I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi

Sertifikasi Kopi Berkelanjutan di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

I. PENDAHULUAN. ternak. Penanaman tanaman dengan sistem agroforestri ini dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

I. PENDAHULUAN. bersaing dari negara lain yaitu tanaman kopi. Dari 10 negara penghasil kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Kopi merupakan komoditas perkebunan yang menjadi salah satu komoditas

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

I. PENDAHULUAN. produsen dan banyak negara konsumen. Kopi berperan penting dalam

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditi perkebunan yang masuk dalam kategori komoditi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

ANALISIS SISTEM AGROFORESTRI BERBASIS KOPI SERTIFIKASI DI KABUPATEN TANGGAMUS (Tesis) Oleh. Wike Diana Dwi Wijaya

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. Kopi menjadi komoditi penting dan merupakan komoditi paling besar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

POTENSI DAN PELUANG EKSPOR PRODUK PERKEBUNAN UNGGULAN DI SULAWESI SELATAN

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia.

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten di bagian barat dari

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

Ketentuan-Ketentuan Harga Khusus dan Premium

Good Agricultural Practices

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

Memperkuat Industri Kopi Indonesia melalui Pertanian Kopi Berkelanjutan dan (Pengolahan) Pascapanen

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

Membangun pasar kopi inklusif

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

JIIA, VOLUME 2 No. 4, OKTOBER 2014

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

I. PENDAHULUAN. jangkauan pemasaran mencakup dalam (lokal) dan luar negeri (ekspor). Kopi

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

KARAKTERISTIK PETANI BIOINDUSTRI DI DATARAN TINGGI GAYO. Oleh : Rini Andriani

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

BAB I PENDAHULUAN. tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

Pe n g e m b a n g a n

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok komoditas ekspor unggulan di Indonesia. Komoditas kopi berperan dalam meningkatkan devisa negara dan pendapatan petani, serta dapat menyediakan lapangan pekerjaan, pembangunan wilayah, dan konservasi lingkungan. Kontribusi nilai ekspor kopi terhadap nilai ekpor perkebunan pada tahun 2011 mencapai 23,59% (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2013a). Besarnya kontribusi nilai ekspor kopi mencerminkan bahwa komoditas kopi layak untuk menjadi komoditas andalan Indonesia. Indonesia adalah produsen kopi terbesar keempat setelah Brazil, Vietnam, dan Columbia. Sebagai salah satu negara pengekspor kopi dunia, Indonesia memiliki peluang untuk lebih meningkatkan volume ekspor kopi. Mengingat konsumsi kopi dunia yang terus meningkat seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Konsumsi kopi dunia tahun 2008-2012 Tahun Konsumsi (Kg) Perkembangan (%) 2008 2.311.620.000-2009 2.419.500.000 4,67 2010 2.512.380.000 3,84 2011 2.564.700.000 2,08 2012 2.621.640.000 2,22 Rata-rata 2.485.968.000 3,20 Sumber: International Coffee Organization, 2013

2 Perkembangan konsumsi kopi dunia dari tahun 2010-2012 mencapai 3,20 % seperti yang terlihat pada Tabel 1. Peningkatan konsumsi kopi dunia terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu mencapai 4,67 %, sedangkan tahun berikutnya peningkatan konsumsi kopi dunia cenderung lebih rendah hanya 2,08 %. Namun, perkembangan tersebut tetap menjadi peluang bagi negara produsen kopi termasuk Indonesia, karena konsumsi kopi dunia tetap meningkat setiap tahunnya. Peluang Indonesia dalam meningkatkan volume ekspor kopi didukung oleh luas lahan kopi yang mencapai 1.292.965 ha pada tahun 2011, yang terdiri dari tanaman belum menghasilkan (TBM) sebesar 944.118 ha dan tanaman telah menghasilkan (TTM) sebesar 152.902 ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012). Namun, lahan kopi di Indonesia belum mampu menghasilkan produktivitas kopi yang maksimal. Produktivitas kopi Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara produsen kopi lainnya, rata-rata hanya sebesar 980 kg/ha/tahun atau 66% dari potensi produktivitasnya, sedangkan produktivitas negara Vietnam rata-rata telah mencapai 2.000 kg/ha/tahun, Columbia rata-rata mencapai 1.220 kg/ha/tahun, dan Brazil rata-rata mencapai 1.500 kg/ha/tahun (Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2013). Salah satu penyumbang ekspor kopi Indonesia adalah Provinsi Lampung. Produksi kopi Lampung mencapai 22,63% dari total produksi kopi Indonesia (Lampiran 1). Pada tahun 2003, share volume ekspor kopi yang dikirim melalui Pelabuhan Panjang di Lampung terhadap ekspor kopi nasional mencapai 93,00%, namun pada tahun 2011, share tersebut hanya mencapai 55,99%. Perkembangan

