SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat

KARAKTERISTIK TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN ANTARA PENGGUNAAN OBAT GENERIK DAN OBAT PATEN DI APOTEK KETANDAN FARMA KLATEN

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN INFORMASI OBAT TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI PERUSDA ANEKA USAHA UNIT APOTEK SIDOWAYAH FARMA KLATEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengobatan sendiri (swamedikasi) merupakan bagian dari upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi

HUBUNGAN BENTUK SEDIAAN OBAT BATUK TERHADAP KECENDERUNGAN DAYA BELI KONSUMEN DI APOTEK KETANDAN FARMA KLATEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMUR DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA)

DAFTAR PUSTAKA. Anastasia, 2012, Gambaran Pengetahuan Sendiri Mahasiswa Jurusan Farmasi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN OBAT DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN MERTOYUDAN KABUPATEN MAGELANG

Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan Fakultas Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

Karateristik Masyarakat Yang Melakukan Swamedikasi Di Beberapa Toko Obat Di Kota Makassar. Program Studi Diploma III Farmasi Yamasi.

BAB I. Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan. Seseorang. yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal. Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik

Sri Hariati Dongge,S.Farm,Apt,MPH Dinas Kesehatan Kab. Konawe Sulawesi Tenggara

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Konsumsi Obat Tanpa Resep Dokter di Apotek Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) yaitu usaha yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan teknik total sampling. Penelitian ini dilakukan dengan

INTISARI. Kata Kunci : Antibiotik, ISPA, Anak. Muchson, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten 42

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah pengobatan sendiri, meskipun belum terlalu populer, namun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

Dian Rahayu Muliani D3 Farmasi Politeknik Medica Farma Husada Mataram ABSTRAK

BAB I LATAR BELAKANG. suatu usaha dalam pemilihan dan penggunaan obat obatan oleh individu UKDW

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK ANTIPIRETIK SEBAGAI UPAYA PENGOBATAN SENDIRI DI KELURAHAN PONDOK KARANGANOM KLATEN NASKAH PUBLIKASI

Patria Asda, A., Perbedaan Persepsi Pasien...

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK PANASEA BANJARMASIN

GAMBARAN KETEPATAN DOSIS PADA RESEP PASIEN GERIATRI PENDERITA HIPERTENSI DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman tentang perilaku konsumen dapat memberikan penjelasan

53 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

ABSTRAK GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK KIMIA FARMA NO.61 VETERAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN PERILAKU PENGOBATAN SENDIRI (SELF-MEDICATION)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN OBAT DI APOTEK KELURAHAN WONOKARTO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. promosi / iklan obat melalui media massa dan tingginya biaya pelayanan kesehatan,

!"#!$%&"'$( Kata kunci : Pengobatan sendiri, Indonesia Sehat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN PENGOBATAN PADA PENDERITA ISPA (INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT) DI PUSKESMAS TRUCUK 1 KLATEN TAHUN 2010

SURVEI KEPUASAN PASIEN KLINIK UIN SUNAN AMPEL

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI PELAYANAN APOTEK BERDASARKAN INDIKATOR PELAYANAN PRIMA DI KOTA MAGELANG PERIODE 2016

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA USIA PREMENOPAUSE DI KAUMAN RT. 49 NGUPASAN GONDOMANAN YOGYAKARTA

Lampiran 1.Penilaian yang dirasakan dan harapan pada variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel sebanyak 67 orang. Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih selama 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pekerjaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Demografi Responden. Distribusi responden berdasarkan umur seperti pada tabel 3.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGETAHUAN TENTANG PENANGANAN KEGAWAT DARURATAN PADA SISWA ANGGOTA HIZBUL WATHAN DI SMA MUHAMMADIYAH GOMBONG

INTISARI PROFIL SWAMEDIKASI OBAT BATUK PILEK BEBAS PADA ANAK DI APOTEK AMANDIT FARMA BANJARMASIN

PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. benda asing eksternal seperti debu dan benda asing internal seperti dahak.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KETEPATAN PEMILIHAN OBAT INFLUENZA PADA MAHASISWA FARMASI NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA BPJS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

