BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB III PEMBAHASAN. A. Murabahah, Pembiayaan Bermasalah, dan Cara Penanganan. 1. Murabahah Dalam Teori Ekonomi Islam

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen risiko menurutbank Indonesia adalah. serangkaianprosedur dan metode yang digunakanuntuk mengidentifikasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

BAB II Landasan Teori

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No.

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB IV PEMBAHASAN. A. Faktor Yang Menyebabkan timbulnya Pembiayaan Bermasalah. diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan

STRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT. LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK

RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari ah, yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD DAN PENYELESAIANNYA

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian Pembiayaan dan Pembiayaan Murabahah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia menerima dan memberikan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT NU SEJAHTERA MANGKANG

Apriliana Fidyaningrum dan Nasyitotul Jannah Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Magelang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB IV ANALISIS PEMBIAYAAN BERMASALAH DAN PENANGANANNYA DI KOSPIN JASA LAYANAN SYARIAH PEMALANG

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

BAB IV STUDI ANALISIS PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL KERJA DI UNIT MEGA MITRA SYARI AH (M2M) BANK MEGA SYARI AH KALIWUNGU

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Tentang Peran Pembiayaan Murabahah Pada Sektor. Pertanian Untuk Meningkatkan Pendapatan Anggota Koperasi Simpan

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB III PEMBAHASAN. I. Pengertian, Unsur, Tujuan dan Fungsi Pembiayaan. penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURĀBAḤAH DALAM BENTUK PERJANJIAN PIUTANG MURĀBAḤAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURA>BAH}AH DALAM PEMBIAYAAN MODAL KERJA MENURUT FATWA. DEWAN SYARIAH NASIONAL No.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA. penyajian data. Data yang dihasilkan merupakan hasil dari penelitian

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENYELESAIAN DENDA PENUNDAAN PEMBAYARAN KPR PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK. KANTOR CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Setelah berdirinya Bank Muamalah Indonesia (BMI) timbul peluang. untuk mendirikan bank-bank lain yang memiliki prinsip syariah.

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan The Five C s of Credit dalam perjanjian kredit UMKM

BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

BAB II LANDASAN TEORI

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

BAB IV. A. Analisis Terhadap Akad Pembiyaan Murabahah di Koperasi Jasa. Keuangan Syari ah Baitut Tamwil Muhammadiyah Tersono

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

RINGKASAN TUGAS AKHIR. Koperasi Agro Niaga Indonesia (KANINDO) Syari ah Malang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional yang membuka sistem baru dengan membuka bank. berpengaruh dalam kegiatan ekonomi di Indonesia.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB IV DI BANK BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA. A. Analisis tentang Prosedur-Prosedur Pemberian Pembiayaan Mura>bah}ah di

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Pembiayaan Bermasalah terhadap Rasio Likuiditas (Current Ratio)

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

ASPEK ASPEK HUKUM TIMBULNYA KREDIT BERMASALAH PADA BANK. Antony Tarigan, SH.CN.M.Hum Dosen Kopertis Wil I Dpk UNPAB Medan

BAB V PEMBAHASAN. Pembiayaan Syariah (KSPPS) Baitul Izza Sejahtera ini bertujuan untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

Menurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur. 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. H. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm.33.

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA TAKE OVER PEMBIAYAAN DI PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH A. PENGERTIAN PEMBIAYAAN Dalam kamus perbankan konsep yang dimaksud biaya adalah pengeluaran atau pengorbanan yang tidak terhindarkan untuk mendapatkan barang atau jasa dengan tujuan memperoleh maslahat pengiriman, pengepakan, atau penjualan, dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan dalam laporan laba rugi, komponen biaya merupakan mengurang dari pendapatan. Pengertian dari biaya berbeda dengan beban. Semua biaya adalah beban tetapi tidak semua beban adalah biaya. 1 Pengertian pembiayaan menurut undang-undang perbankan nomor 10 tahun 1998 ayat 12 berbunyi: Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu yang tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 2 30 1 2 Bank Indonesia, Kamus Perbankan, 1999, hlm. 30 Undang Undang Perbankan No.10 Tahun 1998, (Jakarta: Sinar Grafika, 2001), hlm. 21

22 Secara teknis bank memberikan pendanaan atau pembiayaan untuk mendukung investasi atau berjalannya suatu usaha yang telah direncanakan antara kedua belah pihak dengan kesepakatan bagi hasil yang didalamnya. Sebagaimana dalam Al-Qur an surat Al-Maidah ayat 1 : Artinya hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu... (QS. Al-Maidah:1) 3 Ayat Di atas menjelaskan tentang akad atau perjanjian yaitu mencakup janji prasetia kepada Allah dan perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya (antara pihak bank dengan nasabah) Menurut PP No. 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan simpan pinjam di Koperasi, pengertian pinjaman adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan dengan tujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar koperasi dengan pihak lain yang 3 Al-Jumanatul Ali, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung : CV Penerbit J- ART,2004), hlm. 106

