RAPAT KOORDINASI PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 I. P E N D A H U L U A N

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) MELALUI TOKO TANI INDONESIA (TTI) Konsep dan Implementasi

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

PEDOMAN UMUM PENGEMBANG AN USAHA PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2016

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/KPTS/KN.010/K/02/2016 TANGGAL : 15 Februari 2016

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA : 06/KPTS/KN.010/K/02/2016 PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2016

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/KPTS/RC.110/J/01/2017 TANGGAL : 23 JANUARI 2017

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/KPTS/RC.110/J/01/2017 TANGGAL : 23 JANUARI 2017

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN


MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTER!PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 06/KPTS/RC.llO/J/01/2017 TENTANG

Semoga Panduan Teknis Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat Tahun 2016 ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang terkait.

DINAS KETAHANAN PANGAN

ARAHAN KEPALA DINAS KETAHANAN PANGAN PADA ACARA SOSIALISASI PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2017 Ungaran, 8 Februari 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009

PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA BANTUAN PEMERINTAH

Notulensi. Peserta (Daerah dan Pusat) Prov. DKI Jakarta, Aceh, Lampung dan Bengkulu. Nama. Penanggung Jawab Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

Hotel Aston Pontianak, 3 Agustus 2016

2. Toko Tani Indonesia (Rp. 21, 1 M)

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 07/KPTS/RC.110/J/01/2017 TANGGAL : 23 JANUARI 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

ARAHAN MENTERI PERTANIAN/ KETUA HARIAN DEWAN KETAHANAN PANGAN PADA SIDANG REGIONAL DEWAN KETAHANAN PANGAN WILAYAH BARAT

PROGRAM DAN KEGIATAN UTAMA KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEMAJUAN PELAKSANAAN (%) - Sosialisasi Pedum - Kawasan di Papua belum dapat dilaksanakan karena PPK harus koordinasi dan gubernur

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang :

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT (Penguatan-LDPM)

I. PENDAHULUAN. pedesaan yang telah lama berperan dalam pengembangan cadangan pangan.

1 % 1,73% Data capaian penduduk rawan pangan tergambar pada akhir tahun dan capaian tersebut tergantung pada instansi lain.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PANDUAN PELAKSANAAN FASILITASI PEMBINAAN WANAWIYATA WIDYAKARYA TAHUN 2017 I. PENDAHULUAN

LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 15/Permentan/OT.140/2/2013 TANGGAL : 11 Februari 2013 PEDOMAN PENGEMBANGAN LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

SINKRONISASI OPERASIONAL KEGIATAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA. 2017

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep.

2015, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembar

DUKUNGAN KEGIATAN BADAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2017 TERHADAP INDIKATOR KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 11/KPTS/KN.110/K/02/2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PROGRAM PRIORITAS PENGEMBANGAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2018

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 63/KPTS/RC.110/J/12/2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KAWASAN MANDIRI PANGAN TAHUN 2018

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

BIMTEK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KELUARGA, DAN PENGUATAN PELAKU PENDIDIKAN KELUARGA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

2011, No beras pemerintah yang sebelumnya telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/PMK.02/2009; d. bahwa berdasarkan pertimbangan

Matrik Pemantauan Capaian Kinerja Berdasarkan PK Badan Ketahanan Pangan Triwulan II Tahun 2016

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

429 Desa 80% - Sosialisasi Pedum - Di Prov Banten ada perubahan lokasi dari kab pandeglang ke kota serang

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 16/Permetan/HK.140/4/2015 TENTANG

PELAKSANAAN KEGIATAN TAHUN 2017 DAN PERSIAPAN PERENCANAAN TAHUN 2018

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: 28/Per/M.KUKM/VII/2007

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

BERITA NEGARA. No.1192, 2012 KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Bantuan Sosial. Mikro dan Kecil. Pedoman

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 201

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Subsidi Pupuk. Tata Cara.

RANCANGAN KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK LANGSUNG KEPADA PETANI

Tata Kelola Keuangan Pelaksanaan Akreditasi Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Nonformal Tahun Anggaran 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 43 TAHUN TAHUN 2011 TENTANG OPERASI PASAR MURAH KEBUTUHAN POKOK MASYARAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 17/Permetan/HK.140/4/2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN LUMBUNG PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2015

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2017, No dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2010

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Pengertian dan Definisi...

