KETENTUAN UMUM BANGUNAN PIP2B

dokumen-dokumen yang mirip
DRAFT PEDOMAN UMUM PERENCANAAN BANGUNAN GEDUNG

KATA PENGANTAR. Muara Enim, Juli 2016 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN MUARA ENIM. Dr. Ir. H. ABDUL NADJIB, MM NIP

Syarat Bangunan Gedung

BAB V LANDASAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB II TINJAUAN OBJEK

TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/PRT/M/2016 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DI WILAYAH KABUPATEN SERANG BUPATI SERANG

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

DUGAAN POTENSI MARKUP PEMBAGUNAN GEDUNG DPD RI. Indonesia Budget Center (IBC) Indonesia Corruption Watch (ICW) Jakarta, 7 Juli 2011

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

Tabel 2.7: Hasil Studi Banding Aspek Kampus Perkapalan Undip Kampus Perkapalan ITS Kampus Perkapalan UI Kesimpulan Aspek Kontekstual

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB IV ANALISA PERANCANGAN. tempat pendidikan pembuatan dan produksi film yang harus mempunyai studio

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR


BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 40 TAHUN 2016

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

6. Undang-Undang

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG

BAB IV ANALISIS DATA. menentukan berapa besar energi yang dikonsumsi per tahun. Data yang diperoleh,

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI TULANG BAWANG BARAT PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI TULANG BAWANG BARAT NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Minggu 5 ANALISA TAPAK CAKUPAN ISI

BAB III: DATA DAN ANALISA

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS. Berikut adalah tabel program kebutuhan ruang pada proyek Sekolah Menengah Terpadu:

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA GEDUNG PERTUNJUKAN SENI

6.1 Program Dasar Perencanaan

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GELANGGANG RENANG

Pengembangan Terminal Bandar Udara Tunggul Wulung

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESlA SALIN AN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN PINTAR DI KOTA SOLO DENGAN METAFORA ARSITEKTUR

BAB III STUDI LAPANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA. Lokasi masjid

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Batu convention and exhibition center merupakan salah satu

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB V HASIL RANCANGAN

Kata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 16 TAHUN 2011 TENTANG B A N G U N A N

KEBUTUHAN BESARAN RUANG GEDUNG MUSEUM WAYANG

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan BANGUNAN NON RUMAH TINGGAL

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

STANDAR BARANG DAN STANDAR KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA TANAH DAN/ATAU BANGUNAN DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Bab V Konsep Perancangan

TA Sekolah Alam Gunungpati

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB VI HASIL RANCANGAN. dalam perancangan yaitu dengan menggunakan konsep perancangan yang mengacu

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

2015, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KONSEP PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Unit Rental Kantor Bank

Bab III. Analisis. Aktivitas yang Dilakukan Ruang 1. Pengunjung. duduk & membaca. mengambil kembali tas & jaket. membeli. makan

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AGROBISNIS, KABUPATEN SEMARANG

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB II Manusia, Aktifitas dan Ruang

BAB 4. Analisa. Berdasarkan studi banding dan studi literatur, dapat disimpulkan beberapa bagian fungsional seperti berikut:

Transkripsi:

bab 3 KETENTUAN UMUM BANGUNAN PIP2B 3.1 FUNGSI DAN KLASIFIKASI BANGUNAN PIP2B 3.1.1 PENETAPAN FUNGSI BANGUNAN GEDUNG PIP2B Penetapan fungsi bangunan gedung PIP2B menurut ketentuan yang berlaku adalah: a. Menurut Fungsi Usaha, bangunan gedung PIP2B dikategorikan sebagai bangunan gedung perkantoran pemerintah b. Menurut Fungsi Sosial dan Budaya, bangunan gedung PIP2B dikategorikan sebagai bangunan gedung pelayanan umum 3.1.2 PENETAPAN KLASIFIKASI BANGUNAN GEDUNG PIP2B Adapun penetapan klasifikasi bangunan gedung PIP2B menurut ketentuan yang berlaku adalah: a. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Kompleksitas, bangunan gedung PIP2B diklasifikasikan sebagai bangunan tidak sederhana, yaitu bangunan gedung negara yang memiliki kompleksitas dan atau teknologi tidak sederhana. Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama 10 (sepuluh) tahun. Bangunan gedung PIP2B dapat dijelaskan sebagai gedung kantor dengan luas lebih dari 500 m2. b. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Permanensi, bangunan gedung PIP2B diklasifikasikan sebagai bangunan permanen c. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Risiko Kebakaran, bangunan gedung PIP2B diklasifikasikan sebagai bangunan gedung tingkat resiko kebakaran rendah d. Klasifikasi berdasarkan Ketinggian, bangunan gedung PIP2B merupakan bangunan gedung bertingkat rendah e. Klasifikasi berdasarkan Kepemilikan, bangunan gedung PIP2B merupakan bangunan gedung milik negara

