.BAB 1 PENDAHULUAN. dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kata lain terjadi perubahan paradigma sistem pemerintahan, baik ditingkat pusat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Doktrin New Public Management (NPM) atau Reinveting

BAB I PENDAHULUAN. Strategi pembangunan kesehatan nasional adalah mewujudkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dari penganggaran tradisional menjadi penganggaran berbasis kinerja. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai

MENGGGAS RUMAH SAKIT PEMERINTAH DAERAH SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM (BLU) Oleh : Muhammad Syarif, SHI1

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS BISNIS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIMA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 119/PMK.05/2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2003, merupakan tahun dimulainya reformasi keuangan di

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

MEMBANGUN KESIAPAN RSUD SEBAGAI ORGANISASI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

TENTANG MENTERI KEUANGAN,

70BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang diwujudkan dalam bentuk penerapan prinsip good governance. Dalam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengelolaan keuangan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang

BUPATI SUKOHARJO TENTANG PENGGUNAAN SURPLUS TUNAI PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk seluruh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing organisasi tersebut, tidak terkecuali dengan Negara. Adanya

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat.

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

BAB II DESKIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB VII PENUTUP. Kabupaten Solok Selatan diketahui berdasarkan komponen input :

BAB V PENUTUP. administratif PPK-BLUD yang meliputi Pola Tata Kelola, Rencana Strategis Bisnis,

MANAJEMEN KEUANGAN RUMAH SAKIT SWASTA DAN RUMAH SAKIT BADAN LAYANAN UMUM (BLU)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONSEP PEMBENTUKAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (PPK-BLUD)

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah Undang-Undang No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

Puskesmas Sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Ditulis oleh Administrator Selasa, 24 May :55 -

Pasal 68 UU no. 1 Tahun 2004

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengelola keuangan di instansi pemerintahan. Paradigma pengelolaan keuangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan lain-lain. Sebagaimana bentuk-bentuk organisasi lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Konsep New Public Management (NPM) yang telah diimplementasikan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk sosial dan bisnis, agar tercipta hubungan subsidi silang antara

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 99 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN USULAN PENERAPAN POLA PENGELOLAAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan baru yang ditujukan kepada instansi pemerintah yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

KEBIJAKAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA OPD YANG MENANGANI BUMD, BLUD, DAN BARANG MILIK DAERAH DAN ARAH PERUBAHAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. kepada instansi pemerintah yang bertujuan menghasilkan barang dan/atau jasa

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit dari cost center menjadi profit oriented membutuhkan suatu peraturan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2014 TENTANG

IKHTISAR EKSEKUTIF. Page iv. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) RSUD Dr. Soegiri Lamongan Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

POLA PENGELOLAAN KEUANGAN PADA BADAN LAYANAN UMUM

KATA PENGANTAR. Inspektorat Daerah Kabupaten Barru

2016, No Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Menteri Keuangan dapat menetapkan pola pengelolaan k

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban terpusat berubah menjadi pola desentralisasi. Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang memuaskan (satisfactory healty care). (Depkes RI, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

Instansi...

BAB II BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (BPKD) KOTAMEDAN. kecil yaitu bagian keuangan sekretariat daerah kota Medan dengan tugas

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, hal itu disebabkan karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Bergulirnya reformasi membawa perubahan dalam segala bidang. kehidupan berbangsa dan bernegara, termasuk di dalamnya pengelolaan

SISTEM PENGANGGARAN PEMERINTAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan

BAB III PEMBAHASAN. daerah dan tugas pembantu di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara lebih adil dan berimbang. Perubahan paradigma ini antara lain

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DOMPU NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DOMPU,

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan dimulainya era reformasi pada tahun 1998, telah memberikan harapan bagi perubahan menuju perbaikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN KINERJA UPT RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH TAHUN 2016

Dipisahkan PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM IMPLEMENTASI TIDAK DIPISAHKAN DIPISAHKAN

BAB I PENDAHULUAN. pusat untuk mengatur pemerintahannnya sendiri. Kewenangan pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peraturan yang ada diantaranya adalah; Peraturan Pemerintah (PP)

BAB 1 PENDAHULUAN. namun tidak dipungkiri bahwa dalam pengelolaan rumah sakit kinerja tenaga sumber

