NUR ET AL.: STABILITAS HASIL GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA Stabilitas Komponen Hasil sebagai Indikator Stabilitas Hasil Genotipe Jagung Hibrida Amin Nur, Musdalifah Isnaeni, R. Neny Iriany M., dan Andi Takdir M. Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Ratulangi No. Maros, Sulawesi Selatan ABSTRACT. Stability of Yield Components as Indicator for Yield Stability of Hybrid Maize. Multilocation tests in seven different environments scattered around Indonesia examined fourteen hybrid maize genotipes and two varieties as checks. The study aimed to determine if yield components stability could be used as yield stability indicator. The research was arranged in simple lattice x with replications. Combined Anova for data of yields and yield components, genotipe x environment interaction was followed by yield and yield component stability analysis using Shukla () method and visualized by AMMI (Additive Main Effect and Multiplicative Interaction) model (Gauch ). The results indicated that there was significant of genotipe x environment interaction for yield and yield components. All adapted genotipes were categorized as stable including Bima- and Bisi- as check, except Mr/B-. The widely adapted genotipes were B- 0/Mr, B-/Mr, Nei 00/Mr, B-/Mr, G0/Mr, dan G/Mr. The yield components that could be utilized as yield stability indicators were the number of harvested plants, harvested ears, ear weight and moisture content. Ear weight represented direct component for yield stability indicator. Keywords: Yield component, stability, indicator, hybrid maize ABSTRAK. Sebanyak genotipe jagung hibrida dan dua varietas sebagai pembanding diuji di tujuh lingkungan yang bervariasi, tersebar di berbagai lokasi untuk menduga interaksi genotipe x lingkungan, stabilitas komponen hasil sebagai indikator stabilitas hasil. Percobaan dilaksanakan dalam bentuk rancangan latis sederhana x dengan empat ulangan. Analisis ragam gabungan hasil dan komponen hasil memperlihatkan interaksi genotipe x lingkungan dan dilanjutkan dengan analisis stabilitas menggunakan metode Shukla () dan divisualisasikan dalam model AMMI (Additive Main Effect and Multiplikatif Interaction). Hasil penelitian menunjukkan terdapat interaksi genotipe x lingkungan untuk hasil dan komponen hasil. Semua genotipe adaptif tergolong stabil, termasuk Bima- dan Bisi- sebagai pembanding, kecuali Mr/B-. Genotipe yang beradaptasi luas adalah B-0/Mr, B- /Mr, Nei00/Mr, B-/Mr, G0/Mr, dan G/ Mr. Komponen hasil yang dapat dijadikan indikator stabilitas hasil adalah jumlah tanaman dipanen, jumlah tongkol, bobot tongkol, dan kadar air. Komponen yang langsung menjadi indikator kestabilan hasil adalah bobot tongkol panen. Kata kunci: Komponen hasil, stabilitas, indikator, jagung hibrida Peningkatan produktivitas tanaman, khususnya jagung, sangat ditentukan oleh seberapa besar sumbangan komponen hasil dan interaksi antara genotipe dengan lingkungan tumbuh. Faktor lingkungan yang berperan penting dalam menunjang pertumbuhan tanaman adalah curah hujan, suhu, intensitas radiasi matahari, keawanan, angin, dan kelembaban. Faktor lingkungan ini berpengaruh kumulatif pada fase pertumbuhan vegetatif, pembungaan, pembentukan dan pengisian biji (Ivory ). Lingkungan pertumbuhan tanaman dapat dibedakan atas lingkungan makro dan mikro. Teknik budi daya, lokasi, dan musim termasuk ke dalam