BAB IV ANALISIS KELAYAKAN DEBITUR PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT ANKASA KABUPATEN PEKALONGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. BMT Walisongo Mijen Semarang dilandasi dengan prinsip kehati-hatian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS 1. Landasan Teori A. Definisi Produk Pembiayaan Modal Kerja

BAB IV MEKANISME PENILAIAN BARANG JAMINAN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA KSPPS BINAMA SEMARANG

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Murabahah di LKS ASRI. Tulungagung dan BMT HARUM Tulungagung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penyebab Pembiayaan Bermasalah di BMT Marhamah Wonosobo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah untuk Pertanian di KSPPS TAMZIS Cabang Batur

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis penyebab dan penanganan pembiayaan murabahah bermasalah. Analisis pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh setiap

BAB IV HASIL PENELITIAN

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. mengetahui bagaimanakan sistem pengendalian kredit Gambaran Singkat Koperasi Simpan Pinjam TABITA

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Penerapan Pembiayaan Mudharabah pada KJKS BMT Usaha

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Pelaksanaan Jaminan Fidusia di Bank Syariah Mandiri KCP Solok. menanyakan langsung kepada pihak warung mikro itu sendiri.

BAB V PEMBAHASAN. A. Peran Account Officer dalam Maganalisis permohonan pembiayaan

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Analisis Mekanisme Pembiayaan Bai u Bithaman Ajil di BMT Matra

BAB IV MEKANISME DAN ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA SEKTOR PERTANIAN A.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Akad Mudharabah Pada PembiayaanPertanian Di KSPPS

BAB IV PEMBAHASAN A. Penerapan Akad Bai Bitsaman Ajil Pada Pembiayaan Multiguna Di KSPPS BMT Walisongo Semarang

BUPATI PENAJAM PASER UTARA,

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Prosedur Pengikatan Jaminan Pada Pembiayaan Murabahah di BPRS

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Risiko Pembiayaan dengan Akad Murabahah di BTM Wiradesa

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pengertian pembiayaan mikro dan prosedur pembiayaan mikro. menambah modal usaha nasabah dengan harapan agar usahanya lebih

BAB IV PEMBAHASAN APLIKASI PEMBIAYAAN MURABAHAH KONSUMTIF MOTOR PADA BMT AT-TAQWA CABANG BANDAR BUAT PADANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Proses Akad Ijarah Multiguna Untuk Biaya Umroh. multiguna untuk biaya umroh yang diserahkan kepada nasabah diharapkan

BAB IV PEMBAHASAN. A. Proses Pembiayaan Murabahah Modal Kerja

Kesimpulan dan Saran 47 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENANGANAN PEMBIAYAAN MACET DAN EKSEKUSI JAMINAN PRODUK KPR AKAD MURA>BAH}AH DI BNI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Akad Mudharabah di BMT Harapan Ummat. a. Telah masuk sebagai anggota. sebesar Rp ,-.

WAKA<LAH PADA KJKS MBS

BAB IV STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL USAHA DI BMT SM NU CABANG BOJONG PEKALONGAN

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Koperasi Simpan Pinjam Nur Asri berawal tahun 2006 di Kendari (Sulawesi

BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN. 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran

BAB III PEMBAHASAN. Penerapan Aspek 5C dan 1S pada Pembiayaan Murabahah di KJKS. Baituttamwil Tamzis Cabang Pasar Induk Wonosobo (PIW)

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PEMBIAYAAN BERMASALAH PRODUK KPR AKAD DAN PENYELESAIANNYA

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Faktor-Faktor Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Pembiayaan dalam Pasal 1 butir 12 UU No. 10 Tahun 1998 jo. UU No.

