II. TINJAUAN PUSTAKA. digoreng menggunakan minyak hingga buah pisang berubah warna dan teksturnya

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. maupun ekspor. Hal ini karena propinsi Lampung memiliki potensi lahan

MAKALAH STANDARISASI MUTU PANGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buah pisang mempunyai kandungan gizi yang baik, antara lain menyediakan

Diterima : 6 Mei 2013 Disetujui : 12 Juni Korespondensi Penulis :

I. PENDAHULUAN. panen, produksi buah-buahan berlimpah sehingga harga jualnya rendah. Petani tidak dapat menyimpan buah-buahan lebih lama karena umur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

HANS PUTRA KELANA F

HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGARUH WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK KULIT PISANG

Pengendalian Mutu Produk Agroindustri KULIAH PENGANTAR AGROINDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR PENGENDALIAN MUTU PANGAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

I. PENDAHULUAN. mengharapkan produk pangan yang lebih mudah disiapkan, mengandung nilai

1. PENDAHULUAN. buah dan sayur termasuk produk yang cepat rusak (perishable).

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB I PENDAHULUAN. produk, teknologi, pemasaran, namun juga input yang cukup penting yaitu

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk menyelamatkan harga jual buah jambu getas merah terutama

KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-08) PERBAIKAN PROSES PEMBUATAN KRIPIK PISANG SECARA GALATASE UNTUK MENAIKKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur

The Hazard Analysis and Critical Control Point System

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Toko Daging & Swalayan Sari Ecco merupakan salah satu industri

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Industri keripik pisang milik Bapak Heriyanto di

STANDAR MUTU PRODUK OLAHAN BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PROVINSI DIY

RENCANA OPERASIONAL PENGKAJIAN PERTANIAN (ROPP)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian jenis eksperimen di bidang Ilmu Teknologi pangan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

MODUL 7 STICK IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu stick ikan yang dihasilkan berwarna kekuningan dan memiliki tekstur yang renyah.

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. mutu dan keamanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

KERIPIK LEVEL 03, 05 DAN 10

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu industri rumah tangga (IRT) tahu di

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

MAKALAH PENGANTAR BISNIS TENTANG MENJALANKAN USAHA KECIL KERIPIK PISANG

PENGOLAHAN JAGUNG SEBAGAI BAHAN PANGAN. Agus Sutanto

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam

RUANG LINGKUP MANAJEMEN MUTU TITIS SARI KUSUMA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di salah satu tempat pengolahan tempe milik pasangan

INDUSTRI KERIPIK SINGKONG

BAB I PENDAHULUAN. pengiriman dan biaya yang wajar ( Herjanto, 2008 ). dengan mutu yang berstandar maka perusahaan tersebut akan sulit untuk

PENGOLAHAN DAGING BAKSO. Materi 3b TATAP MUKA ke 3 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU

TUGAS INDIVIDU PENGANTAR MIKROBIOLOGI. Penerapan HACCP pada Proses Produksi Yoghurt

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

I. PENDAHULUAN. dalam negeri maupun ekspor. Hewan ini sangat digemari, terutama di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini peredaran rumah makan berbasis ayam goreng kian

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Pengolahan hasil pertanian dalam pelatihan ini dimaksudkan untuk mengubah bentuk bahan baku menjadi bahan

TUGAS AKHIR SRI NUR AENY L0C009090

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

Mengemas Laba Usaha Kacang Mete Di Musim Lebaran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

III METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan noga kacang hijau adalah

Tinjauan Pustaka. penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam beberapa tahun belakangan ini, media di Indonesia sangat gencar

4. PEMBAHASAN 4.1. Implementasi SSOP dan GMP

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

BAB I PENDAHULUAN. ditemui dan digemari masyarakat Indonesia. Buah ini sangat baik apabila

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PANGAN TRADISIONAL, STANDARISASI MUTU DAN GIZI PANGAN

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN

OPTIMALISASI WAKTU PADA PROSES PEMBUATAN KERIPIK BUAH APEL (Pyrus malus L) DENGAN VACUUM FRYING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. agama islam disebarkan ke Afrika Barat, Amerika Selatan dan Amerika Tengah.

