BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfy Rizki Maulana Malik, 2014 Kajian Tentang Perilaku Menyimpang di Kalangan Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. touring. Namun, geng motor telah bergeser dari kumpulan hobi mengendarai motor menjadi

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha mencapai tujuan bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan dewasa Sulistyawati (2014). fisik, psikis dan lingkungan Willis (2014). Tuntutan-tuntutan inilah

BAB I PENDAHULUAN. kebingungan, kecemasan dan konflik. Sebagai dampaknya, orang lalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB II LANDASAN TEORI. oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

2015 UPAYA GURU PENJASORKES DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA/SMK SE- KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini seringkali terdengar terjadinya tindakan kriminal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini, banyak sekali persoalan yang dihadapi para remaja antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neng Kokom Komariah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas manusia, hal ini. tidak lepas dari dua komponen yaitu siswa dan guru.

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam teknologi informasi dengan penyebaran norma-norma dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah dijajaran

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa dimana manusia mengalami transisi dari masa anakanak

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset masa depan bagi suatu bangsa. Remaja di ibaratkan

BAB I PENDAHULUAN. Ditinjau dari sudut pandang perkembangan manusia, siswa SMA berada pada

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hasil pembagunan baik fisik maupun mental sosial. tanggungjawab dan bermanfaat sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk. : Andri Sudjiyanto

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

2015 PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERDASARKAN PROFIL

BAB I PENDAHULUAN. dalam taraf kecil, maka hampir dipastikan kedepan bangsa ini akan mengalami

Transkripsi:

A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan fase perubahan baik itu dalam bentuk fisik, sifat, sikap, perilaku maupun emosi. Seiring dengan tingkat pertumbuhan fisik yang semakin berkembang, pola perilaku remaja juga mengalami perubahan. Jika dilihat dari jenjang pendidikan masa remaja adalah siswa yang duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi. Pola perilaku atau kebiasaan pada setiap jenjang pendidikan para remaja ini biasanya berbeda, begitu pula dengan perilaku menyimpang atau kenakalan yang biasa di lakukan remaja, misalnya pada remaja tingkat SMP bentuk kenakalan yang dilakukan yaitu membolos, mengobrol saat jam pelajaran, menyontek, dan tidak mengerjakan tugas sekolah, pada remaja di SMA biasanya hal menyimpang yang mereka lakukan berkelahi (tawuran), mengikuti geng motor, berpacaran disekolah, membolos dan memainkan handphone saat jam pelajaran berlangsung, serta pada tingkat perguruan tinggi bentuk kenakalan remaja yang biasa mahasiswa lakukan yaitu narkoba, free sex, tawuran dan pergaulan yang cenderung terlalu bebas. Dalam penelitian ini dikhususkan menangani permasalahan kenakalan remaja di tingkat SMA saja berkaitan dengan pembelajaran Sosiologi yang hanya dipelajari di SMA. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari normanorma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang sekitarnya. Kenakalan remaja merupakan perbuatan atau perilaku yang tidak sesuai atau meyimpang dari kententuan yang telah ditentukan dan melanggar nilai-nilai dalam masyarakat. Dilihat dari sisi sosiologis, seringnya anak-anak remaja yang berperilaku menyimpang disebabkan oleh produk pergolakan sosial. Misalnya merupakan produk masa transisi, proses urbanisasi, perang, revolusi sosial, coup d etat, ketidakstabilan politik, dan lain-lain. Periode tersebut banyak membuahkan pribadi terlantar dan individu salah tempat yang tidak sanggup melakukan