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

.BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Munculnya otonomi daerah menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem pemerintahan yang desentralisasi, yaitu dengan memberikan keleluasaan kepada daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang luas dan bertanggung jawab, untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat sesuai kondisi dan potensi wilayahnya. Pemberian otonomi kepada daerah pada dasarnya bertujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah daerah, terutama dalam pelaksanakan pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat serta untuk meningkatkan pembinaan kesatuan politik dan kesatuan bangsa (Depkes RI, 2007). Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara membuka koridor baru bagi penerapan basis kinerja di lingkungan pemerintah. Dengan Pasal 68 dan 69 dari Undang-Undang tersebut, instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan menonjolkan produktivitas, efisiensi dan efektivitas. Instansi demikian, dengan sebutan umum sebagai Badan Layanan Umum (BLU), diharapkan menjadi contoh kongkrit yang menonjol dari penerapan manajemen keuangan berbasis pada hasil (kinerja).

Dari undang-undang tersebut, Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sebagai instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Untuk dapat menjadi BLUD suatu instansi harus memenuhi tiga persyaratan pokok, yaitu persyaratan substantif, yang terkait dengan penyelenggaran umum, persyaratan teknis yang terkait dengan kinerja pelayanan dan kinerja keuangan, serta persyaratan administratif terkait dengan terpenuhinya dokumen seperti tata kelola, rencana strategis bisnis, standar layanan minimal, laporan keuangan pokok, dan laporan audit/bersedia untuk diaudit. Penerapan badan layanan umum daerah rumah sakit merupakan bagian tak terpisahkan dalam proses penyempurnaan manajemen keuangan (anggaran negara), yang bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik serta efektifitas dari pelaksanaan kebijakan dan program sehingga petugas mampu mengoptimalkan tanggungjawabnya. Dalam menerapkan BLUD rumah sakit, sebagaimana dijelaskan Ilyas (2002 bahwa keberhasilan suatu rumah sakit ditentukan oleh faktor sumber daya manusia atau petugas kesehatan dan sarana dan prasarana pendukung atau fasilitas kerja. Faktor kemampuan petugas kesehatan sangat penting dalam melaksanakan pelayanan kesehatan daripada sarana dan prasarana pendukung. Secanggih dan selengkap apapun fasilitas pendukung yang dimiliki suatu organisasi kerja, tanpa adanya sumber

yang memadai, baik kuantitas maupun kualitasnya, maka rumah sakit tersebut belum dapat berhasil mewujudkan visi, misi dan tujuan rumah sakit. Pegawai administrasi di rumah sakit memegang peranan penting dalam menyelenggarakan administrasi atau pengelolaan berbagai kebijakan yang dirumuskan oleh pimpinan. Seperti yang diungkapkan oleh Azwar (1996) bahwa tugas seorang administrator atau manajer di rumah sakit untuk merumuskan berbagai keputusan dan penyelenggaraan administrasi sebagai acuan rumah sakit dalam mencapai tujuan. Dalam hal ini prinsip-prinsip BLUD yang berorientasi administrasi rumah sakit memegang peranan penting, sebagai sarana untuk mengukur kinerja suatu rumah sakit yang baik. Rumah sakit merupakan suatu unit usaha jasa yang memberikan jasa pelayanan sosial di bidang medis klinis. Pengelolaan unit usaha rumah sakit memiliki keunikan tersendiri karena selain sebagai unit bisnis, usaha rumah sakit juga nemiliki misi sosial, di samping pengelolaan rumah sakit juga sangat tergantung pada status kepemilikan rumah sakit. Misi rumah sakit tidak terlepas dari misi layanan sosial, namun tidak dipungkiri bahwa dalam pengelolaan rumah sakit tetap terjadi konflik kepentingan dari berbagai pihak. Konflik kepentingan berbagai pihak ini dapat bersumber dari klasifikasi organisasi rumah sakit atau lingkungan luar rumah sakit. Selain itu, instansi rumah sakit semakin menjadi sorotan dan masyarakat mulai banyak menuntut nilai yang diperoleh atas pelayanan yang diberikan instansi pemerintah. Tuntutan tersebut diutarakan karena masyarakat masih merasa belum puas atas kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit.

