BAB I PENDAHULUAN. dalamnya metafora dan simile sebagai yang paling populer pada hampir semua

dokumen-dokumen yang mirip
IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. ilmiah yang pernah ditulis dan penelitian yang sudah dilakukan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB 27 Berdiam Diri dalam Pertemuan- Pertemuan Jemaat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Keterangan Dasar Tentang Alkitab

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah bahan utama kesusastraan. Harus disadari bahwa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. penerjemahan adalah satu ilmu yang sangat dibutuhkan dewasa ini, kekurangmampuan manusia dalammenguasaibahasa yang ada dunia ini

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh

Alkitab Sebagai Karya Sastra

JIKA ALKITAB SATU-SATUNYA OTORITAS KITA DALAM AGAMA, MENGAPA MANUSIA MENAFSIRKAN ALKITAB SECARA BERLAINAN?

Berkenalan dengan Kitab Wahyu DR Wenas Kalangit

RESENSI BUKU Keselamatan Milik Allah Kami - bagi milik

Yesus yang Asli. oleh Kermit Zarley

Berkenalan dengan PB. DR Wenas Kalangit. Bina Teologia Jemaat GKI Kavling Polri 23 Oktober 2007 Jakarta

Nubuatan Kitab Wahyu dan Penggenapannya i

Buku yang Diberikan Allah kepada I(ita

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Sejalan dengan itu, dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendahuluan. Artikel lama tentang Prinsip Penafsiran Sederhana. Oleh Daniel Ronda

KEHIDUPAN KRISTUS, 1 DAVID L. ROPER

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

Kebenaran Kitab Suci Diterjemahkan dari Family Radio Bukti-Bukti Luar

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB BANGUNLAH, BERILAH DIRIMU DIBAPTIS (1)

Eksposisi Surat 1 Petrus: Penerima Surat 1Pet.1:1 2 Ev. Calvin Renata

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011.

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra merupakan hasil karya manusia baik secara lisan maupun tulisan yang

MARILAH KITA PELAJARI RENCANA KESELAMATAN MENURUT ALKITAB GEREJA YANG YESUS DIRIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

Tanggapan balik untuk tulisan Esra Alfred Soru Apakah Tuhan Yesus = Allah Sejati? (1)

BACA-GALI ALKITAB: PB & PL (APA YANG SAYA PELAJARI) 7 Juli 2015, YLSA Victor Christianto

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB III METODE PENELITIAN. Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

1 Universitas Indonesia

Misiologi David Bosch

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KITAB WAHYU 1. Kitab Wahyu kepada Yohanes adalah kitab terakhir dalam kanon yang menutup sejarah Perjanjian Baru. 2. Kitab ini juga merupakan sebuah k

Allah dan Pelayan-Pelayan-Nya 1Tim.3:1-13 Ev. Calvin Renata

BAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1.

MENGHAKIMI ATAU TIDAK MENGHAKIMI?

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Sintetis Memadukan Bagian-Bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Revelation 11, Study No. 38 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No.38, oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 2, oleh Chris McCann. Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara

VISI KEBUTUHAN PENERJEMAHAN ALKITAB DI INDONESIA DAN DI SELURUH DUNIA. Roger E. Doriot 1

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru

Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 1, oleh Chris McCann. Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Mungkin karena alasan-alasan itulah surat ini

BAB I PENDAHULUAN. dan mempertentangkan aspek-aspek dua bahasa yang berbeda untuk menemukan

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

Berakar dalam. Firman Tuhan. Pembacaan Alkitab setahun

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sosial masyarakat karena tanpa bahasa masyarakat akan sulit untuk

Islam dan Sekularisme

Oleh, Yohanes Yuniatika NIM: SKRIPSI

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah penggunaan kode yang merupakan gabungan fonem sehingga

1 Petrus 1:1. Para penerima. 1 Petrus 1:2. Orang-orang percaya yang dipilih. 1 Petrus 1:3-12. Topik.

BUAH-BUAH ROH & KARUNIA ROH KUDUS

peningkatan kualitas kehidupan, serta pertumbuhan tingkat intelektualitas, dimensi pendidikan juga semakin kompleks. Hal ini tentu membutuhkan desain

Level 3 Pelajaran 6. RAJA DAN KERAJAAN-NYA Oleh Don Krow

Pdt Gerry CJ Takaria

Selamat malam dan selamat datang di pemahaman Alkitab. EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini kita akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #34 oleh Chris McCann

Surat-surat Am DR Wenas Kalangit

BAB I PENDAHULUAN. dan situasi tidak resmi akan memberikan kesan menghormati terhadap keadaan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

Benarkah di Kitab Perjanjian Lama. tidak ada kata YAHWEH?