lingkungan makro (Mather and Jinks ), sedangkan lingkungan di sekitar individu tanaman dalam kaitannya dengan individu lain yang tumbuh pada tempat yang berdampingan pada waktu yang sama disebut lingkungan mikro (Soemartono dan Nasrullah ). Besarnya variasi lingkungan makro geofisik di Indonesia memberikan lingkungan tumbuh bagi tanaman yang variasinya cukup besar. Kondisi tersebut memberikan petunjuk adanya variasi ciri-ciri dan potensipotensi khusus dari suatu wilayah yang perlu dimanfaatkan secara baik serta karakter khusus tanaman dari setiap wilayah ataupun secara keseluruhan yang perlu dicermati sebagai indikator dalam menyeleksi genotipe yang stabil. Pengaruh lingkungan yang cukup besar terhadap pertumbuhan tanaman dan adanya tanggapan tiap genotipe terhadap perubahan lingkungan mengindikasikan perlunya kajian mengenai interaksi genotipe x lingkungan. Kajian interaksi genotipe x lingkungan telah banyak dipaparkan, antara lain oleh Finlay-Wilkinson (), Eberhart-Russell (), Luthra dan Singh (), Freeman dan Perkins (), Gauch (), dan Yan et al. (000). Menurut Allard dan Bradsaw (), interaksi genotipe lingkungan tersebut bersifat kompleks karena bervariasinya komponen faktor lingkungan. Yang dan Baker () melukiskan interaksi genotipe x lingkungan sebagai perbedaan yang tidak tetap antara genotipe-genotipe yang ditanam dalam satu lingkungan dengan lingkungan yang lain. Interaksi tersebut penting diketahui karena dapat menghambat kemajuan seleksi dan sering mengganggu dalam pemilihan varietas unggul dalam suatu pengujian (Eberhart-Russell ) dan seringkali menyulitkan pengambilan kesimpulan secara sahih jika suatu percobaan varietas/genotipe dalam kisaran lingkungan yang luas (Nasrullah ). Mekanisme stabilitas secara umum dikelompokkan kedalam empat hal, yaitu heterogenitas genetik, kompensasi komponen hasil, ketenggangan terhadap deraan (stress tolerance), dan daya pemulihan yang 0
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. NO. 00 cepat terhadap deraan. Stabilitas adalah kemampuan tanaman untuk mempertahankan daya hasil terhadap perubahan kondisi lingkungan. Stabilitas dapat bersifat dinamik, artinya selalu berubah pada kisaran tertentu pada lingkungan yang berbeda atau bersifat statis, artinya kondisi di mana daya hasil suatu genotipe selalu tetap pada berbagai lingkungan. Mekanisme stabilitas lebih dikendalikan oleh kompensasi dari komponen hasil jika genotipe tersebut mampu mempertahankan hasil yang tinggi di lingkungan yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat stabilitas komponen hasil sebagai indikator stabilitas hasil pada genotipe jagung hibrida. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di tujuh lingkungan pada MK 00, mulai bulan Agustus sampai Nopember 00. Penelitian ditata dengan rancangan lattice sederhana x diulang empat kali. Empat belas genotipe jagung hibrida digunakan adalah Mr/B-0, Mr/B-, CML/Mr, B-0/Mr, CML/Mr, B-/ Mr, B-/Mr, Nei00/Mr, B-/Mr, B- /Mr, G0/Mr, G/Mr, E/Mr, E-/ Mr, dengan dua varietas cek Bima- dan Bisi-. Sedangkan lingkungan adalah Bajeng (Sulsel), Muneng (Jatim), Gorontalo, Blora (Jateng), Bone (Sulsel), Malang (Jatim), dan Lombok Timur. Setiap genotipe ditanam dua baris dengan jarak tanam antarbaris cm dan di dalam baris cm, dua biji/lubang tanam dan setelah satu minggu dilakukan penjarangan. Pemupukan dilakukan dua kali dengan cara tugal dengan takaran