f. Klasifikasi berdasarkan lokasi pada Zonasi Gempa adalah sesuai dengan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang (Gambar 3-1) Gambar 3-1 Zonasi Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan perioda ulang 500 tahun (berdasarkan SNI 1726-2002) Indonesia ditetapkan terbagi dalam 6 Wilayah Gempa seperti ditunjukkan dalam Gambar 1, di mana Wilayah Gempa 1 adalah wilayah dengan kegempaan paling rendah dan Wilayah Gempa 6 dengan kegempaan paling tinggi. Pembagian Wilayah Gempa ini, didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh Gempa Rencana dengan perioda ulang 500 tahun yang nilai rataratanya untuk setiap Wilayah Gempa ditetapkan dalam Gambar 1 dan table 3-1. Hal ini perlu dilakukan karena adanya perbedaan percepatan puncak muka tanah untuk masing-masing Wilayah Gempa dan untuk masing-masing jenis tanah yang harus diperhitungkan dalam perencanaan struktur gedung dalam rangka menjamin kekekaran (robustness) minimum dari struktur gedung tersebut. Tabel 3-1 Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah untuk masing-masing Wilayah Gempa Indonesia (berdasarkan SNI 1726-2002). Percepatan Percepatan puncak muka tanah Ao ( g ) Puncak Batuan Tanah Keras Tanah Sedang Tanah Lunak Tanah Dasar (`g) Khusus Wilayah Gempa 1 2 3 4 5 6 0,03 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0,04 0,12 0,18 0,24 0,28 0,33 0,05 0,15 0,23 0,28 0,32 0,36 0,08 0,20 0,30 0,34 0,36 0,38 Diperlukan evaluasi khusus di setiap lokasi

Gasmbar 3-2 Respons Spektrum Gempa Rencana (berdasarkan SNI 1726-2002).

g. Klasifikasi berdasarkan kepadatan lokasi (padat, sedang, renggang), ditetapkan oleh instansi yang berwenang di daerahnya masing-masing sesuai ketentuan yang berlaku. 3.2 STANDAR PERENCANAAN BANGUNAN PIP2B 3.2.1 STANDAR LUAS RUANG KERJA Dalam menghitung luas ruang kerja pada bangunan gedung kantor PIP2B, ditentukan berdasarkan ketentuan standar luas ruang kerja pada gedung kantor pemerintah dengan klasifikasi tidak sederhana, yaitu rata-rata sebesar 10,7 m2 perpersonil. Kebutuhan total luas ruang kerja dihitung berdasarkan jumlah personil yang akan ditampung dikalikan standar luas sesuai dengan klasifikasi bangunannya. Berdasarkan persyaratan kelembagaan bahwa institusi PIP2B akan dipimpin oleh pejabat eselon III, maka perkiraan luas ruang kerja bagi gedung PIP2B adalah sekitar 246,10 m2 (Tabel 3-2) Tabel 3-2 Acuan Standar Umum Ruang Kantor PIPB Jumlah Personil Standar Total Luas Struktur Organisasi 23 orang 10.7 m2 246.10 m2 Adapun untuk merencanakan tata ruang dalam gedung PIP2B, digunakan standar detail luas ruangan kerja kantor pemerintah seperti yang tercantum pada Tabel C pada buku Pedoman Pembangunan Bangunan Negara, adalah sbb: Tabel 3-3 Standar Detail Luas Ruangan Kerja bagi Kantor Pemerintah No. Jabatan Luas Ruang R. Kerja R. Tamu R. Rapat R. Sekr R. Tunggu R. Simpan R. Toilet Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1Eselon III 6.00 6.00 3.00 3.00 18.00 m2 2Staff 2.00 2.00 m2 3.2.2 PROGRAM KEBUTUHAN LUAS RUANGAN Kebutuhan ruang bangunan gedung PIP2B terdiri atas sarana ruang kerja serta sarana ruang-ruang pelayanan informasi bagi masyarakat. Perkiraan luas ruang-ruang pelayanan informasi dihitung berdasarkan perkiraan kapasitas tampung, studi banding di lapangan, maupun menurut standar dan ketentuan yang berlaku.

