ANALISA KEGAGALAN STRUKTUR DAN RETROFITTING BANGUNAN MASJID RAYA ANDALAS PADANG PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER Fauzan 1 ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG ABSTRAK

ABSTRAK. Kata Kunci: gempa, kolom dan balok, lentur, geser, rekomendasi perbaikan.

ANALISA PENGARUH DINDING GESER PADA STRUKTUR BANGUNAN HOTEL BUMI MINANG AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

ANALISIS PERKUATAN STRUKTUR KANTOR GUBERNUR SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN DINDING GESER DAN STEEL BRACING Nugrafindo Yanto, Rahmat Ramli

ANALISA KERUSAKAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG A SMAN 10 PADANG AKIBAT GEMPA 30 SEPTEMBER 2009 ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN RANGKA BAJA SEBAGAI PENGGANTI SHEAR WALL EXSISTINGPADA CORE BUMIMINANG PLAZA HOTEL PADANG SUMATERA BARAT SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

IDENTIFIKASI KEGAGALAN STRUKTUR DAN ALTERNATIF PERBAIKAN SERTA PERKUATAN GEDUNG BPKP PROVINSI SUMATERA BARAT ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR YANG SUDAH BERDIRI DENGAN UJI ANALISIS DAN UJI BEBAN (STUDI KASUS GEDUNG SETDA KABUPATEN BREBES)

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG KOLOM UNTUK RUMAH SEDERHANA TERHADAP BEBAN GEMPA DI PADANG ABSTRAK

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK

KAJIAN STRUKTUR KUBAH MASJID DI SURABAYA

DESAIN ULANG STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG PLAZA HOTEL ROCKY PADANG PROYEK AKHIR. Oleh : HAZMAL HERMAN

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

Laporan Tugas Akhir Perencanaan Struktur Gedung Apartemen Salemba Residences 4.1 PERMODELAN STRUKTUR Bentuk Bangunan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

PENGARUH PENGGUNAAN SEISMIC BASE ISOLATION SYSTEM TERHADAP RESPONS STRUKTUR GEDUNG HOTEL IBIS PADANG ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kombinasi dari beton dan baja dimana baja tulangan memberikan kuat tarik

menggunakan ketebalan 300 mm.

STUDI PENEMPATAN DINDING GESER TERHADAP WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL STRUKTUR GEDUNG

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN

2.5.3 Dasar Teori Perhitungan Tulangan Torsi Balok... II Perhitungan Panjang Penyaluran... II Analisis dan Desain Kolom...

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

BAB II DASAR DASAR PERENCANAAN STRUKTUR ATAS. Secara umum struktur atas adalah elemen-elemen struktur bangunan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

KOMPARASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT BEDASARKAN SNI 1726:2002 DENGAN SNI

EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

BAB VI PEMBAHASAN. Komparasi Simpangan Antar Lantai arah x

UCAPAN TERIMA KASIH. Jimbaran, September Penulis

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan analisis non-linier yang sederhana namun dapat

STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH. Refly. Gusman NRP :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. gambar- gambar yang akan menjadi acuan dalam perancangan,. Berikut adalah gambar dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Iswandi Imran (2014) konsep dasar perencanaan struktur

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG HOTEL IBIS PADANG MENGGUNAKAN FLAT SLAB BERDASARKAN SNI

KINERJA STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING BAJA TIPE X

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia berada pada zona tektonik sangat aktif karena tiga lempeng besar

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) KOTA PROBOLINGGO DENGAN METODE SISTEM RANGKA GEDUNG

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA

BAB I PENDAHULUAN. sering mengalami gempa bumi dikarenakan letak geografisnya. Dalam segi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

STUDI KOMPARATIF PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG BERDASARKAN TATA CARA ASCE 7-05 DAN SNI

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG BPK RI SURABAYA MENGGUNAKAN BETON PRACETAK DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG

ANALISIS PENGARUH BENTUK SHEAR WALL TERHADAP PERILAKU GEDUNG BERTINGKAT TINGGI ABSTRAK

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Pengumpulan Data. Pengolahan Data. Penyajian Data. Perbandingan Data.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V PEMBAHASAN. bahan yang dipakai pada penulisan Tugas Akhir ini, untuk beton dipakai f c = 30

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENEMPATAN DAN POSISI DINDING GESER TERHADAP SIMPANGAN BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT BEBAN GEMPA

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

KEGAGALAN STRUKTUR DAN PENANGANANNYA

STUDI DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG TAHAN GEMPA UNTUK BENTANG PANJANG DENGAN PROGRAM KOMPUTER

KATA KUNCI: sistem rangka baja dan beton komposit, struktur komposit.

