dan Nandang Budiman

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan seringkali diremehkan orang demi kesenangan sementara.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal penting yang mendapatkan perhatian khusus. Cross dan Cross

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Untuk lebih memahami pengertian dari judul diatas tersebut maka perlu diuraikan satu persatu terlebih dahulu

2015 HUBUNGAN ANTARA BOD Y IMAGE D ENGAN PERILAKU D IET PAD A WANITA D EWASA AWAL D I UPI

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tubuhnya jauh dari ideal.masyarakat berpikir orang yang cantik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini memiliki tubuh langsing menjadi tren di kalangan wanita, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada permulaan hidup perubahan itu kearah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mengandung dan melahirkan adalah hal yang diharapkan dalam kehidupan

Skala Kepercayaan Diri Tryout

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa saat seseorang mengalami perubahan secara psikis dan

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. tergantung bagaimana cara mereka mengembangkan kepercayaan. dirinya (Havighurst dalam Monks, dkk., 2002, h.22).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan kemajuan yang pesat didunia kecantikan saat ini hanya

BAB I PENDAHULUAN. informasi mendalam suatu produk. Barang menurut Fandy (dalam Latif,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENDAHULUAN. setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Masa remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 24 tahun (WHO,

BABI PENDAHULUAN. Era tahun 1960-an figur seorang model identik dengan bentuk tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah apa yang tampak dan apa yang muncul dari dalam mendorong sesuatu

BAB II TINJAUAN TEORITIS

CITRA DIRI PADA REMAJA PUTRI YANG MENGALAMI KECENDERUNGAN GANGGUAN BODY DYSMORPHIC. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tubuh dan berat badan yang ideal. Hal tersebut dikarenakan selain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

Journal of Social and Industrial Psychology

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat banyak mendatangi restauran-restauran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja adalah suatu masa dimana individu dalam proses. pertumbuhannya terutama fisik telah mencapai kematangan.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku membeli pada masyarakat termasuk remaja putri. Saat ini,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis jasa banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. muda (youth) adalah periode kesementaraan ekonomi dan pribadi, dan perjuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN. diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi.

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik seseorang memang dianggap sebagai suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini keragaman fenomena sosial yang muncul di kota-kota besar di

BABI PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penampilan yang menarik tentu tidak akan ada habisnya.

BAB I PENDAHULUAN. remaja sering mengalami kegoncangan dan emosinya menjadi tidak stabil

BAB I PENDAHULUAN. perempuan merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang menarik perhatian. Oleh

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN KECENDERUNGAN BODY DISSATISFACTION

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan remaja adalah menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif (Hurlock, 1980:10). Masa remaja disebut juga masa pubertas dimana perkembangan fisik berlangsung cepat yang menyebabkan remaja menjadi sangat memperhatikan tubuh mereka dan membangun citra tubuh atau body image. Remaja yang cemas terhadap penampilan fisiknya secara tidak langsung akan mengganggu kegiatan atau rutinitas keseharian mereka. Kegelisaan remaja banyak disebabkan oleh percepatan perkembangan fisik beserta kendala-kendalanya dan hambatan psikologis yang dialami sehubungan dengan perilaku sosial. Keinginan untuk memiliki tubuh yang menarik mendorong perempuan untuk melakukan berbagai usaha untuk melakukan perubahan pada tubuh secara keseluruhan maupun pada bagian-bagian tubuh tertentu dengan bermacam cara seperti menjalani operasi plastik. Diet yang berlebihan tanpa berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi dilakukan oleh sebagian remaja putri untuk mencapai bentuk tubuh yang menurut mereka lebih ideal. Remaja menilai tubuh yang mereka miliki dengan standar yang menjadi ukuran masyarakat. Rasa tidak puas yang berlebihan pada tubuh menyebabkan mereka berusaha keras melakukan perubahan dan penyesuaianpenyesuaian pada tubuh dan penampilan mengikuti norma-norma kecantikan kultural. Padahal ukuran tubuh yang ideal bagi perempuan selalu mengalami perubahan dari tahun ke tahun Bagi remaja penampilan fisik merupakan aspek penting dalam menjalani aktivitasnya, karena pada masa remaja yang menjadi ukuran kesempurnaan seseorang terlihat dari penampilannya. Sebagian besar remaja merasa percaya diri apabila mereka mampu menunjukkan jati diri yang sebenarnya. Jika remaja tidak dapat memahami dirinya secara keseluruhan, mereka cenderung gelisah. Apabila pemahaman remaja mengenai dirinya memiliki kesamaan dengan gambaran ideal yang mereka pahami, remaja cenderung merasa tenang dan stabil. Akan tetapi, jika terjadi perbedaan yang mencolok antara dirinya dengan gambaran ideal yang dipahaminya, mereka cenderung frustasi dan mengalami kebingungan. Menurut Clara R.P (1993:41) Kebingungan yang dialami mahasiswa adalah sebagai salah satu akibat masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Pada masa remaja sering

