STATUS ANTROPOMETRI DENGAN BEBERAPA INDIKATOR PADA MAHASISWA TPB-IPB

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

KONSUMSI PANGAN, AKTIVITAS FISIK, STATUS ANTROPOMETRI DAN PERSEN LEMAK TUBUH PADA MAHASISWA WILDA YUNIESWATI

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur adalah kondisi istirahat alami yang. dilakukan oleh semua makhluk hidup, termasuk manusia.

ABSTRAK PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terkomposis atas jaringan lemak yang. relatif sama, namun perbedaan lokasi deposisi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah faktor risiko untuk stroke dan. myocard infarct(mi) (Logmore, 2010).Hipertensi

HUBUNGAN BEBERAPA PARAMETER KEGEMUKAN DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI DI SMP NEGERI 1 SUMBER, KABUPATEN CIREBON

ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA

PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

BAB I PENDAHULUAN. komponen tersebut akan sangat mempengaruhi kinerja kerja seseorang,

METODE Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DEWASA MUDA OBESITAS DI STIKES INDONESIA PADANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

UKURAN LAHIR, KERAGAAN STATUS GIZI, DAN KOMPOSISI TUBUH MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR RESTU PERTIWI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit. peradangan kronis pada unit pilosebaseus yang sering

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

PREVALENSI GIZI LEBIH DAN OBESITAS PENDUDUK DEWASA DI INDONESIA

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DENGAN TOTAL BODY WATER MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

ABSTRAK. PENGARUH DAN HUBUNGAN BMI (Body Mass Index) DENGAN TLK (TEBAL LIPATAN KULIT) TRICEPS DAN SUBSCAPULA

PERBEDAAN PADA PROPORSI TUBUH ETNIS BALI DENGAN ETNIS MADURA DI SURABAYA Rini Linasari

PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH PADA LANJUT USIA Dr. Nur Asiah, MS dan Dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

HUBUNGAN INDIKATOR OBESITAS DENGAN USIA MENARCHE PADA SISWI SD SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Hubungan lingkar lengan atas dengan obesitas pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Uuniversitas Sam Ratulangi

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN WHR (WAIST HIP RATIO)

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. ABSTRAK... v. ABSTRACT... vi. RINGKASAN... vii. SUMMARY...

ABSTRAK. EFEK JUS GEL LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) TERHADAP PENURUNAN BMI (BODY MASS INDEX) DAN OBESITAS SENTRAL PADA DEWASA MUDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRAK PENGARUH SARAPAN YANG TIDAK TERATUR, FAKTOR GENETIK TERHADAP RISIKO OBESITAS DAN BMI (BODY MASS INDEX) YANG ABNORMAL

MODEL PREDIKSI TINGGI BADAN LANSIA ETNIS JAWA BERDASARKAN TINGGI LUTUT, PANJANG DEPA, DAN TINGGI DUDUK FATMAH

HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu. penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan salah satu faktor utama penyebab pencapaian

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Kemajuan teknologi pada era globalisasi terjadi di. berbagai bidang. Hal ini berdampak pada penurunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. Scottish Health Survey pada anak usia 2-15 tahun didapatkan persentasi anak lakilaki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ASAM LEMAK TRANS DENGAN PERSEN LEMAK TUBUH DAN STATUS GIZI PADA ORANG DEWASA DI KABUPATEN DAN KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menghadapi masalah kesehatan yang kompleks.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan menuju Indonesia sehat. fisik, mental dan sosial. Semua aspek tersebut akan mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

HUBUNGAN TEKNIK PENGUKURAN KOMPOSISI TUBUH BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH DAN LINGKAR PINGGANG DENGAN KEBUGARAN KARDIORESPIRASI PADA MAHASISWI FK USU

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Masa remaja adalah periode yang signifikan pada. pertumbuhan dan proses maturasi manusia.

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KADAR LEMAK TOTAL (Studi Kasus Pada Mahasiswa Kedokteran Undip)

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KADAR LEMAK TOTAL (Studi Kasus Pada Mahasiswa Kedokteran Undip) JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Penel Gizi Makan 2012, 35(2): Cut-off point IMT & lingkar perut sebagai indikator risiko A. Triwinarto; dkk

HUBUNGAN ANTARA LINGKAR PINGGANG DAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN HIPERTENSI PADA POLISI LAKI-LAKI DI PURWOREJO, JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

Kata kunci: Body Mass Index (BMI), Underweight, Overweight, Obesitas, Indeks DMF-T, Karies.

