PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN AROMATERAPI MINYAK ATSIRI AKAR WANGI (Chrysopogon zizanioides ( L.) Roberty

dokumen-dokumen yang mirip
Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

METODE. = hasil pengamatan pada ulangan ke-j dari perlakuan penambahan madu taraf ke-i µ = nilai rataan umum

PRESENTASI TUGAS AKHIR FINAL PROJECT TK Dosen Pembimbing : Ir. Sri Murwanti, M.T. NIP

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

APLIKASI DIETANOLAMIDA DARI ASAM LAURAT MINYAK INTI SAWIT PADA PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN ABSTRACT

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Tanaman sereh banyak dibudidayakan pada ketinggian dpl.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

BAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

Atas kesediaan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Cuci Piring Cair dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENGGUNAAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) DAN BEE POLLEN PADA PEMBUATAN SABUN OPAQUE ABSTRACT

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

III. BAHAN DAN METODE. Lampung Timur, Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Negeri

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

PENGARUH WAKTU SENTRIFUGASI KRIM SANTAN TERHADAP KUALITAS VIRGIN COCONUT OIL (VCO) (Susanti, N. M. P., Widjaja, I N. K., dan Dewi, N. M. A. P.

FORMULASI SEDIAAN SABUN MANDI PADAT EKSTRAK ETANOL UMBI BAWANG TIWAI (Eleutherine bulbosa (Mill.) Urb.)

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

G O N D O R U K E M 1. Ruang lingkup

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN MARGARIN TERHADAP KADAR ASAM LEMAK BEBAS

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

Metodologi Penelitian

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

PEMBUATAN SABUN PADAT DAN SABUN CAIR DARI MINYAK JARAK

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN. 3.1 Penetapan Kadar Minyak Atsiri dari Biji Pala. Contoh dipotong-potong kecil, dimasukkan ke dalam labu didih.

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

Analisis Makanan, Kosmetik Kosme & Perbekalan Farmasi S H A M P O O

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE. Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

BAB III METODE PENELITIAN

FORMULASI SABUN MANDI CAIR DENGAN LENDIR DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera Linn.)

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAB III METODE PENELITIAN

Penetapan Kadar Sari

III. BAHAN DAN METODE. Aplikasi pengawet nira dan pembuatan gula semut dilakukan di Desa Lehan Kecamatan

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Metode penelitian meliputi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BROWNIES TEPUNG UBI JALAR PUTIH

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

III. METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN SABUN PADAT AROMATERAPI DARI MINYAK KELAPA MURNI (Virgin Coconut Oil) DENGAN PENAMBAHAN MINYAK GUBAL GAHARU (Aquilaria malaccensis)

Pupuk amonium klorida

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai September 2015 dengan

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE. Materi. Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN BEBAS ALKOHOL (ETANOL)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

Hasil dari penelitian ini berupa hasil dari pembuatan gliserol hasil samping

Transkripsi:

PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN AROMATERAPI MINYAK ATSIRI AKAR WANGI (Chrysopogon zizanioides ( L.) Roberty Agung Maulana 1,Haryanto Susilo 2, Erni Rustiani 3 1,2&3 Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor ABSTRAK Tanaman Akar wangi memiliki bau yang harum yang menyenangkan sangat baik untuk digunakan sebagai aromaterapi, dan dapat dikembangkan menjadi suatu sediaan kosmetik salah satunya dalam bentuk sabun transparan. Tujuan dari penelitian ini adalah Membuat sabun transparan aromaterapi dengan minyak atsiri akar wangi (Chrysopogon zizanioides (L.) Roberty, mengetahui konsentrasi minyak atsiri akar wangi (Chrysopogon zizanioides (L.) Roberty dalam sabun transparan yang paling disukai panelis dan Melihat stabilitas sabun transparan aromaterapi minyak akar wangi (Chrysopogon zizanioides (L.) Roberty dalam penyimpanan pada suhu 25 o C-30 o C dan 40 o C selama 2 bulan. Pada penelitian ini dibuat tiga formulasi sabun transparan berdasarkan konsentrasi minyak atsiri 0,5, 1 dan 1,5. Parameter uji meliputi kadar air, ph, alkali bebas, minyak mineral, uji stabilitas pada suhu 25-30 o C dan pada suhu 40 o C selama 2 bulan dan uji kesukaan. Untuk uji kesukaan formula yang paling disukai yaitu formula 2 kesukaan ini meliputi warna, tekstur, bau, busa, kesan licin pada saat pembilasan dan kesan lembut atau halus setelah pemakaian dan untuk uji iritasi setelah pemakaian tidak terjadi iritasi pada panelis terhadap ketiga formula, uji ph dan minyak mineral memenuhi standar mutu sabun dan uji kadar air, asam lemak bebas tidak memenuhi standar mutu sabun. Kata kunci: Akar Wangi, Sabun Transparan, Aromaterapi. ABSTRACT Root crops fragrance has a pleasant sweet aroma excellent for use as aromatherapy, and can be developed into a one cosmetic preparation in the form of transparent soap. The purpose of this study is Making transparent soap aromatherapy with essential oils of vetiver ( Chrysopogon zizanioides ( L. ) Roberty, knowing the concentration of essential oils of vetiver ( Chrysopogon zizanioides ( L. ) Roberty in the most transparent soap and the Seeing panelists preferred the stability of transparent soap aromatherapy vetiver oil ( Chrysopogon zizanioides ( L. ) Roberty in storage at a temperature of 25oC - 30oC and 40oC for 2 months. in this study, transparent soap made three formulations based on the concentration of essential oil 0.5, 1 and 1.5. parameters tests include moisture content, ph, alkali -free, mineral oil, the stability test at 25-30oC and at 40oC for 2 months and preference test. To test a most preferred formula is formula 2 a includes color, texture, smell, foam, slippery impression during rinsing and gentle or subtle impression after use and to test irritation after application to avoid irritation to the three panelists formula, test the ph and mineral oil soaps meet quality standards and test moisture content, free fatty acids do not meet quality standards soap. Keywords : Akar Wangi, Transparent Soap, Aromatherapy. PENDAHULUAN Minyak atsiri banyak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kemajuan teknologi di bidang minyak atsiri, maka usaha penggalian sumbersumber minyak atsiri dan pendayagunaannya dalam kehidupan manusia semakin meningkat. Minyak atsiri banyak digunakan sebagai obat-obatan. Untuk memenuhi kebutuhan itu, sebagian besar minyak asiri diambil dari berbagai jenis tanaman penghasil minyak atsiri