menimbulkan perilaku yang kurang tepat, seperti rendahnya diri, sikap pesimis, rasa cemas yang berlebihan, dan penilaian yang negatif terhadap diri sendiri. Sehingg menimbulkan perasaan ganjil dan berbeda dengan orang lain. Perasaan ganjil dan berbeda dengan orang lain ini terkadang menimbulkan perasaan tidak puas terhadap diri sendiri. Setiap orang pasti pernah merasa tidak puas dengan penampilan fisiknya sehingga mencari cara untuk bisa merasa tampil lebih baik. Menurut Roberta Honigman & David J. Castle, body image (gambaran tubuh) adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya; bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang dia pikirkan dan rasakan, belum tentu benar-benar merepresentasikan keadaan yang aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang subyektif. Untuk menampilkan kedewasaannya para mahasiswa berpenampilan semenarik mungkin, karena mereka memiliki pandangan bahwa yang menarik dalam penampilan biasanya dapat diterima lebih oleh orang lain dari pada mereka yang kurang berpenampilan menarik. Mereka juga menyadari bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam pergaulan baik kampus ataupun di luar kampus. Peran masyarakat dan media, memang membawa pengaruh yang besar dalam mendorong seseorang untuk begitu peduli pada penampilan dan image tubuhnya. Contohnya saja, sejak dulu di dalam masyarakat sudah terlihat pola-pola, bahwa yang cantik, yang ganteng, yang keren, yang langsing, akan lebih populer, disukai dan banyak mendapatkan peluang di sana sini dari pada yang biasa-biasa saja. Belum lagi, berbagai media dan iklan bermunculan di sana sini untuk memperkenalkan keampuhan produk mereka yang tentu saja banyak mendapat sambutan hangat dari masyarakat, baik tua muda, pria maupun wanita. Kehadiran media, tidak dipungkiri semakin mendorong pribadi-pribadi untuk meletakkan standard ideal dirinya seperti yang dikehendaki oleh masyarakat. Kecantikan dan kesempurnaan fisik, menjadi ukuran ideal bagi seseorang sehingga banyak yang berusaha mengejar kecantikan dan kesempurnaan, dengan bantuan kosmetik, gymnastic, fashion yang up to date, ke salon untuk menata rambut mode mutakhir, sampai dengan melakukan koreksi wajah dan tubuh di sana sini. Provokasi yang gencar itu menyebabkan banyak orang mengukur dirinya dengan gambaran yang ada di berbagai media massa. Akibatnya, sejumlah orang merasakan adanya

kesenjangan antara gambaran (image) tubuh yang ideal dengan gambaran tubuh yang sebenarnya. Hal itu menyebabkan emosi kecewa, sedih, putus asa, jengkel, cemas dan marah (Buss, 2001; Zeinuddin 2006). Remaja mengalami beberapa perubahan, salah satu diantaranya adalah perubahan fisik. Perubahan fisik yang dialami remaja menimbulkan beberapa permasalah seperti penerimaan yang kurang positif terhadap kondisi tubuh yang dimiliki. Biasanya remaja mempunyai standarstandar tertentu tentang sosok fisik ideal yang mereka dambakan. Misalnya, standar cantik adalah berpostur tinggi, bertubuh langsing, dan berkulit putih. Namun tentu saja tidak semua remaja memiliki kondisi fisik seideal itu. Karenanya, remaja harus belajar menerima dan memanfaatkan seperti apapun kondisi fisiknya dengan mengoptimalkan perkembangannya seefektif mungkin. Mahasiswa sebagai kelompok remaja selalu menjaga penampilan sehingga secara penampilan fisik dapat terlihat menarik. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Aliffia Ananta (2010) pada 35 remaja yang berprofesi sebagai model di Surabaya menunjukkan hasil bahwa ada hubungan yang kuat antara penerimaan diri dengan kencenderungan BDD dimana ketika penerimaan diri tinggi maka semakin rendah kecenderungan BDD begitupun sebaliknya. (Ananta, 2010) Mahasiswa perlu menanamkan keyakinan bahwa keindahan lahiriah (fisik) bukanlah ukuran sesungguhnya dari sebuah kecantikan. Kecantikan sejati justru bersumber dari hati nurani, akhlak, serta kepribadian yang baik. Seperti kata pepatah: beauty is not in the face, beauty is a light in the heart (kecantikan bukan pada wajah, melainkan cahaya dari dalam hati). Bahkan dalam Islam, Rasulullah Muhammad SAW bersabda: sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk-bentuk tubuhmu dan harta-hartamu, tetapi Allah melihat hati dan amal-amalmu (HR. Muslim). Pada remaja dalam hal mahasiswa, emosi menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon yang ada pada tubuh remaja yang berkembang begitu pesat. Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Hal inilah yang menjadi latar belakang mengapa muncul sindrom Body Dysmorphic Disorder (BDD) dikalangang remaja. Menurut Katherine Phillips (Rini, 2004) Body Dysmorphic Disorder (BDD), pada umumnya mulai tampak ketika seseorang individu dalam masa remaja atau awal masa remaja (bisa jadi berawal sejak masa kecil, namun selama ini tidak terdeteksi). Pada masa inilah individu semakin memperhatikan perubahan yang terjadi pada dirinya (ukuran dan bentuk