Tabel 3-4 memperlihatkan perkiraan kebutuhan ruang untuk bangunan gedung PIP2B, dengan perkiraan luas total lantai bangunan adalah sekitar 949,13 m2. Tabel 3-4 Studi Kebutuhan Ruang Gedung PIP2B RUANG KAPASITAS SATUAN LUAS LUAS Publik Pameran Indoor 200 org 0,90 m2 180,00 m2 R. Display 1 bh 20,00 m2 20,00 m2 R. Audiovisual 20 org 2,00 m2 40,00 m2 Perpustakaan 1 bh 60,00 m2 60,00 m2 E Library 1 bh 32,00 m2 32,00 m2 Semi Publik R. Asosiasi Profesi 6 org 6,00 m2 36,00 m2 R. Rapat 23 org 1,20 m2 27,60 m2 R. Kerja Setingkat Eselon III 23 org 10,70 m2 246,10 m2 Ruang Arsip 23 org 0,40 m2 9,20 m2 Ruang Server & IT 1 bh 12,00 m2 12,00 m2 Penunjang Toilet Publik (2m2/25 org) 8 sat 4,00 m2 32,00 m2 Toilet Penyandang Cacat 1 bh 6,00 m2 6,00 m2 Toilet Karyawan Pria 2 sat 4,00 m2 8,00 m2 Toilet Karyawan Wanita 2 sat 4,00 m2 8,00 m2 Mushola 23 org 0,80 m2 18,40 m2 Gudang 2 bh 6,00 m2 12,00 m2 Pantry 1 bh 6,00 m2 6,00 m2 Utility 1 bh 6,00 m2 6,00 m2 Ruang Sirkulasi 25% 759,30 m2 189,83 m2 LUAS TOTAL LANTAI BANGUNAN 949,13 m2 3.2.3 KARAKTERISTIK DAN KRITERIA RUANGAN PELAYANAN Sifat kegiatan yang ditampung di dalam ruang-ruang pelayanan informasi bagi masyarakat dan kriteria disain standar bagi masing-masing ruang dapat dilihat pada Tabel 3-5, 3-6 dan 3-7. Tabel 3-5 Sifat Kegiatan Penyebarluasan Informasi dan Kriteria Disain Standar Ruangan Kriteria Disain Standar Ruangan Kegiatan Fungsi Fisik Lingkungan 1 2 3 4 5 6 A SARANA PENYEBARLUASAN INFORMASI 1. R. Pamer Outdoor Dapat menampung materi materi pameran ke Cipta Karya an yang bersifat permanen maupun temporer dan eventual sesuai dengan kebutuhan daerah, seperti: Model RISHA Prototipe rumah tahan gempa Beberapa model sistem struktur Berupa outdoor plasa multifungsi Meningkatkan kualitas lingkungan dan bangunan Menampung kapasitas 500 orang Merupakan bagian terintegrasi dari disain bangunan dan lingkungan Memperbaiki iklim mikro Tetap dapat berfungsi meningkatkan resapan air