PELUANG BISNIS MAKANAN TENTANG KRIPIK TEMPE

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III BAHAN DAN METODE

PEMBERDAYAAN UKM KRIPIK SINGKONG RASA GADUNG DI DESA PULE KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI ABSTRAK

I PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di pengrajin gula merah kelapa di Desa Purworejo

I. PENDAHULUAN. Singkong (Manihot Esculenta) merupakan salah satu sumber bahan pangan yang

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

ANALISIS SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK BUAH MANGGA (Mangifera indica L.) PRODUK OLAHAN VACUUM FRYING

Sosialisasi PENYUSUNAN SOP SAYURAN dan TANAMAN OBAT. oleh: Tim Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung, 14 Maret 2012

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

PENGARUH WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP KANDUNGAN KADAR AIR DAN ORGANOLEPTIK KERIPIK UBI CILEMBU

II. TINJAUAN PUSTAKA A. TEPUNG BERAS B. TEPUNG BERAS KETAN

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keripik Pisang Keripik pisang adalah makanan olahan dari buah pisang yang diiris tipis kemudian digoreng menggunakan minyak hingga buah pisang berubah warna dan teksturnya menjadi renyah. Menurut SNI 01-4315-1996, keripik pisang adalah produk makanan ringan dibuat dari irisan buah pisang dan digoreng, dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan. Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Lampung (2008), daerah sentra produksi keripik pisang di Lampung hingga tahun 2007 adalah di Bandar Lampung. Keripik pisang merupakan komoditas utama yang menjadi andalan ekspor Propinsi Lampung selain pisang buah dan tepung pisang. Ekspor keripik pisang yang dilakukan tersebut dapat mengangkat citra Propinsi Lampung sebagai produsen keripik pisang nasional. Selain itu, keripik pisang merupakan salah satu ciri khas dari Propinsi Lampung yang sudah dikenal di berbagai daerah. Di Bandar Lampung terdapat beberapa produsen keripik pisang baik industri besar maupun industri rumah tangga. Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Lampung (2008), terdapat 10 produsen keripik pisang dalam skala besar. Industri keripik pisang tersebut memiliki kapasitas produksi sebesar 2 ton atau

7 lebih sedangkan untuk industri rumah tangga banyak dijumpai di sentra produksi keripik pisang yang terdapat di Bandar Lampung. Keripik pisang memiliki rasa yang gurih dan renyah serta aroma yang khas, sehingga keripik pisang menjadi salah satu makanan ringan yang digemari masyarakat. Keripik pisang Lampung yang terkenal di skala nasional menjadikan sentra industri rumah tangga keripik pisang Bandar Lampung sebagai tujuan utama para pengunjung untuk mencari oleh-oleh makanan ringan, atau bagi para penduduk Lampung keripik pisang merupakan oleh-oleh yang sering dibawa apabila berkunjung ke propinsi lain. B. Proses Produksi Keripik Pisang 1. Bahan Baku Bahan baku keripik pisang adalah buah pisang. Buah pisang yang akan dibuat menjadi keripik dipilih yang sudah tua dan masih mentah agar mudah diiris, khususnya jenis pisang olahan seperti pisang kepok, tanduk, nangka, kapas, dan jenis pisang olahan lainnya. Keripik pisang dapat dibuat menjadi beberapa rasa tergantung bumbu ( seasoning) yang ditambahkan. Bahan tambahan yang diperlukan sebagai penambah rasa antara lain garam halus untuk rasa asin; gula pasir, gula merah, dan gula semut untuk rasa manis; cabai bubuk untuk rasa pedas; dan bumbu untuk keripik dengan rasa khas (Suyanti, 2008). Menurut Anonim (2009) persiapan bahan baku juga meliputi bahan baku penolong dan bahan baku tambahan seperti air dan minyak goreng.