BAB IV. A. Analisis Penerapan Referensi dalam Pembiayaan Mud{a<rabah di Koperasi. Penerapan referensi yang dilakukan di Koperasi BMT Nurul Jannah

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PERAN KOSPIN JASA SYARIAH CABANG PEMALANG DALAM MENGEMBANGKAN USAHA MIKRO KECIL (UMK) MELALUI

Mura>bah}ah oleh BMT Dana Mentari, sebagaimana diterbitkan dalam

BAB IV PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PRODUK MODAL USAHA DI KJKS BMT BINAMA SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. Angsuran ringan dan tetap hingga jatuh tempo pembiayaan. Bisa untuk membeli rumah baru, bekas dan renovasi rumah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

BAB IV ANALISIS SITEM PEMBERIAN PEMBIAYAAN PADA KJKS BMT AMANAH USAHA MULIA MAGELANG. A. Sistem dan Prosedur Pemberian pembiayaan

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Manajemen Risiko yang diterapkan dalam mengatasi Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BTM Lampung

BAB IV PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Dana Berputar (PDB) pada Bank Syariah. Dalam menyalurkan dana pembiayaan, Bank Syariah Mandiri memiliki

BAB IV ANALISIS TENTANG FUNGSI ACCOUNT CREDIT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. Randublatung-Blora, Jawa Tengah.

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB IV PROSEDUR PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MUSIMAN BERMASALAH DI BPRS PNM BINAMA SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar

BAB IV PELAKSANANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI KJKS BMT KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG

BAB 5 PENUTUP. ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: pembiayaan oleh PT BPRS Karya Mugi Sentosa kantor cabang Mojokerto,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

Faktor yang paling sering terjadi yaitu bangkrut yaa pada perusahaan, kita mensurveynya kurang tepat, karakter nasabah yang susah,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB III PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Hak. Tanggungan di BPRS Suriyah Semarang

a) Menambah jumlah anggota atau nasabah b) Meningkatkan mutu pelayanan kepada anggota c) Meningkatkan pendapatan

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan simpan pinjam layaknya bank, dimana ijin operasionalnya di bawah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR WAWANCARA Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB III PROFIL DAN PRODUK-PRODUK BMT ANKASA KABUPATEN PEKALONGAN. 1. Sejarah Singkat Berdirinya BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan 1

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

By : Angga Hapsila, SE.MM

BAB V PENUTUP. penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : pembiayaan dan rekening koran yang memiliki fungsi yang berbeda yakni

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA. A. Ketentuan Jaminan Pembiayaan Murabahah di BPRS Asad Alif

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan BMT BIMA. Peranan BMT sebagai lembaga keuangan tidak pernah terlepas dari

ANALISIS PEMBERIAN KREDIT AGUNAN RUMAH PADA BANK TABUNGAN NEGARA

MUD}A>RABAH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG JOMBANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG

Wawancara I Wawancara dengan manajer pusat Koperasi Anugerah Parakan

BAB IV PEMBAHASAN. A. Prosedural deposito sebagai jaminan pembiayaan pada PT. Bank. a. Dana aman dan terjamin dikelola secara syariah.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dalam pelaksanaan Kerja Praktek di PD.BPR BKK TAMAN. KAB.PEMALANG penulis ditempatkan pada Bagian Kredit pada aspek

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN DEBITUR PADA PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT ANKASA KABUPATEN PEKALONGAN A. Kondisi Analisis Kelayakan Debitur Pada Pembiayaan Murabahah Di BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan Dalam pemberian pembiayaan murabahah kepada nasabah, BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan mengkategorikan menjadi dua jenis pembiayaan yaitu: 1 1. Untuk pembelian barang modal Pemberian modal yang akadnya menggunakan akad murabahah untuk pembelian barang-barang, modal usaha seperti pembelian peralatan pertanian dan perdagangan, dimana jangka waktu pembiayaan maksimal dua tahun. Dalam implementasi di BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan meliputi usaha, seperti: a. Usaha pertanian Pembiayaan antara lain untuk pembelian peralatan pertanian seperti pembelian cangkul, sabit, alat penyemprot hama, obat-obatan, dan pupuk. b. Usaha perdagangan Pengajuan pembiayaan yang sering terjadi adalah peralatan rumah tangga dan pembelian sepeda motor. Pekalongan 1 Wawancara dengan Iga Nirmala, bagian Operasional BMT ANKASA Kabupaten 59