PENELAAHAN ALKITAB. Persiapan, Penyusunan dan Penyampaiannya. Pdt. Stephen Sihombing, MTh

Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yang masuk ke Indonesia tidak hanya animasi, komik, dan musik namun juga

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simbol merupakan salah satu dari tiga jenis bahasa kiasan termasuk di dalamnya metafora dan simile sebagai yang paling populer pada hampir semua bahasa. Jika ketiganya dibandingkan, simbol termasuk yang kurang populer dibandingkan dengan dua lainnya. Apabila ditelusuri akar katanya, simbol berasal dari bahasa Yunani, yaitu symbollein, berfungsi sebagai verba yang artinya ialah mencocokkan. Lambat laun arti mencocokkan dalam konteks tanda atau materai perjanjian tersebut berubah arti menjadi tanda pengenal. Jadi, sesuatu dikenali melalui simbol. Tarigan (2009) menyatakan bahwa dalam keragaman pemikiran mengenai simbol ada dua refren utama yang disepakati bersama. Pertama, simbol telah dan sampai detik ini masih mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kedua, simbol merupakan alat yang kuat untuk memperluas pengetahuan, merangsang daya imajinasi, dan memperdalam pemahaman. Selama manusia masih mencari arti dari sebuah kehidupan maka manusia tidak akan pernah bisa lepas dari simbol. Pentingnya simbol dalam kehidupan manusia ditandai dengan munculnya aliran simbolisme di Perancis pada tahun 1880. Akan tetapi, seribu tahun sebelum munculnya aliran ini orang sudah menggunakan simbol untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka tentang fenomena, kehidupan, dan kematian. Encyclopedia Britannica mendefinisikan simbol sebagai elemen komunikasi yang mewakili kelompok orang, objek atau ide, yaitu semacam kiasan 1

2 yang digunakan untuk meningkatkan keindahan teks dan memiliki arti kiasan selain arti harfiahnya. Sejalan dengan itu, Shaw (1881:367) menyajikan definisi simbol sebagai sesuatu yang digunakan untuk, atau dianggap mewakili sesuatu yang lain. Atau, lebih khusus lagi, simbol adalah sebuah kata, frasa atau ekspresi lainnya yang memiliki makna kompleks yang saling terkait; dalam pengertian ini, simbol dipandang memiliki nilai-nilai yang berbeda dari apa pun yang diwakilinya. Definisi lain yang cukup menarik mengenai simbol dicetuskan oleh Ricoeur (1974) yang menyatakan bahwa simbol adalah struktur makna yang arti langsung, primer, atau harfiahnya menunjukkan arti lain yang tidak langsung, sekunder, dan figuratif yang hanya dapat dipahami melalui makna harfiahnya. Mengacu pada berbagai pemahaman yang ada tentang simbol, berikut adalah uraian mengenai fungsi simbol menurut pendapat beberapa filsuf terkenal yang terangkum dalam Dillistone (2002), yaitu: (a) mengungkapkan yang universal bukan sebagai impian atau bayangan, melainkan sebagai wahyu yang hidup (Goethe); (b) memperluas pengetahuan, merangsang daya imajinasi dan memperdalam pemahaman manusia, serta membuka dimensi-dimensi roh batiniah manusia sehingga terwujudlah suatu korespondensi dengan segi-segi realitas tertinggi (Tillich); dan (c) menyatakan suatu realitas suci atau kosmologis yang tidak dapat dinyatakan oleh manifestasi lainnya. Dalam hal ini, simbol menciptakan solidaritas tetap antara manusia dan Yang Kudus (Eliade) Pentingnya peranan simbol dalam kehidupan manusia khususnya menyangkut hal-hal yang bersifat rohaniah, dari sejak zaman dahulu,