3 share volume dan nilai ekspor kopi Provinsi Lampung dan Indonesia disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Perbandingan volume dan nilai ekspor kopi Provinsi Lampung dan Indonesia tahun 2003-2011 Lampung Indonesia Share Lampung Tahun Volume Nilai Volume Nilai % Volume % Nilai (Ton) (US $ 000) (Ton) (US $ 000) 2003 220.242 139.639 237.635 223.869 93,00 62,00 2004 287.399 175.306 341.452 340.384 84,00 52,00 2005 334.844 290.050 424.276 579.754 79,99 50,00 2006 230.635 264.879 307.883 497.615 75,00 53,00 2007 183.070 301.883 312.083 622.601 58,60 48,00 2008 303.680 586.561 421.784 923.524 72,00 64,00 2009 343.658 476.018 478.026 801.666 71,80 59,38 2010 261.970 392.620 447.494 846.542 58,54 46,38 2011 197.104 414.647 352.007 1.064.369 55,99 38,96 Rata-Rata 232.178 337.956 Sumber: BPD AEKI Lampung, 2012a Share volume ekspor kopi Lampung terhadap volume ekspor Indonesia semakin menurun, hal ini disebabkan menurunnya volume ekspor kopi dari Lampung, sedangkan volume ekspor kopi Indonesia cenderung stabil setiap tahunnya. Penurunan volume ekspor kopi Provinsi Lampung merupakan akibat dari penurunan produksi kopi Lampung dan provinsi lain yang mengirim produksi kopinya melalui Pelabuhan Panjang di Lampung. Beberapa provinsi yang mengekspor kopi melewati Pelabuhan Panjang adalah Provinsi Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, dan Provinsi Lampung itu sendiri. Pelabuhan Panjang yang berada di Provinsi Lampung merupakan salah satu pelabuhan ekspor terbaik di Indonesia. Selain pelabuhan, peluang bagi Provinsi Lampung menjadi provinsi terbesar pengekspor kopi di Indonesia adalah luasnya pangsa pasar bagi kopi Lampung. Pasar ekspor kopi asal Lampung antara lain

USD/ Kg 4 Negara Eropa, Amerika, Asia, Timur Tengah, China, Rusia, dan Jepang (BPD AEKI Lampung, 2012). Perkembangan harga kopi di Lampung juga mengalami peningkatan lima tahun terakhir. Peningkatan harga FOB ekspor kopi Lampung disajikan pada Gambar 1. 3 2,5 2 1,5 1 0,5 Harga Pasar Internasional (USD/kg) FOB Ekspor Kopi Lampung (USD/kg) 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun Gambar 1. Harga kopi robusta pasar internasional dan FOB ekspor Lampung Sumber : indexmundi.com, 2012 Harga FOB ekspor kopi Lampung meningkat dari tahun 2009 sampai 2011, setelah sempat menurun pada tahun 2007-2008. Salah satu ciri bahwa suatu barang merupakan barang ekspor atau barang yang diperdagangkan secara Internasional yaitu jika harga FOB barang tersebut lebih tinggi dari biaya produksi dalam negeri (Kadariah, 2001). Peningkatan harga FOB kopi di Lampung menunjukan komoditas kopi semakin menguntungkan untuk diperdagangkan di pasar Internasional. Perkebunan kopi di Provinsi Lampung didominasi oleh perkebunan rakyat. Pada tahun 2011 total produksi kopi di Provinsi Lampung melibatkan petani kopi