SWAMEDIKASI PENYAKIT MAAG PADA MAHASISWA BIDANG KESEHATAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

AKSEPTABILITAS PELAYANAN RESIDENSIAL KEFARMASIAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II TANPA KOMPLIKASI

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG ANTIBIOTIK PADA PENGUNJUNG APOTEK DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA SKRIPSI

*Dwi Pratiwi Talawo, , **Madania, S.Farm., M.Sc., Apt, ***Dewi R. Moo, S.Farm., M.Sc., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI DESA KUTA MBELIN KECAMATAN LAU BALENG KABUPATEN KARO

TINGKAT PENGETAHUAN SWAMEDIKASI DALAM PENANGANAN DEMAM PADA ANAK OLEH IBU DI RW 08 DUSUN WONOREJO SARIHARJO NGAGLIK SLEMAN YOGYAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter

Lampiran 1. Daftar Tilik Mutu Pelayanan Kefarmasian DAFTAR TILIK

EVALUASI PELAYANAN KEFARMASIAN DALAM PENDISTRIBUSIAN SEDIAAN FARMASI DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO

PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Puskesmas Tegalrejo. 2 orang tenaga medis, 3 orang tenaga paramedik, Higienie

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KOTA MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Menurut PP 51 pasal 1 ayat 4 tahun 2009 tentang Pelayanan Kefarmasian yaitu suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang

Transkripsi:

SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN Trias Apriliani, Anita Agustina, Rahmi Nurhaini INTISARI Swamedikasi adalah mengobati segala keluhan pada diri sendiri, dengan obat-obat yang dibeli bebas di apotek atau di toko obat atas inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhankeluhan penyakit ringan seperti salesma, flu, nyeri kepala dan tenggorokan, nyeri lambung, punggung atau nyeri otot yang tidak terus-menerus. Tempat penelitian dilakukan di Apotek Margi Sehat Tulung Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten. Lokasi Apotek Margi Sehat terletak di desa sehingga banyak pengunjung di Apotek Margi Sehat yang melakukan swamedikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden, alasan pengunjung apotek melakukan tindakan swamedikasi dan mengetahui sumber informasi yang berpengaruh terhadap tindakan swamedikasi. Penelitian ini bersifat observasional, jumlah sampel pada penelitian ini adalah 57 responden metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Nonprobability Sampling dengan teknik Accidental Sampling. Metode pengumpulan data diambil dengan wawancara secara langsung dengan pengunjung apotek. Dalam wawancara tersebut memuat dua pertanyaan tentang alasan apa yang mendasari untuk melakukan swamedikasi dan darimana sumber informasi yang diperoleh pengunjung. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan bentuk prosentase. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil alasan pengunjung apotek untuk melakukan swamedikasi adalah menghemat biaya sebesar 22 responden atau 38,60% dan sumber informasi paling banyak diperoleh dari iklan media massa sebesar 20 responden atau 35,09%. Kata Kunci: Swamedikasi, Pengunjung Apotek, Apotek. Trias Apriliani, dkk., Dosen Prodi DIII Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten

28 CERATA Journal Of Pharmacy Science Trias Apriliani, dkk., Swamedikasi Pada Pengunjung A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Anonim, 2006). Swamedikasi adalah tindakan mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat yang dibeli bebas di apotek atau toko obat atas inisiatif sendiri tanpa resep dokter. Beberapa keuntungan yang didapatkan oleh masyarakat dengan tindakan ini ialah masyarakat akan banyak menghemat waktu dan biaya dari pada harus pergi ke dokter, murah, penyakit masih ringan. Obat-obatan yang digunakan pada pengobatan swamedikasi dapat diperoleh dengan mudah di toko obat atau apotek. Akan tetapi, selain membawa keuntungan tindakan swamedikasi dapat menyebabkan kerugian misalnya penggunaan kurang tepat, dosis tidak sesuai dan kesulitan menentukan keluhan mana yang perlu penanganan dokter dan keluhan mana yang dapat diatasi sendiri (Rahardja, 1993). Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan penyakit ringan seperti salesma, batuk, flu, nyeri kepala dan tenggorokan, nyeri lambung, punggung atau nyeri otot yang tidak terus-menerus (Rahardja, 1993). Upaya pengobatan sendiri ini dilakukan karena pengaruh tingkat ekonomi yang rendah, kepraktisan dalam pengobatan serta anggapan bahwa penyakit yang diderita masih tergolong ringan dan mudah diobati. Dalam melakukan tindakan swamedikasi tersebut, ada beberapa faktor yang mempengarui pengunjung untuk melakukan swamedikasi. Tempat penelitian ini dilakukan di Apotek Margi Sehat Tulung kecamatan Tulung kabupaten Klaten. Lokasi Apotek Margi Sehat terletak di desa sehingga banyak pengunjung di Apotek Margi Sehat yang melakukan swamedikasi. Sebelumnya telah dilakukan observasi dengan bertanya langsung kepada 10 pengunjung tentang alasan melakukan swamedikasi serta darimana sumber informasi yang diperoleh pengunjung untuk melakukan swamedikasi. Dari observasi yang telah dilakukan diperoleh data mengenai alasan memilih swamedikasi sebagai alternatif pengobatan, yaitu 2 orang mengatakan menghemat biaya pengobatan 3 orang mengatakan menghemat waktu ke dokter, dan 5 orang mengatakan penyakit masih ringan. Sedangkan berdasarkan sumber informasi yang diperoleh data 5 orang mengatakan dari iklan, 3 orang dari tenaga medis, 2 orang dari teman/keluarga.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Swamedikasi Pada Pengunjung Apotek Margi Sehat Tulung mengenai alasan serta sumber informasi tentang swamedikasi. Tujuan dari penelitian ini ada untuk mengetahui alasan pengunjung Apotek melakukan tindakan swamedikasi dan mengetahui sumber informasi yang berpengaruh terhadap tindakan swamedikasi. B. Metodelogi Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif. Jenis penelitian ini adalah observasional, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu swamedikasi pada pengunjung Apotek di Apotek Margi Sehat Tulung. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pengunjung yang melakukan swamedikasi di Apotek Margi Sehat Tulung pada bulan Juli 2012. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Nonprobability Sampling dengan teknik Accidental sampling. Sampel yang digunakan adalah pengunjung apotek yang melakukan swamedikasi. Sampel yang digunakan sejumlah pengunjung apotek yang ditemui di Apotek Margi Sehat dengan kriteria bersedia menjadi responden. Teknik pengambilan sampel menurut Notoatmodjo (2005) sebagai berikut: = n = = 56,9 Keterangan: n : Besar Sampel N : Besar populasi d : Tingkat kesalahan yang diinginkan 0,1 CERATA Journal Of Pharmacy Science 29 Trias Apriliani, dkk., Swamedikasi Pada Pegunjung Berdasarkan jumlah pengunjung yang melakukan swamedikasi selama bulan Juni adalah 132 orang dan tingkat kesalahan yang diinginkan 0,1 maka diperoleh besarnya sampel sebesar 56,9 pengunjung apotek dan dibulatkan menjadi 57 pengunjung apotek. Tempat penelitian ini dilakukan di Apotek Margi Sehat Tulung kecamatan Tulung kabupaten Klaten, yang beralamat Jl. Jatinom Boyolali Km 3,5 Daden, Majegan, Tulung dan akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012. Metode pengumpulan data dengan wawancara secara langsung dengan pengunjung apotek. Dalam wawancara tersebut memuat dua pertanyaan