Beberapa rumah sakit masih memiliki kualitas jasa layanan yang masih sangat memprihatinkan. Hal ini antara lain disebabkan karena keterbatasan sumber daya baik sumber daya finansial maupun sumber daya non finansial. Tuntutan peningkatan kualitas jasa layanan membutuhkan berbagai dana investasi yang tidak sedikit. Kenaikan tuntutan kualitas jasa layanan rumah sakit harus dibarengi dengan profesionalisme dalam pengelolaannya. Operasional sangat dipengaruhi oleh berbagai tuntutan dari lingkungan, yaitu lingkungan eksternal dan internal. Tuntutan eksternal antara lain adalah dari para stakeholder bahwa rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan biaya pelayanan kesehatan terkendali sehingga akan berujung pada kepuasan pasien. Tuntutan dari pihak internal antara lain adalah pengendalian biaya. Pengendalian biaya merupakan masalah yang kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai pihak yaitu mekanisme pasar, perilaku ekonomis, sumber daya professional dan yang tidak kalah penting adalah perkembangan teknologi. Rumah sakit kepemerintahan yang terdapat di tingkat pusat dan daerah tidak lepas dari pengaruh perkembangan tuntutan tersebut. Dipandang dari segmentasi kelompok masyarakat, secara umum rumah sakit pemerintah sebagai pelayanan publik merupakan layanan jasa yang menyediakan untuk kalangan menengah ke bawah, sedangkan rumah sakit swasta melayani masyarakat kelas menengah ke atas. Biaya kesehatan cenderung terus meningkat, dan rumah sakit dituntut untuk secara mandiri mengatasi masalah tersebut. Peningkatan biaya kesehatan ini menyebabkan fenomena tersendiri bagi rumah sakit pemerintahan

karena rumah sakit pemerintah memiliki segmen layanan kesehatan untuk kalangan menengah ke bawah. Akibatnya rumah sakit pemerintah diharapkan menjadi rumah sakit yang murah dan bermutu. Rumah sakit pemerintah menghadapi dilema antara misi melayani masyarakat kelas menengah ke bawah dan adanya keterbatasan sumber dana, serta berbagai aturan dan birokrasi yang harus dihadapi. mengakibatkan rumah sakit pemerintah mengalami kebingungan apakah rumah sakit dijadikan sebagai lembaga birokrasi dalam sistem kesehatan ataukah sebagai lembaga pelayanan kesehatan yang tidak birokratis. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU), maka setelah melalui proses, Rumah Sakit Umum Daerah Blangipide Aceh Barat Daya merupakan salah satu rumah sakit di Kabupaten Aceh Barat Daya menerapkan status pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) penuh sesuai Surat Keputusan Bupati Aceh Barat Daya Nomor 900/330/2011 tanggal 29 Desember 2011. RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya sebelum menjadi BLUD dana operasional bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan kegiatan yang dilakukan berdasarkan Rencana Kegiatan Anggaran (RKA). Anggaran biaya keuangan yang diprogramkan untuk kepentingan rumah sakit melalui pengesahan dari lembaga eksekutif dan legislatif daerah. Pengadaan barang dan jasa, obat-obatan, sarana operasional kerja, alat kesehatan dan kegiatannya mengacu pada RKA, apabila tidak sesuai dana tidak diperoleh atau dicairkan untuk biaya operasional rumah sakit. Penghasilan rumah sakit merupakan sumber pendapatan

pemerintah daerah yang disetor setiap triwulan untuk dikelola pada tahun berikutnya. Pembiayaan rumah sakit disesuaikan dengan besarnya pendapatan daerah. Pegawai administrasi dalam menyelesaikan pertanggungjawaban pelayanan adminstrasi sebelum BLUD diselenggarakan setiap triwulan, penyelesaian administrasi laporan kegiatan kerja bulanan harus diselesaikan setiap tanggal 10 setiap bulan, dan penyelesaian penyusunan laporan keuangan diselenggarakan setiap tahun, Setelah RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya setelah ditetapkan BLUD, maka terjadi perubahan-perubahan ke arah yang lebih mempercepat hasil kerja pegawai administrasi seperti menyelesaikan pertanggungjawaban pelayanan adminstrasi diselenggarakan setiap bulan, penyelesaian administrasi laporan kegiatan kerja bulanan harus diselesaikan setiap tanggal 1 setiap bulan, dan penyelesaian penyusunan laporan keuangan diselenggarakan setiap bulan supaya dana yang tersedia dapat segera dipergunakan dan dimanfaatkan secara optimal, Manajemen RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya setelah ditetapkan BLUD, maka pengelolaan keuangan dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan sepenuhnya dikelola oleh rumah sakit. Setelah rumah sakit memiliki otonomi untuk mengelola anggaran pembiayaan rumah sakit, maka pelayanan kesehatan dirasakan lebih baik karena rumah sakit tidak perlu lagi menunggu aliran dana dari APBD untuk menyelenggarkaan pelayanan kesehatan terutama penyediaan obat-obatan. Jika dikaitkan dengan dana yang tersedia, belum dapat memenuhi atau mendukung kegiatan/aktivitas rumah sakit. Pada umumnya dana tersebut lebih diutamakan untuk penyediaan obat-obatan bagi pasien untuk mempercepat kesembuhan penyakit pasien.

