PENGEMBANGAN ALGORITMA BARIS UNTUK PEWARNAAN GRAF DEVELOPMENT OF SEQUENTIAL ALGORITHM FOR GRAPH COLORING

dokumen-dokumen yang mirip
Perbandingan Algoritma Pewarnaan LDO, SDO, dan IDO pada Graf Sederhana

PEMBANGUNAN SISTEM PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN ALGORITMA PEWARNAAN GRAF

Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia

Penerapan Graph Colouring Untuk Merencanakan Jadwal

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK JOIN DARI DUA GRAF

LAPORAN PENELITIAN APLIKASI PEWARNAAN SIMPUL GRAF UNTUK MENGATASI KONFLIK PENJADWALAN MATA KULIAH DI FMIPA UNY

Aplikasi Pewarnaan Graf dalam Penyimpanan Senyawa Kimia Berbahaya

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF AMALGAMASI BINTANG

BILANGAN KROMATIK GRAF HASIL AMALGAMASI DUA BUAH GRAF TERHUBUNG

PEWARNAAN TOTAL R-DINAMIS DENGAN TEKNIK FUNGSI PEWARNAAN BERPOLA PADA HASIL OPERASI COMB

Pewarnaan Total Pada Graf Outerplanar

Bab 2 TEORI DASAR. 2.1 Graf

NILAI TOTAL KETIDAKTERATURAN TITIK DARI SUBDIVISI GRAF BINTANG S. UNTUK m 9, n 3 ON THE TOTAL VERTEX IRREGULARITY STRENGTH OF SUBDIVISION OF STAR S

Jln. Perintis Kemerdekaan, Makassar, Indonesia, Kode Pos BASIS FOR DETERMINING THE WHEEL GRAPH

SIFAT SIFAT GRAF YANG MEMUAT SEMUA SIKLUS Nur Rohmah Oktaviani Putri * CHARACTERISTIC OF THE GRAPH THAT CONTAINS ALL CYCLES Nur Rohmah Oktaviani Putri

Misalkan dipunyai graf G, H, dan K berikut.

PEWARNAAN PADA GRAF BINTANG SIERPINSKI. Siti Khabibah Departemen Matematika, FSM Undip

On r-dynamic Coloring of Operation Product of Cycle and Path Graphs

APLIKASI PEWARNAAN GRAPH PADA PEMBUATAN JADWAL

Pengembangan Pewarnaan Titik pada Operasi Graf Khusus

PENERAPAN ALGORITMA WELCH POWELL DENGAN PEWARNAAN GRAPH PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN SMA

ALTERNATIF PEMBUKTIAN DAN PENERAPAN TEOREMA BONDY. Hasmawati Jurusan Matematika, Fakultas Mipa Universitas Hasanuddin

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF POHON n-ary LENGKAP

MATHunesa (Volume 3 No 3) 2014

Penerapan Teorema Bondy pada Penentuan Bilangan Ramsey Graf Bintang Terhadap Graf Roda

BILANGAN TERHUBUNG PELANGI PADA GRAF HASIL AMALGAMASI GRAF PEMBAGI NOL ATAS RING KOMUTATIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELABELAN GRACEFUL SISI BERARAH PADA GRAF GABUNGAN GRAF SIKEL DAN GRAF STAR. Putri Octafiani 1, R. Heri Soelistyo U 2

KARAKTERISASI GRAF POHON DENGAN BILANGAN KROMATIK LOKASI 3

TEOREMA CAYLEY DAN PEMBUKTIANNYA

PELABELAN PRODUCT CORDIAL PADA TENSOR PRODUCT PATH DAN SIKEL

The r-dynamic Chromatic Number of Special Graph Operations

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF P m P n, K m P n, DAN K m K n

PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi-anti AJAIB PADA GRAF BINTANG

Konstruksi Pelabelan- Pada Line Digraph dari Graf Lingkaran Berarah dengan Dua Tali Busur

GRAF-GRAF BERORDE n DENGANN BILANGAN KROMATIK LOKASI n - 1 SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH YOGI DARVIN AGUNG BP:

Penerapan Pewarnaan Titik pada Graf dalam Penyusunan Lokasi Duduk Menggunakan Algoritma Greedy Berbantuan Microsoft Visual Basic 6.