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

STRUKTUR ORGANISASI KEGIATAN DEKONSENTRASI BIDANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN (PKP) TAHUN 2012

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 79 TAHUN 2016

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 101 TAHUN 2016 T E N T A N G

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05/KPTS/KN.130/K/02/2016 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG

BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN. OLEH : Dr. Ir. Gardjita Budi, M.Agr.St KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

Transkripsi:

RAPAT KOORDINASI PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 I. P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Fluktuasi harga dan pasokan pangan pokok yang tidak menentu cukup berpengaruh terhadap pengendalian inflasi. Oleh karena itu, hampir semua negara melakukan intervensi kebijakan untuk menjaga stabilitas harga pangan pokok dan strategis. Harga dan pasokan pangan dapat dijadikan indikator untuk mengetahui: (a) status distribusi pangan, (b) rantai distribusi pangan pokok yang tidak efisien, dan (c) ketidakcukupan pasokan pangan di suatu wilayah. Guna mengatur dan menjaga stabilisasi pasokan dan harga pangan, Pemerintah menerbitkan 2 (dua) Undang-Undang terkait stabilitas harga pangan, yaitu Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Pemerintah pusat dan daerah bertugas mengendalikan dan bertanggung jawab atas ketersediaan bahan pangan pokok dan strategis di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia termasuk Provinsi Kalimantan Barat. Bahan pangan pokok dan strategis tersebut harus tersedia dalam jumlah yang memadai, mutu yang baik, serta harga yang wajar, sekaligus melindungi petani sebagai produsen. Peningkatan harga komoditas pangan memang dapat berasal dari produsen, namun sumber peningkatan harga tersebut biasanya lebih bersifat fundamental karena didorong oleh meningkatnya harga input/sarana produksi atau karena faktor kebijakan pemerintah seperti penetapan harga dasar (floor price). Sementara peningkatan harga yang didorong oleh faktor distribusi bersifat variabel, seperti panjangnya rantai distribusi, hambatan transportasi dan perilaku pedagang dalam menetapkan marjin keuntungan serta aksi spekulasi maupun kompetisi Laporan Pelaksanaan Rapat Koordinasi PUPM Tingkat Prov. Kalbar Tahun 2016 1

antar pedagang. Tingginya volatilitas harga komoditas pangan yang terjadi selama ini mengindikasikan bahwa faktor distribusi sangat berpengaruh. Berbagai upaya dan kebijakan telah dilakukan oleh Pemerintah, baik bersifat jangka pendek maupun jangka panjang mengacu pada permasalahan utama yang terjadi selama ini yaitu tingginya disparitas harga antara produsen dan konsumen yang mengakibatkan keuntungan tidak proporsional antara pelaku usaha. Harga yang tinggi di tingkat konsumen tidak menjamin petani (produsen) mendapatkan harga yang layak, sehingga diperlukan keseimbangan harga yang saling menguntungkan, baik di tingkat produsen maupun tingkat konsumen. Berdasarkan permasalahan diatas, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat melakukan terobosan sebagai solusi dalam mengatasi gejolak harga pangan yaitu dengan melaksanakan kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM). Kegiatan tersebut merupakan upaya pemerintah untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan pangan pokok strategis, mengefisienkan rantai distribusi pemasaran, mentransmisikan antara harga konsumen dengan harga petani (produsen), memperbaiki system informasi pasar antar wilayah, mencegah terjadinya Patron-Client (pasokan pangan ke pasar suatu wilayah hanya boleh dipasok oleh pelaku usaha tertentu), dan mencegah penyalahgunaan market power oleh pelaku usaha tertentu. Kegiatan PUPM secara tidak langsung berperan dalam mengatasi anjloknya harga pada masa panen raya dan tingginya harga pada saat paceklik dan menjadi instrumen bagi Pemerintah dalam meredam gejolak harga dalam situasi tertentu. B. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan diselenggarakannya Rapat Koordinasi Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) Tingkat Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 adalah : Laporan Pelaksanaan Rapat Koordinasi PUPM Tingkat Prov. Kalbar Tahun 2016 2