pemupukan pertama adalah 0 kg urea, 00 kg SP, dan 00 kg KCl/ha. Pemupukan kedua dilakukan setelah tanaman berumur 0 hari setelah tanam (HST). Pemeliharan dilakukan dengan melakukan penjarangan, pembumbunan, penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan dan pengendalian hama penyakit disesuaikan dengan pertumbuhan gulma dan tingkat serangan. Data yang diamati adalah hasil pipilan kering, jumlah tanaman panen, tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, jumlah tongkol panen, bobot tongkol, dan kadar air biji. Analisis data menggunakan sidik ragam gabungan (MacIntosh ) dengan model analisis disajikan pada Tabel. Dari analisis ragam gabungan hasil dan komponen hasil yang memperlihatkan interaksi genotipe x lingkungan nyata dan sangat nyata pada taraf P 0,0 dan P 0,0 dilanjutkan dengan analisis stabilitas hasil dan komponen hasil menggunakan metode yang disarankan oleh Shukla (), yang divisualisasikan dalam model AMMI (Additive Main Effect and Multiplicative Interaction) (Gauch ) dengan model persamaan berikut : Y ge = µ + g + e + n gn en + ge di mana: Y ge = Hasil genotipe ke-g pada lingkungan ke-e µ = Rata-rata umum g = Simpangan genotipe ke-g terhadap rata-rata umum e = Simpangan lingkungan ke-e terhadap rata-rata umum N = Jumlah sumbu IPCA (Prinsiple Component Analysis) dalam model n = Nilai Singular untuk PCA sumbu ke-n gn = Nilai vektor ciri genotipe untuk PCA sumbu ke-n en = Nilai vektor ciri lingkungan untuk PCA Sumbu ke-n ge = Galat sisa Model Analisis ragam AMMI disajikan pada Tabel. Tabel. Analisis ragam gabungan. Sumber Db Kuadrat Kuadrat tengah keragaman tengah harapan Lokasi l- M e + t R(L) + rt L Ulang/lokasi l (r-) M e + t R(L) Gen g- M e + rl T Lokasi x gen (l-)(g-) M e + r TL Galat l (r-)(g-) M e Total Tabel. Analisis ragam model AMMI. Sumber Db JK KT keragaman Genotipe g Lingkungan e Interaksi. (g ) (e-) PC () g + e ( x ) PC () g + e ( x ) PC () g + e ( x )...... PC (N) g + e ( x n) Galat gabungan ge (n ) Total gen 0
NUR ET AL.: STABILITAS HASIL GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis ragam gabungan genotipe, lokasi, dan interaksinya untuk semua parameter nyata dan sangat nyata, kecuali jumlah tongkol (Tabel ). Terjadinya perbedaan tanggap genotipe yang diuji pada setiap lingkungan mencerminkan adanya variasi lingkungan pengujian. Hal ini menunjukkan bahwa di antara genotipe yang diuji tanggapnya terhadap ketujuh lingkungan tumbuh (lokasi) untuk karakter hasil dan komponen hasil tidak sama. Dapat diartikan bahwa di antara genotipe tersebut terdapat genotipe yang tumbuh baik pada lingkungan tertentu dengan penampilan hasil dan komponen hasil yang baik. Menurut Makkulawu et al. (), penampilan hasil genotipe jagung hibrida harapan sangat dipengaruhi oleh lokasi dengan ratarata hasil, t/ha. Tanggap tanaman terhadap lingkungan tumbuh dapat ditandai oleh menurun atau meningkatnya aktivitas fisiologis tanaman. Pengaruh faktor lingkungan ini berpengaruh secara kumulatif terhadap fase pertumbuhan vegetatif, pembungaan, pembentukan dan pengisian biji (Ivory ). Tabel memperlihatkan keberagaman lingkungan tumbuh menyebabkan terjadinya penampilan yang beragam dari genotipe tanaman yang tercermin dari besaran nilai G x E yang nyata dan sangat nyata. Analisis ragam gabungan hanya mampu menjelaskan kisaran interaksi G x E yang berkisar,-,% untuk hasil dan komponen hasil, sedangkan