Abstract

Pelabelan Product Cordial Graf Gabungan pada Beberapa Graf Sikel dan Shadow Graph Sikel

LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa konsep dasar teori graf dan bilangan. kromatik lokasi sebagai landasan teori pada penelitian ini.

Bilangan Khromatik Pewarnaan Sisi pada Graf Khusus dan Operasinya

MODIFIKASI ALGORITMA WELCH-POWELL

PENYUSUNAN JADWAL KULIAH DENGAN ALGORITMA PEWARNAAN PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SLAMET RIYADI.

Bilangan Ramsey untuk Graf Bintang Genap Terhadap Roda Genap

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF KEMBANG API F n,2 DAN F n,3 DENGAN n 2

BILANGAN TERHUBUNG TITIK PELANGI UNTUK GRAF THE RAINBOW VERTEX CONNECTION NUMBER OF STAR

PELABELAN L(2,1) PADA OPERASI BEBERAPA KELAS GRAF

Memanfaatkan Pewarnaan Graf untuk Menentukan Sifat Bipartit Suatu Graf

Jln. Perintis Kemerdekaan, Makassar, Indonesia, Kode Pos THE TOTAL VERTEH IRREGURARY STRENGTH OF HONEYCOMB GRAPH

Bilangan Kromatik Graf Hasil Amalgamasi Dua Buah Graf

BILANGAN DOMINASI DAN BILANGAN KEBEBASAN GRAF BIPARTIT KUBIK. Jl. Prof. H. Soedarto, S. H, Tembalang, Semarang

Pengantar Analisa Algoritma

Rainbow Connection Number of Special Graph and Its Operations

APLIKASI PEWARNAAN GRAF PADA MASALAH PENYUSUNAN JADWAL PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS KUNINGAN

Bilangan Terhubung-Total Pelangi untuk Beberapa Graf Amalgamasi

Penerapan Pewarnaan Graf untuk Mencari Keunikan Solusi Sudoku

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF ULAT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

G : ( σ, µ ) dengan himpunan titik S yaitu

Aplikasi Pewarnaan Graf untuk Sistem Penjadwalan On-Air Stasiun Radio

PELABELAN TOTAL -SISI ANTI AJAIB SUPER UNTUK GRAF ULAT SKRIPSI SARJANA MATEMATIKA OLEH: RIRI EMARINE SUSUR BP

Penerapan Algoritma Backtracking pada Pewarnaan Graf

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF HUTAN LINIER H t

2. TINJAUAN PUSTAKA. Chartrand dan Zhang (2005) yaitu sebagai berikut: himpunan tak kosong dan berhingga dari objek-objek yang disebut titik

TERKECIL. Kata Kunci :Graf korona, graf lintasan, pelabelan total tidak teratur sisi, nilai total ketidakteraturan sisi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI ALGORITMA GREEDY PADA PERSOALAN PEWARNAAN GRAF

Oleh : Rindi Eka Widyasari NRP Dosen pembimbing : Dr. Darmaji, S.Si., M.T.

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF K n K m

DIMENSI METRIK GRAF KIPAS Suhartina 1*), Nurdin 2), Amir Kamal Amir 3) Perintis Kemerdekaan, Makassar, Indonesia, Kode Pos 90245

KONSEP DASAR GRAF DAN GRAF POHON. Pada bab ini akan dijabarkan teori graf dan bilangan kromatik lokasi pada suatu graf

PELABELAN PRIME CORDIAL PADA BEBERAPA GRAF YANG TERKAIT DENGAN GRAF SIKEL

III. BILANGAN KROMATIK LOKASI GRAF. ini merupakan pengembangan dari konsep dimensi partisi dan pewarnaan graf.

DIMENSI PARTISI DARI GRAF LOLLIPOP, GRAF GENERALIZED JAHANGIR, DAN GRAF C n 2 K m

Digraph eksentris dari turnamen transitif dan regular (Eccentric digraph of transitive and regular tournaments)