Memberikan pengetahuan Gapoktan dalam mengelola dan mengembangkan perekonomian kelembagaan petani sehingga menjadi wirausaha tani. Memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi Gapoktan pelaksana PUPM di 7 Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan Barat, agar : 1. Menyerap produk pertanian dari petani dengan harga yang layak; 2. Memberikan kemudahan akses masyarakat terhadap pangan pokok strategis dengan harga terjangkau. 3. Memperpendek rantai pasok terhadap pangan sehingga mengurangi disparitas harga antara produsen dan konsumen; 4. Mendukung stabilisasi pasokan dan harga komoditas pangan strategis; C. Waktu, Tempat dan Peserta Rapat Koordinasi Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) Tingkat Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016, dilakukan selama 2 (dua) hari yaitu dari tanggal 19 s/d 20 Mei 2016 bertempat di Hotel Borneo Kota Pontianak. Peserta yang ikut pada Rapat Koordinasi ini terdiri dari : Ketua Gapoktan/Pengurus Gapoktan pelaksana kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM); Pendamping Gapoktan Pelaksana Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM); Aparat Kabupaten/Kota yang membidangi kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM). Total peserta yang mengikuti Rapat Koordinasi Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) berjumlah 40 orang dengan rincian sebagai berikut : Laporan Pelaksanaan Rapat Koordinasi PUPM Tingkat Prov. Kalbar Tahun 2016 3

a. Kabupaten Sambas Jumlah Peserta = 10 Orang b. Kabupaten Mempawah Jumlah Peserta = 5 Orang c. Kabupaten Bengkayang Jumlah Peserta = 5 Orang d. Kabupaten Landak Jumlah Peserta = 5 Orang e. Kabupaten Kayong Utara Jumlah Peserta = 5 Orang f. Kabupaten Sanggau Jumlah Peserta = 5 Orang g. Kabupaten Kubu Raya Jumlah Peserta = 5 Orang D. Narasumber Narasumber Rapat Koordinasi Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) Tahun Anggaran 2016 adalah : 1. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat; 2. Pendamping Gapoktan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) 3. Gapoktan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM); E. Materi Materi yang diberikan pada Rapat Koordinasi Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) Tingkat Provinsi Kalimantan Barat di Pontianak Tahun Anggaran 2016 yang dilaksanaan pada tanggal 19 s/d 20 Mei 2016 adalah : Laporan Pelaksanaan Rapat Koordinasi PUPM Tingkat Prov. Kalbar Tahun 2016 4

Pedoman Umum Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) Tahun 2016 oleh Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat. Pembukuan dan Pelaporan Kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) Tahun 2016 oleh Pendamping Gapoktan Sharing Gapoktan dan pandangan Gapoktan pelaksana PUPM F. Sarana / Prasarana Sarana dan Prasarana yang digunakan pada Kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) Tingkat Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016, antara lain : a. Ruang Pertemuan b. Infocus c. Laptop d. Konsumsi bagi peserta e. Penginapan peserta G. Pembiayaan Pembiayaan Kegiatan Rapat Koordinasi Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) Tingkat Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 ini dibiayai oleh Dafar Isian Pelaksanaan Aggaran (DIPA) Satuan Kerja Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2016. Laporan Pelaksanaan Rapat Koordinasi PUPM Tingkat Prov. Kalbar Tahun 2016 5

II. HASIL PELAKSANAAN Materi yang disampaikan oleh narasumber pada Rapat Koordinasi Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM)Tahun 2016 adalah sebagai berikut : 1. Pedoman Umum Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) Tingkat Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016 Untuk menetapkan pelaksana kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) baik Gapoktan maupun pedagang Toko Tani Indonesia (TTI) dilakukan melalui identifikasi Calon Penerima Calon Lokasi (CPCL) dengan memperhatikan kriteria yang ditetapkan dalam pedoman umum PUPM. Identifikasi CPCL dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang membidangi urusan ketahanan pangan Kabupaten/Kota yang selanjutnya diusulkan kepada Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat untuk ditetapkan melalui Keputusan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan diketahui oleh Kuasa Pengguna Aggaran (KPA), setelah dilakukan verifikasi terhadap CPCL yang diusulkan. A. Kriteria Penentuan Pelaksana PUPM 1. Gapoktan/LUPM yang dipilih sebagai penerima dana bantuan pemerintah harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Memiliki legalitas (disahkan oleh Bupati/Walikota/Camat/Lurah/ kepala Desa); b. Berorientasi bisnis dan memiliki struktur pengalaman dalam kegiatan perdagangan pangan minimal 3 (tiga) tahun; c. memiliki AD/ART dan struktur organisasi; d. memiliki penggilingan (Rice Milling Unit); e. diutamakan memiliki mesin pengering (dryer); f. menyediakan gudang penyimpanan pangan dan aset pendukung lainnya;; g. memiliki jejaring pemasaran; h. tidak sedang menerima bantuan lain dari Kementerian Pertanian di tahun berjalan; Laporan Pelaksanaan Rapat Koordinasi PUPM Tingkat Prov. Kalbar Tahun 2016 6