yang tidak dapat dijelaskan berkisar,-,%, Dari hasil tersebut diperoleh informasi bahwa dengan model demikian interaksi genetik x lingkungan yang diperoleh terlalu kecil. Berdasarkan analisis korelasi (Tabel ) terdapat korelasi positif yang sangat nyata antara hasil dengan berat tongkol kupasan basah. Nur et al. (00) melaporkan bahwa hasil dengan bobot tongkol memiliki hubungan korelasi yang positif. Analisis ragam gabungan menjelaskan hubungan ada tidaknya interaksi antara genotipe, lingkungan, interaksi genotipe x lingkungan, sedangkan analisis korelasi menjelaskan hubungan keeratan sumbangan komponen hasil terhadap peningkatan hasil. Model AMMI merupakan suatu model gabungan dari pengaruh aditif pada analisis ragam dan pengaruh multiplikasi pada analisis komponen utama (Hadi dan Halimatus 00). Model ini mampu menjelaskan ratarata pengaruh genotipe dan interaksi genotipe x lingkungan dengan menggunakan pendekatan analisis komponen utama, seperti terlihat pada Gambar, mampu menjelaskan interaksi genetik x lingkungan sampai,%, sedang yang belum mampu dijelaskan hanya, %. Begitu pula pada komponen hasil (Gambar,,,, dan ) menjelaskan 0,-,%, interaksi genetik x lingkungan, sedang yang belum bisa dijelaskan Tabel. Analisis ragam gabungan hasil dan komponen hasil genotipe jagung hibrida pada beberapa lokasi. Hasil dan komponen hasil Kuadrat tengah Lokasi Genotipe Lokasi x Genotipe Total Persentase Hasil (t/ha),0**,0**,** 0,,% Tinggi tanaman (cm),0**,**,**,0 0,% Tinggi tongkol (cm),**,**,** 0, 0,% Jumlah tanaman,**,0*,*,,0% Jumlah tongkol,0**,0tn,*,,% Berat tongkol (kg),**,**,**, 0,% Kadar air panen,0**,0**,** 00,,% * = Nyata pada taraf uji P 0,0 ** = Sangat nyata pada taraf uji P 0,0 Tabel. Analisis korelasi antara hasil dengan komponen hasil genotipe jagung hibrida pada beberapa lokasi. Hasil dan komponen Hasil Tinggi Tinggi Tongkol Bobot Kadar Tanaman hasil tanaman tongkol panen tongkol air panen Hasil 0,0 0,0 0, 0,** 0, 0,0 Tinggi tanaman 0,** 0, 0, -0, 0, Tinggi tongkol 0,0 0, -0, 0, tongkol panen 0, -0, 0,* Bobot tongkol 0, 0,0 Kadar air panen -0, Tanaman panen 0
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. NO. 00 dengan model ini adalah,-,%. Menurut Sumertajaya (00), model ini jauh lebih baik dibanding model regresi jika dilihat dari kemampuannya mendekomposisi keragaman pengaruh interaksi dan bersifat fleksibel dalam menangani suatu gugus data. Model AMMI pada Gambar selain dapat memetakan genotipe yang stabil dan tidak stabil, juga memperlihatkan lingkungan genotipe yang dapat dikembangkan dengan baik. Dari hasil pengelompokan terdapat tiga grup yaitu grup I: genotipe CML /Mr, B-/Mr, E-/Mr, CML /Mr, dan Bisi- akan memberikan hasil yang baik jika ditanam di Bone, Lombok dan Blora. Grup II: Nei 00/Mr, B-/Mr, G/Mr, B- /Mr, E/Mr akan memberikan hasil yang baik jika ditanam di Gorontalo, Muneng dan Malang. Grup IPCA, 0, 0, -0,0-0, -0, -, Bajeng -, Bima- B-/Mr Mr/B-0-0, Bisi- G0/Mr B-0/MR Gorontalo -0, E-/Mr Bone CML/Mr MR/B- Nei00/Mr B-/Mr G/Mr B-/Mr Muneng 0, Blora Lombok CML/Mr B-/Mr E/Mr Malang Gambar. Biplot dengan tingkat kesesuaian,% IPCA. 0, III: G0/Mr, B-/Mr, B-0/Mr, Mr/B- 0, dan Bima- akan memberikan hasil yang baik jika ditanam di Bajeng. Genotipe yang hasilnya cenderung baik bila diadaptasikan pada daerah tertentu dapat dipertimbangkan untuk dilanjutkan pengujiannya dengan tujuan untuk mendapatkan varietas