Pelabelan Pseudo Edge-Magic dan Pseudo Vertex-Magic pada Graf Sebarang

SIFAT-SIFAT GRAF SIKEL DENGAN PELABELAN FUZZY

KAJIAN MENGENAI SYARAT CUKUP POLYNOMIAL KROMATIK GRAF TERHUBUNG MEMILIKI AKAR-AKAR KOMPLEKS

Judul Penelitian : PEMBANGUNAN SISTEM PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN ALGORITMA PEWARNAAN GRAF

PELABELAN E-CORDIAL PADA BEBERAPA GRAF CERMIN

MINIMAL EDGE DARI GRAF 2-CONNECTED DENGAN CIRCUMFERENCE TERTENTU (On Edge Minimal 2-Connected Graphs with Prescribed Circumference)

PENERAPAN GREEDY COLORING ALGORITHM PADA PETA KOTAMADYA YOGYAKARTA BERBASIS FOUR-COLOUR THEOREM

Pewarnaan titik Pada Graf Spesial dan Operasinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

EKSENTRIK DIGRAF DARI GRAF-GRAF KHUSUS

SPECTRUM DETOUR GRAF n-partisi KOMPLIT

Penerapan Pewarnaan Titik untuk Super (a, d) H Antimagic Total Covering pada Gabungan Graf Khusus

Aplikasi Pewarnaan Graph pada Pembuatan Jadwal

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF C n K m, DENGAN n 3 DAN m 1

PENJADWALAN KULIAH DENGAN ALGORITMA WELSH-POWELL (STUDI KASUS: JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNAND)

PERBANDINGAN WAKTU EKSEKUSI ALGORITMA DSATUR

Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN NILAI TOTAL KETAKTERATURAN TOTAL DARI DUA COPY GRAF BINTANG. Rismawati Ramdani

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GRAF DIVISOR CORDIAL

ALTERNATIF PEMBUKTIAN PENGEMBANGAN TEOREMA DIRAC UNTUK GRAF BERORDE KURANG ATAU SAMA DENGAN SEPULUH

GRAF AMALGAMASI POHON BERBILANGAN KROMATIK LOKASI EMPAT

`BAB II LANDASAN TEORI

Penerapan Teori Graf Dalam Jaringan GSM

MODEL PENJADWALAN GURU MENGGUNAKAN GRAPH COLORING DENGAN ALGORITMA BEE COLONY

Transkripsi:

PENGEMBANGAN ALGORITMA BARIS UNTUK PEWARNAAN GRAF DEVELOPMENT OF SEQUENTIAL ALGORITHM FOR GRAPH COLORING Ramlah 1, Hasmawati 2, Armin Lawi 3 1 Bagian Matematika Terapan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, 2 Bagian Graf, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, 3 Bagian Pemrograman, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Alamat Korespondensi: Ramlah S.Si Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar, HP: 085394246049 Email: Raml4h@gmail.com