60 2. Untuk pembiayaan investasi 2 Fasilitas murabahah untuk membiayai suatu kegiatan yang bersifat produktif, dimana pembayaran dari modal dan laba yang diperoleh. Pembiayaan produktif meliputi usaha pertanian dan peternakan, BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan membiayai rehabilitasi (penggantian mesin lama yang sudah rusak), modernisasi (penggantian mesin dengan mesin yang lebih modern). Fasilitas pertanian digunakan untuk membiayai pembelian alat perontok padi, diesel, traktor, dan mobil. Secara umum proses transaksi murabahah di BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan yaitu persyaratan dalam memberikan pembiayaan murabahah kepada calon nasabah, adalah harus mengisi formulir dan melengkapi persyaratan pembiayaan setelah itu dilakukan survei oleh pengelola BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan bagian pemasaranbertujuan untuk melakukan penilaian apakah pengajuan pembiayaan layak untuk dibiayai. Penilaian kelayakan nasabah dilakukan dengan menggunakan prinsip analisis 5C yaitu: 3 a. Character (Karakter) Pada tahap ini bagian operasional harus mencari tahu data-data tentang nasabah yang meliputi riwayat hidup, riwayat usaha, serta kondisi ekonominya. Dimana informasi tersebut didapatkan dari tetangga atau masyarakat sekitar calon nasabah atau secara langsung dengan nasabah pengajuan pembiayaan murabahah untuk mengetahui 2 Ibid,. Wawancara dengan Iga Nirmala. 3 Wawancara dengan M. eko Prasetyo, Manajer BMT ANKASA Kabupaten pekalongan.

61 karakter nasabah pada waktu nasabah mengajukan permohonan pembiayaan, karena dalam penilaian analisis ini bertujuan untuk memperkirakan kemungkinan nasabah pengguna dana yang mengajukan pembiayaan sesuai dengan keperluan nasabah dan dijadikan acuan atau ukuran oleh BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan dalam mengambil keputusan. Tetapi dalam prakteknya penggunaan prinsip character pada analisis kelayakan debitur di BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan tidak sepenuhnya digunakan karena bagian operasional hanya sebatas wawancara pada waktu nasabah mengajukan pembiayaan atau mengisi aplikasi permohonan pembiayaan. Padahal hal tersebut sangat berisiko apabila nasabah berbohong. b. Collateral (Agunan) 4 Dalam prinsip collateralyang dinilai adalah besarnya jaminan atau agunan yang dibebankan oleh calon nasabah sebagai jaminan pembiayaan kepada pihak BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan. Jaminan yang bisa digunakan untuk pengajuan pembiayaan adalah BPKB kendaraan bermotor, nasabah yang mempunyai tabungan di BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan dan sertifikat tanah. Dalam hal ini merupakan salah satu tugas operasional untuk memeriksa kondisi jaminan secara cermat dan lengkap. Adapun perhitungan collateral secara ekonomis, dengan memperhitungkan 4 Ibid,. Wawancara dengan M. Eko Prasetyo