(Rumondang, 2004). Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak atsiri memiliki komponen volatil pada beberapa tumbuhan dengan karakteristik tertentu. Saat ini, minyak atsiri telah digunakan sebagai parfum, kosmetik, bahan tambahan makanan dan obat. Komponen aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi saat dihirup, senyawa tersebut secara cepat berinteraksi sistem syaraf pusat dan langsung merangsang pada sistem olfactory, kemudian sistem ini akan menstimulasi syaraf-syaraf pada otak dibawah kesetimbangan korteks serebral (Buchbauer et al, 1991) Tanaman Akar wangi memiliki bau yang harum yang menyenangkan sangat baik untuk digunakan sebagai aromaterapi dan merileksasikan tubuh, mirip dengan bau dari kayu cendana, mengandung Vetiver yang merupakan konstituen dari parfum kelas tinggi, digunakan dalam pembuatan parfum, kosmetik, pewangi sabun, obat pembasmi dan pencegah serangga. Minyak vetiver mempunyai aroma yang lembut dan halus karena ester dari asam vetinenat dan adanya senyawa vetivenol (Tarigan, 2006). Kandungan minyak atsiri akar wangi terdiri dari vetiveron 15, vetiverol 60, dan vetivenat (Ketaren, 1985) Aromaterapi sesuai dengan istilahnya berarti terapi atau pengobatan menggunakan aroma dan keharuman. Sumber keharuman yang digunakan kebanyakan berasal dari alam yaitu segala saripati tumbuhan yang lebih dikenal sebagai minyak atsiri (Essential Oil). Tumbuh-tumbuhan dengan segala macam bau-bauan yang dimiliki diyakini dapat menjaga, melindungi, dan memelihara dari berbagai macam gangguan dan kerusakan serta dapat memberikan keuntungan bagi jiwa dan raga (Anonim, 2008). Aktivitas aromaterapi diukur dengan aktivitas lokomotor, karena komponen aroma dari minyak atsiri akan cepat berinteraksi saat dihirup, senyawa tersebut secara cepat berinteraksi sistem syaraf pusat dan langsung merangsang pada sistem olfactory, kemudian sistem ini akan menstimulasi syaraf- syaraf pada otak dibawah kesetimbangan korteks serebral di sinilah pusat terjadi relaksasi (Buckle, 1999). Sabun transparan merupakan sabun yang memiliki tingkat transparansi paling tinggi. Sabun jenis ini memancarkan cahaya yang menyebar dalam partikelpartikel kecil, sehinga obyek yang berada diluar sabun akan kelihatan jelas (tembus pandang). Sabun transparan mempunyai busa yang lebih halus dibandingkan dengan sabun opaque (sabun yang tidak transparan). (Paul, 2007). Metode Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Juli sampai bulan September 2013 di Laboratorium Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan Bogor, LIPI dan Badan Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO).. Bahan dan Alat Alat yang digunakan adalah timbangan analitik, alat destilasi uap air, gelas piala, spatula, pengaduk kaca, termometer, cetakan, oven, penangas air, ph meter, erlemeyer, buret, dan corong pemisah. Bahan yang digunakan adalah akar wangi, asam stearat, minyak kelapa, NaOH 30 (natrium hidroksida), gliserin, etanol 96, gula pasir (sukrosa), coco- DEA (dietanolamida), Natrium klorida, asam sitrat, akuadest, metil jingga, batu didih, kalium hidroksida (KOH 0,1 N), asam klorida (HCl 0,1 N), asam klorida (HCl 10), kalium hidroksida (KOH 0,5N). Metode Penelitian Lingkup penelitian meliputi pengumpulan dan penyediaan bahan yang diperoleh dari Bogor, determinasi tanaman, penetapan kadar air akar wangi,