2 adaptasi terhadap tekanan ekonomi dan tuntutan lingkungan. Sebagai akibatnya mereka memakai cara inkonvesional dan criminal untuk mendapatkan objek yang diinginkan. Khususnya mereka yang tidak mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan sosial yang tengah berlangsung di tengah masyarakat. (Kartono, 2008, hlm. 80). Secara sosiologis menurut Hasan (dalam Willis, 2010, hlm. 89) kenakalan remaja itu ialah: Kelakuan atau perbuatan anti sosial dan anti normatif. Sedangkan Kusumanto dalam (Willis, 2010, hlm. 89) mengemukakan bahwa: Juvenile deliquency atau kenakalan anak dan remaja ialah tingkah laku individu yang bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang dianggap sebagai acceptable dan baik oleh suatu lingkungan atau hukum yang berlaku di masyarakat yang berkebudayaan. Dari beberapa bentuk kenakalan remaja dapat digolongkan dalam empat jenis, yaitu: Kenakalan remaja yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti perkelahian, pemerkosaan dan pembunuhan. Kenakalan remaja yang menimbulkan korban materi, seperti pengrusakan, pencurian, pencopetan dan penodongan, Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban fisik pada orang lain, seperti pelacuran, penyalahgunaan obat, kumpul kebo dan lain-lain, Kenakalan yang melawan status, mengingkari kasus pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan minggat dari rumah atau melawan orang tua. Mengenai jenis kenakalan yang biasa remaja lakukan menurut Bakolak Inpres 6/1971 ialah sebagai berikut: 1) Pencurian; 2) Penipuan; 3) Perkelahian; 4) Perusakan; 5) Penganiayaan; 6) perampokan; 7) Narkotika; 8) Pelanggaran asusila; 9) Pelanggaran; 10) Pembunuhan; 11) Kejahatan lain (Willis, 2010, hlm.91). Akhir-akhir ini fenomena kenakalan remaja makin meluas. Bahkan saat ini sudah meresahkan para orangtua, sekolah dan lingkungan sekitar. Para pakar psikologi selalu mengupas masalah yang tak pernah ada habis-habisnya ini. Kenakalan remaja seperti halnya lingkaran yang takkan pernah putus. Sambung

3 menyambung dari waktu ke waktu dari masa ke masa dari tahun ke tahun dan bahkan semakin rumit. Masalah kenakalan remaja merupakan masalah yang kompleks yang terjadi di berbagai kota di Indonesia. Sejalan dengan arus modernisasi dan teknologi yang semakin berkembang, maka arus hubungan antar kota-kota besar dan daerah semakin lancar, cepat dan mudah. Siswa merupakan bagian dari remaja yang tidak lepas dari permasalahan remaja pada umumnya, apalagi dewasa ini pengaruh globalisasi, modernisasi, perubahan sosial budaya dalam masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang tidak saja membawa dampak positif tetapi juga membawa dampak negatif seperti mengakses situs-situs pornografi yang kemudian kebanyakan remaja menirukan hal tidak baik tersebut dan akhirnya menjadikan pergaulan bebas bagi mereka, selain itu lebih sering menggunakan jejaring sosial (media sosial) daripada mencari informasi yang bermanfaatnya sehingga lupa akan kewajiban di sekolah, sehingga apabila siswa yang notabene sebagai pelajar tidak dapat memfilter diri dengan baik dari pengaruh-pengaruh yang masuk maka dapat mengakibatkan dirinya terjerumus dan terpengaruh pada hal-hal yang negatif yang pada akhirnya akan berakibat buruk bagi dirinya sendiri dan dapat merusak masa depan diri mereka sendiri serta dapat merugikan bagi lingkungan sekitarnya. Polda Metro Jaya menutup tahun 2012 dengan berbagai catatan penting soal tingkat kejahatan dan pengungkapan. Dari 11 kasus yang menonjol, pencurian dengan kekerasan tercatat mengalami peningkatan sebesar 17 persen dibanding 2011. Sementara itu, kasus kenakalan remaja mengalami peningkatan cukup tinggi tahun 2011 tercatat ada 30 kasus, sementara tahun 2012 terjadi 14 kasus. Artinya naik sebanyak 11 kasus atau meningkat sebesar 36,66 persen. (Tersedia http://www.beritasatu.com/megapolitan/89874-polda-metro-kenakalan-remajameningkat-pesat-perkosaan-menurun.html). Melihat masalah kenakalan yang dilakukan para remaja atau siswa ini perlu adanya suatu usaha pencegahan dan penanggulangan yang benar-benar serius,