BAB IV ANALISA STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN ULANG GEDUNG PERKULIAHAN POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA (PENS) DENGAN MENGGUNAKAN METODE PRACETAK

Analisis Dinamis Bangunan Bertingkat Banyak Dengan Variasi Persentase Coakan Pada Denah Struktur Bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desain struktur merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menjamin

Gambar 4.9 Tributary area C 12 pada lantai Gambar 5.1 Grafik nilai C-T zona gempa Gambar 5.2 Pembebanan kolom tepi (beban mati)... 7

BAB V PENUTUP. Pada tabel tersebut dengan nilai N = 27,9 maka jenis tanah termasuk tanah sedang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENILAIAN KELAYAKAN FISIK BANGUNAN PASAR DI PASAR GIANYAR KABUPATEN GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Denah Lantai Dua Existing Arsitektur II-3. Tegangan dan Gaya pada Balok dengan Tulangan Tarik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR RANGKA GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Transkripsi:

VOLUME 7 NO.1, FEBRUARI 2012 ANALISA KEGAGALAN STRUKTUR DAN RETROFITTING BANGUNAN MASJID RAYA ANDALAS PADANG PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER 2009 Fauzan 1 ABSTRAK Gempa tektonik tanggal 30 September 2009 telah banyak menimbulkan kerusakan konstruksi bangunan (engineered building). Kerusakan itu terjadi akibat kegagalan pada struktur dan nonstruktur bangunan. Biasanya setelah gempa bumi terjadi, timbul keraguan untuk menentukan bagian bangunan yang harus dirombak, diperbaiki, diperkuat dan bagaimana cara melakukannya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisa penyebab kegagalan struktur pada salah satu bangunan umum di kota Padang yaitu Masjid Raya Andalas Padang. Analisa ini berdasarkan pada kapasitas lentur dan geser struktur dalam menahan gaya luar terutama beban lateral (gempa). Penelitian ini dilakukan melalui evaluasi kerusakan struktur eksisting bangunan, kemudian dilakukan permodelan dan analisa struktur menggunakan software Etabs V 9.0.7 dan SAP V.11. Berdasarkan hasil analisa struktur, sebagian besar kolom-kolom eksisting mempunyai kapasitas penampang yang tidak mampu menahan beban luar. Hasil analisa struktur itu sesuai dengan hasil evaluasi kerusakan dilapangan dimana sebagian besar kolom-kolom mengalami kerusakan baik lentur maupun geser. Agar gedung ini bisa dipergunakan kembali, maka perlu dilakukan perkuatan (retrofitting) pada struktur kolom dengan menggunakan metoda jacketing. Setelah dilakukan perkuatan struktur kemudian dilakukan re-analisis struktur. Berdasarkan hasil reanalisis struktur didapatkan bahwa, beban-beban luar yang bekerja pada struktur kolom sudah berada didalam kapasitas penampang kolom, sehingga disimpulkan struktur bangunan layak kembali untuk digunakan. Kata Kunci : perkuatan, geser, lentur, jacketing 1. PENDAHULUAN Indonesia menempati zona tektonik yang sangat aktif karena tiga lempeng besar dunia dan sembilan lempeng kecil lainnya saling bertemu di wilayah Indonesia dan membentuk jalur-jalur pertemuan lempeng yang kompleks. Keberadaan interaksi antar lempeng-lempeng ini menempatkan wilayah Indonesia sebagai wilayah yang sangat rawan terhadap gempa bumi. Gempa Tektonik pada tanggal 30 September 2009 di Padang dan Pariaman Sumatera Barat telah banyak menimbulkan kerusakan pada konstruksi bangunan (engineered building), baik perumahan rakyat, fasilitas umum, bangunan Pemerintah dan Swasta. Salah satu bangunan di Kota Padang yang mengalami kerusakan akibat gempa tersebut adalah Bangunan Masjid raya Andalas Padang yang terletak di Jl. Andalas Padang dimana kerusakan pada bangunan ini terjadi pada struktur kolom bangunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab kegagalan elemen struktur bangunan, sehingga berdasarkan analisa tersebut dapat dilakukan perencanaan dan pelaksanaan retrofitting pada elemen struktur bangunan Masjid Raya Andalas Padang. Bangunan Masjid Raya Andalas Padang (Gambar 1.) adalah bangunan beton bertulang dua lantai dengan luas 377 m². Struktur bangunan ini terdiri dari pondasi sumuran, sloof, balok, kolom, pelat lantai dan kubah. Dari hasil penelitian diketahui data spesifikasi teknis bangunan Masjid Raya Andalas sebagai berikut: 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Andalas, e-mail: fauzan@ft.unand.ac.id 45