destilasi minyak atsiri akar wangi, formulasi sediaan sabun transparan aromaterapi, pembuatan sabun transparan aromaterapi, evaluasi Mutu sediaan sabun transparan aromaterapi dan uji stabilitas. Skema dapat dilihat pada lampiran 1. Penyediaan dan Pengumpulan Bahan Baku Bahan yang akan digunakan sebagai aromateraphy dalam proses pembuatan sabun transparan adalah tanaman akar wangi yang berumur 12 13 bulan yang diperoleh dari perkebunan Kabupaten Garut. Determinasi Tanaman Determinasi akar wangi akan dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor. Jalan Raya Jakarta - Bogor KM 46 Cibinong, Indonesia. Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan kebenaran akar wangi yang digunakan. Penetapan Kadar Air Akar wangi Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan alat Moisture Balance yaitu dengan cara menyalakan tombol on/off terlebih dahulu, kemudian pinggan disimpan dibagian tengah dengan penahan punch diatasnya. Lalu disetting secara keseluruhan setelah itu ditimbang sampel sebanyak 1 gram diatas punch kemudian ditutup dan tekan tombol start. Setelah proses selesai selama 10 menit maka persen kadar air dari sampel akan tertera secara otomatis (DepKes RI. 2002). Destilasi Minyak Atsiri Akar Wangi Destilasi adalah suatu proses pemurnian yang didahului dengan penguapan senyawa cair dengan cara memanaskannya, kemudian mengembunkan uap yang terbentuk. Prinsip dasar dari destilasi adalah perbedaan titik didih dari zat-zat cair dalam campuran zat cair tersebut sehingga zat (senyawa) yang memiliki titik didih terendah akan menguap lebih dahulu, kemudian apabila didinginkan akan mengembun dan menetes sebagai zat murni (destilat). Metode destilasi minyak asiri ada tiga macam yaitu Destilasi dengan air (Water Distillation), Destilasi dengan uap (Steam Distillation) dan Destilasi dengan air dan uap (Water and Steam Distillation). Mekanisme kerja destilasi uap air ini ialah uap dari air di dalam ketel mengalir melalui bahan yang akan disuling dan membawa minyak asiri kealat kondensor pendingin. Kondensor pendingin adalah bagian dari alat penyuling berupa tabung yang berisi air. Tabung ini dilewati pipa yang di dalamnya dialiri uap hasil penyulingan dari ketel sehingga terjadi kondensasi (pencairan uap). Cairan hasil kondensasi yang terdiri dari campuran air dan minyak ini ditampung dalam suatu tabung, selanjutnya dilakukan proses pemisahan minyak dan air (Kardinan, 2004).(Skema destilasi dapat dilihat pada lampiran 2) Formulasi Sabun Transparan Aromaterapi Pada pembuatan formula sabun transparan aromaterapi konsentrasi yang digunakan untuk sabun aromaterapi berdasarkan penelitian Muchtaridi (2008) yaitu minyak Akar wangi dengan konsentrasi 1 memiliki aktivitas sebagai aromaterapi. Maka dalam penelitian ini Pembuatan sabun transparan (Base Soap) aromaterapi dengan minyak atsiri akar wangi dengan konsentrasi 0,5, 1 dan 1,5. Berikut ini bahan-bahan dan cara pembuatan untuk membuat 200 gram sabun transparan aromaterapi. Formulasi sabun transparan dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Formulasi Sabun Transparan Aromaterapi BAHAN F 1 () F 2 () F 3 () Minyak Atsiri Akar Wangi 0,5 1 1,5 Minyak Kelapa 20 20 20 NaOH 30 20 20 20 Gliserin 15 15 15 Etanol 96 16 16 16 Gula Pasir 5 (Sukrosa) 5 5 Coco DEA 5 5 5 NaCl 0,2 0,2 0,2 3 Asam Sitrat 3 3 Asam Stearat 6,5 6,5 6,5 Akuades ditambahkan hingga 100 100 100 Sumber : : Supandi dan Gantini, 2011. Pembuatan Sabun Transparan Proses pembuatan sabun transparan aromaterapi yang pertama adalah mencairkan asam stearat pada suhu 60 0 C selama 15 menit, kemudian tambahkan minyak kelapa dan aduk hingga merata. Jika suhu mencapai 70-80 0 C tambahkan NaOH dan aduk selama 3-5 menit sehingga terbentuk padatan sabun. Kemudian tambahkan gliserin, etanol, gula pasir, asam sitrat, coco-dea, NaCl, dan air hingga terbentuk sabun dasar lalu tambahkan minyak atsiri akar wangi kemudian aduk sehingga benar-benar homogen sekitar 7-10 menit. Dituangkan campuran ke dalam cetakan dan diamkan selama 24 jam hingga sabun mengeras. Skema dapat dilihat pada Lampiran 3. Evaluasi Mutu Pembuatan Sabun Transparan Evaluasi dilakukan setelah sediaan terbentuk (Setiap 2 minggu, minggu ke-0 sampai minggu ke-8). Evaluasi pembuatan sabun transparan meliputi : Organoleptik Pengamatan ini meliputi pengamatan terhadap perubahan warna, bentuk dan perubahan bau. Pengamatan ini dilakukan pada sample yang disimpan pada suhu kamar (25 0 C-30 0 C) dan suhu 40 0 C Kadar Air Empat gram contoh ditimbang dengan teliti menggunakan botol timbang yang telah terukur beratnya, kemudian dipanaskan di dalam oven bersuhu 105 0 C selama dua jam sampai beratnya tetap (SNI 06-3532-1994). Perhitungan : Kadar Air = W1 W2 W Keterangan : W = berat contoh (gram) W1 = berat contoh + berat botol timbang sebelum pengeringan (gram) W2 = berat contoh + berat botol timbang setelah pengeringan (gram). Asam Lemak Bebas dan Alkali Alkohol netral disiapkan dengan cara mendidihkan 100 ml alkohol dalam labu erlemeyer 250 ml, ditambahkan 0,5 ml larutan phenolphthalein dan didinginkan sampai suhu 70 0 C, kemudian dinetralkan dengan KOH 0,1 N dalam alkohol. Lima gram contoh ditimbang dengan teliti dan dimasukan ke alkohol netral yang telah disiapkan, tambahkan batu didih dan pendingin tegak, kemudian dipanaskan selama 30 menit agar cepat larut di atas penangas air. Apabila larutan tidak bersifat alkalis maka akan berwarna tidak merah. Didinginkan hingga suhu mencapai 70 0 C dan dititar dengan larutan KOH 0,1 N dalam alkohol sampai timbul warna merah yang tahan selama 15 detik. Perhitungan : Kadar Asam Lemak Bebas = V x N x 205 W Keterangan : V = KOH 0,1 N yang digunakan dalam ml N = Normalitas KOH yang digunakan W = berat contoh yang digunakan dalam gram