62 jenis barang serta nilai ekonomis jaminan. Khususnya penilaian jaminan BPKB, karena harga dari tahun ke tahun mengalami penurunan dan penurunan nilai guna. Dalam perhitungan jaminan untuk realisasi pembiayaan di BMT ANKASAmaksimal sebesar 70% sampai 80% dari harga pasaran. Adapun realisasi berdasarkan riwayat nasabah dalam pembiayaan dan menggunakan produk BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan. BMT ANKASA menghindari penerimaan jaminan pihak ketiga, mengingat banyaknya permasalahan yang timbul di kemudian hari dan apabila pembiayaannya bermasalah akan lebih sulit untuk melakukan eksekusi. Diperbolehkan jika ada hubungan keluarga (orang tua, anak, dan saudara kandung). c. Capital (Modal) 5 Analisis kelayakan debitur pada prinsip capital di BMT ANKASA sesuai dengan unsur-unsur capital yaitu mempunyai sumber modal dan penggunaan modal yang efektif. Analisis yang menghubungkan antara pemohon pembiayaan terhadap sejumlahdana yang disetor untuk membiayai suatu barang. Yang menjadi pertimbangan bagian operasional dalam analisis ini adalah jangka waktu yang diambil calon nasabah tersebut dalam permohonan pembiayaan. 5 Ibid,. Wawancara dengan M. Eko Prasetyo

63 Perhitungan murabahah dapat dijelaskan dalam contoh (studi kasus): bapak Tri Subekti mengajukan permohonan pembiayaan murabahah ke BMT ANKASA pada tanggal 26 Mei 2013, untuk pembelian sepeda motor Supra X 125. Dengan harga Rp 5.000.000,-. pada saat itu pak Tri Subekti mempunyai dana Rp 1.000.000,-, pada waktu karyawan BMT ANKASAmelakukan survey dan analisis data, maka BMT menyetujui pemohonan pembiayaan dan menetapkan dengan tingkat keuntungan 2% pertahun dengan jangka waktu 2 tahun. Berikut perhitungan angsuran perbulan: Harga pokok sepeda motor : Rp 5.000.000,- Dibayar nasabah (uang muka) : Rp 1.000.000,- Dibayar BMT : Rp 4.000.000,- Margin untuk BMT : 24 x 2% x Rp 4.000.000,- = Rp 1.920.000,- Harga jual : Rp 4.000.000,- + Rp 1.920.000,- = Rp 5.920.000,- Perhitungan angsuran perbulan Harga pokok : Rp 4.000.000,- Margin murabahah : Rp 1.920.000,- + Harga jual : Rp 5.920.000,- Pembayaran pertama : Rp 1.000.000,- - Sisa angsuran : Rp 4.920.000,- Angsuran perbulan : Rp 4.920.000,-/ 24

64 = Rp 205.000,- Angsuran pokok / bulan : Rp 125.000,- Margin/ bulan = Rp 80.000,- d. Capacity (Kemampuan) 6 Dalam hal ini BMT ANKASA harus dapat mengetahui kemampuan nasabah dalam mengembalikan pembiayaan, BMT ANKASA memiliki data nasabah kredit macet untuk dijadikan pertimbangan dalam pemberian pembiayaan. Praktek di BMT hanya membuat pertimbangan dengan melakukan wawancara langsung dengan nasabah pada waktu mengajukan permohonaan pembiayaan tentang pendapatan yang diperoleh termasuk pendapatan sampingan dan pengeluaran. Atau bagian operasional dapat mengetahuinya dari formulir permohonan. Dapat dirumuskan: Pendapatan bersih = pendapatan Pengeluaran Pendapatan bersih jika lebih kecil dari angsuran maka pengajuan pembiayaan ditolak, jika pendapatan bersih lebih besar dari angsuran maka pengajuan pembiyaan direalisasi. Bagian operasional tidak menilai nasabah dari sejarah usaha nasabah yang bersangkutan, apakah usahanya banyak mengalami kegagalan atau mengalami perkembangan yang semakin maju dari waktu ke waktu. 6 Ibid,. Wawancara dengan M. Eko Prasetyo