3 menyebabkan jenis bahasa kiasan ini mendapat tempat khusus pada hampir seluruh bagian Kitab Suci umat Kristiani, baik pada Perjanjian Lama (PL) maupun Perjanjian Baru (PB). Bahkan, Kitab Wahyu sebagai kitab terakhir dari PB mengandung paling sedikit 130 buah simbol sehingga kitab ini dijuluki sebagai kitab simbol. Oleh karenanya, kitab ini cenderung untuk dikesampingkan oleh sebagian besar umat karena sulit untuk dimengerti. Sehubungan dengan ini pula, Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang memiliki beberapa ciri yaitu selain banyak memanfaatkan bahasa simbolis juga menekankan pada aspek supranatural dan sering berkonsentrasi pada hal-hal yang akan datang dan terutama akhir zaman (Chapman dan Emeritus, 2009). Terkait dengan cara menerjemahkan Kitab Wahyu, Bratcher dan Hatton (1993) menyatakan dua hal yang bertentangan yaitu bahwa penerjemah tidak perlu sepenuhnya memahami makna dari semua simbol yang terdapat pada Kitab Wahyu, tetapi hanya menerjemahkannya secara harfiah, jelas dan spesifik tanpa perlu menginterpretasinya. Namun, di lain sisi, terjemahan dinamis yang merupakan salah satu dari dua ideologi dalam penerjemahan Alkitab dihadirkan untuk memenuhi kebutuhan pembaca akan pemahaman yang lebih mendalam tentang teks Kitab Suci seperti pada pembaca aslinya. Oleh karena itu penerjemah versi dinamis dituntut untuk memberikan beberapa petunjuk sehubungan dengan makna simbol yang terdapat pada Kitab Wahyu. Lebih jauh dikatakan bahwa yang menjadi hambatan untuk melakukan anjuran di atas adalah bahwa para penerjemah sendiri tidak tahu pasti arti simbolsimbol tersebut. Dengan memasukkan penafsiran ke dalam terjemahan, mungkin

4 sekali justru bisa menimbulkkan kesalahpahaman bagi pembacanya. Salah satu contoh adalah penerjemahan simbol darah dalam hubungan dengan karya penebusan Kristus pada Kitab Wahyu yang dalam Alkitab versi BIMK (Bahasa Indonesia Masa Kini) diterjemahkan menjadi kematian. Hal ini menimbulkan kontroversi hingga muncul pernyataan bahwa pendekatan kesepadanan dinamis bukanlah metode penerjemahan Alkitab tetapi semata-mata hanya interpretasi atau penafsiran Alkitab. Jadi, metode penerjemahan dinamis tidak menerjemahkan dari kata dalam bahasa aslinya tetapi menafsirkan menurut pikiran atau pandangan teologi kelompok tertentu, yaitu suatu sistem pemahaman teologi yang dikembangkan dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Aliran teologi ini dapat membentuk komunitas yang saat ini dikenal dengan denominasi gereja seperti: Anglikan, Baptis, Lutheran, Presbiterian, Pentakostal, dll (Purwanto, 2005). Berdasarkan fakta di atas, salah satu hal yang patut digarisbawahi adalah bahwa dunia penerjemahan Alkitab tidak dapat terlepas dari fenomena harfiah bebas yang bahkan sudah terjadi sejak abad pertama sebelum masehi. Bassnett (1991:47) juga mengungkapkan bahwa pertentangan antara dua kubu terjemahan, yaitu harfiah dan bebas, sudah dimulai pada zaman Kekaisaran Romawi dan sejak saat itu terus menjadi titik perdebatan dalam berbagai hal sampai dengan saat ini. Hal ini tercermin pula dari penggolongan terhadap karya penerjemahan yang dicetuskan oleh beberapa tokoh linguistik menjadi dua kelompok besar, di antaranya, adalah Beekman dan Callow (1974) dengan literal versus idiomatik, House (1977) dengan terbuka versus tertutup, Newmark (1981) dengan semantik versus komunikatif, Pym (1992) dengan observasional versus partisipatif dan juga