205 = berat setara asam laurat Apabila larutan tersebut di atas ternyata bersifat basa (penunjuk phenolphthalein berwarna merah) maka yang diperiksa bukan asam lemak bebas tetapi alkali bebas dengan menitarnya menggunakan HCl 0,1 N dalam alkohol dari mikro buret, sampai warna merah tepat hilang. Perhitungan : Kadar Alkali Bebas dihitung dengan NaOH = V x N x 40 W Keterangan : V = HCl 0,1 N yang digunakan (ml) N = Normalitas HCl yang digunakan W = berat contoh yang digunakan (gram) 40 = berat setara NaOH. Minyak Mineral Lima gram contoh dimasukan ke gelas piala, ditambahkan air dan dipanaskan agar larut. Di tambahkan HCl 10 berlebih sehingga metil jingga berwarna merah dan seluruh asam lemak, lemak netral dan bagian yang tidak mungkin dapat disabunkan akan memisah di lapisan atas. Di masukan ke dalam corong pemisah dan lapisan air di keluarkan. Di pipet 0,3 ml lapisan lemak, tambahkan berlebih 5 ml KOH 0,5 N dalam alkohol, panaskan sampai reaksi penyabunan sempurna menggunakan erlemeyer yang dilengkapi pendingin tegak dan di didihkan selama 2 menit di atas penangas air dan dititar dengan air tetes demi tetes. Jika terjadi kekeruhan berarti positif mengandung minyak mineral, jika tetap jernih berarti tidak mengandung minyak mineral (kurang dari 0,05 ) (SNI 06-3532-1994) Sample dihaluskan, kemudian timbang sebanyak satu gram dalam gelas piala. Sebanyak 10 ml aquades ph 7 ditambahkan, lalu dilakukan pengadukan. Setelah larut dilakukan pengukuran ph dengan cara memasukan elektroda ph meter yang telah dikalibrasi, diamkan beberapa saat hingga didapat ph yang tetap (SNI 06-3532-1994). Uji Hedonik atau Kesukaan Uji hedonik ini dilakukan untuk menilai suatu sampel dengan melibatkan beberapa panelis atau sukarelawan yang kemudian diminta untuk memberikan pendapatnya atau respon terhadap kualitas suatu sampel. Uji hedonik ini dilakukan oleh 20 panelis baik laki laki atau perempuan (Mahasiswa Universitas Pakuan, Bogor) terhadap sediaan sabun transparan aromaterapi minyak asiri akar wangi yang diperoleh dan diminta menilai sediaan sabun transparan aromaterapi dari minyak asiri akar wangi meliputi :bau, warna, tekstur, busa, kesan licin atau rasa lengket pada saat pemakaian, iritasi, dan kesan lembut dan halus setelah pemakaian, yaitu dengan memakai sediaan sabun transparan aromaterapi tersebut pada tangan yang terlebih dahulu dibasahi dengan air, kemudian dipakai sabun aromaterapi transparan dan diamkan sampai sediaan sabun transparan aromaterapi mengering (± 10 menit) lalu bersihkan dengan air, apabila tidak terjadi reaksi kulit yang tidak diinginkan maka sediaan sabun transparan aromaterapi tersebut dapat digunakan. Pengujian ini menggunakan 4 skala kesukaan yaitu 1 (tidak suka), 2 (kurang suka), 3 (suka), 4 (sangat suka). Prosedur pengujian hedonik adalah sebagi berikut: Dipilih 20 orang panelis, yang dalam usia produktif dan masing-masing panelis diberi sampel sabun transparan aromaterapi minyak asiri akar wangi semua formula. 1. Panelis diminta untuk menilai sifat organoleptik masing-masing sampel, sesuai dengan formula. 2. Panelis diminta untuk memakai sediaan sabun transparan aromaterapi pada pergelangan tangan bagian dalam, diamkan (± 10 menit) kemudian dibilas dan panelis diminta menilai sediaan sabun transparan aromaterapi tersebut sesuai penerimaan panelis. Lembar kuisioner terdapat pada lampiran 4.