Abstrak Salah satu algoritma yang dapat digunakan untuk pewarnaan graf adalah algoritma baris. Pada tahun 2012, Rahmat Januar Noor membuat program algoritma baris dengan software matlab, yang menghasilkan jumlah warna sama dengan bilangan kromatik pada beberapa graf sederhana. Oleh karena itu, pada peneltian ini dilakukan penganalisaan dan pengembangan algoritma baris. Metode yang digunakan yaitu: merubah urutan label graf, menerapkan algoritma baris pada graf tersebut, mengubah urutan label graf berdasarkan derajat terbesar, selanjutnya menerapkan dan menganalisa dampak dari label berdasarkan derajat terbesar pada algoritma baris. Jumlah warna yang dihasilkan oleh algoritma baris pada graf sederhana yang sama dengan label yang berbeda menghasilkan jumlah warna yang ambigu (berbeda). Jumlah warna yang dihasilkan oleh algoritma baris berdasarkan derajat terbesar pada graf sederhana dengan derajat simpul berbeda, menghasilkan jumlah warna yang sama dengan bilangan kromatik graf tersebut. Jumlah warna yang dihasilkan oleh algoritma baris berdasarkan derajat terbesar pada graf sederhana dengan derajat simpulnya sama, menghasilkan jumlah warna yang ambigu. Adapun kompleksitas pengembangan algoritma baris diperoleh batas atas dan batas bawahnya θ(n ), dimana algoritma asalnya memiliki batas atas O(n ). Disimpulkan bahwa algoritma baris berdasarkan derajat terbesar optimal pada graf dengan derajat simpul yang berbeda dan belum optimal pada graf dengan derajat simpul yang sama. Dan kompleksitas algoritma baris berdasarkan derajat terbesar mampu memperbaiki kompleksitas algoritma baris. Kata Kunci: Pewarnaan graf, bilangan kromatik, algoritma baris, derajat terbesar, kompleksitas waktu asimptotik. Abstract One of algoritma that can be used for graf colouring is sequential algorithm. In 2012, Rahmat Januar Noor made sequential algoritma program with matlab software, which result the sum of colours equal with chromatic number at some simple graph. Therefore, in this research conducted analysis and development of sequential algorithm. The methods are: change the label sequence graph, applying the sequential algorithm to the graph, change the order of the graph labeled by the greatest degree, and then implement and analyze the impact of the label based on the greatest degree sequential algorithm. The amount of color produced by sequential sequential algorithm on simple graph are the same as the number of different labels produced ambiguous colors (different). The number of colors generated by an sequential algorithm based on the degree of the largest in graphs with different vertex degrees, producing the same amount of color chromatic number graph. The number of colors generated by an sequential algorithm based on the degree of the largest in simple graphs with the same degree of knots, resulting in a number of colors ambiguous. The complexity of developing sequential algorithms derived of the upper and lower limit of θ(n ), where the original algorithm has an upper limit of O(n ). It is concluded that the sequential algorithm is based on the largest degree optimal on a graph with vertices of different degrees and not optimal for graphs with vertices of the same degree. And the complexity of the sequential algorithm by the largest degree of complexity of the algorithm is able to the repair. Key Word: Graph coloring, chromatic number, Sequential Algorithm, largest degree, asimptotik time complexity.

PENDAHULUAN Awal mula dikenal pewarnaan graf adalah pada tahun 1852 oleh seorang ahli matematika Francis Guthrie lulusan Universitas Perguruan tinggi London. Francis Guthrie mengamati bahwa daerah Inggris dapat diwarnai dengan empat warna sedemikian sehingga daerah yang bertetangga mempunyai warna yang berbeda. Dia menyatakan bahwa untuk mewarnai semua peta dibutuhkan empat warna dan dia mencoba untuk membuktikan hal ini. Banyak ilmuan matematik yang juga mencoba membuktikan masalah ini, diantaranya Joseph Sylvester (1838-1841), Arthur Cayley (1841-1878), Alfred Bray Kempe (1849-1922), Peter Guthrie Tait (1831-1901). Dan pada tahun 1976 Wolfgang Haken dan Kenneth Appel berhasil membuktikan teorema ini dengan menggunakan komputer dalam waktu yang cukup lama yaitu 1200 jam. Berkat usaha mereka, maka dikenal salah satu submateri dalam graf yaitu pewarnaan graf. (Chartrand, dkk., 2005) Terdapat tiga macam pewarnaan graf yaitu pewarnaan simpul (vertex colouring), pewarnaan sisi (edge colouring) dan pewarnaan wilayah (face colouring). Pewarnaan sisi dan pewarnaan wilayah merupakan bentuk lain dari pewarnaan simpul dan dapat diubah kembali menjadi model pewarnaan simpul. Algoritma yang dapat digunakan untuk menyelesaikan pewarnaan simpul antara lain: First Fit (FF), Largest Degree Ordering (LDO), Satureted Degree Ordering (SDO), Incident Degree Ordering (IDO) dan baris (sequential). Pada tahun 2006, Dr. Hussein Al- Omari dan Khair Eddin Sabri menemukan dua algoritma baru dengan menggabungkan LDO- IDO dan SDO- LDO, dan dari penelitian mereka diketahui bahwa gabungan algoritma SDO- LDO menggunakan warna yang lebih sedikit dari FF, LDO, SDO, IDO dan LDO- IDO. (Al- Omari, dkk., 2006). Pada tahun 2010, Akhlak Mansuri, Vijay Gupta dan R.S. Chandel berhasil membuat program untuk algoritma SDO-LDO dan LDO- SDO. (Mansuri, dkk., 2010). Pada tahun 2012, Rahmat Januar Noor membuat program algoritma baris yang menghasilkan jumlah warna sama dengan bilangan kromatik pada beberapa graf sederhana. (Noor, 2012). Dan pada tahun yang sama pula, Suh, Y., Cho, M. dan Lee, K.M, menggunakan metode sequential monte carlo dimana target yang dicapai ditentukan (Suh, dkk., 2012). Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk merancang dan mengembangkan algoritma baris.