4 bijaksana, dan tanggung jawab dari semua pihak yang terkait. Baik dari remaja itu sendiri dalam memahami kenakalan pada dirinya, orang tua, guru di sekolah serta masyarakat sekitarnya. Pencegahan dan penanggulangan ini harus dilakukan sejak dini kepada anak-anak supaya tidak terus berkembang dan berlanjut sampai menginjak dewasa, karena dapat berakibat buruk bagi dirinya sendiri dan dapat merusak masa depannya mereka serta lingkungan sekitar. Diperlukan kerja sama dari berbagai unsur yang ada di dalam masyarakat, baik itu orang tua, pendidik, pemerintah, sistem pendidikan nasional, lembaga keagamaan dan lain sebagainya. Salah satu upaya yang untuk mencegah dan menaggulangi kondisi tersebut yaitu pendidikan formal di sekolah, pendidikan sebagai kendaraan anak (siswa) dalam menjalani kehidupan di masa depannya sebaiknya mengarahkan siswa tidak hanya untuk memenuhi tuntutan supaya berprestasi dalam hal akademik, menguasai materi pelajaran dan mendapatkan nilai maksimal di sekolah, tetapi sekolah merupakan tempat untuk memberikan pendidikan dan pembinaan bagi siswa supaya dapat berperilaku yang lebih baik dan positif serta dapat memberikan bekal untuk siswa itu sendiri, sehingga menjadi individu yang kritis, berwawasan luas, berkualitas dan berperilaku baik. Dari banyaknya mata pelajaran yang dipelajari di SMA, Sosiologi merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang berasal dari rumpun ilmu-ilmu sosial. Pada hakikatnya ada dua sasaran tujuan pembelajaran sosiologi yaitu sasaran yang bersifat kognitif dan sasaran yang bersifat praktis. Sasaran kognitif pada pembelajaran sosiologi adalah memberikan pengetahuan dasar sosiologi agar siswa mampu menelaah komponen-komponen individu, kebudayaan dan masyarakat secara rasional. Adapun sasaran praktis pada pembelajaran Sosiologi di tujukan untuk mengembangkan keterampilan sikap dan perilaku secara rasional, sikap dan perilaku ini tentunya dalam rangka menghadapi kemajemukan masyarakat, situasi sosial dan berbagai masalah sosial lainnya. Dalam materi Sosiologi memuat secara mendetail apa saja dan bagaimana perilaku sosial itu bisa terjadi. Perilaku sosial yang terjadi di dalam masyarakat

5 juga di jelaskan tidak hanya perilaku yang baik tetapi juga ada perilaku yang menyimpang. Sehingga mengajarkan pada siswa bahwa perilaku yang menyimpang, hanya akan merugikan dan memberikan efek yang tidak baik untuk perkembangan mental siswa. Program yang memberikan berbagai kemampuan seseorang untuk hidup dalam masyarakat yaitu mata pelajaran Sosiologi yang memfokuskan pada meningkatkan kemampuan siswa agar mampu mengaktualisasikan potensipotensi diri mereka, khususnya dalam mengambil dan mengungkapkan status dan perannya masing-masing di dalam masyarakat. Sosiologi dimaksudkan untuk memberikan kompetensi kepada peserta didik dalam memahami konsep-konsep Sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik sampai pada terciptanya integrasi sosial. Dalam implementasinya Sosiologi memiliki peranan penting dalam pembentukan perilaku siswa di sekolah antara lain, dalam proses pembelajaran yaitu guru Sosiologi memberikan pengajaran secara langsung mengenai pengetahuan dasar Sosiologi agar siswa mampu memahami dan menelaah komponen-komponen individu, kebudayaan dan masyarakat secara rasional. Selain itu juga guru Sosiologi bukan hanya di tuntut sebagai pemberi materi pembelajaran saja, tetapi juga bertanggung jawab mengembangkan keterampilan sikap dan perilaku siswa secara rasional. Sehingga dalam melakasanakan pembelajaran sosiologi, guru harus memperhatikan unsur-unsur pembelajaran seperti materi, strategi, metode, media, sumber sampai evaluasi pembelajaran yang akan dilakukan. Melihat dari banyaknya kasus kenakalan yang dialami oleh remaja, tidak bisa dipungkiri hal ini selalu dipelajari dan dibahas dalam pembelajaran Sosiologi. Hal ini yang menjadikan peran penting dari mata pelajaran Sosiologi karena di dalamnya memuat masalah perilaku sosial, termasuk banyaknya perilaku sosial menyimpang yang dilakukan oleh remaja. Mempelajari perilaku sosial dalam Sosiologi sangatlah penting sama pentingnya dengan mempelajari nilai-nilai