30 CERATA Journal Of Pharmacy Science Trias Apriliani, dkk., Swamedikasi Pada Pengunjung tentang alasan apa yang mendasari untuk melakukan swamedikasi dan darimana sumber informasi yang diperoleh pengunjung. Metode pengolahan data dilakukan melalui analisis deskriptif dengan bentuk prosentase. C. Hasil dan Pembahasan 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Apotek Margi Sehat adalah suatu apotek swasta yang terletak di Jl. Jatinom- Boyolali Km 3,5 Daden, Majegan, Tulung. Apotek Margi Sehat mempunyai struktur organisasi yang sistematis agar setiap bagian mempunyai tugas dan tanggung jawab yang jelas sehingga mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan optimal. Struktur organisasi apotek Margi Sehat yaitu terdiri dari apoteker, asisten apoteker, bagian keuangan dan administrasi. 2. Deskripsi Responden Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diketahui deskripsi responden dari hasil wawancara secara langsung kepada pengunjung apotek yang diperoleh dalam penelitian dan dapat diketahui karakteristik responden secara umum, yaitu: a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Umur dapat mencerminkan kondisi fisik seseorang. Dalam kesehatan, umur dapat mencerminkan mengenai kebutuhan perawatan kesehatan tertentu pada diri seseorang. Dilihat dari faktor umur, responden dapat dikelompokkan dalam 6 kategori, yaitu: Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Umur Umur (tahun) Frekuensi (f) Persen (%) 20-24 25-29 30-35 36-40 41-45 46-50 15 14 16 6 3 3 26,32 24,56 28,07 10,53 5,26 5,26 Berdasarkan table 4.1 diketahui umur responden paling banyak adalah berumur antara 30-35 tahun yaitu sebanyak 16 responden (28,07%), dan diketahui 2 kategori rentan umur yang sama sebagai minoritas responden yaitu antara 41 45 tahun sebanyak 3 responden (5,26%) dan antara 46 50 tahun sebanyak 3 responden (5,26%).

CERATA Journal Of Pharmacy Science 31 Trias Apriliani, dkk., Swamedikasi Pada Pegunjung b. Karakteristik Respoden Menurut Jenis Kelamin Jenis kelamin dapat menunjukkan kondisi fisik dari seseorang. Dalam kesehatan jenis kelamin sering kali memberikan arti akan kekuatan fisik seseorang dalam melakukan aktivitas. Karakteristik responden menurut jenis kelamin sebagai berikut: Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Frekuensi (f) Persen (%) Laki-laki 21 36,84 Perempuan 36 63,16 Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa responden yang paling banyak mempunyai jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 36 responden (63,16%), dan paling sedikit mempunyai jenis kelamin lakilaki yaitu sebanyak 21 responden (36,84%). c. Karakteristik Responden Menurut Pendidikan Tingkat pendidikan mencerminkan tingkat intelektualitas dari seseorang. Hal ini juga mencerminkan seseorang dalam melakukan tindakan swamedikasi. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu: Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Frekuensi (f) Persen (%) SD SMP SMA D3 S1 8 27 12 10 14,04 47,37 21,05 17,54 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai pendidikan SMA sebanyak 27 responden (47,37%), dan responden yang paling sedikit adalah responden yang mempunyai pendidikan SMP yaitu sebesar 8 responden (14,04%) dari total seluruh responden.

32 CERATA Journal Of Pharmacy Science Trias Apriliani, dkk., Swamedikasi Pada Pengunjung 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Alasan Swamedikasi Pada Pengunjung Apotek Data alasan swamedikasi pengunjung dapat dideskripsikan dalam tabel 4.4 sebagai berikut: Tabel 4.4 Alasan Swamedikasi Pengunjung Apotek Alasan swamedikasi Frekuensi (f) Persen (%) Penyakit masih ringan Menghemat waktu Menghemat biaya 20 15 22 35,09 26,31 38,60 Hasil data tabel 4.4 tersebut diketahui bahwa alasan swamedikasi yang paling sedikit adalah alasan menghemat waktu sebesar 15 responden (26,31%). Sedangkan alasan responden yang paling besar adalah alasan menghemat biaya sebesar 22 responden (38,60%). 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sumber Informasi Terhadap Tindakan Swamedikasi Pada Pengunjung Apotek Sumber informasi merupakan bagian yang berpengaruh bagi pengunjung apotek dalam melakukan swamedikasi untuk menentukan pilihan obat yang akan digunakan. Sumber informasi terhadap tindakan swamedikasi dapat dideskripsikan tabel sebagai berikut: Tabel 4.5 Sumber Informasi Pengunjung Apotek Sumber informasi Frekuensi (f) Persen (%) Iklan media massa Iklan tv Tenaga Medis Keluarga Tetangga Teman 20 4 11 19 1 2 35,09 7,02 19,3 33,33 1,75 3,51 Dari tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa persentase sumber informasi dari iklan medi massa sebagai mayoritas responden yaitu sebanyak 20 respoden (35,09%) dan persentase sumber informasi dari tetangga sebagai sumber informasi minoritas responden yaitu sebanyak 1 responden (1,75%).