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jaringan yang paling kering, memiliki kandungan H 2 O hanya 10%. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal sangatlah penting.

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menjadikan masalah kesehatan.

Transkripsi:

STATUS ANTROPOMETRI DENGAN BEBERAPA INDIKATOR PADA MAHASISWA TPB-IPB (Anthropometry status with several indicator of first year students in Bogor Agricultural University) Wilda Yunieswati 1* dan Dodik Briawan 1 1 Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680 ABSTRACT The objective of this study was to analyze the anthropometry status, and body fat percentage of first year students in IPB. The subjects of this study were 117 IPB first year students. The result shows that most of the male subjects has a normal body mass index (75.0%), normal waist circumference (87.5%) and normal waist-hip-ratio (93.8%). Most of the male subjects has a normal body fat percentage (37.5%). In the meanwhile, most of the female subjects has normal body mass index (83.2%), normal waist circumference (98.0%) and normal waist-hip-ratio (95.0%). Most of the female subjects had a normal body fat percentage (56.0%). There was a significant correlation between body mass index, waist circumference, waist hip ratio, and percentage of body fat (p<0.05). Keywords: anthropometry status, body fat, body mass index, waist circumference, waist hip-ratio ABSTRAK ISSN 1978-1059 J. Gizi Pangan, November 2014, 9(3):181-186 Penelitian ini bertujuan menganalisis status antropometri dan persentase lemak tubuh pada mahasiswa TPB-IPB. Subjek penelitian yang digunakan sebanyak 117 orang mahasiswa TPB-IPB. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar subjek laki-laki memiliki indeks massa tubuh (IMT) normal (75,0%), ukuran lingkar pinggang normal (87,5%) dan rasio lingkar pinggang normal (93,8%). Persen lemak tubuh pada subjek laki-laki sebagian besar memiliki persen lemak tubuh normal (37,5%). Sementara itu, sebagian besar subjek perempuan memiliki IMT normal (83,2%), ukuran lingkar pinggang normal (98,0%) dan rasio lingkar pinggang normal (95,0%). Sebagian besar subjek perempuan memiliki persen lemak tubuh normal (56,0%). Terdapat hubungan bermakna antara IMT, lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang panggul, dengan persen lemak tubuh (p<0,05). Kata kunci: indeks massa tubuh, lemak tubuh, lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang pinggul, status antropometri PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa perubahan yang dramatis dalam diri seseorang. Pada masa remaja ini, seseorang membutuhkan jumlah e- nergi yang besar yang diakibatkan oleh faktor pertumbuhan dan aktivitas yang tinggi. Peningkatan pertumbuhan ini disertai dengan perubahan-perubahan hormonal, kognitif, dan emosional (Almatsier et al. 2011). Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang mudah dan murah. Indeks massa tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai salah satu indikator yang baik untuk menentukan status gizi remaja. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter antara lain berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit. Remaja memiliki status antropometri yang beragam. Pada masa pertumbuhan status antropometri pada remaja dapat mengalami perubahan dengan cepat. Biasanya pada masa ini, lemak tubuh pada remaja cenderung meningkat dan protein otot cenderung menurun. Penelitian sebelumnya (Klein et al. 2007; Ruhl et al. 2007; Yang et al. 2006) menyatakan bahwa status antropometri seperti IMT, lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP) berhubungan dengan persentase lemak tubuh pada remaja yang dapat meningkatkan risiko kegemukan pada remaja. Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor (TPB-IPB) merupakan salah satu subjek kumpulan remaja yang dapat * Korespondensi: Telp: +628568750318, Surel: wildayunieswati92@gmail.com J. Gizi Pangan, Volume 9, Nomor 3, November 2014 181