Sedangkan biaya-biaya operasional rumah sakit lainnya masih disubsidi oleh pemerintah daerah antara lain gaji petugas kesehatan, penyediaan fasilitas (alat-alat kesehatan), ketersediaan alat-alat kantor, makan pasien, biaya peningkatkan SDM dan biaya-biaya lainnya. Rumah sakit juga diberi azas pertanggung jawaban atas pengelolaan keuangan dengan menyampaikan laporan keuangan setiap bulannya ke Kantor Keuangan Pemda Aceh Barat Daya. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, maka rumah sakit menganggarkan dana 5% dari dana yang tersedia untuk peningkatan SDM petugas kesehatan. Walupun jumlahnya sedikit, tetapi dana tersebut sangat bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan/kemampuan petugas kesehatan yang penerapannya sesuai dengan kebutuhan rumah sakit. Kinerja perorangan (individual performance) dengan kinerja lembaga (institutional performance) atau kinerja perusahaan (corporate performance) mempunyai keterkaitan antara satu dengan lainnya, karena kinerja suatu lembaga atau organisasi sangat dipengaruhi oleh faktor perilaku individu yang ada di dalam organisasi tersebut, sehingga berpengaruh terhadap output dan outcome yang akan diraih oleh organisasi. Organisasi akan berhasil mencapai tujuannya apabila perilaku-perilaku individu di dalamnya dapat diarahkan dan dimotivasi untuk mencapai output tertentu (Ruky, 2002). Kinerja merupakan faktor penting yang harus diperhatikan oleh suatu organisasi. Kinerja dalam suatu periode tertentu dapat dijadikan acuan untuk mengukur tingkat keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi sebuah organisasi (Cahyono, 2000). Sistem

pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja dibuat dengan menetapkan reward dan punishment system (Ulum, 2009). Rumah sakit sebagai instansi pemerintah dalam mengukur kinerjanya tidak terlepas dari goood gavernance yaitu mampu mengendalikan suatu tata kelola yang baik agar cara dan penggunaan cara mencapai hasil sesuai dengan kehendak stake holders. Untuk itu penyelenggaraan good governance berkaitan dengan kinerja pegawai administrasi dengan indikator yang sering digunakan antara lain kualitas, kuantitas, ketetapan waktu, disipilin, efektifitas, komitmen kerja, insentif dan tanggung jawab (Sutrisno, 2010: Prawirosentono, 1999). Menurut Depkes RI (2005) bahwa indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap seperti nilai BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka Penggunaan Tempat Tidur). Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Barat Daya ditinjau dari nilai BOR tahun 2011 yaitu 48,4% dan meningkat menjadi 51% pada tahun 2012. Walaupun terjadi peningkatan nilai BOR, namun hasil yang diperoleh belum mencapai target rumah sakit (60%) dan nasional.(60%-85%). Rumah Sakit Umum Daerah Aceh Barat Daya berkelas C. Berdasarkan data jumlah kunjungan pasien tahun 2011 yaitu 5.141 orang dan tahun 2012 meningkat menjadi 5.209 orang. Target pendapatan yang diperoleh rumah sakit sebelum menjadi BLUD tahun 2011 yaitu Rp.13,7 milyar dengan target Rp.14,3 milyar. Kemudian