unggul spesifik lokasi, seperti Mr/B- yang merupakan genotipe yang tidak stabil (spesifik lingkungan). Menurut Baehaki dan Wicaksana (00) terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh dari varietas unggul spesifik wilayah antara lain: () efisiensi penggunaan dana dan waktu, () memperbanyak varietas unggul baru yang dilepas dan dapat menjadi unggulan suatu wilayah, () secara nasional produktivitas akan meningkat dan dengan sendirinya produksi akan meningkat pula, () dapat menekan harga bibit/benih, () dapat terbentuk regional buffering yang sangat diperlukan untuk meredam meluasnya hama dan penyakit tanaman, () memberikan pilihan alternatif varietas yang cukup bagi petani, dan () memanfaatkan potensi kekayaan alam dengan baik. Nilai indeks lingkungan (nilai bi) pada Tabel memperlihatkan bahwa semua genotipe yang diadaptasikan tergolong stabil, termasuk Bima- dan Bisi- sebagai cek pembanding. Namun dari beberapa genotipe tersebut terdapat genotipe yang stabil dengan hasil di bawah ratarata semua lingkungan, yaitu Mr/B-0, Mr/B-, CML/Mr, CML /Mr, B-/Mr, E- /Mr, dan Bisi- sebagai pembanding. Genotipe yang stabil dan berada di atas rata-rata semua lingkungan perlu dipertimbangkan untuk pengujian lebih lanjut. Sebaliknya, genotipe yang stabil namun berada dibawah rata-rata semua lingkungan pengujian tidak perlu diikutkan dalam pengujian berikutnya. Genotipe yang tergolong stabil memiliki galat baku yang lebih kecil, dan,, IPCA,0, 0, -,0 -, -, -0, IPCA 0,,, IPCA, 0, -0, -, -, -, 0-0, 0,,, IPCA Gambar. Biplot tinggi tanaman dengan tingkat kesesuaian,%. Gambar. Biplot jumlah tongkol panen dengan tingkat kesesuaian 0,%. 0
NUR ET AL.: STABILITAS HASIL GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA IPCA, 0, 0, 0-0, -, -0, 0-0, 0, 0, IPCA, 0, 0-0, -, -, 0-0, -0, 0, 0,, Gambar. Biplot kadar air dengan tingkat kesesuaian,%. Gambar. Biplot jumlah tanaman panen dengan tingkat kesesuaian,%.,, IPCA,, 0, -0, 0 -, -, -0,0,0,, Gambar. Biplot bobot tongkol dengan tingkat kesesuaian,%. IPCA,0, 0, -,0 -, -, -0, IPCA,,, Gambar. Biplot tinggi letak tongkol dengan tingkat kesesuaian,%. 0 kontribusinya terhadap kuadrat tengah interaksi (KT- GxL) dan regresi (KT-Reg.) juga kecil. Varietas yang tidak stabil memiliki galat baku yang lebih besar, dan kontribusinya terhadap kuadrat tengah interaksi dan regresi juga besar (Tabel ). Genotipe yang makin mendekati titik sumbu (0,0) adalah genotipe yang makin stabil dan cocok untuk semua lingkungan pengujian (Gambar ). Gambar menunjukkan bahwa genotipe yang stabil adalah B-0/Mr, B-/Mr, Nei00/Mr, B- /Mr, G0/Mr, dan G/Mr. Genotipe yang stabil ini didukung oleh kestabilan dari karakter pertumbuhan dan komponen hasil yang lain seperti tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, jumlah tanaman panen, jumlah tongkol panen, bobot tongkol panen, dan kadar air panen. Genotipe B-0/Mr memiliki jumlah tongkol panen yang berbeda dari setiap lingkungan, namun tidak mempengaruhi kestabilan hasilnya, karena komponen lain, terutama bobot tongkol tergolong stabil (Tabel ). Tabel memperlihatkan kisaran hasil dari semua lingkungan pengujian adalah,-, t/ha dengan hasil tertinggi diberikan oleh E/Mr (, t/ha), diikuti oleh Bima- (. t/ha), B-0/Mr (, t/ha), B-/ Mr (, t/ha), dan Nei 00 (, t/ha). Tingginya hasil genotipe E/Mr didukung oleh kestabilan komponen hasil utamanya, yaitu jumlah tanaman panen, jumlah tongkol panen, bobot tongkol, dan kadar air (Gambar ). Namun dalam pengembangannya potensi hasil akan nampak jika penanaman lebih diintensifkan di Malang, Muneng, dan Gorontalo (Gambar ). 0