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Rancangan Penelitian Pelaksanaan penelitian di jurusan matematika Universitas Hasanuddin, pada bulan agustus- desember 2012. Adapun rancangan penelian menggunakan metode algoritma baris dengan memperhatikan pelabelan simpul pada graf sederhana. Desain dan Variabel Penelitian Secara umum desain penelitian yang dilakukan adalah: merubah urutan label graf, menerapkan algoritma baris pada graf, mengubah urutan label graf berdasarkan derajat terbesar, selanjutnya menerapkan dan menganalisa dampak dari label berdasarkan derajat terbesar pada algoritma baris. Adapun variabel penelitian adalah seberapa dekat hasil yang diperoleh dengan bilangan kromatik graf tersebut dan waktu asimptotik dari program yang dihasilkan. Populasi dan Sampel Populasi adalah pewarnaan graf dengan menggunakan algoritma baris dan sofware matlab. Sampel adalah beberapa graf sederhana dengan derajat 50. HASIL Definisi 1 Misalkan G adalah suatu graf. Simpul v, v V(G) dan sisi x X(G). Jika x = v, v, maka dikatakan bahwa: Simpul v bertetangga (adjacent) dengan simpul v dan sebaliknya sisi x terkait (incident) dengan simpul v maupun simpul v. Misalkan x, x dan x adalah sisi dan v adalah simpul. Jika x, x dan x terkait pada simpul v, maka rusuk x, x dan x dikatakan bertetangga. (Chartrand, dkk., 1996). Definisi 2 Derajat simpul v pada graf G dinotasikan d(v ), adalah banyaknya sisi x X(G) yang terkait dengan simpul v. (Hasmawati. 1989). Untuk memperoleh suatu pewarnaan simpul dengan menggunakan algoritma baris pada graf G dimana V(G) = {v, v,, v } mengikuti langkah- langkah sebagai berikut (Nurwahyu, dkk., 2009): (Langkah ini mengawali parameter i, digunakan untuk mewarnai simpul i); i =. (1)