i. sanggup memasok bahan pangan secara berkelanjutan minimal ke 2 (dua) TTI yang dinyatakan dalam kontrak kerjasama; j. sanggup menjaga kualitas pasokan bahan pangan secara kontinyu; k. bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan dan keuangan; l. sanggup membuat pembukuan dan pelaporan secara tertib dan periodik. 2. TTI yang akan menjadi pelaksana kegiatan TTI mengacu kepada kriteria : a. pedagang tetap; b. sudah menjalankan usaha minimal 1 tahun; c. memiliki tempat usaha milik pribadi atau sewa; d. berlokasi strategis yang mudah dijangkau konsumen; e. memiliki SIUP/NPWP/UD (minimal surat izin usaha dari desa); f. berpengalaman dalam kegiatan perdagangan pangan minimal 1 tahun; g. tidak sedang bermasalah dalam hutang/piutang dengan pihak manapun; h. sanggup melakukan kontrak kerjasama dengan Gapoktan/LUPM; i. sanggup membuat pembukuan dan pelaporan secara tertib dan periodik: menjual produk pangan TTI membuat catatan transaksi penjualan khusus kegiatan TTI dan melakukan pelaporan. 3. Tenaga Pendamping yang akan mendampingi Gapoktandan TTI mengacu pada kriteria : a. berpendidikan minimal SMU atau sederajat; b. berdomisili dekat dengan Gapoktan dan atau lokasi pedagang TTI; c. satu orang pendamping akan mendampingi 1 (satu) Gapoktan dengan TTI-nya; d. memiliki komitmen untuk mendampingi dan membimbing Gapoktan dan TTI sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota; e. sanggup membuat rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan PUPM secara tertulis mengenai pendampingan dan pembinaan kepada Gapoktan/LUPM dan pedagang TTI; Laporan Pelaksanaan Rapat Koordinasi PUPM Tingkat Prov. Kalbar Tahun 2016 7

f. sanggup melaksanakan kunjungan dan pembinaan secara rutin minimal satu kali dalam dua minggu kepada Gapoktan/LUPM dan pedagang TTI; g. membuat laporan berkala. B. Penentuan Lokasi Lokasi TTI berada di daerah konsumen, terutama yang menjadi barometer fluktuasi harga pangan di 7 (tujuh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Kalimantan Barat. C. Tahapan Pelaksanaan 1. Penetapan Gapoktan/LUPM dilakukan melalui tahapan: a. Identifikasi dan seleksi CPCL dilakukan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota; b. hasil CPCL diusulkan ke provinsi selanjutnya diverifikasi oleh Tim Pembina Provinsi bersama Tim Teknis Kabupaten/Kota; c. pengusulan Gapoktan/LUPM bersamaan dengan pengusulan TTI terpilih dilakukan satu kali pengusulan untuk ditetapkan dalam bentuk Keputusan PPK; d. penetapan Gapoktan/LUPM sebagai penerima manfaat bantuan pemerintah oleh PPK disahkan oleh KPA di provinsi. 2. Penetapan TTI dilakukan melalui tahapan: a. Identifikasi dan seleksi CPCL Pedagang TTI dilakukan oleh Gapoktan/LUPM bersama dengan Tim Teknis Kabupaten/Kota. b. hasil CPCL TTI bersama dengan CPCL Gapoktan/LUPM oleh Tim Teknis diusulkan kepada Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah yang melaksanakan urusan di bidang ketahanan pangan kabupaten/kota untuk selanjutnya diverifikasi oleh Tim Pembina Provinsi bersama Tim Teknis Kabupaten/Kota; c. penetapan Pedagang TTI oleh PPK disahkan oleh KPA di provinsi bersamaan dengan penetapan Gapoktan/LUPM; 3. Penetapan Tenaga Pendamping dilakukan melalui tahapan: a. seleksi tenaga pendamping dilakukan oleh Tim Teknis Kabupaten/ Kota; Laporan Pelaksanaan Rapat Koordinasi PUPM Tingkat Prov. Kalbar Tahun 2016 8