Suhu Waktu/Minggu T0 T2 T4 T6 T8 25 o - 30 o C Ab Ab ab ab ab 40 0 C Ab Ab ab ab ab Uji Stabilitas Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk atau kosmetik untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang telah ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian produk tersebut, sementara sediaan kosmetik yang stabil adalah suatu sediaan yang masih berada dalam batas yang dapat diterima selama periode penyimpanan dan penggunaan, dimana sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimiliki pada saat dibuat (Djajadisastra, 2004). Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam formulasi suatu sediaan farmasi. Perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat sehingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilannya optimum. Faktorfaktor yang mempengaruhi kestabilan suatu zat antara lain adalah panas, cahaya, kelembaban, oksigen, ph, dan bahanbahan tambahan yang digunakan dalam formula sediaan tersebut (Anonim, 2004). Uji stabilitas ini dilakukan untuk mengetahui kualitas sediaan sabun transparan aromaterapi minyak asiri akar wangi. Uji stabilitas ini dilakukan selama 8 minggu pada suhu kamar (25 o -30 o C) dan pada suhu 40 o C suhu dipercepat. Sabun transparan aromaterapi ditempatkan dan dikondisikan sesuai dengan suhu tersebut. Kemudian diamati secara berkala setiap dua minggu sekali baik secara subjektif (organoleptik) maupun secara kuantitatif (kadar air, asam lemak bebas, minyak mineral dan derajat keasaman). Uji stabilitas yang dilakukan terdapat mutu sabun transparan aromateraphy minyak atsiri akar wangi dapat disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Uji Stabilitas Keterangan: a. Organoleptik (bentuk, perubahan warna, dan bau) b. Kadar air, Asam Lemak Bebas, Minyak Mineral, ph. Minyak Atsiri Akar Wangi Determinasi akar wangi dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi - LIPI Bogor. Jalan Raya Jakarta - Bogor KM 46 Cibinong, Indonesia. Determinasi tanaman dilakukan untuk memastikan kebenaran akar wangi yang digunakan. Hasilnya dilihat pada Lampiran 5. Hasil penentuan kadar air pada akar wangi yaitu sebesar 48. Akar wangi yang digunakan sebanyak 8 kg, kemudian akar wangi dipotong-potong menjadi dua atau tiga bagian. Diperoleh hasil minyak atsiri 40 ml. Sehingga rendemen yang didapat adalah 0,5. Minyak atsiri yang dihasilkan berwarna kekuningan dan bau khas aromatik dari akar wangi. Hasil dapat dilihat pada gambar 3 dan Lampiran 7. Gambar 3. Minyak Atsiri Akar Wangi Evaluasi Mutu Sabun Transparan Sabun transparan minyak atsiri akar wangi dibuat sebanyak 3 formula dengan perbedaan konsentrasi 0,5, 1 dan 1,5. Gambar sabun transparan dapat dilihat pada gambar 4.

Derajat Keasaman (ph) Hasil pengujian ph diperoleh F1(10,8), F2(10,7), F3(10,7), syarat ph 11, artinya semua formula memenuhi syarat Gambar 4. Sabun Minyak Atsiri Akar Wangi Hasil Pengujian organoleptik Berdasarkan pengujian sediaan sabun transparan yang dihasilkan pada F1, F2 dan F3 memiliki warna kuning kecoklatan tranparan, bau yang dihasilkan khas akar wangi, dan bentuk sesuai dengan cetakan. Kadar Air Hasil pengujian kadar air diperoleh F1(22,5), F2(15), dan F3(15), F1 tidak memenuhi syarat maksimal 15. Banyaknya air yang ditambahkan pada produk sabun akan mempengaruhi kelarutan sabun dalam air pada saat digunakan, semakin banyak air yang terkandung dalam sabun maka sabun akan semakin mudah menyusut pada saat digunakan. Hal ini disebabkan agar sabun yang dihasilkan cukup keras sehingga lebih efisien dalam pemakaian dan sabun tidak mudah larut dalam air. Asam Lemak Bebas Hasil pengujian alkali bebas diperoleh F1(1,2), F2(1,2), F3(1,2), semua formula memenuhi syarat, karena syaratnya 2,5. Penurunan kadar asam lemak bebas disebabkan lamanya penyimpanan sehingga asam lemak bebas yang terkandung dalam sabun akan berkurang kadarnya. Mineral Bebas Hasil pengujian mineral bebas untuk semua formula hasilnya negatif, artinya memenuhi syarat. Karena bila mineral bebas ada maka sabun akan menjadi keruh dan tidak transparan. Uji Kesukaan Uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap suatu produk sebelum produk tersebut dijual secara massal. Uji organoleptik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji kesukaan dengan skala hedonik terhadap 20 panelis yang meliputi tujuh parameter yang di uji yaitu meliputi kesukaan terhadap tekstur, warna, bau, busa, kesan licin atau lengket pada saat pembilasan, kesan lembut atau halus setelah pemakaian dan iritasi terhadap pengaruh formulasi. Pada uji organoleptik, panelis akan diminta tanggapannya terhadap tiga jenis sabun transparan yang akan diuji. Tanggapan yang diberikan oleh panelis diwujudkan dalam bentuk nilai antara 1 sampai dengan 4 dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Nilai 1 menyatakan bahwa panelis memberikan tidak suka 2. Nilai 2 menyatakan bahwa panelis memberikan kurang suka 3. Nilai 3 menyatakan bahwa panelis memberikan kesan suka 4. Nilai 4 menyatakan bahwa panelis memberikan kesan sangat suka. Pada uji organoleptik ini ke tiga formula sabun transparan yang diujikan diberi kode angka acak. Tujuan penggunaan kode berupa angka acak tersebut adalah untuk menghindari penafsiran panelis terhadap sampel uji dan panelis tidak membandingkan sampel. Hasil dapat dilihat pada gambar 4 dan Lampiran 4.