5 sebanyak 231.917 KK dengan kepemilikan lahan rata-rata sebesar 0,70 hektar per KK (Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, 2013). Tabel 3. Luas areal perkebunan kopi rakyat di Propinsi Lampung Luas Areal (ha) Share Perkebunan Rakyat Tahun Perkebunan Rakyat Total Perkebunan Lampung Lampung Nasional (%) 2006 163.837 1.263.203 12,97 2007 163.893 1.475.911 11,10 2008 162.830 1.295.110 12,57 2009 162.954 1.266.235 12,87 2010 163.123 1.268.476 12,86 Sumber: BPS, 2011 Perkebunan kopi yang dibudidayakan oleh petani kecil sebagian besar memiliki produksi dan kualitas yang rendah. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan biaya dan pengetahuan petani dalam pemeliharaan tanaman, panen, dan pasca panen. Di lain sisi, negara konsumen kopi mulai meningkatkan tuntutan terhadap produk kopi yang berkualitas. Tuntutan tersebut didasarkan pada kesadaran negara konsumen akan pentingnya keamanan produk, mutu produk, serta tanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial. Negara konsumen kopi menginginkan produk kopi yang dikonsumsi berasal dari praktik pertanian yang berkelanjutan. Untuk memenuhi tuntutan konsumen kopi global, pengembangan kopi nasional diarahkan pada pengembangan usahatani kopi yang berkelanjutan. Pengembangan kopi yang berkelanjutan perlu menyeimbangkan tiga dimensi penting dalam praktiknya, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Rekomendasi untuk mencapai keberlanjutan sistem pertanian meliputi, mengurangi penggunaan input, meningkatkan efisiensi penggunaan

6 sumber daya alam, dan meningkatkan penggunaan proses-proses biologi seperti fiksasi biologi untuk N, pemanfaatan siklus nutrisi, dan manajemen hama terpadu (Sopandie, Poerwanto, dan Sobir, 2012). Negara konsumen kopi dunia juga telah mewujudkan tuntutannya dalam bentuk sertifikasi, dengan melakukan verifikasi yang dilakukan oleh lembaga yang telah ditunjuk, antara lain Sertifikasi Utz Kapek, Sertifikasi Kopi Organik, Sertifikasi Fair Trade And Shadegrower, Bird Friendly, Rainforest Alliance (RA), Starbuck CAFE, dan Sustainable Agriculture Information (SAI) Platform (BPD AEKI Lampung, 2012a). Salah satu lembaga sertifikasi kopi yang digunakan di Provinsi Lampung adalah Rainforest Alliance (RA). Kelebihan dari Rainforest Alliance dibandingkan dengan sertifikasi lainnya terlihat dari elemen pokok yang ada dalam sertifikasi RA, yaitu meningkatkan manajemen, keuntungan komunitas, ekosistem, UU tenaga kerja, dan konservasi lingkungan untuk mengembangkan usahatani kopi yang berkelanjutan, sedangkan untuk sertifikasi lain elemen pokok yang digunakan terpaku pada aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial. Selain elemen pokok, sertifikasi RA memberikan perbedaaan harga dengan petani non sertifikasi dan memberikan harga premium yang diwujudkan dengan membantu melakukan efisiensi, meningkatkan kualitas, dan mengontrol biaya produksi. Petani kopi di Provinsi Lampung yang telah terserifikasi oleh Rainforest Alliance (RA) adalah petani kopi di daerah Tanggamus. Pada tahun 2011, petani kopi di Tanggamus bersama pihak eksportir sepakat untuk menjalankan kegiatan kopi lestari yang disertifikasi oleh Rainforest Alliance. Pihak eksportir yang

7 bekerjasama dengan petani kopi dalam melaksanakan program kopi lestari adalah PT Nedcofee Indonesia Makmur Jaya. PT Nedcoffee Indonesia Makmur Jaya merupakan salah satu perusahaan eksportir kopi di Indonesia. Volume kopi yang diekspor oleh PT Nedcoffee sebagian besar berasal Provinsi Lampung. Sejak November 2006, PT Nedcoffee Indonesia Makmur Jaya telah bekerjasama dengan petani kopi di Tanggamus. Pihak eksportir dan petani berharap dengan tersertifikasinya kopi asal Lampung akan meningkatkan daya saing di Pasar Internasional. B. Rumusan Masalah Program kopi lestari (Sustainable Coffee Program) merupakan skema verifikasi yang menilai kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan serta praktik-praktik pertanian yang baik di sektor kopi. Pelaksanaan program kopi lestari merujuk pada Sustainable Agricultural Network (SAN). SAN mempromosikan pertanian yang efisien, konservasi keanekaragaman hayati, dan pengembangan masyarakat yang lestari dengan menciptakan standar sosial dan lingkungan. SAN mendorong pengembangan praktik pengelolaan terbaik di seluruh rantai nilai pertanian dengan mendorong petani untuk mematuhi standar SAN dan memotivasi pedagang dan konsumen untuk mendukung keberlanjutan (SAN, 2010). Pelaksanaan SAN harus mematuhi Sustainable Agricultural Standard yang telah ditetapkan oleh SAN melalui lembaga sertifikasi Rainforest Alliance (RA). Sertifikasi RA membantu petani menanggung perubahan yang tidak menentu di pasar global dengan memberikan petani kunci untuk perbaikan manajemen