b. hasil seleksi diusulkan ke provinsi selanjutnya diverifikasi oleh Tim Pembina Provinsi bersama Tim Teknis Kabupaten/Kota; c. pengusulan Pendamping bersamaan dengan pengusulan Gapoktan dan Pedagang TTI terpilih dilakukan dalam satu kali pengusulan untuk ditetapkan dalam bentuk Keputusan PPK dan disahkan oleh KPA di Provinsi dalam satu Surat Keputusan. Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Tim Pembina Provinsi Kepala Badan/Dinas/Kantor Kabupaten/Kota Tim Teknis Kab. Gapoktan/LUPM Pedagang TTI Pendamping Gambar 3. Mekanisme Seleksi Calon Gapoktan/LUPM, Pedagang TTI, dan Pendamping 4. Kewajiban Penerima Bantuan Pemerintah Gapoktan/LUPM selaku penerima Dana Bantuan Pemerintah harus membuat : a. Menandatangani Perjanjian Kerjasama dengan PPK (Format 1); b. Menandatangani Berita Acara Penerima Bantuan Pemerintah (Format 2) yang berisi: 1) kesanggupan pihak kedua (Gapoktan/LUPM) melaksanakan kegiatan PUPM; 2) kesanggupan pihak kedua (Gapoktan/LUPM) memanfaatkan dana sesuai RUPM; 3) kesanggupan memasok TTI secara berkelanjutan dengan kualitas yang baik; c. menandatangani Pakta Integritas (Format 3); Laporan Pelaksanaan Rapat Koordinasi PUPM Tingkat Prov. Kalbar Tahun 2016 9

d. melaporkan pemanfaatan dana bantuan pemerintah dan menyampaikan kepada Tim Teknis dan PPK secara berkala; dan e. membuat laporan pertanggungjawaban kepada PPK setelah pekerjaan selesai atau akhir tahun anggaran dengan melampirkan: 1) Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan yang ditandatangani oleh Ketua dan atau perwakilan Gapoktan/LUPM dan PPK serta dua orang saksi dari Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat dan anggota lainnya dari Gapoktan penerima bantuan; 2) Daftar perhitungan dana awal, penggunaan dan sisa dana; 3) Surat Pernyataan bahwa bukti-bukti pengeluaran telah disimpan secara baik dan tertib; 4) bukti setor ke rekening kas Negara dalam hal terdapat sisa dana bantuan yang tidak dimanfaatkan di tahun berjalan. D. Penetapan Harga Pangan Harga yang perlu ditetapkan agar tujuan PUPM tercapai antara lain: 1. Harga beli di tingkat petani oleh Gapoktan Penetapan harga pembelian pangan pokok strategis di tingkat petani bertujuan untuk memberikan jaminan kepada petani untuk mendapatkan keuntungan yang wajar, meningkatkan pendapatan petani, dan meningkatkan kesejahteraan petani. Penetapan Harga Pembelian Petani minimal merujuk pada Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk beras dan atau Harga Beli untuk komoditas lainnya apabila harga pembelian di bawah HPP; 2. Harga jual TTI ke konsumen (HET). Penetapan harga pembelian pangan pokok strategis di tingkat konsumen bertujuan untuk menentukan harga acuan di tingkat konsumen yang ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan kondisi harga normal di suatu wilayah. Harga jual TTI dapat ditentukan berdasarkan harga beras rata-rata 3 (tiga) bulan terakhir, dengan keuntungan tidak lebih dari 10% dan harus lebih rendah dari harga pasar. Data harga bersumber dari BPS maupun panel harga. Laporan Pelaksanaan Rapat Koordinasi PUPM Tingkat Prov. Kalbar Tahun 2016 10