(Langkah ini mengawali simpul i, untuk mewarnai simpul v ); c = 1 (2) Susun warna simpul yang bertetangga dengan v dengan urutan orde naik dan sebut itu sebagai L (3.1) Jika c tidak muncul dalam L, maka tandai simpul v dengan c, kemudian ke langkah 5, jika tidak lanjutkan (3.2) (Warna c dinaikkan atau ditambahkan); c = c + 1, kembali ke langkah (3.2).. (4) (Parameter i dinaikkan); jika i < p, maka i = i + 1 dan kembali ke langkah 2, jika tidak berhenti. (5) Gambar 1 pada lampiran merupakan graf sederhana dengan jumlah simpul 6 dan label berbeda. Dengan menggunakan algoritma baris untuk Gambar. 1(a) diperoleh v, v, v berwarna 1, v berwarna 2, v berwarna 3 dan v berwarna 4. Jadi banyaknya warna 4. Gambar. 1(b) diperoleh v, v, v berwarna 1, v berwarna 2, v berwarna 3 dan v berwarna 4. Jadi banyaknya warna 4. Gambar. 1(c) diperoleh v berwarna 1, v, v, v berwarna 2, v berwarna 3 dan v berwarna 4. Jadi banyaknya warna 4. Gambar. 1(d) diperoleh v berwarna 1, v, v, v berwarna 2, dan v, v berwarna 3. Jadi banyaknya warna 3. Gambar. 1(e) diperoleh v, v, v berwarna 1, v berwarna 2, v, v berwarna 3. Jadi banyaknya warna 3. Solusi yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah warna yang dihasilkan oleh algoritma baris pada graf sederhana yang sama dengan label yang berbeda menghasilkan jumlah warna yang berbeda. Teorema 1 Kompleksitas sebuah algoritma dikatakan Θ(f(n)) jika dan hanya jika Ω(f(n)) = O(f(n)). Kompleksitas waktu asimptotik pada kasus terbaik graf lintasan yaitu Ω(n ) dan pada kasus terburuk graf lengkap yaitu O(n ). (Noor, R.J. 2012). PEMBAHASAN Dalam penelitian ini terlihat bahwa hasil implementasi algoritma baris dengan label berbeda pada graf sederhana yang sama ambigu, dengan kata lain banyaknya warna yang digunakan berbeda pada graf yang sama dengan label berbeda. Dengan demikian, perlu adanya

syarat awal pada algoritma baris sehingga jumlah warna yang dihasilkan sama dan pengaturan pewarnaan graf lebih terstruktur. Berdasarkan penjelasan diatas, berikut penulis ajukan pengembangan algoritma baris: Urutkan derajat semua n simpul dalam graf G sedemikian diperoleh barisan simpul K = (p, p,, p ), dimana d(p ) d(p ) (1) (Langkah ini mengawali parameter i, digunakan untuk mewarnai simpul i pada K); i = 1... (2) (Langkah ini mengawali simpul i pada K, untuk mewarnai simpul p ); c = 1.. (3) Susun warna simpul yang bertetangga dengan p dengan urutan orde naik dan sebut itu sebagai L.(4.1) Jika c tidak muncul dalam L, maka tandai simpul p dengan c, kemudian ke langkah 6, jika tidak lanjutkan. (4.2) (Warna c dinaikkan atau ditambahkan); c = c + 1, kembali ke langkah (4.2) (5) (Parameter i dinaikkan); jika i < n, maka i = i + 1 dan kembali ke langkah 3. Jika tidak berhenti... (6) Program Algoritma Baris Baru clear all; clc; n= input ('jumlah simpul = '); disp (' '); for i= 1:n for j= 1:n fprintf ('r%d,%d',i,j); r(i,j)=input(' = '); p=sum(r); for i=1:n j=n+1; h=n+2;

r(i,j)=p(1,i); r(i,h)=i; b=sortrows(r,n+1); for k=1:n v(k)=0; for m=1:n p=n+1; if r(1,n+1)~= r(n,n+1) i=b(p-m,n+2); else i=1:n; for i=i c=1; for j=1:n if r(i,j)==1 L(i,j)=v(j); else L(i,j)=0; t=l(i,1:n); s=sort(t); for j=1:n while c==s(1,j); c=c+1; v(i)=c;