Yunieswati & Briawan diteliti. Pola makan yang tidak teratur, konsumsi pangan yang kurang beragam dan bergizi, aktivitas fisik yang kurang serta status antropometri yang beragam dapat menyebabkan adanya perubahan dalam persentase lemak tubuh pada mahasiswa. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis status antropometri dan persentase lemak tubuh pada mahasiswa TPB Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2013/2014. METODE Desain, tempat, dan waktu Penelitian menggunakan desain cross sectional dilakukan di kampus Dramaga Institut Pertanian Bogor pada bulan Februari hingga April 2014. Jumlah dan cara pengambilan subjek Subjek penelitian adalah seluruh mahasiswa TPB Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2013/2014 sebanyak 117 orang. Subjek memiliki kriteria inklusi yaitu bersedia mengikuti penelitian, berada di lingkungan kampus, dan bersedia mengikuti pemeriksaan komposisi lemak tubuh lingkar pinggang, dan lingkar pinggul. Jenis dan cara pengumpulan data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu karakteristik subjek penelitian meliputi jenis kelamin, usia, besar keluarga, dan uang saku per bulan; data antropometri meliputi lingkar pinggang, lingkar pinggul dan persen lemak tubuh. Data karakteristik subjek didapatkan melalui wawancara menggunakan kuesioner. Data lingkar pinggang, lingkar pinggul, diukur menggunakan meteran plastik. Data berat badan diukur menggunakan timbangan berat badan digital. Data tinggi badan diukur menggunakan microtoise. Data persen lemak tubuh diukur menggunakan alat pengukur lemak tubuh digital Omron Body Fat Monitor-HBF 306. Pengolahan dan analisis data Data antropometri terdiri atas data IMT, lingkar pinggang, dan RLPP. Mahasiswa yang berusia >18 tahun menggunakan perhitungan IMT dan mahasiswa yang berusia <18 tahun menggunakan perhitung-an IMT/U. Data IMT atau IMT/U dikategorikan menjadi kurang (underweight) (IMT<18,5) atau (-3SD Z<-2SD), normal (18,5 IMT 22,9) atau (-2SD Z<+1SD), lebih (overweight) (23 IMT 25) atau (+1SD Z<+2 SD), dan obesitas (IMT 25) atau (Z<+2 SD) (WHO/IASO/IOTF 2000 & Kemenkes 2000). Data lingkar pinggang pada pria dikategorikan menjadi normal (<90 cm) dan obesitas abdominal ( 90 cm) dan pada wanita dikategorikan menjadi normal (<80 cm) dan obesitas abdominal ( 80 cm) (WHO 2008). Data lingkar pinggang dibagi dengan data lingkar pinggul untuk mendapatkan data RLPP dan pada pria dikategorikan menjadi normal (<0,90 cm) dan berisiko ( 0,90 cm); sementara pada wanita dikategorikan menjadi normal (<0,85 cm) dan berisiko ( 0,85 cm) (WHO 2008). Data persen lemak tubuh pada pria dikategorikan berdasarkan alat Omron Body Fat Monitor HBF-306 sebagai rendah (4-8%), normal (8-18%), tinggi (18-24%), dan sangat tinggi (>24%). Sementara itu pada wanita dikategorikan sebagai rendah (4-20%), normal (20-29%), tinggi (29-36%), dan sangat tinggi (>36%). Hubungan status antropometri dengan persen lemak tubuh dianalisis menggunakan uji Spearman. Uji beda dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan proporsi distribusi status antropometri pada mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Persen lemak tubuh Subjek laki-laki sebagian besar memiliki persen lemak tubuh normal sebanyak 37,5%. dengan rata-rata persen lemak tubuh 20,35±7,43% yang dikategorikan tinggi. Sementara itu, sebagian besar mahasiswa perempuan memiliki persen lemak tubuh normal (56,0%) dengan rata-rata persen lemak tubuh 26,32±5,60% yang dikategorikan normal. Tabel 1 menjelaskan sebaran subjek berdasarkan persen lemak tubuh pada subjek laki-laki dan perempuan. Tabel 1 menunjukkan rata-rata persen lemak tubuh pada perempuan (26,32±5,60) lebih tinggi dari rata-rata persen lemak tubuh pada lakilaki (20,35±7,43). Hal ini sesuai dengan penelitian Fahey et al. (2010) yang menyatakan bahwa persentase lemak tubuh esensial pada perempuan lebih besar dibandingkan pada laki-laki. Perbedaan persentase lemak ini digunakan perempuan untuk kebutuhan dalam melahirkan dan fungsi hormon lain (Fahey et al. 2010). Perbedaan lemak tubuh antara laki-laki dan perempuan mulai terjadi pada tahap janin tetapi perbedaan tersebut menjadi lebih jelas pada masa pubertas. Pria memiliki massa tubuh total dan massa mineral tulang yang lebih besar, dan massa lemak lebih rendah dibanding wanita. Pria memiliki massa otot lengan yang lebih besar, tulang yang lebih besar dan lebih kuat, 182 J. Gizi Pangan, Volume 9, Nomor 3, November 2014