CERATA Journal Of Pharmacy Science 33 Trias Apriliani, dkk., Swamedikasi Pada Pegunjung Swamedikasi berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri, dengan obat-obat yang dibeli bebas di apotek atau di toko obat atas inisiatif sendiri tanpa nasehat dokter (Rahardja, 1993). Penelitian tentang swamedikasi pada pengunjung apotek kali ini diperoleh responden sebanyak 57 responden. Karakteristik responden secara umum dideskripsikan berdasarkan umur, jenis kelamin dan pendidikan. Umur mencerminkan kondisi fisik seseorang. Dalam kesehatan umur dapat mencerminkan mengenai kebutuhan perawatan kesehatan tertentu pada diri seseorang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden berumur antara 30-35 tahun yaitu sebanyak 16 responden atau 28,07%. Hal ini disebabkan karena pada rentang umur tersebut memiliki pengetahuan tentang swamedikasi yang lebih baik sehingga menimbulkan kecenderungan atau kesadaran untuk memilih tindakan swamedikasi lebih banyak (Supardi dkk, 2005). Jenis kelamin menunjukkan kodisi fisik dari seseorang. Dalam bidang kesehatan, jenis kelamin sering kali memberikan arti akan kekuatan fisik seseorang. Secara umum fisik laki-laki lebih kuat dibanding perempuan, tetapi berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden yang mempunyai jenis kelamin perempuan lebih banyak daripada yang mempunyai jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 36 responden atau 36,84% dari total responden. Hal ini dikarenakan perempuan adalah pelaku dengan modalitas lebih tinggi dibandingkan laki-laki baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarganya dalam melakukan tindakan swamedikasi (Rinukti dan Widayanti, 2005). Pendidikan menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan penelitian diketahui bahwa mayoritas responden berpendidikan SMA sebanyak 27 responden atau 47,37% dari total responden, hal ini disebabkan karena lokasi Apotek Margi Sehat terletak di desa dengan tingkat ekonomi yang rendah, sehingga mayoritas responden hanya mempunyai tingkat pendidikan SMA, tidak banyak yang sampai pada tingkat perguruan tinggi. Mereka tentu lebih memprioritaskan memenuhi kebutuhan sehari-hari dulu sebelum berpikir akan melanjutkan ke jenjang pendidikan, hal ini juga berpengaruh terhadap pengunjung untuk melakukan swamedikasi daripada berobat ke dokter. Upaya pengobatan sendiri ini dilakukan karena pengaruh tingkat ekonomi yang rendah, kepraktisan dalam pengobatan serta anggapan bahwa penyakit yang diderita masih tergolong ringan dan mudah diobati. Dalam melakukan tindakan swamedikasi tersebut, ada beberapa faktor yang mempengarui pengunjung untuk melakukan swamedikasi yaitu sumber informasi dan alasan swamedikasi.