Dsb 2. R. Pamer Indoor Dapat menampung materi materi pameran ke Cipta Karya an yang bersifat temporer dan eventual seperti : Pameran Seminar Berupa indoor hall yang bersifat multifungsi untuk memamerkan produk-produk ke-cipta Karya-an maupun teknologi bangunan terkini Menampung kapasitas ruang Pamer 200 orang Memiliki ceiling yang tinggi, atau void dengan ceiling > 1 lantai Konsep Ruangan Hemat Energi Dual pengkondisian: penghawaan alami maupun AC Sistem pencahayaan alami Sistem pencahayaan buatan secara gabungan, merata maupun setempat 3. R. Display Dapat menampung materi materi display ke Cipta Karya an yang dipasang sepanjang tahun, seperti: Banner UUBG Running Text Merupakan bagian yang menyatu dengan R. Pamer Indoor Display ditempatkan pada bagian yang mengundang, dan informatif Isi display dapat berganti-ganti sesuai tema Panel display atau apapun yang menjadi media display Konsep Ruangan Hemat Energi Dual pengkondisian: penghawaan alami maupun AC Sistem pencahayaan alami Sistem pencahayaan buatan secara gabungan, merata maupun setempat 4. R. Audio Visual Dapat menampung materi ke Cipta Karyaan yang ditampilkan secara audio visual Berupa ruang kelas yang siap dengan peralatan audio visual Menampung kapasitas ruang Pamer 20-30 orang Konsep Ruangan tertutup Menggunakan insulasi penahan suara Pengkondisian udara menggunakan AC Pencahayaan buatan menggunakan pengendalian dg system switching dan dimming untuk memperoleh efek pencahayaan 5. R. Pertemuan Dapat menampung pertemuan staff maupun dengan pihak luar Berupa ruang rapat yang siap dengan peralatan presentasi Menampung kapasitas ruang untuk pertemuan 10-12 orang Konsep Ruangan secara tata suara tertutup, secara visual dapat transparan Pengkondisian udara menggunakan AC Pencahayaan buatan Dalam keadaan display, ruangan dapat menjadi gelap dan tidak silau

Tabel 3-6 Sifat Kegiatan Pelayanan Pengembangan/ Dokumentasi Informasi dan Kriteria Disain Standar Ruangan Ruangan Kegiatan Kriteria Disain Standar Fungsi Fisik Lingkungan 1 2 3 4 5 6 B SARANA PELAYANAN PENGEMBANGAN/ DOKUMENTASI INFORMASI 1. R. Perpustakaan Dapat menampung bukubuku terbitan/ bahan cetakan yang terkait dengan ke Cipta Karya an & melayani kebutuhan informasi masyarakat Rak buku sesuai standar Ruang Baca sesuai standar Menampung kapasitas ruang baca 8-12 orang Ruangan dengan pengkondisian buatan (AC) Pencahayaan buatan secara merata Pencahayaan alami yang dapat dikendalkan melalui blind 2. R. Perpustakaan Elektronik Melayani kebutuhan informasi masyarakat dalam bentuk digital Ruang browsing komputer sesuai standar Menampung kapasitas 6-8 komputer Jaringan kabel tersembunyi, namun mudah dipelihara Ruangan dengan pengkondisian buatan (AC) Pencahayaan buatan secara merata Pencahayaan alami yang dapat dikendalkan melalui blind 3. R. Server Menampung informasi dalam bentuk digital Ruang Komputer Terpusat Menampung kapasitas 1 bh server komputer Jaringan kabel tersembunyi, namun mudah dipelihara Ruangan dengan pengkondisian buatan (AC) Pencahayaan buatan secara merata 4. R. Pengolahan Informasi Meng up date database informasi dalam bentuk digital Ruang Kerja untuk memasukkan dan memantau informasi digital Menampung kapasitas 2 komputer Jaringan kabel tersembunyi, namun mudah dipelihara Memungkinkan untuk melakukan pemeliharaan data dan reparasi computer Ruangan dengan pengkondisian buatan (AC) Pencahayaan buatan secara merata

Tabel 3-7 Sifat Kegiatan Pelayanan Konsultasi dan Advokasi Teknis dan Kriteria Disain Standar Ruangan Ruangan Kegiatan Kriteria Disain Standar Fungsi Fisik Lingkungan 1 2 3 4 5 6 C SARANA PELAYANAN KONSULTASI DAN ADVOKASI TEKNIS 1. R. Konsultasi Dapat digunakan untuk keperluan konsultasi Berupa ruang kerja dengan kursi hadap Terdiri atas 1 atau 2 orang yang merupakan konsultan dan 2 atau 4 orang yang berkonsultasi Konsep Ruangan tertutup secara tata suara, namun dapat transparan secara visual Ruangan dengan pengkondisian buatan (AC) Pencahayaan buatan secara merata Pencahayaan alami yang dapat dikendalkan melalui blind 2. R. Diskusi Dapat digunakan untuk keperluan diskusi kecil Merupakan ruang multifungsi yang berkaitan dengan kegiatan konsultasi Berupa ruang pertemuan dengan kapasitas 6-8 orang Konsep Ruangan tertutup secara tata suara, namun dapat transparan secara visual Ruangan dengan pengkondisian buatan (AC) Pencahayaan buatan secara merata Pencahayaan alami yang dapat dikendalkan melalui blind