for i=1:n; s(1,i)=i; s(2,i)=v(i); fprintf ('\nsimpul dan warnanya'); V=s y=sort(v); M=y(1,n); fprintf ('\nbanyaknya warna = %d\n\n', M) Tampak dari lampiran tabel 1, bahwa pada graf makrstrom dan graf icosahedron, pengembangan algoritma baris masih mengasilkan ambigu. Hal ini dikarenakan derajat dari graf tersebut sama, sehingga urutan berdasarkan derajat terbesar tidak merubah label awal yang diberikan. Kompleksitas Revisi Algoritma Baris Berikut akan ditunjukkan kompleksitas waktu asimptotik graf sederhana dengan kasus terbaik (best case) dan kasus terburuk (worst case). Untuk kasus terbaik akan ditunjukkan dengan graf lintasan, karena kepadatannya paling minimal diantara graf yang ada. Adapun, untuk kasus terburuk akan ditunjukkan dengan menggunakan graf lengkap, karena kepadatannya paling optimal diantara graf lainnya. Berikut ini perhitungannya: Kasus Terbaik (Best Case) 1. clear all; clc; 1 2. n= input ('jumlah simpul = '); 1 3. disp (' '); 1 4. d= [0 1 0 0 0 0; 1 0 1 0 0 0; 0 1 0 1 0 0; 0 0 1 0 1 0; 1 0 0 0 1 0 1; 0 0 0 0 1 0]

5. p=sum(d); 6. for i=1:n 1 7. j=n+1; n 8. h=n+2; n 9. d(i,j)=p(1,i); n 10. d(i,h)=i; n 11. 12. b=sortrows(d,n+1); 1 13. for k=1:n 14. v(k)=0; n 15. End 16. If r(1,n+1)~=r 17. i=b(p-m,n+2); 1 18. else 19. i=1:n; 20. 21. for m=1:n 22. p=n+1; n 23. for i=i 24. c=1; 25. for j=1:n 26. if d(i,j)==1 27. L(i,j)=v(j); n.n 28. else 29. L(i,j)=0; 30. 31. 32. t=l(i,1:n); n 33. s=sort(t); n 34. for j=1:n 35. while c==s(1,j) 36. c=c+1; n/2 37. 38. 39. v(i)=c; n 40. 41. 42. for i=1:n; 43. s(1,i)=i; n 44. s(2,i)=v(i); n 45. 46. fprintf ('\nsimpul dan warnanya'); 1 47. V=s 1 48. y=sort(v); 1 49. M=y(1,n); 1 50. fprintf ('\nbanyaknya warna = %d\n\n', M); 1

T(n) = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + n + n + n + n + 1 + n + 1 + n + n + n + n + n + n + n 2 + n + n + n + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 12 + 27 2 n + n T(n) = 12 + 27 2 n + n = O(n ) Karena 12 + 27 2 n + n 11n + 27 2 n + n = 51 2 n untuk semua n 1 (C= 53 2 dan n = 1). Jadi kompleksitas waktu asimptotik pada kasus terbaik graf lintasan adalah Ω(n 2 ). Kasus Terburuk (Worst Case) 1. clear all; clc; 1 2. n= input ('jumlah simpul = '); 1 3. disp (' '); 1 4. r= [0 1 1 1 1 1; 1 0 1 1 1 1; 1 1 0 1 1 1; 1 1 1 0 1 1; 1 1 1 1 1 0 1; 1 1 1 1 1 0] 5. p=sum(r); 6. for i=1:n 1 7. j=n+1; n 8. h=n+2; n 9. r(i,j)=p(1,i); n 10. r(i,h)=i; n 11. 12. b=sortrows(r,n+1); 1 13. for k=1:n 14. v(k)=0; n 15. End 16. If r(1,n+1)~=r 17. i=b(p-m,n+2); 1 18. else 19. i=1:n; 20. 21. for m=1:n 22. p=n+1; n 23. for i=i 24. c=1; n 25. for j=1:n 26. if r(i,j)==1 27. L(i,j)=v(j); n.n 28. else