setelah menjadi BLUD pada tahun 2012 target pendapatan yaitu Rp.15,8 milyar, sedangkan realisasinya yaitu Rp. 16,4 milyar. Dengan demikian realisasi pendapatan rumah sakit telah mencapai target sesuai yang ditetapkan (104%). Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 orang pegawai administrasi yaitu pada bulan Desember 2012 bahwa penerapan BLUD belum berjalan sesuai yang diharapkan. Namun berdasarkan indikator kesanggupan pegawai administrasi dalam meningkatkan kinerja belum mampu bersinergis dengan baik karena penyelesaian laporan-laporan yang diselesaikan belum tepat waktu. Penerapan tata kelola di rumah sakit seperti tata kerja belum dapat dikatakan sesuai bidang tugasnya karena adanya pegawai administrasi berlatar belakang pendidikan keperawatan. Demikian juga halnya akuntabilitas yang ditetapkan belum sesuai dengan hasil kerja pegawai dalam menyampaikan laporan pertanggung jawaban bulanan tentang pelaksanaan kegiatan rumah sakit. Bahkan transparansi informasi kesehatan bersifat situasional seperti penerimaan pegawai baru karena kebutuhan tenaga yang harus ditanggulangi segera. Penerapan rencana strategis yang telah ditetapkan berupa program jangka pendek maupun jangka panjang dengan mempertimbangkan potensi, peluang dan kendala yang ada belum terealisasi sepenuhnya atau belum dapat meminimalisasi kendala seperti sistem informasi terpadu, dan birokrasi sistem rujukan yang tidak efektif disebabkan kerjasama antara lini belum mendukung. Sedangkan kegiatan laporan keuangan meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, arus kas penyelenggaraannya belum tepat waktu. Dalam melaksanakan pengawasan keuangan badan layanan

umum, maka pihak Dinas Keuangan Aceh Barat Daya telah melakukan Audit pada bulan Desember 2012. Rumah sakit dalam menerapkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat belum sepenuhnya sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan di setiap bidang organisasi dan petugas dalam bekerja belum sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), hal ini dapat dilihat dari keluhankeluhan pasien tentang kualitas pelayanan yang diterimanya seperti penyelesaian administrasi pasien askes terkesan lambat dan kunjungan dokter yang tidak tepat waktu. Upaya rumah sakit dalam membina pegawai dilaksanakan berdasarkan masing-masing profesi dengan pelaksanaan yang belum merata atau sebagian sudah mendapatkan pelatihan. Pegawai administrasi telah mendapat pembinaan dengan mengikuti pelatihan administrasi keuangan. Penempatan petugas juga belum sesuai dengan latar belakang/kompetensi yang dimiliki seperti perawat menjabat sebagai staf keuangan dan layanan informasi pada staf terkesan lambat. Setelah RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya menjadi BLUD, tentunya memiliki otonomi untuk memberdayakan sumber dana sendiri untuk dapat mengoptimalkan kinerja rumah sakit, maka rumah sakit harus dapat mempertahankan kriteria penilaian atau penerapan BLUD itu sendiri melalui peningkatan kinerja pegawai administrasi. Apabila penerapan BLUD tersebut tidak dapat dipertahankan/ dilaksanakan, maka kementerian keuangan dapat mencabut status RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya sebagai BLUD penuh menjadi bertahap atau ditolak sehingga dapat

menyebabkan peningkatan kinerja rumah sakit kurang dapat dioptimalkan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian tentang pengaruh penerapan BLUD (kesanggupan meningkatkan kinerja, pola tata kelola, rencana strategis bisnis dan standar pelayanan minimum) terhadap kinerja pegawai administrasi di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya. 1.2 Permasalahan Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas dirumuskan permasalahan sebagai berikut: bagaimana pengaruh penerapan BLUD (kesanggupan meningkatkan kinerja, pola tata kelola, rencana strategis bisnis, standar pelayanan minimum) terhadap kinerja pegawai administrasi di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya. 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh penerapan BLUD (kesanggupan meningkatkan kinerja, pola tata kelola, rencana strategis bisnis, standar pelayanan minimum) terhadap kinerja pegawai administrasi di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya. 1.4 Hipotesis Penerapan BLUD (kesanggupan meningkatkan kinerja, pola tata kelola, rencana strategis bisnis, standar pelayanan minimum) berpengaruh terhadap kinerja pegawai administrasi di RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya.

1.5 Manfaat Penelitian 1. Bahan masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Aceh Barat Daya untuk merumuskan kebijakan tentang badan layanan umum daerah terhadap kinerja pegawai rumah sakit. 2. Bahan masukan bagi manajemen RSUD Blangpidie Aceh Barat Daya dalam pengambilan keputusan dalam meningkatkan kinerja pegawai administrasi yang menyangkut status badan layanan umum daerah. 3. Bahan masukan bagi akademisi untuk pengembangan ilmu pengetahuan di Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya Magister Kesehatan terutama administrasi rumah sakit tentang kinerja pegawai administrasi. 4. Sebagai bahan referensi dalam penelitian akan yang dilakukan selanjutnya di masa yang akan datang.