3.2.4 HUBUNGAN ANTAR RUANG Hubungan antara ruang-ruang di dalam bangunan PIP2B ditetapkan berdasarkan matriks hubungan antar ruang pada gambar 3-2. Hubungan antar ruang dibedakan atas: Hubungan Langsung, yaitu ruang berdekatan dan terhubung oleh pintu Dekat dengan Hubungan Tidak Langsung, yaitu ruang berdekatan tetapi tidak perlu terhubung oleh pintu Tidak Berhubungan, artinya ruang tidak perlu berdekatan maupun terhubung oleh pintu. Gambar 3-3 Matriks Hubungan Antar Ruang Gedung PIP2B

3.3 PERSYARATAN LOKASI Penentuan lokasi bangunan gedung PIP2B mempertimbangkan beberapa faktor sebagai berikut: 1. Peraturan Tata Ruang Kota Lokasi disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota dan mendapat persetujuan pemerintah daerah yang bersangkutan untuk mendapatkan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), termasuk rencana pengembangan lahan dan bangunannya. 2. Radius Pencapaian Gedung PIP2B dibangun pada lokasi-lokasi di ibukota propinsi, dengan asumsi kepadatan penduduk yang dilayani dapat mendukung kegiatan pelayanan informasi bagi masyarakat. Lokasi harus dekat dengan masyarakat pengguna dengan pencapaian mudah. Radius pencapaian lokasi ditentukan oleh jarak dan waktu tempuh dari pusat kota. Jarak tempuh maksimum 5 km dari pusat kota atau tidak lebih dari waktu tempuh 20 menit perjalanan dengan kendaraan umum pada saat normal (tidak macet). 3. Aksesibilitas Lokasi gedung PIP2B harus dapat dicapai oleh kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Apabila gedung PIP2B terletak di dalam sebuah kompleks perkantoran yang tidak dapat dicapai secara langsung oleh kendaraan pribadi maupun kendaraan umum, maka jarak tempuh maksimum dari titik transit adalah 10 menit berjalan kaki. Pencapaian secara berjalan kaki harus terhindar dari lalu lintas berkepadatan tinggi. 4. Kesiapan Prasarana Lokasi gedung PIP2B harus memiliki prasarana yang memadai, mencakup: jalan lingkungan, drainase, jaringan air bersih, jaringan air limbah, jaringan listrik dan telepon.

3.4 PENENTUAN LUAS TAPAK 3.4.1 SARANA RUANG LUAR Dalam rangka menentukan luas tapak yang dibutuhkan bagi sarana dan fasilitas bangunan PIP2B, harus dipertimbangkan tersedianya sarana sebagai berikut: Ruang Pamer Outdoor, yang cukup luas agar dapat menampung materi-materi pameran ke-cipta Karya-an yang bersifat permanen maupun temporer dan eventual sesuai dengan kebutuhan di daerahnya masing-masing. Beberapa contoh produk pameran outdoor yang permanen adalah: Model RISHA, Prototipe Rumah Tahan Gempa, dan beberapa model system struktur. Parkir dan sirkulasi mobil kantor maupun karyawan, dengan rasio 1 kendaraan setiap 100 m2 luas lantai Parkir dan sirkulasi mobil bagi penyandang cacat, disediakan minimal untuk 2 kendaraan Parkir dan sirkulasi mobil pengunjung, disediakan minimal untuk 5 kendaraan Parkir dan sirkulasi motor baik karyawan maupun pengunjung, disediakan minimal untuk 25 kendaraan Jalur pedestrian yang memadai Ruang Terbuka Hijau, minimal 40% dari luas total lahan diperuntukkan bagi penghijauan dan lansekap 3.4.2 SARANA PUBLIK DI LANTAI DASAR Dalam merencanakan bangunan PIP2B, harus dipertimbangkan sarana dan fasilitas pelayanan bagi publik wajib untuk ditempatkan di lantai dasar. Sehingga sarana dan fasilitas pelayanan tersebut memungkinkan untuk dapat diakses pula oleh masyarakat penyandang cacat. Sarana ruang minimum yang harus disediakan serta posisinya baik di lantai dasar atau di lantai atas ditentukan dalam tabel 3-8.