8 pertanian dan akses ke pasar premium. Dengan menerapkan sistem pertanian berkelanjutan standar SAN, petani dapat mengontrol biaya, mendapatkan efisiensi, dan meningkatkan kualitas tanaman (Rainforest Alliance, 2013). Standar SAN terdiri dari sepuluh prinsip, yaitu sistem manajemen sosial dan lingkungan, konservasi lingkungan, perlindungan satwa liar, konservasi air, perlakuan yang adil dan kondisi kerja yang baik untuk pekerja, keselamatan dan kesehatan kerja, hubungan kemasyarakatan, pengelolaan tanaman terpadu, pengelolaan dan konservasi tanah, serta pengelolaan limbah terpadu. Untuk mempertahankan sertifikat RA, maka petani harus mematuhi minimal 50% dari masing-masing prinsip dan 80% dari total kriteria dalam standar pertanian lestari. Standar ini didasarkan pada pada perhatian terhadap kelestarian lingkungan, keadilan sosial dan kesejahteraan ekonomi (SAN,2010). Setelah memenuhi standar, maka produk kopi yang bersertifikat RA akan memiliki harga jual lebih tinggi dibandingkan dengan produk kopi non sertifikasi, karena produk sertifikasi dapat diterima oleh konsumen kopi dunia. Berdasarkan informasi dari AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia) kopi bersertifikat memiliki harga lebih kurang USD 300/Metrik Ton (MT) FOB lebih tinggi dari biji kopi biasa (BPD AEKI Lampung, 2012b). Jika dilihat dari kualitas kopi, tentu produk dari kopi sertifikasi lebih baik daripada kopi non sertifikasi, karena dibudidayakan secara lestari. Kopi dari petani sertifikasi juga dapat bertanggungjawab terhadap lingkungan dan sosial masyarakat sekitar. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Juwita (2013), bahwa kopi tersertifikasi memiliki mutu dan harga jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan kopi non

9 sertifikasi. Perbandingan harga jual kopi sertifikasi dan non sertifikasi disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Perbandingan harga jual kopi sertifikasi 4C dan non sertifikasi di Kabupaten Tanggamus Tahun Harga kopi Harga kopi non Selisih Harga sertifikasi (Rp/kg) sertifikasi (Rp/kg) (%) 2011 15.000 14.500 3,33 2012 16.000 15.000 6,25 2013 17.500 16.500 6,25 Sumber: Juwita, 2013 Selisih harga kopi sertifikasi 4C dan non sertifikasi di Kabupaten Tanggamus mencapai 6,25 % per kg pada tahun 2012 dan 2013. Selisih harga tersebut diterima oleh petani sertifikasi sebagai premium fee, karena telah melakukan usahatani kopi dengan tetap melindungi lingkungan. Premium fee tersebut akan diterima seluruh petani kopi yang telah tersertifikasi, termasuk dalam program sertifikasi Rainforest Alliance. Menurut Ardiyani dan Erdiansyah (2012), premium fee dalam sertifikasi RA diwujudkan dengan membantu petani melakukan efisiensi, meningkatkan kualitas, dan mengontrol biaya produksi. Manfaat langsung yang diterima petani sertifikasi adalah pengurangan biaya produksi karena input telah digunakan secara efisien. Selain itu, peningkatan kualitas kopi juga dapat meningkatkan harga kopi yang diterima petani sertifikasi. Sehingga, akan terdapat perbedaan biaya dan penerimaan antara petani sertifikasi dan petani non sertifikasi. Oleh karena itu, pendapatan usahatani kopi petani sertifikasi dan non sertifikasi perlu dikaji lebih lanjut untuk melihat manfaat sertifikasi kopi dalam mengembangkan usahatani kopi yang berkelanjutan dari