8 2. Proses Pengolahan Keripik adalah produk yang dihasilkan melalui tahapan pengupasan, pengirisan, dan penggorengan. Keripik banyak menyerap minyak selama penggorengan. Banyak sedikitnya minyak yang diserap akan mempengaruhi rasa, tekstur, serta penampakan keripik ( Matz, 1984 dalam Rahman, 2001). Biasanya proses yang dilakukan pada industri pangan umumnya menggunakan deep fat frying. Tujuan pengolahan pisang menjadi kripik pisang adalah untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan/memperpanjang kemanfaatan buah pisang. Proses pengolahan keripik pisang secara umum yang banyak dilakukan adalah cara konvensional dan cara vakum ( vacuum frying). Pengolahan dengan cara konvensional yaitu dengan mengunakan kuali penggoreng dimana kondisi bahan pangan yang digoreng terbuka dengan udara. Umumnya alat yang digunakan berupa wajan yang berisi minyak goreng, lalu dipanaskan dengan kompor atau tungku pemanas. Sedangkan pengolahan dengan cara vacuum frying merupakan penggorengan yang dilakukan di dalam kondisi ruang tertutup dan dengan tekanan rendah, kondisi yang baik untuk menggoreng buah secara vakum adalah pada suhu 90 sampai 100ºC, tekanan vakum 70 cmhg dengan lama penggorengan 60 sampai 90 menit (Lastriyanto, 1997 dalam Gultom, 2006).

9 Pisang Pengupasan dan Pengirisan Perendaman Penggorengan Penirisan Minyak Pemberian Bumbu Pendinginan Keripik Pisang Gambar 1. Diagram alir proses pengolahan keripik pisang (Anonim, 2009) C. Mutu Keripik pisang Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik (warna, tekstur, rasa dan bau) (Soekarto, 1990). Intisari elemen -elemen mutu (Tjiptono dan Diana, 1995) dapat dipahami sebagai berikut: 1. Mutu meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. 2. Mutu mencakup produk, jasa manusia, proses dan lingkungan. 3. Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya yang dianggap bermutu saat ini mungkin akan dianggap kurang bermutu pada masa mendatang).

10 Klasifikasi karakteristik mutu bahan pangan terdapat dua kelompok, yaitu: (1) karakteristik fisik/tampak, meliputi penampilan yaitu warna, ukuran, bentuk, dan cacat fisik; kinestika yaitu tekstur, kekentalan dan konsistensi; flavor yaitu sensasi dari kombinasi bau dan cicip, dan (2) karakteristik tersembunyi, yaitu nilai gizi dan keamanan mikrobiologis (Ramdhani, 2007). Ad apun sifat mutu merupakan sifat-sifat yang langsung dapat diamati, dianalisis atau diukur dari produk. Sifatsifat itu dapat berupa sifat fisik obyektif (susunan kimia, kadar air, kadar abu, berat dan ukuran) ataupun sifat organoleptik subyektif (rasa, bau dan tekstur). Sifat-sifat ini dapat diukur dengan alat fisik maupun secara uji indrawi (Soekarto, 1990). Suardi (2001) di dalam Muhandri dan Kadarisman (2008) menyatakan mutu menurut ISO-9000 sebagai derajat dari serangkaian karakteristik produk atau jasa yang memenuhi kebutuhan atau harapan yang dinyatakan. Untuk menjamin mutu produk, di Indonesia telah ditetapkan standar mutu keripik pisang yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) yaitu SNI No. 01-4315-1996. Dengan adanya standar mutu produk, maka pihak konsumen akan diuntungkan karena akan memperoleh produk dengan mutu yang baik. Standar mutu keripik pisang dapat dilihat pada Tabel 1.