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. NO. 00 Tabel. Rata-rata hasil, galat baku, kuadrat tengah interaksi dan kuadrat tengah regresi enam belas genotipe jagung pada beberapa lokasi. Genotipe Hasil (t/ha) Galat baku KT-Interaksi KT-REG MS-DEV Mr/B-0, 0, 0, 0, 0, Mr/B-, 0, 0, 0,0 0, CML/Mr, 0, 0, 0,0 0, B-0/Mr, 0,0 0, 0,0 0,0 CML/Mr, 0,0 0, 0,0 0, B-/Mr, 0, 0, 0,0 0, B-/Mr,0 0, 0, 0, 0, Nei00/Mr, 0, 0, 0,0 0, B-/Mr, 0,0 0, 0, 0, B-/Mr, 0, 0, 0, 0, G0/Mr, 0, 0, 0,0 0, G/Mr, 0,0 0,0 0,0 0,0 E/Mr, 0,0 0, 0,0 0,0 E-/Mr, 0, 0, 0, 0, Bima-, 0, 0, 0,0 0, Bisi-, 0, 0, 0, 0,,0 Tabel. Analisis ragam model AMMI untuk hasil genotipe jagung hibrida pada beberapa lingkungan. Sumber db JK KT F.Hitung keragaman Genotipe, 0, Lokasi,, Genotipe x Lokasi 0, 0, AMMI Komponen 0 0, 0,,0* AMMI Komponen, 0,0,** AMMI Komponen, 0,,** AMMI Komponen, 0,0,* G x L (residual), Total,0 Berdasarkan nilai indeks lingkungan pada Tabel, komponen hasil yang memperlihatkan spesifik lingkungan terdapat pada genotipe Mr/B-0 untuk komponen jumlah tanaman panen, Mr/B- untuk bobot tongkol, B-0/Mr untuk jumlah tongkol panen, CML/Mr untuk kadar air, B-/Mr untuk tinggi tanaman, dan E-/Mr untuk jumlah tongkol panen. Komponen hasil yang cukup nyata berpengaruh terhadap penurunan hasil adalah Jumlah tanaman panen, jumlah tongkol panen, bobot tongkol, dan kadar air. Hal ini memperlihatkan bahwa genotipe yang komponen hasilnya tidak stabil memiliki hasil lebih rendah dari pembanding Bima -, namun masih lebih tinggi dari pembanding Bisi-. Genotipe Mr/B-0 spesifik untuk lingkungan Blora dan Malang (Gambar ), genotipe Mr/B- spesifik untuk lingkungan Bajeng dan Malang (Gambar ), genotipe B-0/Mr spesifik untuk lingkungan Bajeng, Muneng, Bone, dan Lombok Timur (Gambar ), genotipe CML/Mr spesifik untuk lingkungan Malang (Gambar ), B-/ Mr spesifik untuk lingkungan Bajeng dan Bone (Gambar ), sedangkan E-/Mr spesifik untuk lingkungan Gorontalo, Blora, dan Lombok Timur (Gambar ). Analisis ragam gabungan dengan model AMMI menunjukkan bahwa banyaknya komponen yang dapat dipertimbangkan adalah komponen ke- sampai ke- (Tabel ). Pengaruh interaksi dengan penggunaan model AMMI direduksi menjadi dua komponen, dan model AMMI dengan dua komponen ini menerangkan keragaman interaksi sebesar, %. Menurut Pabendon dan Makkulawu (000), hasil tinggi sangat terkait dengan jumlah tongkol panen, jumlah tanaman panen, bobot tongkol, dan kadar air. Ketidakstabilan hasil genotipe Mr/B- lebih dipengaruhi oleh ketidakstabilan komponen bobot tongkol panen. Bervariasinya bobot tongkol genotipe Mr/B- kemungkinan diwariskan dari tetuanya inbrida Mr yang dibentuk dari populasi SW- yang memiliki ciri khas, yaitu bentuk tanaman yang kekar, daun tegak dan lebar, warna daun hijau tua, dan tongkol sering bercabang lebih dari dua dalam satu tongkol. Mr memiliki produktivitas yang rendah karena serbuksari dan rambut tongkol terlindungi oleh daun. Menurut Vasal dan Singh (), pada inbrida jagung ditemukan beberapa sifat yang kurang baik. Hal ini ditemui pada genotipe Mr, antara lain memiliki hasil yang rendah karena sukar mempertahankan keseragaman (Suherman et al. 00) dan sulit mendapatkan galur murni yang seragam.