Analisa Kegagalan Struktur dan Retrofitting Bangunnan Masjid Raya Andalas Pasca Gempa 30 September 2009 Gambar 1. Tampak Depan Bangunan Masjid Raya Andalas Padang Pasca Gempa Dimensi Struktur : Hasil Pengukuran di Lapangan Fungsi Bangunan : Tempat Ibadah Perencanaan Beton Bertulang : SNI 03-2847 2002 Mutu Beton struktur Kolom : K- 146,8 (Pengujian dengan Hammer Test) Mutu beton struktur Balok : K- 113,08(Pengujian dengan Hammer Test) Mutu Baja Struktur Kolom : Mutu besi ulir fy = 4000 kg/cm², mutu besi polos = 2400 kg/cm² (Pengujian Uji Tarik Baja) Tebal pelat lantai : 12 cm Tebal pelat kubah : 15 cm 2. EVALUASI STRUKTUR BANGUNAN 2.1 Kondisi Eksisting Bangunan Bangunan Masjid Raya Andalas memiliki 63 buah kolom yang terdiri dari 41 kolom lantai 1 dan 22 kolom lantai 2, dengan dimensi seperti terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Dimensi Kolom Terpasang Tipe b H Tul. Lentur Kolom (mm) (mm) n D (mm) A (mm²) K1.30.30 300 300 8 16 200.96 K2.D30 368 240 8 16 200.96 K3.D50 220 400 8 16 200.96 46 JURNAL REKAYASA SIPIL

Fauzan, Zaidir, Dinal Aulia 2.2 Tipe Kerusakan Struktur Kolom 2.2.1 Retak Lentur Retak lentur memiliki pola dan bentuk retakan secara mendatar dan horizontal yang disebabkan oleh adanya tekanan dari samping kolom yang melebihi kapasitas yang telah diperhitungkan. Pada Gambar 2. terlihat kegagalan struktur kolom akibat lentur pada bangunan Masjid Raya Andalas Padang pasca gempa 30 september 2009. 2.2.2 Retak Geser Retak geser memiliki pola dan bentuk retakan secara diagonal yang disebabkan oleh adanya tekanan dari samping kolom yang melebihi kapasitas yang telah diperhitungkan. Pada Gambar 3. terlihat kegagalan struktur kolom akibat geser pada bangunan Masjid Raya Andalas Padang Gambar 2. Bentuk/Pola Retak yang Terjadi Pada Kolom Akibat Beban Lentur Gambar 3. Bentuk/Pola Retak yang Terjadi pada Kolom Akibat Beban Geser Kegagalan struktur kolom akibat lentur sangat dipengaruhi oleh kekuatan batang-batang tulangan yang dibebani secara aksial, kekuatan batang-batang tersebut sangat tergantung kepada kekuatan tekan beton. Berdasarkan hasil pengujian mutu beton dilapangan didapatkan mutu beton yang digunakan untuk struktur kolom tergolong rendah yaitu 146,8 kg/cm² lebih kecil dari standar yang diharuskan, yaitu 225 kg/cm² (Wahyudi dkk, 1999), yang merupakan salah satu penyebab kerusakan lentur pada kolom bangunan Masjid ini. Kegagalan struktur kolom akibat geser terjadi karena aksi gaya-gaya berlawanan arah (beban gempa) yang menyebabkan satu bagian struktur VOLUME 7 NO. 1, FEBRUARI 2011 47