6 luhur Pancasila. Jika tidak ditanamkan sejak dini, termasuk perilaku sosial yang positif dan baik, bukan tidak mungkin kalangan remaja akan terus melalukan kenakalan, oleh karena itu peran pembelajaran Sosiologi penting dalam mengantisipasi kenakalan yang kerap dilakukan oleh siswa di sekolah. Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang menganalisis peranan pembelajaran sosiologi dalam mencegah kenakalan remaja. Penelitian umumnya dilakukan atas dasar pertimbangan yang efektif, efesien dan ekonomis. Peneliti memilih kota Bandung sebagai lokasi penelitian karena kota Bandung merupakan salah satu kota besar yang ada di Indonesia dengan kehidupan para remaja yang cukup disoroti karena keberagamannya. Penelitian ini akan diberi judul: Peranan Pembelajaran Sosiologi dalam Mencegah Kenakalan Remaja (Studi terhadap siswa SMA Negerti di Kota Bandung). B. Identifikasi Masalah Penelitian Banyaknya perubahan-perubahan kehidupan sosial masyarakat Indonesia saat ini menjadikan banyak permasalahan yang muncul termasuk dari kehidupan remajanya. Remaja sebagai generasi muda tidak luput dari sorotan masyarakat karena masa remaja merupakan masa transisi untuk mencari identitas diri, masa peralihan atau pancaroba, mengikuti dan rasa ingin tahu yang besar. Banyak faktor yang menyebabkan remaja menyimpang dari norma dan nilai yang ada di masyarakat. Sehubungan dengan hal ini, banyak upaya atau hal-hal yang dapat dilakukan oleh pihak yang bertanggung jawab untuk mencegah kenakalan remaja. Berdasarkan hasil penelitian Rahmawati (2012) menunjukan bahwa lembaga pendidikan atau sekolah berperan dalam menanggulangi kenakalan remaja di sekolah. Dan sejumlah temuan penelitian yang dilakukan oleh Aprila (2010) tentang latar belakang kenakalan remaja dapat di sebabkan oleh tempat pergaulan sekitar, teman sebaya, peran orang tua dan peran sekolah dalam menyikapi kenakalan remaja itu sendiri. Menurut hasil penelitian Fitrayadi (2011) tentang

7 peranan guru Pkn dalam menanggulangi kenakalan remaja di sekolah mejelaskan ada beberapa upaya yang telah di lakukan oleh guru Pkn, salah satunya melalui pengintegrasian pendidikan sikap dan karakter pada silabus dan RPP. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, peneliti berkeinginan untuk mencari peran pembelajaran sosiologi dalam mencegah kenakalan remaja. C. Rumusan Masalah Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi fokus masalah yaitu : seberapa besar peranan pembelajaran sosiologi dalam mencegah kenakalan remaja? Melihat luasnya masalah, maka penulis membatasi masalah, sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran umum proses pembelajaran Sosiologi? 2. Bagaimana gambaran umum pencegahan kenakalan remaja disekolah? 3. Seberapa besar pengaruh pembelajaran Sosiologi dalam mencegah kenakalan remaja? D. Tujuan Penelitian Dalam setiap penelitian yang dilaksanakan, pasti memiliki tujuan, adapun tujuan dari penelitian ini secara umum memperoleh gambaran tentang Peranan pembelajaran sosiologi dalam mencegah kenakalan remaja di SMA Negeri di Kota Bandung. Adapun tujuan-tujuan khusus yang diharapkan oleh penulis ialah untuk mengkaji dan mengindentifikasi: 1. Gambaran umum proses pembelajaran Sosiologi. 2. Gambaran umum pencegahan kenakalan remaja. 3. Pengaruh pembelajaran Sosiologi dalam mencegah kenakalan remaja.

8 E. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Penulis mengharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan dalam bidang pendidikan dan displin ilmu sosiologi khususnya untuk mengetahui peranan pembelajaran sosiologi dalam mencegah kenakalan remaja. 2. Secara Praktis Penelitian ini secara praktis atau secara kehidupan sehari-hari diharapkan dapat berguna dalam: a. Memberikan informasi bahwa pendidik memiliki peran dalam mencegah dan kenakalan remaja serta meminimalisir kenakalan remaja. b. Memberikan arahan positif kepada siswa, sehingga siswa berperilaku sesuai dengan aturan atau tata tertib yang berlaku di sekolah serta dapat mematuhi aturan yang berlaku di masyarakat. c. Memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak Sekolah untuk memberikan pembinaan dan peningkatan kesadaran siswa dalam mematuhi tata tertib yang berlaku di sekolah. F. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi ini terdiri dari lima bab yaitu : Bab I Pendahuluan, mencakup Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian serta Struktur Organisasi Penelitian. Bab II Kajian Pustaka, berisi tentang Landasan Teoritis yang relevan dengan permasalahan penelitian. Bab III Metode Penelitian, mencakup lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode Penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan rancangan analisis data. Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan, berisi tentang analisis data untuk menghasilkan temuan dan pembahasan hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian. Bab V Simpulan dan Saran, berisi tentang penafsiran dan pemakanaan peneliti terhadap hasil analisis penelitian.