65 e. Condition (Kondisi) 7 Dalam penerapan di BMT ANKASA dalam penyaluran dana kepada nasabah hanya mengetahui kondisi ekonomi nasabahnya pada saat mengajukan pembiayaan sehingga banyak kemacetan dalam mengangsur angsuran. Tabel 1.2 Pertumbuhan Jumlah Nasabah Pembiayaan Murabahah BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan 2013-2015 Tahun Jumlah Nasabah 2015 73 2014 155 2013 55 Sumber: Dokumen BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan Gambar2.2 Kolektifitabilitas Pembiayaan Murabahah BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan dari Tahun 2013-2015 Kolektifitabilitas Pembiayaan Murabahah Dalam Persen 100 50 0 2013 2014 lancar kurang lancar diragukan macet 2015 Dari data di atas dapat dilihat bahwa perkembangan kolektifitabilitas pembiayaan murabahah dari awal, yaitu tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 mengalami pasang surut. Pada lancar di tahun 2013 berjumlah 51% sedangkan tahun 2014 berjumlah 71% dan di tahun 7 Ibid,. Wawancara dengan M. Eko Prasetyo

66 2015 mengalami penurunan menjadi 47%. Selanjutnya kurang lancar di tahun 2013 berjumlah 16% sedangkan 2013 berjumlah 13 % dan di tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 21%. Selanjutnya diragukan pada tahun 2013 berjumlah 18% sedangkan tahun 2014 berjumlah 7% dan di tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 14%. Dan selanjutnya yang dibahas oleh peneliti yaitu macet pada tahun 2013 berjumlah 15% sedangkan tahun 2013 berjumlah 9% dan di tahun 2015 mengalami peningkatan menjadi 19%. Dari kurun waktu 3 tahun sejak berdirinya BMT ANKASA jumlah pembiayaan murabahah yang macet mengalami pasang surut dari tahun ke tahun.hal ini disebabkan oleh beberapa faktor analisis kelayakan debitur yang tidak begitu ketat, misalnya prinsip character bagian operasional tidak terjun langsung ke tetangga atau masyarakat sekitar nasabah pengajuan pembiayaan, prinsip capacity bagian operasional tidak menilai bagaimana prospek usahanya dimasa yang akan datang tetapi hanya menilai usahanya dimasa sekarang, dan prinsip condition yaitu bagian operasioanal tidak menilai bagaimana kondisi ekonomi nasabah yang mengajukan pembiayaan. Pembiayaan yang macet perlu memperoleh penyelamatan yang khusus, bila penyelamatan tidak tepat maka akan berdampak pada kerugian bagi BMT itu sendiri, karena BMT sulit mendapatkan pembiayaan itu kembali. Untuk menentukan langkah yang perlu diambil

67 dalam menghadapi pembiayaan bermasalah, perlu diteliti sebab-sebab terjadinya masalah sebagai berikut: 8 a. Melakukan Peninjauan Langsung Dengan cara menelpon terlebih dahulu nasabah yang telah melebihi dan batas tanggal penyetoran angsuran pembiayaan setelah menelpon memastikan tanggal yang dijanjikan untuk melakukan penyetoran angsuran b. Pemberian Surat Teguran Bertujuan memberitahukan kepada nasabah bahwa pembiayaan yang dimiliki telah jatuh tempo dan berisi rincian jumlah angsuran yang belum dibayar dengan permintaan kepada anggota untuk segera membayar tunggakan angsuran yang telah jatuh tempo c. Memberikan Keringanan Bertujuan untuk membantu anggota yang mengalami kesulitan dalam pelunasan pembiayaan. Dengan cara melunasi angsuran pokok yang sudah jatuh tempo terlebih dahulu. Apabila tahapan-tahapan penanganan dan penyelamatan pembiayaan di atas tidak berhasil dan anggota tetap tidak bisa melunasi pembiayaan, maka BMT ANKASA akan melakukan penyelesaian pembiayaan dengan cara menjual barang jaminan tersebut atas kemauan anggota karena tidak mampu melunasi pembiayaan. 8 Wawancara dengan Abdullah Nurdin Suharto, bagian Bendahara BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan, tanggal 2 Februari 2016