tubuh). Sangatlah wajar, jika remaja memperhatikan dan mencemaskan penampilannya, apabila perubahan fisik yang semakin berubah. Pada dasarnya, kecemasan itu bersifat sementara dan akan memudar dengan sendirinya ketika seorang mahasiswa mampu membangun rasa percaya diri yang positif dan realistikkongkrit melalui aktivitas dan pengalaman sehari-hari. Namun, ada juga yang semakin tenggelam dalam kepanikan dan kecemasan, karena mereka sangat menginginkan penampilan yang ideal, kecantikan, kelangsingan atau bahkan bagi remaja laki-laki menginginkan terlihat kekar dengan memiliki bentuk tubuh yang proposional, karena yang menjadi satu-satunya tolak ukur dalam hal ini adalah ideal diri (Rini :2004); available at : http//: www.e-psikologi.com, 15 September 2012). Perhatian yang berlebihan terhadap citra tubuh sendiri amat kuat dan mencolok pada masa remaja selama masa pubertas, saat remaja lebih tidak puas akan keadaan tubuhnya dibandingkan dengan akhir masa remaja (Hamburg, dalam Santrock, 2003:93). Berdasarkan analisis, remaja yang rentan terhadap kecenderungan Body Dysmorphic Disorder (BDD) tidak jauh dari gaya hidup yang merupakan refleksi dari lingkungan serta daya serap informasi yang mendukung. Masalah yang timbul manakala penilaian kecantikan atau ketampanan pengalami pergeseran paradigma adalah gejala mencemaskan penampilan yang disebut sebagai Body Dysmorphic Disorder (BDD). Hasil penelitian menunjukkan 30-40% warga Amerika menderita gangguan kecemasan ringan mengenai penampilan, 1-2% dari populasinya mencemaskan penampilan yang kronis, 70% kasus Body Dysmorphic Disorder (BDD) dimulai sejak remaja (Weinshenker, 2001; Thompson, 2002). Pada seorang remaja, terjadi permasalahan seputar perubahan fisik. Hanya sedikit remaja yang mengalami kateksis tubuh, atau merasa puas dengan tubuhnya. Ketidak puasan lebih banyak dialami di beberapa bagian tubuh tertentu. Kegagalan mengalami kateksis tubuh menjadi salah satu penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik dan kurangnya harga diri selama remaja. Konsep diri yang merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus dan terindeferensiasi. Kehidupan yang sehat, baik fisik maupun psikologi salah

satunya di dukung oleh konsep diri yang baik dan stabil sehingga dapat mencegah timbulnya stres. Meski konsep diri tidak langsung ada, begitu individu di lahirkan, tetapi secara bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembanga individu, konsep diri akan terbentuk karena pengaruh lingkungannya. selain itu konsep diri juga akan di pelajari oleh individu melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain termasuk berbagai stressor yang dilalui individu tersebut. Hal ini akan membentuk persepsi individu terhadap dirinya sendiri dan penilaian persepsinya terhadap pengalaman akan situasi tertentu. Sebagaimana menurut Sanford & Donovan (dalam Kozier & Erb, 1987) pengaruh konsep diri dalam kehidupan berupa: mempengaruhi cara berpikir dan berbicara seseorang, mempengaruhi cara individu melihat ke dunia luar, mempengaruhi individu dalam memperlakukan orang lain, mempengaruhi pilihan seseorang, mempengaruhi kemampuan individu untuk menerima atau memberikan kasih sayang, dan mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan sesuatu. (Salbiah 2003) Ada sebagian orang, yang kemudian amat merasa terganggu dan tidak nyaman dengan penampilan fisiknya. Mereka merasa punya kekurangan yang fatal dan sulit diperbaiki, mereka merasa buruk rupa. Begitu besarnya perhatian mereka akan kekurangan dan keburukan (yang padahal orang lain tidak memandangnya demikian), sehingga seluruh daya upaya, tenaga dan biaya, digunakan untuk menutupi kekurangan. Namun semua itu tidak membawa hasil, karena tetap saja semua usaha tidak bisa mengubah penilaian diri. Banyak yang jatuh dalam stress dan depresi, hingga akhirnya tidak bisa belajar, tidak bisa kerja, tidak bisa sosialisasi, bahkan tidak bisa menikmati hidup. Ketidakpuasan yang ekstrim terhadap penampilan ini, diistilahkan sebagai Body Dysmorphic Disorder. Body Dysmorphic Disorder (BDD) sendiri adalah gangguan pada seseorang yang mengalami ketidak-puasan terhadap beberapa bagian tubuh dengan tingkat yang tinggi, kecemasan yang ditunjukkan dengan perilaku obsesifkompulsif, pikiran dan perasaan yang negatif mengenai tubuh, serta menghindari hubungan dan situasi sosial. Sebagian mahasiswa melakukan berbagai usaha agar mendapatkan gambaran tubuh yang ideal sehingga terlihat menarik seperti, berpakaian sesuai dengan bentuk tubuh atau menggunakan alat-alat kecantikan, namun adakalahnya usaha tersebut belum sepenuhnya dapat memuaskan penampilan mereka. Hal ini sejalan dengan pendapat Dion (Hurlock, 1980) yang