Analisa Kegagalan Struktur dan Retrofitting Bangunnan Masjid Raya Andalas Pasca Gempa 30 September 2009 bergeser (slip) terhadap bagian didekatnya. Kolom eksisting pada bangunan ini mengalami kegagalan geser yang disebabkan oleh kolom memiliki tulangan geser dengan jarak sengkang yang besar sehingga kolom tidak mampu menahan beban gempa. 3. PEMODELAN STRUKTUR BANGUNAN 3.1 Pemodelan Struktur Eksisting Bentuk geometris struktur bangunan kondisi eksisting dengan pemodelan 3 dimensi menggunakan software SAP V 0.9 dan Etabs V.9.0.7. Pada Gambar 4. menunjukan pemodelan struktur kubah pada bangunan masjid raya andalas padang pasca gempa. Struktur kubah dimodelkan dengan spherical dome. Pada Gambar 5. menunjukan pemodelan struktur beton bertulang pada struktur bangunan Masjid Raya Andalas Padang pasca gempa, dimana komponen struktur yang dimodelkan meliputi struktur kolom, struktur balok dan struktur pelat lantai. Gambar 4. Pemodelan Kubah Masjid Raya Andalas (Kondisi Eksisting) a. Tampak Depan b. Tampak Tiga Dimensi Gambar 5. Pemodelan Masjid Raya Andalas (Kondisi Eksisting) 48 JURNAL REKAYASA SIPIL

Fauzan, Zaidir, Dinal Aulia 4. ANALISA STRUKTUR BANGUNAN a. Percepatan 1 detik b. Percepatan 0,2 detik Gambar 6. Peta Hazard Gempa 2010 Wilayah Sumatera (Departemen PU, 2010) Sesuai data-data diatas, struktur bangunan dianalisis dan disimulasi dengan menggunakan perangkat komputer. Analisa struktur bangunan eksisting dibagi menjadi dua struktur yaitu struktur kubah beton bertulang yang di analisa dengan menggunakan software SAP V 11 dan struktur rangka beton bertulang dianalisa menggunakan software ETABS V 9.0.7. (Andrianto, 2007) Untuk beban horizontal berupa beban gempa (SNI 03-1726-2002) dianalisa menggunakan metoda respon spectrum dengan mengacu pada peta hazard gempa wilayah Indonesia tahun 2010 (Departemen PU, 2010). Pada Gambar 6.a menunjukan peta gempa untuk wilayah kota Padang dengan respon spectra percepatan 1 detik di batuan dasar SB untuk probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun (redaman 5%). Kota Padang memiliki respon spectra = 0,3-0,4g. Pada Gambar 6.b menunjukan peta gempa untuk wilayah kota Padang dengan respon spectra percepatan 0,2 detik di batuan dasar SB untuk probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun (redaman 5%), kota Padang memiliki respon spectra = 0,8 0,9 g. Analisis Ragam Respon Spektrum Gambar 7a. menunjukan grafik bentuk tipikal respon spectra desain di permukaan tanah dimana bangunan berdiri. Pada Gambar 7b. menunjukan grafik Peak Ground Accelaration (PGA) hasil analisa respon spektrum menggunakan software ETABS V.9.0.7 Dari hasil analisa respon spektrum menghasilkan ragam vibrasi sehingga dapat dilihat pada Tabel 2. bahwa gerak ragam 3 dan 4 bangunan eksisting dominan terhadap rotasi. a. Grafik Bentuk Tipikal Respon Spektra Desain Di Permukaan Tanah b. Grafik Peak Ground Accelaration Dengan Menggunakan Software Etabs V.9.0.7 Gambar 7. Hasil Analisa Respon Spektrum VOLUME 7 NO. 1, FEBRUARI 2011 49