5 yang cukup terkenal adalah Venuti (1995, 1998) dengan forenisasi versus domestikasi. Di satu sisi, sebuah karya terjemahan diharapkan setia pada teks aslinya, dan di lain sisi, harus komunikatif terhadap pembaca modern dalam bahasa target. Dalam hal ini, penerjemah sendiri harus memutuskan prioritas mereka, apakah akurasi yang menjadi prioritas tertinggi ataukah bahasa yang ringan dan mudah dimengerti. Namun, sayangnya seperti halnya fakta yang terpapar di atas terhadap penerjemahan simbol darah, penentuan prioritas tersebut sering kali disertai dengan pertentangan beberapa golongan yang menganggap kubu terjemahan yang satu lebih baik dari kubu terjemahan yang lain. Ryken (2004), misalnya, dengan tegas mengungkapkan lima efek negatif dari versi terjemahan Alkitab yang menerapkan metode kesepadanan dinamis dan sepuluh alasan mengapa pembaca harus percaya pada versi terjemahan yang menerapkan metode kesepadanan formal. Salah satu efek negatif yang dikemukakannya tentang metode kesepadanan dinamis pada versi terjemahan bebas adalah bahwa produk terjemahan ini mustahil secara logika dan linguistik. Menurutnya, adalah sesuatu yang mustahil untuk menerjemahkan pikiran karena tidak ada pikiran yang tidak memiliki tubuh yang dalam hal ini adalah kata-kata. Dengan kata lain, ide dan pikiran sangat tergantung dari kata-kata yang tersaji. Sebaliknya, di antara sepuluh alasan yang diungkapkan oleh Ryken (2004) untuk percaya pada produk terjemahan harfiah, salah satunya adalah bahwa versi ini selalu berupaya untuk menjaga hakikat mendasar penerjemahan karena para penerjemah tidak

6 melampaui tugas mereka sebagai pengalih bahasa menjadi penafsir, yaitu dengan menambahkan komentar interpretatif pada teks Kitab Suci. Namun, jika kembali pada fakta sejarah, kehadiran terjemahan dinamis sudah tidak terelakkan lagi dan bahkan mulai mendominasi sejak tahun 1960. Latuihamallo (1994) menyatakan bahwa terjemahan semacam ini sangat bermanfaat untuk mengetahui arti, berita, atau amanat yang tercantum dalam naskah asli Alkitab, khususnya bagi orang awam, yaitu mereka yang ingin membaca dan mendalami Alkitab tanpa pendidikan teologi formal. Beberapa simbol pada Kitab Wahyu yang diterjemahkan secara dinamis adalah sebagai berikut: (i) (ii) the crown of life menjadi hidup sejati dan kekal the key of David menjadi kunci yang dimiliki Daud Fakta di atas menunjukkan bahwa perlu dilakukan penelitian yang mendalam terhadap penerjemahan simbol tentunya dalam kerangka fenomena yang mewarnai dunia penerjemahan Alkitab yang selalu diperhadapkan pada dua pilihan, yaitu harfiah dan bebas. Simbol, di satu sisi, tidak hanya bersifat figuratif tetapi yang sangat mendasar adalah bahwa kata, frasa, atau ekspesi lainnya yang hadir sebagai simbol selalu menunjuk pada sesuatu yang berada di luar dirinya. Esensi lainnya tentang jenis bahasa figuratif ini adalah kehadirannya memiliki fungsi yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia dan khususnya dalam kehadirannya sebagai bagian dari Alkitab bagi kehidupan umat Kristiani dalam mendalami Firman Tuhan. Terlebih lagi, sesuatu yang sangat signifikan ini hadir di tengah pertentangan antara dua ideologi penerjemahan Alkitab yang, yaitu forensiasi dan domestikasi.

7 Berdasarkan pada seluruh pemaparan yang dilandasi oleh berbagai fakta dalam penerjemahan bahasa simbolis khususnya pada Kitab Wahyu, penelitian ini dilakukan untuk meneliti secara mendalam, baik tipe, makna maupun proses transfer simbol verbal, dari BSu ke BSa. Mengingat simbol merupakan jenis bahasa figuratif yang khusus dan sangat kompleks maka proses analisis dalam penelitian ini tidak hanya akan melibatkan teori terjemahan tetapi juga memanfaatkan teori semantik dan semiotik, yang kesemuanya diterapkan secara eklitik agar dapat memahami makna simbol tidak hanya pada tataran teks tetapi juga konteks kalimat. Mengenai hal ini, para pakar kajian penerjemahan tampaknya sepakat bahwa analisis teks yang ideal seharusnya dilakukan pada tataran tekstual (discourse). Nida dan Taber (1974:152) mengemukakan bahwa fokus dalam penerjemahan adalah pada tataran paragraf, bahkan dimungkinkan sampai pada tataran wacana secara keseluruhan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat dua masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1) Bagaimanakah tipe dan makna simbol yang terdapat pada Kitab Wahyu dilihat dari perspektif dikotomi terjemahan harfiah dan bebas? 2) Bagaimanakah korelasi ideologi terhadap strategi penerjemahan simbol dalam dikotomi terjemahan harfiah dan bebas serta pengaruhnya terhadap kesepadanan formal pada terjemahan harfiah dan kesepadanan dinamis pada terjemahan bebas?