68 B. Kendala yang Timbul pada Analisis Kelayakan Debitur Pada Pembiayaan Murabahah Di BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan 9 Di BMT ANKASA Kabupaten Pekalongan banyak terdapat kendala pada waktu menganalisis kelayakan debiturpada pembiayaan murabahah, antara lain tentang penetapan hak milik barang belum jelas. Seharusnya sebelum angsuran lunas, barang atas nama BMT ANKASA dan setelah lunas barang tersebut di atas namakan nasabah. Namun pada implementasinya BMT ANKASA hanya memberikan pembiayaan kepada nasabah, tanpa menerapkan prinsip tersebut. Dalam pengelolaan usaha adanya anggota yang belum mampu mengelola usahanya secara baik dikarenakan pada saat mengajukan pembiayaan hanya mengikuti faktor musiman terhadap suatu jenis usaha yang berada di masyarakat oleh nasabah BMT dan kondisi ekonomi yang tidak stabil pada saat itu. Adanya hubungan saudara antara karyawan BMT dan nasabah, sehingga BMT memutuskan pembiayaaan yang tidak seharusnya diberikan. Misalnya BMT melakukan kelebihan transaksi terhadap nilai agunan yang bermodalkan kepercayaan terhadap nasabah tanpa dilakukan analisa terlebih dahulu. Dari hasil wawancara dengan bapak M. Mahfudin selaku karyawandi BMT ANKASA menyatakan bahwa permasalahan yang terdapatdalam aplikasi pembiayaan di BMT ANKASA adalah pada jaminan atau collateral, contoh Pekalongan. 9 Wawancara dengan M. Mahfudin, bagian Pemasaran BMT ANKASA Kabupaten

69 (studi kasus): bapak Mustari mengajukan permohonan pembiayaan untuk usaha toko bangunan, dari agunan/jaminan syarat terpenuhi dari hasil gaji istri dan suami sebesar 40% dari gaji bersih dan mobil avansa. Suatu hari, nasabah tersebut bermasalah (bercerai) secara otomatis angsuran pembiayaan tersebut juga bermasalah. Selain itu, permasalahan terdapat pada analisis tujuan, contoh (studi kasus): bapak Sugimin, terjadinya permasalahan adalah mengajukan pembiayaan dengan jaminan dan nama sendiri, secara otomatis angsuran menjadi tanggung jawab peminjam. Namun pembiayaan tersebut digunakan oleh tetangganya tanpa sepengetahuan BMT ANKASA seharusnya nasabah yang mengajukan pembiayaan harus jujur dalam tujuan pembiayaan dan BMT ANKASAharus menganalisa pembiayaan lebih teliti dan lengkap. Permasalahan lain muncul, akibat adanya terjadinya penggantian pengelola tiap tahun, pergantian pengelola berarti pelimpahan tanggung jawab yang menyebabkan penanganan pembiayaan tidak terselesaikan. Atau pun kurangnya tenaga kerja di BMT ANKASA untuk bagian analisis pembiayaan dan penagihan sehingga nasabah sengaja untuk tidak melakukan pembayaran angsuran kepada BMT, dan kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring pembiayaan debitur. Debitur melakukan ekspansasi terlalu besar, sehingga dana yang dibutuhkan terlalu besar. Hal ini berdampak pada terhadap keuangan BMT dalam memenuhi kebutuhan BMT seperti gaji karyawan.

70 Pada saat pengajuan pembiayaan, gaji yang sebenarnya tidak di lampirkan melainkan data gaji yang di buat atau di mark up untuk mengelabuhi BMT agar pembiayaan bisa cair. BMT tidak dapat bersaing dengan pasar, sehingga volume penjualan menurun misalnya isu bahwa BMT ANKASA akan pindah sehingga sebagian nasabah menarik tabungannya menjadikan penghimpunan dana dari masyarakat berkurang. Dari permasalahan-permasalahan di atas mengakibatkan pengangsuran pembiayaan menjadi terlambat dan macet.