Tabel 3-8 Posisi Ruang RUANG LUAS Lantai Dasar Publik Pameran Indoor 180,00 m2 180,00 m2 R. Display 20,00 m2 20,00 m2 R. Audiovisual 40,00 m2 40,00 m2 Perpustakaan 60,00 m2 60,00 m2 E Library 32,00 m2 32,00 m2 Lantai Atas Semi Publik R. Asosiasi Profesi 36,00 m2 36,00 m2 R. Rapat 27,60 m2 27,60 m2 R. Kerja Setingkat Eselon III 246,10 m2 246,10 m2 Ruang Arsip 9,20 m2 9,20 m2 Ruang Server & IT 12,00 m2 12,00 m2 Penunjang Toilet Publik 32,00 m2 32,00 m2 Toilet Penyandang Cacat 6,00 m2 6,00 m2 Toilet Karyawan Pria 8,00 m2 8,00 m2 Toilet Karyawan Wanita 8,00 m2 8,00 m2 Mushola 18,40 m2 18,40 m2 Gudang 12,00 m2 12,00 m2 Pantry 6,00 m2 6,00 m2 Utility 6,00 m2 6,00 m2 Sub Total 759,30 388,00 m2 371,30 m2 Ruang Sirkulasi 25% 189,83 m2 97,00 m2 92,83 m2 LUAS TOTAL LANTAI BANGUNAN 949,13 m2 485,00 m2 464,13 m2 3.4.3 LUAS LAHAN MINIMUM Dalam merencanakan bangunan PIP2B, perlu disadari kondisi terbatasnya lahan terutama di daerah kota besar, metropolitan dan pusat kota. Beberapa kemungkinan harus dipertimbangkan sehubungan dengan lokasi bangunan PIP2B. Alternatif apabila lokasi bangunan PIP2B terletak di pusat kota, maka pemanfaatan lahan yang efisien mengakibatkan bangunan terdiri atas 2 lantai. Luas tapak yang dibutuhkan adalah minimum 2,200 m2 Alternatif apabila lokasi bangunan PIP2B terletak di tepian kota, atau di kota yang masih relatif rendah intensitasnya, maka bangunan PIP2B memungkinkan untuk dikembangkan sebagai 1 lantai saja dengan lahan yang lebih luas. Luas tapak yang dibutuhkan adalah minimum 3,100 m2. Perhitungan kebutuhan luas tapak bangunan dan penentuan luas lahan minimum untuk kedua alternatif diatas dapat dilihat pada tabel 3-9 dan 3-10, sedangkan simulasi rancangan digambarkan dalam gambar 3-3 dan 3-4.

Tabel 3-9 Perhitungan Kebutuhan Luas Tapak Bangunan PIP2B Kapasitas Satuan Luas Jumlah Luas Alternatif Bangunan 1 lantai Total Lantai Bangunan 949.13 Ruang Pamer Outdoor 500.00 0.70 350.00 Parkir & Sirkulasi Mobil (1mobil:100m2) 9.49 30.00 284.74 Parkir & Sirkulasi Penyandang Cacat 2.00 34.10 68.20 Parkir & Sirkulasi Motor 25.00 5.00 125.00 Pedestrian 50.00 0.8 40.00 Ruang Hijau 40% 3,028.45 1,211.38 Total Luas Lahan Minimum PIP2B (1 lt) 3,028.45 Kapasitas Satuan Luas Jumlah Luas Alternatif Bangunan 2 lantai Total Lantai Bangunan 949.13 Bangunan Lantai Dasar thd total lantai 60% 949.13 569.48 Ruang Pamer Outdoor 500.00 0.70 350.00 Parkir & Sirkulasi Mobil (1mobil:100m2) 9.49 30.00 284.74 Parkir & Sirkulasi Penyandang Cacat 2.00 34.10 68.20 Parkir & Sirkulasi Motor 25.00 5.00 125.00 Pedestrian 50.00 0.8 40.00 Ruang Hijau 40% 2,395.70 958.28 Total Luas Lahan Minimum PIP2B (2lt) 2,395.70 Tabel 3-10 Penentuan Luas Lahan Minimum Bangunan PIP2B Perkiraan Luas Luas Minimum Luas Total Lantai Bangunan 949.13 m2 920 m2 Alternatif Bangunan PIP2B 1 lantai Perkiraan Luas Lantai Dasar 100% thd luas total 949.13 m2 % Lt Dasar 30% thd luas lahan Perkiraan Luas Lahan Min 3,163.77 m2 3,100 m2 Alternatif Bangunan PIP2B 2 lantai Perkiraan Luas Lantai Dasar 70% thd luas total 642.25 m2 % Lt Dasar 30% thd luas lahan Perkiraan Luas Lahan Min 2,140.83 m2 2,200 m2