8 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Secara rinci, kedua tujuan dimaksud terpapar berikut ini. 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengembangkan penelitian tentang terjemahan teks apokaliptik yang terdapat di dalam Alkitab sekaligus menjawab fenomena global terjemahan Alkitab yang berada pada dua kubu ekstrem, yaitu terjemahan harfiah dan terjemahan bebas; 2) memanfaatkan kajian terjemahan dalam menganalisis produk dari dua versi terjemahan Alkitab bahasa Indonesia tentang simbol-simbol verbal yang terdapat dalam Kitab Wahyu; 3) menyelidiki penerapan strategi penerjemahan bahasa simbolis dalam Kitab Wahyu; 4) menarik perhatian para pembaca Alkitab untuk membaca dan memahami Kitab Wahyu yang selama ini dianggap sulit untuk dimengerti. 1.3.2 Tujuan Khusus Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan pada subbab 1.2, tujuan khusus penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut. 1) Mengidentifikasi tipe-tipe simbol verbal religi yang terdapat dalam versi terjemahan harfiah dan bebas Kitab Wahyu;

9 2) Mengidentifikasi makna simbol-simbol verbal religi yang terdapat dalam versi terjemahan harfiah dan bebas Kitab Wahyu. 3) Mengidentifikasi ketepatan penerapan strategi penerjemahan atas simbol-simbol verbal religi yang terdapat dalam versi harfiah dan bebas dari Kitab Wahyu. 4) Mengidentifikasi korelasi antara ketepatan pemanfaatan strategi penerjemahan sesuai dengan ideologi yang dianut terhadap kesepadanan formal pada terjemahan harfiah dan kesepadanan dinamis pada terjemahan bebas. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Secara rinci kedua manfaat dimaksud dapat dikemukakan sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam: 1) mengembangkan model kajian terhadap penerjemahan simbolsimbol verbal khususnya yang sarat dengan muatan religi dengan memanfaatkan kajian semiotik di dalam penerjemahan; 2) memperkaya teori penerjemahan dari bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, khususnya yang menyangkut studi perbandingan dalam penerjemahan dan penerapan strategi penerjemahan yang tepat dalam menerjemahkan bahasa simbol yang sarat dengan muatan religi dalam teks-teks apokaliptik; dan

10 3) memperkuat argumen bahwa dengan penerapan strategi yang tepat, tingkat akurasi dan keterbacaan produk terjemahan pada kedua kubu terjemahan, yaitu harfiah dan bebas dapat ditingkatkan. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: 1) mengungkapkan kiat-kiat penerjemahan bahasa simbolis yang dapat dimanfaatkan dalam memperbaiki terjemahan Alkitab mengingat bahasa simbolis dipergunakan di seluruh bagian Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru; 2) mengungkapkan makna di balik simbol-simbol yang sarat dengan muatan religi dalam Kitab Wahyu, penerapan teori semiotik sebagai strategi yang dipilih oleh penulis termasuk di dalamnya analisis sintagmatik dan paradigmatik untuk mengamati hubungan simbol dengan tanda-tanda penting lainnya dalam kode yang sama, dan mempelajari simbol berdasarkan pada arti dan referensinya sebagai tanda yang sudah dikenal atau digunakan dalam literatur lainnya dengan memanfaatkan ensiklopedi, dan komentar dalam upaya untuk menemukan makna simbol secara universal; 3) mendorong peneliti lain untuk meneliti jenis karya sastra lainnya dalam Alkitab khususnya dalam bidang penerjemahan di antaranya puisi misalnya pada Kitab Mazmur, Kitab Ratapan dan Kitab Kidung Agung, sastra nubuat misalnya pada Kitab Yosua, Kitab Hakim- Hakim, Kitab Samuel dan lain-lain, sastra sejarah baik Perjanjian