Tabel 1. Sebaran subjek berdasarkan persen lemak tubuh Persen lemak tubuh Laki-laki Perempuan Rendah 0 0,0 15 14,9 Normal 6 37,5 57 56,4 Tinggi 6 37,5 25 24,8 Sangat tinggi 4 25,0 4 3,9 Total 16 100,0 101 100 Rata-rata (%) 20,35 ± 7,43 26,32 ± 5,60 lemak pada tungkai yang lebih kecil dan distribusi lemak di bagian sentral (perut) yang relatif lebih besar. Perempuan memiliki jumlah jaringan adiposa esensial lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Perbedaan ini dilengkapi dengan perbedaan dalam distribusi jaringan. Perempuan memiliki distribusi lemak di bagian perifer (pinggul) di masa dewasa awal. Perbedaan komposisi tubuh pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan disebabkan oleh aksi hormon steroid seks, yang mendorong adanya perbedaan bentuk tubuh selama perkembangan pubertas. Pada pria, penurunan kadar testosteron dikaitkan dengan peningkatan massa lemak dan penurunan massa otot. Perbedaan ini terjadi sepanjang hidup orang dewasa (Derby et al. 2006). Status antropometri dan persen lemak tubuh mahasiswa Tabel 2. Sebaran subjek berdasarkan status gizi Status gizi Laki-laki Perempuan Underweight 1 6,3 3 3,0 Normal 12 75,0 84 83,2 Overweight 0 0,0 12 11,9 Obes 3 18,8 2 2,0 Total 16 100,0 101 100,0 Status antropometri Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT dapat diketahui dengan mengetahui berat badan dan tinggi badan seseorang. Berat badan subjek laki-laki memiliki nilai rata-rata 63,4±19,82 kg. Tinggi badan subjek laki-laki memiliki nilai rata-rata 168,4±7,83 cm. Sementara itu, berat badan subjek perempuan memiliki nilai rata-rata 51,26±7,70 kg. Tinggi badan subjek perempuan memiliki nilai rata-rata 154,73±5,07 cm. Tabel 2 menjelaskan sebaran subjek berdasarkan status gizi pada subjek laki-laki dan perempuan. Tabel 2 menunjukkan mahasiswa laki-laki sebagian besar memiliki IMT normal (75%). Sementara itu, sebagian besar mahasiswa perempuan memiliki IMT normal (83,2%). status gizi yang baik akan berpengaruh terhadap kesehatan. Kekurangan atau kelebihan gizi dalam jangka waktu yang panjang akan berakibat buruk terhadap kesehatan. Uji beda pada IMT menunjukkan angka p>0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara proporsi distribusi status gizi pada mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan. Lingkar pinggang. Distribusi lemak tubuh merupakan faktor risiko penting terkait obesitas. Kelebihan lemak perut dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiometabolik. Namun, pengukuran tepat kadar lemak di perut membutuhkan penggunaan alat radiologi yang mahal. Oleh karena itu, lingkar pinggang sering digunakan sebagai alternatif penanda massa lemak perut. Hal ini dikarenakan lingkar pinggang berkorelasi dengan massa lemak perut (subkutan dan intraabdominal) dan berhubungan dengan penyakit kardiometabolik (Klein et al. 2007). Lingkar pinggang dapat memberikan pengukuran yang sederhana terhadap kegemukan sentral. Sebagian besar mahasiswa laki-laki memiliki ukuran lingkar pinggang normal (87,5%) dan terdapat 12,5% mahasiswa laki-laki yang mengalami obesitas abdominal. Sementara itu, sebagian besar mahasiswa perempuan memiliki ukuran lingkar pinggang normal (98,0%). Subjek yang mengalami obesitas abdominal memiliki IMT dalam kategori overweight dan obese. Tabel 3 menjelaskan sebaran subjek berdasarkan lingkar pinggang pada subjek laki-laki dan perempuan. Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar mahasiswa laki-laki memiliki ukuran lingkar pinggang normal (87,5%) dan terdapat 12,5% mahasiswa laki-laki yang mengalami obesitas abdominal. Rata-rata lingkar pinggang mahasiswa laki-laki adalah 75,78±14,21 cm yang dikategorikan normal. Sementara itu, sebagian besar mahasiswa perempuan memiliki ukuran lingkar pinggang normal (98,0%) dan hanya 2% mahasiswa perempuan yang mengalami obesitas abdominal. Rata-rata lingkar ping- Tabel 3. Sebaran subjek berdasarkan status lingkar pinggang Kategori lingkar pinggang Laki-laki Perempuan Normal 14 87,5 99 98,0 Obesitas abdominal 2 12,5 2 2,0 Total 16 100,0 101 100,0 Rata-rata lingkar pinggang (cm) 75,78±14,21 67,27±5,79 J. Gizi Pangan, Volume 9, Nomor 3, November 2014 183