Nilai Rata-rata Uji Kesukaan 4 2 0 3.75 3.55 2.9 3.1 3.2 3.5 3.65 3.25 3.43.2 2.95 3.25 2.95 3.15 2.75 2.95 3.05 2.15 F1 F2 F3 Warna Uji warna merupakan uji yang dinilai panelis terhadap warna yang dihasilkan terhadap sabun. Berdasarkan hasil pengujian diagram terhadap 20 panelis formula yang paling banyak disukai panelis terhadap warna yaitu formula 2. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 8, dan Lampiran 6. Gambar 4. Diagram Batang Hasil Uji Kesukaan. Aroma atau Bau Aroma atau merupakan salah satu parameter yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih sabun. Sabun yang memiliki bau yang menarik tentunya akan dipilih oleh banyak konsumen. Berdasarkan hasil pengujian diagram terhadap 20 panelis formula yang paling banyak disukai panelis terhadap aroma atau bau yaitu formula 2. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 4,dan Lampiran 6. Tekstur Uji tekstur merupakan uji untuk menilai penampilan dari sabun transparan yang dihasilkan. Berdasarkan hasil pengujian diagram terhadap 20 panelis formula yang paling banyak disukai panelis terhadap tekstur yaitu formula 2. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 4, dan Lampiran 6. Busa Busa merupakan salah satu hal penting pada produk sabun. Pada umumnya konsumen lebih menyukai sabun yang memiliki pembusaan yang lebih banyak dibandingkan dengan sabun yang pembusaannya sedikit. Berdasarkan hasil pengujian diagram terhadap 20 panelis formula yang paling banyak disukai panelis terhadap busa yaitu formula 2. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 4, dan Lampiran 6. Kesan Licin Uji kesan licin merupakan uji yang di nilai panelis mengenai kesan licin pada saat pemakaian. Berdasarkan hasil pengujian diagram terhadap 20 panelis formula yang paling banyak disukai panelis terhadap kesan licin yaitu formula 2. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 8, dan Lampiran 6. Kesan Lembut Berdasarkan hasil pengujian diagram terhadap 20 panelis formula yang paling banyak disukai panelis terhadap kesan lembut setelah pemakaian, yaitu formula 2. Hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 4, dan Lampiran 6. Uji Iritasi Dari hasil pengamatan uji kesukaan berdasarkan parameter efek iritasi terhadap 20 orang panelis dengan metode uji tempel tertutup pada lengan atas bagian dalam menunjukkan sabun tidak menimbulkan efek iritasi terhadap panelis karena tidak ditemukannya gejala timbulnya warna merah dan kulit tidak terasa gatal setelah pemakaian. Hasil Uji iritasi terhadap panelis dapat dilihat pada Lampiran 6. Uji Statistik Untuk memperoleh suatu kesimpulan dari kesukaan panelis maka harus dilakukan analisis data secara Rancangan Acak Lengkap (RAL) menggunakan SPSS 17. Hasil uji statistik sigma < 0,1 untuk parameter aroma, tekstur, warna, artinya ada perbedaan nyata di semua formula.

Hasil uji statistik sigma > 0,1 untuk parameter busa, kesan licin, dan kesan lembut, artinya tidak ada perbedaan nyata di semua formula. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11 Uji Stabilitas Sabun Transparan Sabun transparan diuji stabilita pada suhu kamar 25-30 0 C dan suhu 40 0 C (stabilita dipercepat) selama 8 minggu. Hasil pengamatan dari uji bentuk sediaan sabun transparan aromaterapi minyak atsiri akar wangi menunjukkan bahwa semua formula selama pengujian baik pada suhu 25-30 C mempunyai dan suhu 40 C pada minggu ke-0 sampai minggu ke-6 menunjukkan tidak adanya perubahan tetapi pada minggu ke-8 menunjukkan perubahan bentuk sabun menjadi mengerut atau menyusut dari segi bentuk ukurannya hal ini disebabkan oleh pengaruh suhu dan waktu penyimpanan yang semakin lama. Data terdapat pada tabel 7 Hasil pengamatan berdasarkan pengujian bau sediaan sabun transparan aromaterapi minyak atsiri akar wangi menunjukkan bahwa semua formula selama penyimpanan pada suhu 25-30 C dan Suhu 40 C selama dua bulan mempunyai bau tetap khas akar wangi. Hal ini menunjukkan bahwa bau pada sediaan cukup baik dan stabil selama penyimpanan dua bulan. Data terdapat pada tabel 8. Tabel 8. Hasil Pengamatan Bau Sabun Transparan Minggu Bau ke- Suhu 25-30 C Suhu 40 C F 1 F2 F 3 F 1 F2 F 3 0 + + + + + + 2 + + + + + + 4 + + + + + + 6 + + + + + + 8 + + + + + + Tabel 7. Hasil Pengamatan Bentuk Sabun Transparan Minggu ke- Bentuk Suhu 25-30 C Suhu 40 C F 1 F 2 F 3 F 1 F 2 F 3 0 + + + + + + 2 + + + + + + Keterangan : (-) : Bau berubah (+) : Bau khas akar wangi Hasil pengamatan warna pada sediaan sabun transparan aromaterapi minyak atsiri akar wangi menunjukkan bahwa semua formula selama penyimpanan pada suhu kamar (Suhu 25-30 C) dan (Suhu 40 C) tidak mengalami perubahan warna selama 8 minggu. Data terdapat pada tabel 9. 4 + + + + + + 6 + + + + + + 8 + + + - - - Keterangan : (-) : Bentuk Mengerut (+) : Bentuk Stabil atau tidak berubah