23 mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan disertai pembayaran sejumlah imbalan. 4 B. PEMBIAYAAN MURABAHAH Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatukan harga perolehan dan keuntungan (Margin) yang telah disepakati oleh penjual dan pembeli (bank dan nasabah). 5 Sedangkan pembiayaan Murabahah adalah suatu perjanjian dimana bank atau lembaga keuangan membiayai barang yang diperlukan nasabah dengan sistem pembayaran ditangguhkan. Rukun dan Prosedur pembiayaan Murabahah 1. Rukun Murabahah Rukun jual beli menurut hanafi adalah ijab dan qobul yang menunjukan adanya pertukaran atau kegiatan saling memberi yang menempati kedudukan ijab dan qobul itu. Rukun ini dengan ungkapan lain merupakan pekerjaan yang menunjukan keridhaan dengan adanya pertukaran dua harta milik, baik berupa perkataan maupun perbuatan. 6 Rukun dan syarat dalam akad pembiayaan Murabahah meliputi: a. Rukun Murabahah 1) Pihak yang berakad hlm. 164 hlm. 161 4 5 6 Muhammad Ridwan, Baitut Maal Wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII Press, 2004), Adiwarman Karim, Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: III T Indonesia 2003), Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakatra: UII Press, 2005), hlm. 16

24 2) Pembeli (Musytari) 3) Objek jual beli (Mabi) 4) Harga (Tsaman) 5) Ijab qobul. 7 b. Syarat dalam Murabahah 1) Pihak yang berakad a) Sebagai keabsahan suatu perjanjian (akad) para pihak harus cakap hukum b) Sukarela dan tidak dibawah tekanan (terpaksa/ dipaksa) 2) Objek yang di perjualbelikan a) Barang yang diperjual belikan tidak termasuk barang yang dilarang (haram), dan bermanfaat serta tidak menyembunyikan adanya cacat barang b) Merupakan hak milik penuh pihak yang berakad c) Sesuai spesifikasinya antara yang diserahkan penjual dan yang diterima pembeli d) Penyerahan dari penjual ke pembeli dapat dilakukan 3) Sighat a) Harus jelas secara spesifik (siapa) para pihak berakad b) Antara ijab qobul harus selaras dan transparan baik dalam spesifikasi barang (penjelasan fisik barang) 7 Muhammad, Model-Model Akad Pembiayaan Di Bank Syari ah, (Yogyakarta: UII Press, 2009), hlm 58

25 maupun harga yang disepakati (memberitahu biaya modal kepada pembeli) c) Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi pada kejadian yang akan datang 4) Ijab Qobul a) Harus jelas secara spesifik (siapa) para pihak yang berakad b) Antara ijab qobul harus selaras dan transparan baik dalam spesifikasi barang (memberi tahu biaya modal kepada pembeli) c) Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi pada kejadian yang akan datang GAMBAR 2.1 Skema Pembiayaan Murabahah 1.Negosiasi dan persyaratan. BANK Keterangan: 2. akad jual beli 6. bayar (secara angsur) 3. Beli barang SUPLIER 4.Kirim PENJUAL NASABAH 5.terima barang

26 1) Koperasi bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli Koperasi dari produsen ditambah keuntungan. Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran 2) Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlaku akad. Dalam perbankan, Murabahah lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran cicilan 3) Dalam transaksi ini, bila sudah ada barang diserahkan segera kepada nasabah, sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh. 8 C. PEMBIAYAAN BERMASALAH Pembiayaan bermasalah adalah membayar cicilan sejumlah uang tertentu dari harga yang disepakati dengan waktu yang melampaui batas pembayaran atau angsuran yang telah ditentukan. Pembiayaan bermasalah timbul secara mendadak tetapi datang secara perlahan lahan dengan memberikan tanda-tanda penyimpangan lebih dulu terhadap bank, kecuali terjadi suatu kecelakaan yang menimpa nasabah atau bidang usahanya. 9 8 M. Sulkhan Dan Ely Siswanto, Manajemen Bank Konvensional Dan Syari ah, ( UIN Malang: Press, 2008), hlm. 135 9 Moh. Tjoekam, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial Konsep, Teknik, dan Kasus, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999), hlm. 264

27 Timbulnya pembiayaan bermasalah Pembiayaan bermasalah dapat disebabkan oleh satu atau beberapa faktor yang harus dikenali secara dini oleh pejabat pembiayaan karena adanya unsur kelemahan baik dari sisi debitur, sisi bank maupun ekstern debitur dan bank, yaitu: 10 1. Sisi Nasabah a. Faktor keuangan 1) Hutang meningkat sangat tajam 2) Hutang meningkat tidak seimbang dengan peningkatan asset 3) Pendapatan bersih menurun 4) Penurunan penjualan, biaya umum, administrasi meningkat 5) Perubahan kebijakan dan syarat-syarat penjualan secara pembiayaan 6) Rata-rata umur piutang bertambah lama sehingga perputaran piutang semakin lambat 7) Piutang tak tertagih meningkat 8) Perputaran persediaan semakin meningkat 9) Keterlambatan memperoleh neraca nasabah secara teratur 10) Tagihan yang terkonsentrasi pada pihak tertentu. hlm. 223 10 Zaenal Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syari ah, (Jakarta: Pustaka Alvabet),