11 Lama maupun Perjanjian Baru misalnya kitab Kejadian sampai Ester, serta karya sastra dalam bentuk surat-surat yang dalam bahasa Inggris disebut epistles, misalnya surat-surat yang ditulis oleh Rasul Paulus; 4) menggugah minat peneliti lain untuk melakukan studi terhadap beberapa versi lain terjemahan Alkitab dalam bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah yang belum terjamah dalam penelitian ini. Saat ini untuk terjemahan lengkap (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) sudah terdapat 24 versi terjemahan Alkitab dalam bahasa daerah di Nusantara termasuk bahasa Bali. Sedangkan untuk terjemahan sebagian (Perjanjian Baru saja) sudah diterjemahkan ke dalam 67 bahasa daerah di Nusantara. Untuk versi sebagian, yang terakhir terbit adalah Alkitab dalam bahasa Alun (Maluku) yaitu pada tahun 2012; 5) menjembatani tegangan antara dua kubu ekstrem penerjemahan Alkitab yang saling bertentangan yaitu harfiah dan bebas, khususnya pada penerjemahan bahasa simbolis yang mudah menyebabkan salah penafsiran di kalangan pembaca Alkitab. Untuk itu penelitian ini dilakukan berlandaskan asumsi bahwa penerapan teori penerjemahan yang tepat pada kedua versi terjemahan akan mampu mempersempit jurang pemisah yang menimbulkan ketegangan kutub terjemahan harfiah dan bebas; dan 6) meningkatkan pemahaman teologis para pembaca Alkitab yang berasal dari beberapa kalangan, acuan bagi penyatuan persepsi

12 terhadap Kitab Wahyu yang termasuk dalam kitab apokaliptik yang sulit untuk dipahami, dan membantu, masing-masing kalangan pembaca di dalam memilih versi terjemahan Alkitab yang tepat. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian yang mengetengahkan model komunikasi tiga bahasa, dikembangkan oleh Nida (1960:46) secara khusus untuk penerjemahan Injil. Model ini menekankan pada pemahaman pesan Injil yang mengacu ke dalam bahasa Yunani dan Ibrani, kemudian ke dalam bahasa Inggris, lalu diterjemahkan lagi ke dalam bahasa ketiga yang mempunyai kekhususan bahasa dan budaya. Jika dihubungkan dengan kategori yang dikemukakan oleh Holmes (1998b/2000) tentang studi penerjemahan, yang membedakan antara terapan dan murni dan membagi lagi studi penerjemahan murni menjadi teoretis dan deskriptif dan selanjutnya membagi studi terjemahan deskriptif menjadi studi yang berorientasi pada produk dan proses, penelitian ini berfokus pada studi terjemahan yang berorientasi pada produk terjemahan. Akan tetapi hal ini tentunya tidak terlepas dari proses yang dilakukan oleh penerjemah dalam menghasilkan produk terjemahan. Sehubungan dengan hal ini pula, penelitian ini mencakup tiga aspek dalam penelitian penerjemahan seperti yang diungkapkan oleh Nababan (2007) yaitu aspek genetik yang mengungkap kompetensi yang dimiliki penerjemah, aspek objektif yang menyangkut kualitas produk terjemahan, dan afektif yang menyangut tanggapan pembaca terhadap produk terjemahan.

13 Holmes (1998b/2000) lebih lanjut mengungkapkan bahwa studi terjemahan yang berorientasi pada karya terjemahan mencakup pemaparan atau analisis terjemahan BSu ke BSa atau analisis perbandingan dari beberapa BSa yang berasal dari BSu yang sama. Sehubungan dengan hal itu, penelitian ini merupakan studi yang memaparkan dan menganalisis dua tipe produk terjemahan, yaitu versi harfiah dan bebas, dari Alkitab terjemahan bahasa Inggris (dan atau Yunani) ke bahasa Indonesia khususnya terhadap simbol-simbol verbal yang ditemukan di dalam kitab terakhir dari 66 kitab yang terangkum di dalam Alkitab umat Kristiani yang dikenal dengan Kitab Wahyu. Pembahasan penelitian ini berfokus pada pengidentifikasian tipe dan makna simbol verbal religi yang ditemukan dalam kitab Wahyu. Selanjutnya dilakukan penyelidikan pada tingkat ketepatan penerapan strategi penerjemahan dalam menerjemahkan simbol-simbol verbal religi yang terdapat dalam versi harfiah dan bebas Kitab Wahyu yang selanjutnya bermuara pada proses mengidentifikasi kesepadanan versi terjemahan harfiah dan bebas dari Kitab Wahyu berdasarkan pada prinsip-prinsip kesepadanan formal pada terjemahan harfiah dan kesepadanan dinamis pada terjemahan bebas. Data sekunder dalam penelitian ini dikumpulkan dari satu kelompok responden, yaitu grup pembaca yang dianggap awam dalam hal tidak mempelajari Alkitab melalui studi formal. Data kemudian dianalisis guna mengetahui aspek emotif penerjemahan simbol dari TSu ke TSa.