Analisa Kegagalan Struktur dan Retrofitting Bangunnan Masjid Raya Andalas Pasca Gempa 30 September 2009 Tabel 2. Modal Participating Mass Ratio Respons Spectrum Struktur Kondisi Eksisting Mode Period UX (m) UY(m) RX( ) RY( ) 1 6.207848 0.0002 0.066 0.0115 0.0003 2 6.07527 0.0003 0.0673 0.0136 0.0004 3 4.94408 59.8037 0.2977 0.4099 68.6472 4 4.63565 0.0489 84.548 90.2445 0.0417 5 4.618761 0.3829 1.8568 1.9622 0.6685 157 0.012555 0 0 0 0 160 0 0 0 0 0 97.6548 97.6548 97.9279 97.9279 Berdasarkan Tabel 2. diketahui bahwa nilai rotasi arah x adalah 90,2445º pada ragam 4 dan rotasi arah y adalah 68,647º pada ragam 3 menunjukan kondisi dominan dimana bangunan mengalami rotasi karena pada gerak ragam ini terjadi perbedaan respon arah gerak antara lantai 1 dan lantai 2. Untuk gerak ragam selain gerak ragam 3 dan 4 tidak menunjukan adanya pengaruh rotasi pada bangunan dan sudut putarannya sangat kecil yaitu 0º sampai 1º. 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Kapasitas Lentur Penampang Kolom Pada Gambar 8. menunjukan denah kolom-kolom eksisting bangunan yang mengalami kegagalan dan kemudian dianalisis penyebab keruntuhan kolom-kolom ini. Berdasarkan analisa struktur didapatkan hasil bahwa sebagian besar keruntuhan kolom beton bertulang dipengaruhi oleh gaya aksial dan momen yang bekerja pada kolom. Ini dapat dilihat pada Gambar 9-11. Gambar 8. Denah Kolom-Kolom Ekisisting yang Mengalami Keruntuhan 50 JURNAL REKAYASA SIPIL

Fauzan, Zaidir, Dinal Aulia Gambar 9. Grafik Kapasitas Beban Aksial Terhadap Momen pada Kolom C5 Dari diagram interaksi kolom C5 (Gambar 9.) terlihat bahwa nilai beban aksial yang bekerja pada kolom cukup besar dan gaya momen yang bekerja juga besar sehingga melebihi kapasitas penampang kolom. Momen maksimum yang bekerja pada kolom C1 yaitu 100 knm melebihi kapasitas momen yang mampu diterima kolom sebesar 77,77 knm sedangkan gaya aksial yang bekerja pada penampang kolom sebesar 1500 kn melebihi kapasitas penampang terhadap gaya aksial sebesar 1461,8 kn, sehingga berdasarkan diagram interaksi tersebut kolom ini tidak mampu lagi untuk menahan beban-beban luar yang bekerja. Gambar 10. Grafik Kapasitas Beban Aksial Terhadap Momen Pada Kolom Bundar C1 Gambar 11. Grafik Kapasitas Beban Aksial Terhadap Momen Pada Kolom Segi Empat Dari diagram interaksi kolom C1 dan C24 (Gambar 10 11.), beban aksial yang bekerja pada penampang kolom kecil sehingga pengaruh beban aksial diabaikan, namun gaya momen yang VOLUME 7 NO. 1, FEBRUARI 2011 51