NUR ET AL.: STABILITAS HASIL GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA Tabel. Rata-rata hasil dan karakter komponen hasil, koefisien regresi (b i ) dan galat baku (s) genotipe jagung hibrida. Genotipe Rata-rata hasil dan karakter komponen hasil Koefisien regresi (b i ) hasil dan karakter kuantitatif Hasil Ttn Ttkl Jtp Jtklp Bkb Ka Hasil Ttn Ttkl Tp Jtklp Bkb Ka Mr/B-0,,,,,,,0, 0,* 0, 0, 0, Mr/B-,,,,0, 0,0* 0, 0, 0,0 0, 0,*,0 CML/Mr, 0, 0,0,, 0, 0,,0 0, 0, 0, 0, B-0/Mr,, 0,, 0,,0,0,0,0,*,,0 CML/Mr,, 0,0,0,,0,0,,00,0 0,,* B-/Mr,, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0, 0,,,0 B-/Mr,0 0,0 0,,, 0, 0, 0,0, 0, 0, 0, Nei00/Mr, 0, 0, 0,, 0, 0,,0,,0,0 0, B-/Mr,,0,,, 0,0,*, 0, 0,0 0, 0, B-/Mr,,, 0,0 0,0 0,,0,0,0,, 0, G0/Mr, 0, 0, 0,,, 0, 0, 0, 0,, 0, G/Mr, 0,0 0, 0,,00 0, 0, 0,,0,0 0,, E/Mr,, 00, 0, 0, 0,,0 0,,,,, E-/Mr, 0, 0, 0,,, 0, 0,0,,* 0,,0 Bima,,,,0,,0,, 0, 0,,0 0, Bisi,,, 0,,,,0,,,0,0,,0, 0,0 0,, Ttn = Tinggi tanaman, Ttkl = Tinggi tongkol, Jtp = Jumlah tanaman panen, Jtklp = Jumlah tongkol panen, Bkb = Berat tongkol kupasan basah, Ka= Kadar air KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. Genotipe yang stabil adalah B-0/Mr (, t/ ha), diikuti G/Mr (, t/ha), B-/Mr (, t/ha), G0/Mr (, t/ha) dan Nei 00 (, t/ha), sedang genotipe yang memiliki hasil tertinggi adalah E/Mr (, t/ha), diikuti oleh Bima- (, t/ha). Semua genotipe yang diadaptasikan tergolong stabil, termasuk Bima- dan Bisi- sebagai pembanding, kecuali genotipe Mr/B-.. Komponen hasil yang memperlihatkan spesifik lingkungan terdapat pada genotipe Mr/B-0 untuk jumlah tanaman panen, Mr/B- untuk bobot tongkol, B-0/Mr untuk jumlah tongkol panen, CML/Mr untuk kadar air, B-/Mr untuk tinggi tanaman, dan E-/Mr untuk jumlah tongkol panen. Komponen hasil yang dapat dijadikan indikator hasil adalah jumlah tanaman panen, jumlah tongkol panen, bobot tongkol dan kadar air, namun komponen yang langsung menjadi indikator kestabilan hasil adalah bobot tongkol panen. Saran Pengujian multilokasi ke depan perlu pengamatan suhu harian di setiap lingkungan pengujian. UCAPAN TERIMA KASIH Disampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Sri Sunarti dan Sigit Budisantoso Kepala KP. Muneng, Kepala KP Kendalpayak, dan Ir. Awaluddin Hipi, yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Allard, R.W. and A.D.Bradshaw.. Implication of Genotype Environment Interaction in Applied Plant Breeding. Crop.Sci. :0-0. Baihaki, A dan N. Wicaksana. 00. Interaksi genotip x lingkungan, Adaptabilitas dan stabilitas hasil dalam pengembangan tanaman varietas unggul di Indonesia. Zuriat ():-. Eberhart, S. A. and W. A. Russel.. Stability parameters for comparing varieties. Crop Sci. :-0. Finlay, K. W., and G.N.Wilkinson.. The analysis of adaptation in a plant breeding program. Aust. J. Agric. Res. :-. Freeman, G. H. 0. Modern statistical methods for analyzing genotipe x environment ointeraction, p. -. In M.S. Kang (Ed.): Genotipe By Environment Interaction and Plant Breeding. Louisiana State Univ. Agr. Center. p.