E. Pembinaan dan Pendampingan Kegiatan PUPM Pembinaan dan pendampingan dilakukan secara berjenjang pada setiap tingkatan mulai dari pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Untuk itu perlu dibentuk Tim Pokja PUPM di tingkat pusat dan Tim Pembina di tingkat provinsi serta Tim Teknis di tingkat Kabupaten/Kota. Tim Pokja PUPM di tingkat pusat dan Tim Pembina di tingkat provinsi serta Tim Teknis di tingkat Kabupaten/Kota melaksanakan tugas pembinaan dan pendampingan kegiatan PUPM dalam bentuk: 1. sosialisasi tentang maksud, tujuan, manfaat, serta dukungan kegiatan PUPM; 2. penyampaian komitmen kepada petani untuk selalu memasok hasil produk pertaniannya kepada TTI melalui Gapoktan/LUPM; 3. melakukan fasilitasi dalam hal: a. penguatan kelembagaan Gapoktan dan TTI dalam rangka mendorong Gapoktan menjadi lembaga ekonomi masyarakat yang mandiri di kabupaten/kota dan TTI menjadi sarana bagi konsumen untuk mengakses pangan dengan mudah pada harga yang wajar; b. peningkatan kemampuan manajerial TTI mencakup perencanaan penjualan, pembukuan kegiatan TTI, dan pelaporan. Disamping itu, dari sisi Gapoktan/LUPM dilakukan peningkatan kemampuan manajerial, penyediaan, pengelolaan, dan penyaluran pangan; c. pengembangan jejaring kemitraan usaha TTI dalam rangka stabilisasi pasokan dan harga pangan; F. Titik Kritis Pelaksanaan Kegiatan Pengendalian terhadap titik kritis pelaksanaan kegiatan PUPM dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan Pejabat Pembuat Komitmen pada Satuan Kerja Perangkat Pusat, Daerah provinsi dan kabupaten/kota yang melaksanakan urusan di bidang ketahanan pangan. Instrumen pengendalian yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan PUPM Tahun 2016 antara lain: (1) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga; dan Laporan Pelaksanaan Rapat Koordinasi PUPM Tingkat Prov. Kalbar Tahun 2016 11

(2) Permentan Nomor 62 Tahun 2015 tentang Pedoman Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2016, dan (3) Keputusan Menteri Pertanian Nomor 83 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat T.A. 2016. Terdapat 8 (delapan) titik kritis dalam pelaksanaan kegiatan PUPM yang perlu mendapatkan perhatian, yaitu: 1. sosialisasi kegiatan PUPM Tahun 2016 yang dilakukan oleh Tim Pembina provinsi maupun Tim Teknis kabupaten/kota; 2. persiapan, pelaksanaan, identifikasi dan verifikasi calon Gapoktan/LUPM, TTI, dan Pendamping kegiatan PUPM Tahun 2016 serta calon lokasi; 3. transfer/penyaluran Dana Bantuan Pemerintah Kegiatan PUPM Tahun 2016 ke rekening Gapoktan/LUPM; 4. pencairan Dana Bantuan Pemerintah yang dilakukan oleh ketua Gapoktan/LUPM; 5. pemanfaatan Dana Bantuan Pemerintah yang dilakukan oleh ketua Gapoktan/LUPM dalam pengadaan pangan, operasional/penanganan (sortasi, pengemasan, transportasi), dan penyaluran/memasok bahan pangan pokok dan strategis kepada TTI; 6. pelaksanaan penjualan pangan pokok dan strategis oleh TTI; dan 7. monitoring kesesuaian pelaksanaan kegiatan sesuai dengan pedoman yang telah disusun; dan 8. evaluasi dan pelaporan pertanggungjawaban yang dilakukan oleh ketua Gapoktan/LUPM serta TTI. 2. Pembukuan dan Pelaporan Gapoktan PUPM a. Pembukuan Buku-buku yang harus dimiliki oleh Gapoktan PUPM adalah: 1. Buku rekening Bank atas nama ketua dan Bendahara Gapoktan. 2. Buku Kas Pembelian dan Penjualan 3. Buku Kas Operasional 4. Buku Aktifitas Pembelian dan Penjualan PUPM 5. Buku Pasokan dan Penjualan TTI Laporan Pelaksanaan Rapat Koordinasi PUPM Tingkat Prov. Kalbar Tahun 2016 12