11 Tabel 1. Standar mutu keripik pisang menurut SNI No. 01-4315-1996 Kriteria uji Satuan Persyaratan Bau Rasa Warna Tekstur keutuhan Kadar air, b/b Kadar lemak, b/b Kadar abu, b/b % % % % Normal Khas pisang Normal Renyah Minimal 70 Maksimal 6 Maksimal 30 Maksimal 8 Sumber : BSN, 2007 Keripik pisang mempunyai nilai gizi cukup tinggi, terutama nilai energi dari 100 g keripik pisang diperoleh energi sebesar 519 kkal. Nilai energi tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daging ternak, yang berkisar 120-430 kkal per 100 g. Nilai energi keripik pisang lebih tinggi dari pada nilai energi beras yang hanya 364 kkal. Nilai energi yang tinggi tersebut berasal dari kadar karbohidrat dan minyak yang terserap selama proses penggorengan keripik. Itulah sebabnya, keripik pisang cocok digunakan sebagai makanan pensuplai energi, khususnya ketika sedang sibuk beraktivitas. D. Sistem Jaminan Mutu Sistem jaminan mutu merupakan serangkaian metode atau syarat-syarat yang harus dipenuhi agar produk yang dihasilkan bisa sesuai standar mutu yang ditetapkan (SNI 01-4315-1996). Mengacu pada GMP ( Good Manufacturing Practice) menjelaskan bahwa GMP merupakan suatu pedoman bagi industri terutama industri yang terkait dengan pangan, kosmetik, farmasi dan peralatan medis (medical devices) untuk meningkatkan mutu hasil produksinya terutama

12 terkait dengan keamanan dan keselamatan konsumen yang mengkonsumsi atau menggunakan produk-produknya. Dalam penerapannya, GMP sangat erat hubungannya dengan HACCP (Hazard Analysis & Critical Control Control Points). GMP merupakan persyaratan awal (pre-requisite) dari HACCP. GMP secara luas berfokus dan berakibat pada banyak aspek, baik aspek proses produksi maupun proses operasi dari personelnya sendiri. Penerapan GMP terutama bertujuan agar tidak terjadi kontaminasi terhadap produk selama proses produksi hingga produk ke konsumen sehingga produk aman dikonsumsi atau digunakan oleh konsumen. Termasuk dalam pengendalian GMP adalah faktor fisik (bangunan, mesin, peralatan, transportasi, konstruksi pabrik, dll), faktor higienitas dari personel yang bekerja dan faktor kontrol operasi termasuk pelatihan dan evaluasi GMP. Adapun keuntungan dari penerapan GMP : a. Menjamin keamanan produk yang dihasilkan industri b. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan c. Meningkatkan produktivitas dan efisiensi organisasi d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia e. Menjamin sistem perbaikan yang berkesinambungan f. Sebagai media untuk pengambilan keputusan yang faktual GMP merupakan pedoman umum yang telah berlaku secara internasional, pemerintah Indonesia telah mengadopsi dan menyederhanakan GMP khusus industri rumah tangga, yaitu CCPPB-IRT (SK BPOM No. HK.00.05.5.1639, 2002). Mengacu pada CPPB-IRT yaitu Cara Produksi Pangan Yang Baik (CPPB) merupakan salah satu faktor yang penting untuk memenuhi standar mutu atau