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN VOL. NO. 00 Gauch, H.G.Jr.. Statistical Analysis of Regional Yield Trials: Ammi Analysis of Factorial Designs. Elsevier Science Pub. Amsterdam, Netherlands. Hadi dan Halimatus. 00. Model AMMI Untuk Analisis Interaksi Genotipe x Lokasi. Jurnal Ilmu Dasar ():- Ivory, D.A.. Site Characterization in De lacy, I.H. (ed). Analysis of data from Agricultural Adaptation Experiments. Australian Cooperation with the Thai/World Bank National Agricultural Research Project (ACNARP) Training Course. Suphanburi and Chiang Mai Thailand: - January. p.- Luthra, G.P. and Singh, R.K.. A Comparison of Different Stability Models in Wheat Theory. Appl.Genet. :-. Makkulawu, A.T., N.Iriany, B. Annas, M. Dahlan, dan F. Kasim.. Stabilitas hasil beberapa genotipe jagung hibrida harapan pada Sembilan lokasi. Zuriat 0 ():-. Mather, K. and J.L. Jinks.. Biometrical Genetics. rd Ed. University Press. Cambridge. London. p. Mcintosh, M.S.. Analysis of Combined Experiments. Agron. Journal :-. Nasrullah,. A Modified prosedure for identifying varietal stability. Agric. Sci. ():-. Nur, A., A.T. Makkulawu, dan M.Dahlan. 00. Keragaan dan korelasi komponen hasil terhadap hasil genotipe jagung hibrida. Agrivigor ():0-. Shukla, G.K.. Some statistical aspects of partitioning Genotipe- Environmental Components of Variability. Heredity :-. Pabendon, B.M., dan A.T. Makkulawu. 000. Penampilan fenotipik dan hasil beberapa karakter penting 0 jagung hibrida harapan berumur genjah di Maros, Sulawesi Selatan. Zuriat ():-. Soemartono dan Nasrullah.. Genetika Kuantitatif. PAU Biotecnology. UGM. p. Sumertajaya, I.M. 00. Kajian pengaruh inter blok dan interaksi pada uji lokasi ganda dan respon ganda. Disertasi, Program Doktor Statistika, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Suherman, O., A.T. Makkulawu, N.R.M. Iriany, dan M.M.Dahlan. 00. Karakterisasi sifat agronomik induk jagung hibrida Semar-0. Prosiding Lokakar ya Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia VII Dukungan Pemuliaan terhadap Industri Perbenihan pada Era Pertanian Kompetitif. Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian, Malang. Vasal, S.K and N.N.Singh.. A critique of inbred line development methods. Makalah Pelatihan Pemuliaan Jagung dan Produksi Benih Jagung Hibrida. p. Maros - Desember. Yang, R.C. and R.J. Baker.. Genotipe x Environment Interactions in Two Wheat Crosses. Crop.Sci. :-. Yan, W., L.A. Hunt, Q.Sheng, and Z.Szlavnies. 000. Cultivar evaluation and mega-environment investigation based on GGE biplot. Crop. Sci. 0:-0.