menyatakan bahwa meskipun pakaian dan alat-alat kecantikan dapat digunakan untuk menyembunyikan bentuk-bentuk fisik yang tidak disukai remaja dan untuk menonjolkan bentuk fisik yang dianggap menarik, tetapi hal tersebut belum cukup untuk menjamin adanya perasaan puas terhadap tubuhnya. Kepedulian terhadap penampilan dan gambaran tubuh yang ideal dapat mengarah kepada upaya obsesif seperti mengontrol berat badan. Pola ini menjadi lebih umum diantara perempuan ketimbang anak laki-laki. Pada umumnya mereka melakukan diet, berolahraga, melakukan perawatan tubuh, mengkonsumsi obat pelangsing dan lain-lain untuk mendapatkan penampilan yang menarik dan badan yang ideal. Ketidakpuasan tampilan fisik yang dirasakan oleh mahasiswi lebih banyak terjadi pada bagian-bagian tubuh tertentu seperti wajah, warna kulit, pinggang dan paha. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya mahasiswa yang pergi ke berbagai klinik kecantikan (Skin Care) yang berlomba-lomba menawarkan perawatan wajah sampai perawatan tubuh dengan biaya yang lumayan menguras kantong, tetapi demi mendapatkan penampilan yang ideal mereka melakukan perawatan wajah dan tidak memperdulikan biaya perawatan yang mahal asalkan mendapatkan penampilan yang diinginkan. Sedangkan pada mahasiswa ketidakpuasan terjadi pada tubuh dan berat badannya sehingga mereka melakukan fitness, serta ketidakpuasan model rambut yang dimiliki sehingga mereka berlama-lama mematung didepan cermin dengan menyisir rambut dan memakai pelembab rambut. Jika semua konsep ideal menurut mereka tidak terpenuhi, bisa saja membuat mereka semakin stress ketika dirinya meletakkan penilaian dan penerimaan sosial di atas segala-galanya. Padahal, kesempurnaan atau pun kecantikan itu adalah sebuah nilai yang relatif, karena berbeda antara satu individu dengan yang lain, antara satu budaya dengan yang lain, antara satu masyarakat dengan masyarakat lain. Berdasarkan penjelasan dan uraian diatas, peneliti terdorong untuk melakukan sebuah penelitian. Kegiatan penulis untuk mengamati dan mengkaji masalah ini difokuskan kepada: HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN BODY DYSMORPHIC DISORDER (BDD) PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG ANGKATAN 2012. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat konsep diri mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang angkatan 2012? 2. Bagaimana tingkat Body Dysmorphic Disorder pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang angkatan 2012? 3. Adakah hubungan antara konsep diri dengan body Dysmorphic Disorder pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang angkatan 2012? C. Tujuan Penelitian 1. Mendapatkan gambaran tentang tingkat konsep diri mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang angkatan 2012. 2. Mendapatkan gambaran umum tentang tingkat body Dysmorphic Disorder pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang angkatan 2012. 3. Mendapatkan gambaran tentang adanya hubungan antara konsep diri dengan body Dysmorphic Disorder pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang angkatan 2012. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Secara keilmuan, hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu psikologi khususnya berkaitan tentang teori konsep diri dan Body dysmorphic Disorder dan menambah khazanah ilmu pengetahuan lainnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti, mampu mengembangkan kualitas penulisan penelitian ilmiah di bidangnya serta memahami kajian ilmu psikologi terkait dengan hubungan konsep diri dengan body Dysmorphic Disorder. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan peneliti lain untuk meneliti lebih lanjut tentang konsep diri dengan body Dysmorphic Disorder pada kasus yang lainnya untuk memperkuat, memperkaya dan membandingkan temuannya.