13 persyaratan yang ditetapkan untuk pangan. CPPB sangat berguna bagi kelangsungan hidup industri pangan baik yang berskala kecil sedang maupun yang berskala besar. Salah satu acuan yang digunakan dalam penyusunan Draft SOP pengolahan bahan pangan skala industry rumah tangga adalah Cara Produksi Pangan yang Baik skala Rumah Tangga (CPPB-IRT). CPPB adalah suatu pedoman yang menjelaskan bagaimana memproduksi pangan agar bermutu, aman dan layak untuk dikonsumsi. CPPB menjelaskan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi tentang penanganan bahan pangan di seluruh mata rantai produksi pangan mulai bahan baku sampai produk akhir Dengan menghasilkan pangan yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi, kepercayaan masyarakat niscaya akan meningkat, dan industri pangan yang bersangkutan akan berkembang pesat. Dengan berkembangnya industri pangan yang menghasilkan pangan yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi, maka masyarakat pada umumnya akan terlindung dari penyimpangan mutu pangan dan bahaya yang mengancam kesehatan. (BPOM, 2002). E. Standard Operating Procedure (SOP) Dalam penerapan sistem jaminan mutu termasuk CPPB-IRT, organisasi harus mempunyai dokumen sistem mutu yang terdiri dari manual mutu, prosedur kerja (SOP) serta formulir dan dokumen pendukung yang lain.

14 SOP adalah suatu set instruksi yang memiliki kekuatan sebagai suatu petunjuk atau direktif. Hal ini mencakup hal-hal dari operasi yang memiliki suatu prosedur pasti atau terstandardisasi, tanpa kehilangan keefektifannya. SOP juga merupakan tata cara atau tahapan yang dibakukan dan harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu (U.S. Enviromental Protection Agency/EPA.,2007). Menurut Wakhinuddin (2006), suatu SOP harus memiliki akurasi uraian proses kejadian beserta pengendaliannya, antara lain: 1. Ada daftar bahan dan komponen suatu proses dengan karakteristik kualitas minimal; khususnya ada penjelasan jumlah komponen standar yang digunakan. 2. Ada deskripsi lengkap komponen (sampel) yang harus dipersiapkan sebelum pekerjaan dilaksanakan; terdiri dari uraian atau formulasi komponen khusus. 3. Ada daftar karakteristik perlengkapan ( equipment), seperti: kapasitas, kepresisian, keterbatasan, daaya suai ( compatibilities), indikasi nama, perlengkapan khusus. 4. Ada deskripsi langkah-langkah proses peristiwa termasuk skala atau kapasitas operasi. 5. Ada parameter pengendalian proses, metode dan keberhasilan. metode tes atau observasi yang merupakan pengendalian proses yang efektif dan pengujian harus mempunyai dokumentasi. 6. Ada diagram alir kerja. 7. Ada pengujian efektifitas baik dalam proses maupun sesudah ada produk, ini dibatasi atau ada kriteria yang dapat diterima pihak profesional. 8. Ada contoh perhitungan, estimasi waktu dan kartu pengisian.

15 9. Ada biaya, alat angkut, dan daftar faktor pengganggu. 10. Ada pelaporan dan dokumentasi. Berikut merupakan langkah penyusunan SOP menurut U.S. EPA (2007). 1. Persiapan SOP SOP harus ditulis dengan rincian yang memadai oleh orang yang memahami dan berpengalaman sehingga pembaca dengan pengetahuan dan pengalaman yang terbatas tentang prosedur yang dijelaskan dalam SOP dapat memahaminya. 2. Peninjauan ulang SOP dan Persetujuan SOP harus ditinjau ulang dengan satu atau lebih orang ahli yang berpengalaman mengenai prosedur-prosedur dalam SOP untuk kemudian disetujui (misalnya oleh atasan atau pihak berwenang). 3. Frekuensi Revisi dan Peninjauan SOP harus sistematis dan ditinjau secara berkala (1-2 tahun) untuk memastikan apakah tiap prosedur dalam SOP masih berlaku (apabila salah satu prosedur berubah maka SOP dirubah atau diperbarui). 4. Daftar Pembanding Setiap prosedur dalam SOP harus didaftar sesuai dengan urutannya. 5. Pengendalian Dokumen Pengendalian dokumen bertujuan untuk memberikan dokumentasi pasti mengenai setiap prosedur-prosedur dalam SOP. Setiap organisasi memiliki penomoran tertentu mengenai pengendalian dokumen.