Gambar 3-4 Simulasi Rencana Tapak untuk Bangunan PIP2B 1 lantai dengan Luas Lahan Minimum 3,100 m2 Gambar 3-5 Simulasi Rencana Tapak untuk Bangunan PIP2B 2 lantai dengan Luas Lahan Minimum 2,200 m2 28

3.5 PERSYARATAN ADMINISTRASI Setiap bangunan gedung PIP2B harus memenuhi persyaratan administrasi baik dalam tahap pembangunan maupun tahap pemanfaatan sebagaimana bangunan gedung negara. Persyaratan administrasi bangunan gedung negara meliputi pemenuhan persyaratan: 1. DOKUMEN PEMBIAYAAN Setiap kegiatan pembangunan bangunan gedung PIP2B harus disertai/memiliki bukti tersedianya anggaran yang diperuntukkan untuk pembiayaan kegiatan tersebut yang disahkan oleh Pejabat yang berwenang sesuai peraturan perundangan yang berlaku yang dapat berupa Daftar Isian Proyek (DIP) atau dokumen lainnya yang dipersamakan, termasuk surat penunjukan/penetapan Pimpinan Proyek. Dalam dokumen pembiayaan pembangunan bangunan gedung negara terdiri atas: a. biaya pelaksanaan konstruksi fisik; b. biaya perencanaan konstruksi; c. biaya manajemen konstruksi/pengawasan konstruksi; d. biaya pengelolaan proyek. 2. STATUS HAK ATAS TANAH Setiap bangunan gedung PIP2B harus memiliki kejelasan tentang status hak atas tanah lokasi tempat bangunan gedung PIP2B berdiri. Kejelasan status atas tanah ini dapat berupa hak milik atau hak guna bangunan. Status hak atas tanah ini dapat berupa sertifikat atau bukti kepemilikan/hak atas tanah Instansi/lembaga pemerintah/negara yang bersangkutan. 3. PERIZINAN Setiap bangunan gedung PIP2B harus memiliki dokumen perizinan yang berupa: Izin Mendirikan Bangunan, dan Izin Penggunaan Bangunan dalam hal Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang bersangkutan mengharuskan adanya IPB dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota setempat. 4. DOKUMEN PERENCANAAN Setiap bangunan gedung PIP2B harus memiliki dokumen perencanaan, yang dihasilkan dari proses perencanaan teknis, baik yang dihasilkan oleh Penyedia

Jasa Perencana Konstruksi atau Tim Swakelola Perencanaan. Di dalam proses perencanaannya, asistensi terhadap instansi pemerintah pusat harus dilakukan. 5. DOKUMEN PEMBANGUNAN Setiap bangunan gedung PIP2B harus memiliki dokumen pembangunan yang terdiri atas: Dokumen Perencanaan, Izin Mendirikan Bangunan, Dokumen Pelelangan, Dokumen Kontrak Kerja Konstruksi, dan As Built Drawings, hasil uji coba/test run operational, dan Sertifikat Penjaminan atas Kegagalan bangunan sesuai ketentuan yang berlaku. 6. DOKUMEN PENDAFTARAN Setiap bangunan gedung PIP2B harus memiliki dokumen pendaftaran untuk pencatatan dan penetapan HDNO meliputi: a. Fotokopi Dokumen Pembiayaan/DIP (otorisasi pembiayaan); b. Fotokopi sertifikat atau bukti kepemilikan/hak atas tanah; c. Kontrak Kerja Konstruksi Pelaksanaan; d. Berita Acara Serah Terima I dan II; e. As built drawings (gambar sesuai yang dilaksanakan) disertai gambar leger; f. Fotokopi Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan Surat Izin Penggunaan Bangunan (IPB) dalam hal Peraturan DaerahKabupaten/Kota yang bersangkutan mengharuskan adanya IPB.