10 aspek ekonomi yang dilihat dari analisis pendapatan usahatani. Selain tanaman kopi, terdapat tanaman lain yang ditanaman di kebun kopi, yaitu tanaman naungan dan tanaman tumpang sari, penerimaan tanaman tersebut juga diperhitungkan dalam pendapatan usahatani kopi. Oleh karena itu, pendapatan usahatani kopi dalam penelitian ini disebut sebagai pendapatan lahan. Untuk melihat manfaat keseluruhan dari program sertifikasi kopi Rainforest Alliance dalam meningkatkan usahatani kopi yang berkelanjutan, maka perlu dilihat praktik pengelolaan usahatani kopi yang dilakukan oleh petani sertifikasi sebagai pelaku usahatani dalam meningkatkan dimensi ekonomi, lingkungan, dan sosial. Sistem keberlanjutan pada usahatani kopi tersertifikasi akan lebih terlihat jelas, jika ada kelompok lain untuk dijadikan perbandingan. Oleh karena itu, praktik pengelolaan usahatani kopi non sertifikasi juga dikaji lebih lanjut. Petani sertifikasi harus memenuhi seluruh prinsip yang terdapat pada standar SAN, artinya petani sertifikasi mempunyai kewajiban untuk melakukan pengelolaan usahatani yang berkelanjutan. Disisi lain, petani non sertifikasi tidak memiliki kewajiban dan tidak menerima pembinaan tentang pelaksanaan usahatani kopi yang berkelanjutan. Namun, dalam praktiknya tidak menutup kemungkinan bahwa petani non sertifikasi juga melaksanakan pengelolaan usahatani yang berkelanjutan. Sehingga, faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam melaksanakan praktik pengelolaan usahatani kopi yang berkelanjutan perlu dikaji lebih lanjut.

11 Permasalahan yang timbul dari indentifikasi masalah diatas adalah: (1) Apakah program sertifikasi kopi Rainforest Alliance dapat memberikan manfaat dalam mengembangkan usahatani kopi yang berkelanjutan dari aspek ekonomi, ditinjau dari peningkatan produktivitas, efisiensi biaya, pendapatan, dan praktik pengelolaan petani untuk peningkatan kualitas dan pengontrolan biaya usahatani kopi? (2) Apakah program sertifikasi kopi Rainforest Alliance dapat memberikan manfaat dalam mengembangkan praktik pengelolaan usahatani kopi yang berkelanjutan dari aspek lingkungan? (3) Apakah program sertifikasi kopi Rainforest Alliance dapat memberikan manfaat dalam mengembangkan praktik pengelolaan usahatani kopi yang berkelanjutan dari aspek sosial? (4) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi petani dalam melakukan praktik pengelolaan usahatani kopi yang berkelanjutan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengkaji manfaat program sertifikasi kopi Rainforest Alliance dalam mengembangkan usahatani kopi yang berkelanjutan dari aspek ekonomi yang dilihat dari peningkatan produktivitas, efesiensi biaya, pendapatan, dan praktik pengelolaan petani untuk peningkatan kualitas dan pengontrolan biaya usahatani kopi.

12 (2) Mengkaji manfaat program sertifikasi kopi Rainforest Alliance dalam mengembangkan praktik pengelolaan usahatani kopi yang berkelanjutan dari aspek lingkungan. (3) Mengkaji manfaat program sertifikasi kopi Rainforest Alliance dalam mengembangkan praktik pengelolaan usahatani kopi yang berkelanjutan dari aspek sosial. (4) Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi petani dalam melakukan praktik pengelolaan kopi yang berkelanjutan. D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi : (1) Petani, sebagai bahan masukan dalam mengembangkan usahatani kopi yang berkelanjutan. (2) Pemerintah, sebagai pemangku kebijakan, untuk menentukan kebijakan dalam mengembangakan perkebunan kopi yang berkelanjutan. (3) Peneliti lain, sebagai informasi dan bahan referensi dalam melakukan penelitian lain yang sejenis.