Yunieswati & Briawan gang mahasiswa perempuan adalah 67,27±5,79 cm yang dikategorikan normal. Empat orang subjek yang mengalami obesitas abdominal memiliki IMT dalam kategori overweight dan obese. Uji beda menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara proporsi distribusi lingkar pinggang pada mahasiswa laki-laki dan perempuan. Rata-rata lingkar pinggang laki-laki pada penelitian ini (75,78±14,21 cm) lebih besar dibandingkan lingkar pinggang perempuan (67,27±5,79 cm). Hal ini sesuai dengan WHO 2008 yang menyatakan bahwa lingkar pinggang pada laki-laki lebih besar dibandingkan dengan lingkar pinggang perempuan dari semua etnis. Hal ini ditunjukkan dari nilai cut-off lingkar pinggang laki-laki yang selalu lebih besar dibandingkan perempuan pada semua etnis. Penelitian Koscinski (2013) menyatakan bahwa lingkar pinggang berhubungan negatif dengan hormon seks wanita (estradiol) dan berhubungan positif dengan hormon seks laki-laki (testosteron) sehingga nilai lingkar pinggang pada wanita jelas lebih rendah dibandingkan dengan nilai lingkar pinggang laki-laki. Ukuran lingkar pinggang yang tinggi pada wanita dapat meningkatkan risiko penyakit, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, penyakit kandung empedu, dan penurunan fungsi paru-paru. Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul (RLPP). RLPP menggambarkan proporsi lemak yang ada di daerah pinggang-pinggul. Sebagian besar ukuran rata-rata RLPP pada wanita muda berada pada kisaran 0,75-0,80 dan meningkat seiring meningkatnya usia. Sementara itu, RLPP pada pria biasanya lebih tinggi daripada perempuan sekitar 0,10-0,15 (Koscinski 2013). Tabel 4 menjelaskan sebaran subjek berdasarkan status RLPP pada subjek laki-laki dan perempuan. Sebagian besar mahasiswa laki-laki maupun perempuan memiliki rasio lingkar pinggang dan pinggul yang dikategorikan tidak berisiko yaitu 93,8% dan 95% (Tabel 4). Rata-rata rasio lingkar pinggang dan pinggul mahasiswa lakilaki adalah 0,83±0,07 cm yang dikategorikan normal dan rata-rata lingkar pinggang mahasiswa perempuan adalah 0,73±0,05 cm yang dikategorikan normal (Tabel 4). Rata-rata rasio lingkar pinggang dan pinggul laki-laki dalam penelitian ini (0,83±0,07 cm) lebih besar dibandingkan RLPP pada perempuan (0,73±0,05 cm). Hal ini sesuai dengan WHO (2008) yang menyatakan bahwa rasio lingkar pinggang dan pinggul pada laki-laki lebih besar dibandingkan dengan lingkar pinggang pinggul perempuan dari semua etnis. Hal ini ditunjukkan dari nilai cut-off lingkar pinggang pinggul lakilaki yang selalu lebih besar dibandingkan cut-off lingkar pinggang pinggul perempuan pada semua etnis. Penelitian Koscinski (2013) menyatakan bahwa RLPP berhubungan negatif dengan hormon seks wanita (estradiol) dan berhubungan positif dengan hormon seks laki-laki (testosteron) sehingga nilai RLPP pada wanita jelas lebih rendah dibandingkan dengan nilai RLPP laki-laki. Ukuran RLPP yang tinggi pada wanita dapat meningkatkan risiko penyakit, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, penyakit kandung empedu, dan penurunan fungsi paru-paru. Hubungan status antropometri dengan persen lemak tubuh Terdapat hubungan yang signifikan antara IMT dan persen lemak tubuh pada subjek lakilaki (r=0,749, p=0,001) dan perempuan (r=0,475, p=0,000). Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang meneliti tentang hubungan IMT dan persen lemak tubuh, salah satunya yaitu penelitian Ruhl et al. (2007) yang menunjukkan persen lemak tubuh berhubungan dengan IMT pada perempuan dan laki-laki dewasa sehingga dengan IMT yang lebih tinggi biasanya seseorang memiliki persen lemak tubuh yang lebih tinggi. Penelitian Ranasinghe et al. (2013) pada 1.114 subjek dewasa di daerah Sri Lanka dan Meeuwsen (2010) pada orang dewasa di Inggris menyatakan bahwa IMT berkorelasi dengan persen lemak tubuh. Hubungan ini dipengaruhi juga oleh umur dan gender. Hubungan IMT dan persen lemak tubuh signifikan dikarenakan semakin tinggi IMT subjek, persen lemak tubuh pun semakin meningkat. Terdapat hubungan yang signifikan antara lingkar pinggang dan persen lemak tubuh pada Tabel 4. Sebaran subjek berdasarkan status rasio lingkar pinggang pinggul Rasio lingkar pinggang pinggul laki-laki Perempuan Tidak berisiko/normal 15 93,8 96 95,0 Berisiko 1 6,3 5 5,0 Total 16 100,0 101 100,0 Rata-rata RLPP (cm) 0,83 ± 0,07 0,73 ± 0,05 184 J. Gizi Pangan, Volume 9, Nomor 3, November 2014