28 b. Faktor Operasional 1) Hubungan nasabah dengan mitra usahanya makin turun 2) Terhambatnya pasokan bahan baku/bahan penolong 3) Kehilangan satu atau lebih pelanggan utama 4) Pembinaan sumber daya manusianya kurang baik 5) Tertundanya penggantian mesin dan peralatan yang sudah ketinggalan 6) Sistem operasional tidak efisien 7) Distribusi pemasaran yang terganggu 8) Operasional perusahaan pencemari lingkungan. 2. Sisi eksternal Yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab pembiayaan bermasalah: a. Perubahan kebijakan pemerintah disektor riil b. Peraturan yang bersifat membatasi dan berdampak besar atas situasi keuangan dan operasional serta manajemen nasabah c. Kenaikan harta faktor-faktor harga produksi tinggi d. Perubahan teknologi yang sangat kuat dalam industri yang diterjuni oleh nasabah e. Meningkatkan suku bungan pinjaman f. Resesi, devaluasi, inflasi, deflasi, dan kebijakan moneter lainnya g. Peningkatan persaingan dalam bidang usahanya

29 h. Bencana alam i. Munculnya protes dari masyarakat sekitar lokasi usaha 3. Sisi bank Yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab pembiayaan bermasalah: a. Buruknya perencanaan finansial atas aktifa tetap / modal kerja b. Adanya perubahan waktu dalam permintaan pembiayaan musiman c. Menerbitkan cek kosong d. Gagal memenuhi syarat-syarat dalam perjanjian pembiayaan e. Adanya over pembiayaan atau underfinansing f. Manipulasi data g. Over taksasi agunan atau penilaian agunan terlalu tinggi, h. Pembiayaan topengan, tampilan atau fiktif i. Kelemahan analisa oleh pejabat pembiayaan sejak awal proses pemberian pembiayaan j. Kelemahan dalam pembinaan dan monitoring pembiayaan. D. PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH Banyak cara yang dapat dilakukan oleh bank untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah ini, tergantung pada berat ringannya permaslahan yang di hadapi, serta sebab-sebab terjadinya kemacetan. Apabila

30 pembiayaan itu masih dapat diharapkan akan berjalan baik kembali, maka bank dapat memberikan keringanan-keringanan, misalnya menunda jadwal angsuran (Rescheduling). Untuk keperluan penghapusan itu bank atau koperasi jasa keuangan Syari ah diharuskan untuk membentuk cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) sebagai berikut: 11 Tabel 2.1 Kategori Pembiayaan dan cadangan yang wajib dibentuk Kategori Pembiayaan Lancar Perhatian khusus Kurang lancar Diragukan Macet Cadangan yang wajib dibentuk 0 % dari bagi debet pembiayaan 5 % dari bagi debet pembiayaan 10% dari bagi debet pembiayaan 15 % dari bagi debet pembiayaan 100 % dari bagi debet pembiayaan Upaya untuk membantu nasabah yang mengalami pembiayaan bermasalah, antara lain melalui : a. Rescheduling (penjadwalan kembali) Yaitu penjadwalan kembali jangka waktu pembayaran serta memperkecil jumlah pembayaran atau akad dan Margin baru. Kebijakan ini berkaitan dengan jangka waktu pembiayaan sehingga keringanan yang dapat di berikan adalah: a) Memperpanjang jangka waktu pembayaran 11 M. Sulkhan Dan Ely Siswanto, Ibid, hlm. 86

31 b) Memperpanjang jarak waktu angsuran, misalnya semula angsuran ditetapkan setiap 12 bulan, kemudian menjadi 24 bulan c) Penurunan jumlah untuk setiap angsuran yang mngakibatkan perpanjangan jangka waktu pembayaran b. Reconditioning (persyaratan ulang) Yaitu perubuhan sebagian atau seluruh perubahan pembiayaan, antara lain penjadwalan pembayaran, jumlah angsuran, jangka waktu dan atau pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada BTM serta memperkcil Margin kuntungan atau bagi hasil usaha yang sudah di tetapkan oleh kedua belah pihak. c. Restructuring (penataan kembali) Yaitu perubahan persyaratan tidak terbatas pada Rescheduling dan Reconditioning, antara lain meliputi: a) Penambahan dana fasilitas pembiayaan BTM b) Konversi akad pembiayaan c) Konversi pembiayaan menjadi surat berharga syari ah berjangka waktu menengah d) Konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara perusahaan nasabah.