34 CERATA Journal Of Pharmacy Science Trias Apriliani, dkk., Swamedikasi Pada Pengunjung Masyarakat cenderung menerapkan tradisi dengan pengobatan sendiri dengan metode yang diterapkan pada jaman dahulu sebelum banyak beredar jenis obatobatan baik obat modern maupun obat tradisional terutama yang dijual bebas (Supardi dkk, 1997). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa alasan swamedikasi dari pengunjung apotek mayoritas responden adalah menghemat biaya sebesar 22 responden atau 38,60%. Hal ini disebabkan karena faktor penghasilan, keluarga dengan penghasilan rendah cenderung memilih swamedikasi karena dapat lebih menghemat biaya bila dibandingkan berobat ke dokter (Anief, 2004). Sumber informasi sangat berpengaruh terhadap pengunjung apotek dalam melakukan tindakan swamedikasi. Salah satu faktor penentu yang berperan dalam pengobatan sendiri/self medication yaitu tesedianya sumber informasi tentang obat dan pengobatan. Ketersediaannya informasi tentang obat dapat menentukan keputusan dalam pemilihan obat (Sukasediati, 1999). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber informasi mayoritas responden adalah sumber informasi dari iklan media massa yaitu sebesar 20 responden atau 35,09%. Hal ini disebabkan karena iklan dimedia massa berperan dalam memberikan informasi tentang swamedikasi, informasi secara umum untuk pengobatan sendiri dapat menolong pemakaian dalam memahami tentang aksi obat, mencegah dan merawat risiko yang mungkin ditimbulkan (Anief, 1997). Obat yang diiklankan sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan No.386 tahun 1994 yaitu obat harus sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tergolong obat bebas dan bebas terbatas. Dengan meningkatnya pemberdayaan masyarakat, berakibat pada semakin tinggi tingkat pendidikan dan semakin mudah akses untuk mendapatkan informasi. D. Kesimpulan dan Saran 1. Alasan mayoritas pengunjung apotek untuk melakukan swamedikasi adalah menghemat biaya sebanyak 22 orang (38,60%). 2. Sumber informasi mayoritas yang mempengaruhi pengunjung untuk melakukan swamedikasi adalah sumber informasi dari iklan media massa sebanyak 20 orang (35,09%). E. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang swamedikasi pada pengunjung apotek misalnya tentang tingkat pengetahuan pengunjung apotek dan obat yang paling banyak digunakan dalam swamedikasi. 2. Perlu dilakukan penelitian tentang kepuasan pasien tentang swamedikasi yang diberikan farmasis diapotek.

CERATA Journal Of Pharmacy Science 35 Trias Apriliani, dkk., Swamedikasi Pada Pegunjung DAFTAR PUSTAKA Anief, M. 1997. Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat. cetakan ketiga. Anief, M. 2000. Prinsip dan Dasar Manajemen Pemasaran Umum dan Farmasi. Gadjah Mada University. Yogyakarta. Anonim. 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Depkes RI, Jakarta. Anonim. 2010. Informasi Obat. Bagian Farmakologi Klinik. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Anonim. 2011. Pengobatan Sendiri (Swamedikasi). http://dinkesriau.net/berita-128-swamedikasi.html. 16 Juli 2012. Jam 20.12WIB Notoadmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Notoadmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Rahardja, K. dan Tjay, H.T. 1993. Swamedikasi (Cara-cara Mengobati Gangguan Sehari-hari dengan Obat-obat Bebas Sederhana. Edisi I. Depkes RI. Jakarta. Rinukti dan Widayanti. 2005. Hubungan Antara Motivasi dan Pengetahuan Orang Tua Dengan Tindakan Penggunaan Produk Obat Demam Tanpa Resep Untuk Anak-Anak Rw V Di Kelurahan Terban Tahun 2004. Sigma Jurnal Sains dan Teknologi. Vol.8 (1). 25-33. Supardi, dkk. 1997. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Obat dan Obat Tradisional Dalam Upaya Pengobatan Sendiri Dipedesaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi Lifbangkes. Jakarta. Supardi, S. dan Notosiswoyo, M. 2005. Pengobatan Sendiri Sakit Kepala, Batuk, dan Pilek Pada Masyarakat di Desa Ciwalen. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol.2 (3). 134 144.