subjek laki-laki (r=0,762, p=0,001) dan perempuan (r=0,769, p=0,000). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Flegal et al. (2009) pada 12.901 orang remaja berusia 12-19 tahun yang menunjukkan bahwa pada remaja laki-laki persen lemak tubuh berhubungan signifikan terhadap lingkar perut (p< 0,05). Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Yang et al. (2006) pada laki-laki dan perempuan usia 20-45 tahun di Cina yang menyatakan bahwa lingkar pinggang berkorelasi positif dengan persen lemak tubuh. Klein et al. (2007) menyatakan bahwa IMT dan lingkar pinggang berkorelasi kuat dengan total jaringan adiposa dalam tubuh. Hubungan lingkar pinggang dan persen lemak tubuh signifikan dikarenakan semakin tinggi ukuran lingkar pinggang subjek, persen lemak tubuh pun semakin meningkat. Sementara itu, terdapat hubungan yang signifikan antara RLPP dan persen lemak tubuh pada laki-laki (r=0,654, p=0,006) dan perempuan (r=0,267, p= 0,007). Hal ini sejalan dengan penelitian Yang et al. (2006) pada laki-laki dan perempuan usia 20-45 tahun di Cina yang menyatakan bahwa RLPP berkorelasi positif dengan persen lemak tubuh. Hubungan RLPP dan persen lemak tubuh signifikan dikarenakan semakin tinggi ukuran RLPP subjek, persen lemak tubuh pun semakin meningkat. Sebaran subjek berdasarkan IMT, lingkar pinggang, RLPP dan persen lemak tubuh dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan sebaran subjek berdasarkan IMT, lingkar pinggang, RLPP dan persen lemak tubuh. Subjek yang memiliki IMT underweight memiliki persen lemak tubuh yang rendah sebanyak 1,7%, dan normal sebanyak 1,7%. Subjek yang memiliki IMT normal memiliki persen lemak tubuh yang rendah sebanyak Status antropometri dan persen lemak tubuh mahasiswa 11,1%, normal sebanyak 48,7%, tinggi sebanyak 21,3% dan sangat tinggi sebanyak 0,9%. Subjek yang memiliki IMT overweight memiliki persen lemak tubuh yang normal sebanyak 0,8%, tinggi sebanyak 6% dan sangat tinggi sebanyak 3,5%. Subjek yang memiliki IMT obese memiliki persen lemak tubuh yang normal sebanyak 1,7% dan sangat tinggi sebanyak 2,6%. Sebaran subjek berdasarkan IMT dan persen