16 6. Dokumentasi SOP dan Kearsipan Menurut Camus (2009) pembuatan draft SOP dibuat berdasarkan review terhadap prosedur yang sudah ada dan kemudian disesuaikan agar diperoleh produk yang berkualitas dan aman. Tahap-tahap proses harus dilakukan sesuai dengan instruksi kerja, jika dari hasil koreksi hasil pengamatan tidak sesuai, maka proses produksi harus diulang. Untuk memperoleh SOP dilakukan pengujian dan evaluasi prosedur pengendalian proses dan produk akhir. Salah satu contoh SOP pengendalian proses dari produk minuman Ready to drink disajikan pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. SOP Pengendalian proses dan produk akhir Minuman Ready to Drink Siapa Dimana Kapan Tindakan Rujukan Dokumentasi Operator Area Tiap Log produksi prod. proses batch Insp. QC Teknisi Lab. Area proses Lab. Tiap batch Setelah proses produksi Mengendalikan proses produksi sesuai IK Inspeksi hasil mixing Inspeksi parameter proses Inspeksi produk akhir Inspeksi produk jadi selama 15 hari Analisis kimia dan mikrobiologi sampel hasil mixing dan produk akhir IK PB-04-IK- 01 pengendalian proses Prosedur inspeksi proses Metode analisis kimia/mikro terkait Form PAK, PAM (permintaan analisis kimia/mikro) Form HAK, HPM (hasil analisis kimia/mikro) Pembuatan SOP menurut ISO/TR 10013:2001 adalah penguraian dari manual mutu dan memiliki kelengkapan isi struktur dan format prosedur terdokumentasi (tercetak (hard copy) atau media elektronik). Prosedur seharusnya berisi informasi yang diperlukan dan seharusnya berisi identifikasi yang unik.

17 SOP boleh menjadi acuan pada instruksi kerja yang menguraikan bagaimana suatu kegiatan dilaksanakan. Prosedur terdokumentasi biasanya menguraikan kegiatan yang mempunyai fungsi timbal-balik yang berbeda, sedangkan instruksi kerja biasanya berlaku untuk tugas dalam satu fungsi saja. Mengacu pada ISO/TR 10013:2001 SOP untuk industri kecil yang baik adalah SOP yang memiliki kelengkapan isi sebagai berikut: a. Tujuan Merupakan tujuan dari penggunaan SOP tersebut yang telah ditentukan. b. Ruang Lingkup Batasan area yang mampu dicakup SOP dan area diluar cakupan sebuah SOP. c. Wewenang dan Tanggungjawab Berisikan deskripsi pekerjaan dan tanggungjawab personel yang ada dalam organisasi. d. Uraian kegiatan Merupakan rincian dari metode yang digunakan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam mengerjakan kegiatan ini. Lalitya (2009), melakukan kajian SOP untuk menentukan SOP penanakan beras jagung dengan rice cooker yang terdiri atas SOP perbandingan beras jagung dan air tanak serta SOP perlakuan awal. Pada kajian tersebut dilakukan analisis tingkat penyerapan air, tingkat pengembangan dan tingkat kematangan. Adapun SOP penanakan beras jagung tersaji dalam Tabel 3.

18 Tabel 3. SOP penanakan beras jagung Beras Jagung Perbandingan Beras Jagung dan Air Tanak SOP Penanakan Perlakuan Awal A 1:7 - Perendaman dalam air dingin 5 jam - Perendaman dalam air panas 60 menit B 1:7 - Perendaman dalam air dingin 4 jam - Perendaman dalam air panas 50 menit C 1:5 - Perendaman dalam air dingin 3 jam - Perendaman dalam air panas 30 menit D 1:4 Tanpa perlakuan Keterangan: A = ukuran > 4 mm C = ukuran 2,36 3,35 mm B = ukuran 3,35 4 mm D = ukuran 1,18 2,36 mm Sumber: Lalitya (2009)