29. L(i,j)=0; 30. 31. 32. t=l(i,1:n); n 33. s=sort(t); n 34. for j=1:n 35. while c==s(1,j) 36. c=c+1; 1/2(n-1)n 37. 38. 39. v(i)=c; n 40. 41. 42. for i=1:n; 43. s(1,i)=i; n 44. s(2,i)=v(i); n 45. 46. fprintf ('\nsimpul dan warnanya'); 1 47. V=s 1 48. y=sort(v); 1 49. M=y(1,n); 1 50. fprintf ('\nbanyaknya warna = %d\n\n', M); 1 T(n) = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + n + n + n + n + 1 + n + 1 + n + n + n + n + n + n = 12 + 25 2 n + 3 2 + 1 2 (n 1)n + n + n + n + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 n T(n) = 12 + 25 2 n + 3 2 n = O(n ) Karena 12 + 25 2 n + 3 2 n 11n + 25 2 n + 3 2 n = 25n untuk semua n 1 (C=25 dan n = 1). Jadi kompleksitas waktu asimptotik pada kasus terburuk graf lengkap adalah O(n 2 ). Berdasarkan teorema 1, maka diperoleh kompleksitas pengembangan algoritma baris adalah Θ(n 2 ), dimana diketahui kompleksitas algoritma baris untuk kasus waktu terburuk adalah O(n 3 ) dan untuk kasus terbaik Ω(n 2 ). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembangan algoritma baris mampu memperbaiki kompleksitas algoritma baris.

KESIMPULAN DAN SARAN Dengan menggunakan pengembangan algoritma baris pada graf sederhana dengan mengurutkan label berasarkan derajat terbesarnya, maka banyaknya warna yang dihasilkan sama dengan bilangan kromatik dari graf tersebut. Namun pada graf sederhana khususnya graf markstrom dan graf icosahedron banyaknya warna yang dihasilkan masih ambigu. hal ini dikarenakan derajat dari graf tersebut sama, sehingga urutan berdasarkan derajat terbesar tidak merubah label awal yang diberikan. Sedangkan kompleksitas dari pengembangan algoritma baris diperoleh batas atas dan batas bawahnya Θ(n ), dimana algoritma asalnya memiliki batas atas O(n ). DAFTAR PUSTAKA Al-Omari, Dr. Hussei, Sabri, Khair Eddin. (2006). New Graph Coloring Algorithms. American Journal of Mathematics and Statistics 2 (4): 739-741. Chartrand, G. dan Zhang, P. (2005). Introduction to Graph Theory. Mc Graw Hill International Edition. Chartrand, G. dan Lesniak, L. (1996). Graphs and Digraphs, 3 th. Chapman and Hall. Hasmawati. (1989). Perentangan dan Enumerasi Graph Pohon. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin. Irawan, F.A. (2012). Buku Pintar Pemrograman Matlab. Mediakom. Mansuri, A., Gupta, V. dan Chandel, R. S. (2010). Coloring Programs in Graph Theory. Int Journal of Math. Analysis, 4, 2473 2479 Nurwahyu, B., Hasmawati, Hra, Anisa, Abd. Haris Jalante. (2009). Pengembangan Metode Pewarnaan Graf dan Aplikasinya pada Penentuan Lampu Lalu Lintas. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Hasanuddin. Noor, R.J. (2012). Implementasi Algoritma Baris dalam Pewarnaan Titik pada Graf Sederhana. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin. Suh, Y., Cho, M. dan Lee, K.M. (2012). Graph Matching via Sequential Monte Carlo. Department of EECS, ASRI, Seoul National University, Seoul, Korea. INRIA- WILLOW/ Ecole Normale Superieure, Paris, France, 1-14. Sukrawan. (2011). Implementasi Algoritma Welch- Powell pada Pewarnaan Graf. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

LAMPIRAN Gambar 1. Graf sederhana dengan label yang berbeda

NAMA GRAF Tabel 1. Validasi Algoritma WARNA MINIMUM YANG DIHASILKAN BARIS BARIS BARU (c) Graf Khusus P 6 2 2 2 P 9 2 2 2 C 6 2 2 2 C 9 3 3 3 T 9 2 2 2 K 5 5 5 5 S 9 2 2 2 W 8 4 4 4 W 9 3 3 3 Chavatal 4 4 4 Markstrom 4 atau 3 4 atau 3 3 Kantor Mobius 2 2 2 Icosahedron 4 atau 5 4 atau 5 4 Graf sederhana dengan label berbeda Gambar 1(a) 4 3 3 Gambar 1(b) 4 3 3 Gambar 1(c) 4 3 3 Gambar 1(d) 3 3 3 Gambar 1(e) 3 3 3