b. Pelaporan Cara penyampaian dan batas waktu pelaporan : 1. Pelaporan mingguan yang dibuat tertulis wajib dikirim oleh Ketua Gapoktan/LUPM dan pendamping dikirim setiap seminggu sekali pada hari Senin melalui pos atau dikirim langsung ke Badan/Dinas/Kantor/ Unit kerja yang menangani ketahanan pangan 2. Pelaporan mingguan melalui SMS Center dikirim oleh Pendamping setiap hari Senin ke Pusat Data Pertanian Kementerian Pertanian 3. No. SMS CENTER : 0813 808 29 555 Ketentuan pengiriman sms : 1. SMS volume Pembelian dah Harga Pembelian dari Gapoktan: Harga yang dilaporkan melalui SMS Center adalah harga rata-rata pembelian dalam satu minggu terhitung mulai hari Senin-Minggu pekan sebelumnya; 2. SMS volume Penjualan dan Harga Penjualan TTI ; a. Harga yang dilaporkan melalui SMS Center adalah harga rata-rata penjualan dalam satu minggu terhitung mulai hari Senin-Minggu pekan sebelumnya. FORMAT SMS : SMS 1 1. PUPM<spasi>Tanggal<pagar>KODE KOMODITAS<pagar>VOLGAP<pagar>Volume1<pagar>HRGGAP<pagar> Harga 1 2. Contoh: PUPM 230516#GKG#VOLGAP#5000#HRGGAP#4000 SMS 2 1. PUPM<spasi>Tanggal<pagar>KODEKOMODITAS <pagar>voltti<pagar>volume2<pagar>hrgtti<pagar>harga2 2. Contoh: PUPM 230516#BRS#VOLTTI#3000#HRGTTI#7500 Kirim ke : 0813 808 29 555 Laporan Pelaksanaan Rapat Koordinasi PUPM Tingkat Prov. Kalbar Tahun 2016 13

III. KESIMPULAN Secara umum pelaksanaan Rapat Koordinasi Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) Tingkat Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2016 yang diadakan di Kota Pontianak ini berjalan dengan baik, tergambar dari respon yang sangat positif dari peserta. Oleh karena itu diharapkan agar kegiatan ini tetap diprogramkan secara berkelanjutan untuk menambah wawasan dan pengetahuan Gapoktan, pendamping Gapoktan dan aparat Kabupaten/Kota Pelaksana kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM). Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa : a. Maksud dan tujuan diselenggarakannya Rapat Koordinasi Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) Tingkat Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2016 di Kota Pontianak adalah : - Menyatukan persepsi antar Gapoktan dalam mengelola dana Bantuan Pemerintah - Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi Gapoktan, pendamping Gapoktan, serta aparat Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Barat - Memberikan pengetahuan tentang bagaimana mengembangkan perekonomian petani dalam lingkup Gapoktan. b. Organisasi dan Tata Kerja PUPM A. Tingkat Pusat 1. Menteri Pertanian melalui Badan Ketahanan Pangan bertugas melaksanakan kegiatan pengawalan, pendampingan, bimbingan teknis, pembinaan dan koordinasi. 2. Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian sebagai penanggungjawab kegiatan bersama Tim Pokja Pusat melaksanakan kegiatan berikut: a. menerbitkan Pedoman Umum Kegiatan PUPM; b. melakukan sosialisasi, koordinasi, integrasi dan advokasi dengan lembaga terkait dalam pelaksanaan kegiatan PUPM; Laporan Pelaksanaan Rapat Koordinasi PUPM Tingkat Prov. Kalbar Tahun 2016 14

c. melakukan bimbingan teknis untuk Gapoktan/LUPM, TTI, dan pendamping; d. melakukan pertemuan secara berkala; e. memverifikasi, mengawal, membina, memantau, mengevaluasi, mengawasi, mengendalikan, dan melaporkan kegiatan PUPM. B. Tingkat Provinsi 1. Gubernur bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan PUPM di tingkat Provinsi. 2. Dalam rangka pelaksanaan Kegiatan PUPM maka Gubernur menetapkan: a. Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat sebagai penanggungjawab pelaksana kegiatan PUPM; b. Tim Pembina Provinsi beranggotakan dari beberapa instansi terkait. 3. Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat selaku penanggungjawab kegiatan PUPM bersama dengan Tim Pembina Provinsi melaksanakan kegiatan sebagai berikut: a. menyusun petunjuk pelaksanaan (juklak) kegiatan PUPM; b. sosialisasi, koordinasi, integrasi dan advokasi dengan instansi terkait dalam pelaksanaan kegiatan TTI; c. mengidentifikasi, memverifikasi, mendampingi, membina, memantau, mengevaluasi, mengawasi, pengendalian, dan pelaporan kegiatan PUPM ke Gubernur dan Pusat; d. melakukan verifikasi terhadap CPCL Gapoktan/LUPM yang diusulkan oleh kabupaten/kota. C. Tingkat Kabupaten/Kota 1. Bupati/Walikota bertangungjawab terhadap pengelolaan kegiatan PUPM di Kabupaten/Kota; 2. Dalam rangka pelaksanaan Kegiatan PUPM maka Bupati/Walikota menetapkan: Laporan Pelaksanaan Rapat Koordinasi PUPM Tingkat Prov. Kalbar Tahun 2016 15

a. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah kabupaten/kota yang melaksanakan urusan di bidang ketahanan pangan sebagai penanggungjawab kegiatan PUPM; b. Tim Teknis Kabupaten/Kota beranggotakan dari beberapa instansi terkait. 3. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah kabupaten/kota yang melaksanakan urusan di bidang ketahanan pangan selaku penanggungjawab kegiatan PUPM bersama Tim Teknis Kabupaten/Kota melaksanakan kegiatan sebagai berikut: a. sosialisasi, koordinasi, integrasi dan advokasi dengan instansi terkait dalam pelaksanaan kegiatan PUPM; b. membina, memantau, mengevaluasi, mengawasi, pengendalian, dan pelaporan kegiatan PUPM ke Bupati dan Gubernur; c. mengidentifikasi CPCL Gapoktan/LUPM dan TTI yang diusulkan oleh Gapoktan; d. mengusulkan CPCL Gapoktan/LUPM, dan Pedagang TTI yang diusulkan oleh Gapoktan kepada provinsi; e. mengusulkan pendamping kegiatan PUPM kepada provinsi; dan f. mendampingi Gapoktan/LUPM dalam proses pengusulan pencairan dana bantuan pemerintah untuk kegiatan TTI. D. Gapoktan/LUPM Gapoktan/LUPM melaksanakan hal-hal sebagai berikut: 1. bersedia dan sanggup melaksanakan kegiatan PUPM; 2. bersedia dan sanggup melakukan identifikasi CPCL untuk pedagang TTI; 3. melakukan pembelian bahan pangan pokok dan strategis kepada petani/mitra dengan harga yang menguntungkan bagi petani; 4. melakukan pasokan dan menjaga stabilisasi pasokan bahan pangan pokok dan strategis yang berkualitas secara berkelanjutan kepada pedagang TTI; 5. membuat pembukuan penerimaan dan penyaluran (penjualan) serta mengirimkan laporan kepada PPK dan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Kalimantan Barat melalui Badan Ketahan Pangan kabupaten/kota. Laporan Pelaksanaan Rapat Koordinasi PUPM Tingkat Prov. Kalbar Tahun 2016 16

E. TTI TTI melaksanakan hal-hal sebagai berikut: 1. bersedia dan sanggup melaksanakan kegiatan PUPM; 2. melakukan penjualan bahan pangan pokok dan strategis sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan; 3. menjaga stabilisasi stok secara berkelanjutan dengan harga yang wajar (tidak bergejolak); 4. bekerjasama dengan Gapoktan/LUPM menjaga kontinuitas penyaluran dan kualitas pangan dengan harga yang wajar; 5. membuat pembukuan penerimaan dan penyaluran (penjualan) serta mengirimkan laporan kepada Gapoktan/LUPM; 6. melakukan stock opname dan tutup buku pada akhir tahun. F. Pendamping Gapoktan Pendamping Gapoktan melaksanakan hal-hal sebagai berikut: 1. mendampingi dan membimbing Gapoktan/ LUPM dan TTI sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Tim Pembina Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota; 2. membuat rencana kerja dan jadwal pelaksanaan kegiatan PUPM secara tertulis mengenai pendampingan dan pembinaan kepada Gapoktan/LUPM dan pedagang TTI; 3. melaksanakan kunjungan dan pembinaan secara rutin minimal satu kali pedagang TTI; 4. membuat laporan berkala. dalam dua minggu kepada Gapoktan/LUPM dan Laporan Pelaksanaan Rapat Koordinasi PUPM Tingkat Prov. Kalbar Tahun 2016 17

IV. P E N U T U P Demikan hasil Pelaksanaan Rapat Koordinasi Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) Tingkat Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2016 guna meningkatkan motivasi dalam bekerjasama, dan memantapkan persepsi dalam dinamika berorganisasi. Semoga pelaksanaan kegiatan pelaksanaan Rapat Koordinasi Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) Tingkat Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2016 ini dapat memberikan manfaat bagi Gapoktan, Pendamping Gapoktan dan Aparat Kabupaten/Kota dalam melaksanakan kegiatan Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat (PUPM) di Provinsi Kalimantan Barat. Laporan Pelaksanaan Rapat Koordinasi PUPM Tingkat Prov. Kalbar Tahun 2016 18

L A M P I R A N Laporan Pelaksanaan Rapat Koordinasi PUPM Tingkat Prov. Kalbar Tahun 2016 19