lemak tubuh dapat dikatakan sesuai dengan hipotesis awal karena pada subjek yang memiliki IMT rendah sebagian besar memiliki persen lemak tubuh yang rendah dan normal. Sementara itu, pada subjek yang memiliki IMT yang tinggi (overweight/obese) sebagian besar cenderung memiliki persen lemak tubuh dalam kategori tinggi dan sangat tinggi. Subjek yang memiliki lingkar pinggang dalam kategori normal memiliki persen lemak tubuh yang rendah sebanyak 12,8%, normal sebanyak 52,1%, tinggi sebanyak 26,5%, dan sangat tinggi sebanyak 5,3%. Subjek dengan lingkar pinggang normal ada kemungkinan memiliki persen lemak tubuh yang tinggi dan sangat tinggi dikarenakan adanya faktor hormonal dan genetik tetapi sebagian besar cenderung memiliki persen lemak tubuh yang normal. Subjek yang memiliki lingkar pinggang dalam kategori obesitas abdominal memiliki persen lemak tubuh yang normal sebanyak 0,8%, tinggi sebanyak 0,8%, dan sangat tinggi sebanyak 1,7%. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yaitu seseorang yang memiliki ukuran lingkar pinggang yang lebih besar maka cenderung memiliki persen lemak tubuh yang lebih tinggi. Subjek yang memiliki RLPP dalam kategori normal memiliki persen lemak tubuh yang rendah sebanyak 12,8%, normal sebanyak 50,4%, Tabel 5. Sebaran subjek berdasarkan indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP) dan persen lemak tubuh Persen lemak tubuh Status gizi Rendah Normal Tinggi Sangat tinggi Total % p IMT: Underweight 2 1,7 2 1,7 0 0 0 0 4 3,4 Normal 13 11,1 57 48,7 25 21,3 1 0,9 96 82,1 0,001 a) * Overweight 0 0 1 0,8 7 6,0 4 3,5 12 10,2 Obes 0 0 2 1,7 0 0 3 2,6 5 4,3 0,000 b) * Total 15 12,8 62 52,9 32 27,3 8 7 117 100 Lingkar pinggang: Normal 15 12,8 61 52,1 31 26,5 6 5,3 113 96,6 Obesitas abdominal 0 0 1 0,8 1 0,8 2 1,7 4 3,4 Total 15 12,8 62 52,9 32 27,3 8 7 117 100 RLPP: Normal 15 12,8 59 50,4 30 25,6 7 6,1 111 94,9 Berisiko 0 0 3 2,5 2 1,7 1 0,9 6 5,1 Total 15 12,8 62 52,9 32 27,3 8 7 117 100 Keterangan: a) laki-laki; b) perempuan; * signifikan pada p<0,05 0,001 a) * 0,000 b) * 0,006 a) * 0,007 b) * J. Gizi Pangan, Volume 9, Nomor 3, November 2014 185