Tabel 9. Hasil Pengamatan Warna Sabun Transparan Min ggu ke- Warna Suhu 25-30 C Suhu 40 C F 1 F 2 F 3 F 1 F 2 F 3 0 + + + + + + 2 + + + + + + 4 + + + + + + 6 + + + + + + 8 + + + + + + Keterangan : (-) : Warna berubah (+) : Warna Kuning kecoklatan Evaluasi Sabun Transparan Aromaterapi Kadar Air Tabel 10. Kadar Air Sabun Transparan Aromaterapi Minyak Akar Wangi Suhu 25-30 o C dan 40 C Mingg u ke- 0 22,5 2 20,0 4 6 8 Kadar Air () Suhu 25-30 C Suhu 40 C F 1 F 2 F 3 F 1 F 2 F 3 22,5 17,5 10,0 10,0 15 10,0 10,0 10,0 Hasil analisis kadar air sabun transparan aromaterapi minyak atsiri akar wangi F1 pada minggu ke-0, dan minggu ke-2 penyimpanan suhu 25-30 o C dan suhu 40 C tidak memenuhi standar mutu sabun SNI karena hasil kadar air melebihi 15. Seluruh formula selama penyimpanan pada suhu 25-30 0 C dan 40 0 C selama 8 minggu mengalami penurunan, karena kemungkinan air dalam sabun menguap pada suhu dan waktu tertentu sehingga kadar airnya menurun. Data terdapat pada tabel 7. Asam Lemak Bebas Tabel 12. Asam Lemak Bebas Sabun Transparan Aromaterapi Minyak Akar Wangi pada Suhu 25-30 o C dan Suhu 40 o C. Minggu ke- Asam Lemak Bebas () Suhu 25-30 C Suhu 40 C F 1 F 2 F 3 F 1 F 2 F 3 0 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2 1,1 4 1,1 1,1 1,2 1,6 1,2 1,6 6 1,1 1,0 1,6 1,6 1,2 1,6 8 1,6 1,6 1,2 1,2 1,2 1,2 Asam lemak bebas dalam sabun adalah asam lemak yang tidak terikat sebagai senyawa dengan natrium ataupun trigliserida. Kandungan asam lemak bebas dalam sabun mandi menurut SNI 06-3532- 1994 adalah kurang dari 2,5. Hasil analisis menunjukkan bahwa asam lemak bebas pada sabun transparan rata-rata lebih rendah dari 2,5 dan memenuhi SNI 06-3532-1994. Asam lemak bebas tidak diharapkan tinggi pada sabun karena akan mengurangi daya ikat sabun terhadap kotoran minyak, lemak atau pun keringat. Selama penyimpanan suhu 25-30 0 C dan 40 0 C selama 8 minggu mengalami penurunan, disebabkan lamanya penyimpanan sehingga asam lemak bebas yang terkandung dalam sabun akan berkurang kadarnya. Data dapat dilihat pada Tabel 12. Mineral Bebas Mineral bebas merupakan zat atau bahan tetap sebagai minyak, namun saat penambahan air akan terjadi emulsi antara air dan minyak yang ditandai dengan kekeruhan. Mineral merupakan senyawa yang mengandung unsur logam. Analisis

minyak mineral pada sabun merupakan salah satu parameter penting yang harus dilakukan pada standar mutu sabun. Kandungan minyak mineral pada sabun sangat tidak diharapkan karena akan Minggu ke- ph Suhu 25-30 C Suhu 40 C F 1 FII FIII F 1 FII FIII 0 10,8 10,7 10,7 10,8 10.7 10,7 2 10,7 10,7 10,6 10,7 10,7 10,6 4 9,8 9,8 9,8 9,8 9,8 9,8 6 9,7 9,7 9,7 9,8 9,7 9,8 8 9.7 9,7 9,8 9,8 9,7 9,8 menurunkan daya emulsi dari sabun tersebut. Minyak mineral adalah minyak hasil penguraian bahan organik. Minyak mineral biasanya terdapat di alam, contoh minyak mineral adalah bensin, solar dan minyak tanah sehingga hal ini tidak boleh ada pada kosmetik. Minyak mineral dalam sabun harus negatif itu berarti sabun tidak mengandung minyak mineral yang ditunjukan dengan tidak terjadinya kekeruhan pada saat titrasi dengan menggunakan air. Hasil analisis pada sabun transparan aromaterapi dari minyak atsiri akar wangi untuk semua formula menunjukkan hasil yang negatif terhadap minyak mineral pada minggu ke-0 sampai minggu ke 8 terhadap penyimpanan pada suhu 25-30 o C dan suhu 40 o C selama dua bulan. Hal ini menunjukkan bahwa sabun transparan aromaterapi memenuhi standar mutu sabun mandi menurut SNI. Derajat Keasaman (ph) Derajat keasaman (ph) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis produk sabun atau kosmetik karena bila ph yang terkandung dalam sabun terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan iritasi pada kulit. Oleh karena itu, ph produk kosmetik sebaiknya disesuaikan dengan kondisi kulit yaitu berkisar 4,5-7 tetapi pada umumnya derajat keasaman (ph) pada sabun lebih berada pada kondisi basa dibandingkan dengan kondisi asam. Hasil pengukuran menggunakan alat ph meter terlihat nilai derajat keasaman (ph) sabun transparan aromaterapi berkisar 9,7-10,8. Hal ini berarti ph pada sabun transparan aromaterapi pada suhu suhu 25-30 o C dan suhu 40 o C memenuhi standar ph sabun mandi yaitu tidak melebihi ph 11. Data dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Pengukuran Derajat Keasaman (ph) Sabun Transparan Aromaterapi Minyak Atsiri Akar Wangi Pada Suhu 25-30 o C dan 40 C Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Minyak atsiri akar wangi (Chrysopogon zizanioides (L.) Roberty dapat diformulasikan sebagai bahan aktif dalam pembuatan sediaan sabun transparan aromaterapi. 2. Berdasarkan uji kesukaan terhadap panelis, formula yang paling disukai panelis yaitu pada formula II dengan konsentrasi 1 dengan parameter pengujian bau, warna, tekstur, busa, kesan licin atau lengket pada saat pembilasan, kesan lembut atau halus setelah pemakaian dan untuk uji iritasi. 3. Ketiga formula sediaan sabun transparan aromaterapi dengan minyak atsiri akar wangi (Chrysopogon zizanioides (L.) Roberty stabil pada suhu 25 C- 30 C selama penyimpanan 2 bulan dibandingkan penyimpanan pada suhu 40.