Yunieswati & Briawan tinggi sebanyak 25,6%, dan sangat tinggi sebanyak 6,1%. Subjek dengan RLPP normal ada kemungkinan memiliki persen lemak tubuh yang tinggi dan sangat tinggi dikarenakan adanya faktor hormonal dan genetik. Subjek yang memiliki RLPP dalam kategori berisiko memiliki persen lemak tubuh yang normal sebanyak 2,5%, tinggi sebanyak 1,7%, dan sangat tinggi sebanyak 0,9%. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal yaitu seseorang yang memiliki ukuran RLPP yang lebih besar maka cenderung memiliki persen lemak tubuh yang lebih tinggi. KESIMPULAN Mahasiswa laki-laki sebagian besar memiliki persen lemak tubuh normal dan tinggi. Ratarata mahasiswa laki-laki memiliki lemak tubuh 20,35±7,43% yang dikategorikan tinggi. Sementara itu, sebagian besar mahasiswa perempuan memiliki persen lemak tubuh normal. Rata-rata mahasiswa perempuan memiliki lemak tubuh 26,32±5,60% yang dikategorikan normal. Sebagian besar mahasiswa laki-laki dan perempuan memiliki status gizi, ukuran lingkar pinggang, dan rasio lingkar pinggang dan pinggul yang dikategorikan normal/tidak berisiko. Hasil uji korelasi ditemukan adanya hubungan bermakna antara IMT, lingkar pinggang, RLPP dengan persen lemak tubuh pada subjek laki-laki dan perempuan (p<0,05). DAFTAR PUSTAKA Almatsier S, Soetardjo S, Soekatri M. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Derby CA, Zilber S, Brambilla D. 2006. Body mass index, waist circumference and waist to hip ratio and change in sex steroid hormones: the Massachusetts Male Ageing Study. J Clin Endocrinol 65(1):125-131. Fahey T, Insel P, Roth W. 2010. Body Composition, Fit & Well: Core Concepts and Labs in Physical Fitness and Wellness. New York: McGraw-Hill. Flegal K, Shepherd J, Looker A, Graubard B, Borrud L, Ogden C, Harris T, Everhart J, Schenker N. 2009. Comparisons of percentage body fat, body mass index, waist circumference, and waist-stature ratio in adults. Am J Clin Nutr 89(2):500-8. doi: 10.3945/ajcn.2008.26847 [Kemenkes] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Departemen Bina Gizi. Klein S, Allison DB, Heymsfield SB, Kelley DE, Leibel RL, Nonas C, Kahn R. 2007. Waist Circumference and cardiometabolic risk: a consensus statement from shaping America s health: Association for Weight Management and Obesity Prevention; NAASO, The Obesity Society; the American Society for Nutrition; and the American Diabetes Association. Am J Clin Nutr 85:1197 202. Koscinski K. 2013. Attractiveness of women s body: body mass index, waist-hip ratio, and their relative importance. Behav Ecol Maret 2013. doi:10.1093/beheco/art016. Meeuwsen S, Horgan GW, Elia M. 2010. The relationship between BMI and percent body fat, measured by bioelectrical impedance, in a large adult sample is curvilinear and influenced by age and sex. Clin Nutr; 29:560-566. doi:10.1016/j.clnu.2009.12.011 Ranasinghe C, Gamage P, Katulanda P, Andraweera N, Thilakarathne S, Tharanga P. 2013. Relationship between body mass index (BMI) and body fat percentage, estimated by bioelectrical impedance, in a group of Srilankan adults: a cross sectional study. BMC Public Health 13:797. doi:10.1186/1471-2458-13-797. Ruhl CE, Harris TB, Ding J, Goodpaster BH, Kanaya AM, Kritchevsky SB, Simonsick EM, Tylavsky FA, Everhart JE. 2007. Body mass index and serum leptin concentration independently estimate percentage body fat in older adults. Am J Clin Nutr 85:1121-1126. [WHO] World Health Organization. 2008. Waist Circumference and waist-hip ratio: report of a WHO expert consultation. Geneva: WHO Technical Report Series. [WHO/IASO/IOTF] World Health Organization/ International Association for the Study of Obesity/International Obesity Task Force (IOTF). 2000. The Asia-Pasific perspective: redefining obesity and its treatment. Australia: Health Communication Australia. Yang F, Jin-Hai Lv, Shu FL, Xiang DC, Man YL, Wei XJ, Hong X, Li JT. 2006. Receiver-operating characteristics analyses of body mass index, waist circumference and waist-to hip ratio for obesity: Screening in young adults in central south China. Clin Nutr 25(6):1030-1039. doi: 10.1016/j. clnu.2006.04.009. 186 J. Gizi Pangan, Volume 9, Nomor 3, November 2014