Saran Perlunya perbaikan dalam teknik pembuatan sabun transparan yaitu dilakukannya pengadukan yang homogen dan cepat dengan menggunakan alat homogenizer.. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2004. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Laboratorium Farmasi. Program Studi Farmasi. Universitas Pakuan. Bogor..2002. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Badan Standarisasi Nasional Indonesia, 1994. Standar Mutu Sabun Mandi. SNI 06-3532-1994. Dewan Standar Nasional. Jakarta. Bailey, AE. 1979. Industrial Oil and Fat Product. Interscholastic Publishing, Inc. New York. Buchbauer, G., Jager, W., Dietrich, H., Plank, Ch., and Karamat, E. 1991. Aromatherapy: Evidence for Sedative Effects of Essential Oil of Lavender after Inhalation. Journal of Biosciences; 46c, 1067-1072. Buckle, J. 1999. Use of Aromatherapy as Complementary Treatment for Chronic Pain. J. Alternative Therapiess; 5, 42-51. Butler, 2001. Poucher s Perfumes, Cosmetics and Soap. Kluwer Academic Publisher. London. DepKes., RI. 1986. Sediaan Galenik. Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta. Djajadisastra, J. 2004. HIKI. Departemen Farmasi, FMIPA. Universitas Indonesia. Jakarta. Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri. Jilid I. UI-PRESS. Jakarta. Hambali, E. A. Suryani dan M. Rival. 2005. Membuat Sabun Transparan. Penebar Plus. Jakarta. Kardinan, A. 2004. Nilam Tanaman Beraroma Wangi untuk Industri Parfum dan Kosmetika. Agromedia Pustaka. Jakarta. Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. UI Press. Jakarta Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. UI Press. Jakarta Lachman, L., Lieberman, H. A dan Kanigh, J.L. 2004. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Universitas Indonesia. Jakarta Luthony, T, L. dan Rahmawati. 1994. Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Penebar Swadaya. Jakarta. Muchtaridi, 2008. Penelitian Pengembangan Minyak Atsiri Sebagai Aromaterapi dan Potensinya Sebagai Produk Sediaan Farmasi. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran. Bandung. Mutschler, E. 1999. Dinamika Obat Buku Ajar Farmakologi Dan Toksikologi. Edisi V, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Hal: 577-579. Nurzaman, 1999. Pemanfaatan Limbah Padat Penyulingan Minyak Atsiri Akar Wangi (Vetiveria zizanioides) Sebagai Substitusi Tepung Kayu Pada Proses Produksi Obat Nyamuk Bakar (Double Coil). Skripsi,Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Paul, S. 2007. Fatty Acid and Soap Making http://www.soapmakingresource com/fatty -acidsoap-making.html [18 Agustus 2008. Prawiropoetro, H.R.T. Soekardjo, 1995. Dasar-dasar Teknologi Minyak Atsiri. PT Petrokimia Gresik (Persero). Gresik. Qisti, R. 2009. Sifat Kimia Sabun Transparan Dengan Penambahan Madu Pada Konsentrasi Yang Berbeda. Skripsi Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rumondang, B., 2004, Esterifi kasi Patchouli Alkohol Hasil Isolasi Dari Minyak Daun Nilam (Patchouli Oil), Universitas Sumatera Utara, hlm. 1-2. Dengan Destiasi Uap dan Analisis Kadar Khusimolnya Dengan GC MS. Sekolah Farmasi ITB : diterbitkan. Tonny dan Yeyet. 1994. Tanaman Akar wangi. Kanisius, Yogyakarta. Tarigan, N. 2006. Jenis jenis Serangga dan Intensitas Serangannya Pada Berbagai Pola Tanaman Akar Wangi. Buletin Teknik Pertanian II.I Wade, A. and Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Second Edition. The American Pharmaceutical Association. Washington, USA. Wasitaatmadja, Ss.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI Press. Jakarta. Santoso, H B. 1993. Akar Wangi Bertanam dan Penyulingan. Penerbit Kanisius, Yogjakarta. Somantri. (2007). Pengertain Luka dan faktor yang mempengaruhi Penyembuhan Luka. Referensi: http://www.irmanthea.blogspot. com/2012/23 diakses (Jum at, 21 Desember 2012, 17.00 wib). SNI 06-3532. 1994. Sabun Mandi. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta. Spitz, L. 1996. Soap and Detergent a Theoritical and Practical Review. AOCS Press, Champaign-Illinois. Supandi dan Gantini. 2011. Formulasi Sabun Transparan Minyak Nilam Sebagai Obat Jerawat. Universitas Muhammadiyah. Sunandar, C. (2008). Produksi Minyak Akar Wangi (Java Vetiver Oil)