Analisa Kegagalan Struktur dan Retrofitting Bangunnan Masjid Raya Andalas Pasca Gempa 30 September 2009 bekerja pada penampang kolom ini melebihi batas kapasitas momen nominal sehingga keruntuhan kolom ini dipengaruhi oleh keruntuhan tarik. Momen maksimum yang bekerja pada kolom C1 yaitu 100 knm melebihi kapasitas momen yang diterima kolom sebesar 77,77 knm sedangkan gaya aksial pada penampang kolom kecil. Momen maksimum yang bekerja pada kolom C24 sebesar 150 knm melebihi kapasitas momen maksimum yang diterima kolom sebesar 90,42 knm sedangkan gaya aksial pada penampang kolom C24 kecil. Berdasarkan diagram interaksi tersebut kolom-kolom ini tidak mampu lagi untuk menahan beban yang bekerja. 5.2 Analisa Kapasitas Geser Kolom Kapasitas geser kolom merupakan kemampuan kolom dalam menerima besarnya gaya geser yang bekerja, gaya geser akan besar pada kolom yang melentur. Kolom melentur disebabkan oleh beban lateral yang diterima oleh kolom. Pada bangunan ini beban lateral yang diterima kolom berupa beban gempa, oleh karena itu gaya geser menjadi besar karena dipengaruhi oleh beban gempa. Gambar 12. menunjukan grafik kapasitas geser kolom bundar C32, kolom interior dan kolom eksterior C1. Dari Gambar 12. dapat diketahui kapasitas geser untuk kolom interior lebih kecil dari kapasitas geser kolom eksterior C1, ini ditunjukan dengan tidak adanya titik-titik beban geser didaerah lapangan kolom C32 kolom interior dibandingkan kolom eksterior C1. Kapasitas Geser Kolom Bundar C1 Kapasitas Kolom Bundar C32 Jarak elemen (m) Jarak elemen (m) a. Kolom Eksterior b. Kolom Interior Gambar 12. Gaya Geser yang Terjadi Pada Kolom Bangunan Masjid Raya Andalas Padang Pasca Gempa 6. PERKUATAN STRUKTUR KOLOM (RETROFITTING) 6.1 Sistem Retrofitting yang Direkomendasikan Pada Bangunan Sistem retrofitting yang direkomendasikan pada bangunan ini adalah metoda jacketing yaitu metoda perkuatan yang dilakukan dengan memperbesar dimensi penampang dan menambah jumlah tulangan (Boen, 2010). Dengan sistem ini kapasitas penampang akan bertambah dalam menahan gaya aksial, momen dan geser yang bekerja. Gambar 13. menunjukkan sketsa sistem jacketing yang direkomendasikan pada kolom kolom bangunan Masjid Raya Andalas Padang. Setelah dilakukan re-analisis struktur diketahui bahwa kolom-kolom yang dijacketing sudah mampu menahan beban-beban luar yang bekerja. Ini dapat dilihat pada diagram interaksi 52 JURNAL REKAYASA SIPIL

Fauzan, Zaidir, Dinal Aulia penampang kolom seperti terlihat pada Gambar 14 dan 15. Gambar 13. Sketsa Penambahan Kapasitas Penampang Setelah dilakukan jacketing pada kolom eksisting, maka kembali dilakukan pemodelan struktur bangunan setelah retrofitting dengan software analisa struktur Etabs V. 9.0.7. Pada pemodelan ini struktur bangunan dibagi menjadi 2 struktur yaitu struktur 1 merupakan struktur atap rangka baja (stugger truss) dan struktur 2 merupakan struktur gabungan beton betulang dengan atap rangka baja. Pemodelan tiga dimensi Bangunan dapat dilihat pada Gambar 16. Compression Failure Zone Tenssion Failure Zone Gambar 14. Diagram Interaksi Penampang Kolom Bundar C1 Sesudah Jacketing Gambar 15. Diagram Interaksi Kolom Segi Empat C 24 Sesudah Jacketing Berdasarkan hasil analisa struktur pada kolom bundar C1 setelah jacketing diketahui bahwa gaya momen dan gaya aksial yang bekerja pada kolom ini sudah dapat ditahan oleh kapasitas penampang kolom dimana terlihat titik-titik momen-aksial sudah berada didalam kurva. Pada VOLUME 7 NO. 1, FEBRUARI 2011 53

Analisa Kegagalan Struktur dan Retrofitting Bangunnan Masjid Raya Andalas Pasca Gempa 30 September 2009 kolom segiempat C24 setelah jacketing diketahui bahwa gaya momen dan gaya aksial yang bekerja pada kolom ini sudah dapat ditahan oleh kapasitas penampang kolom dimana terlihat sebagian besar titik-titik momen-aksial sudah berada didalam kurva dan hanya sebagian kecil yang diluar. Berdasarkan hasil analisa struktur pada kolom bundar C1 setelah jacketing diketahui bahwa gaya momen dan gaya aksial yang bekerja pada kolom ini sudah dapat ditahan oleh kapasitas penampang kolom dimana terlihat titik-titik momen-aksial sudah berada didalam kurva. Pada kolom segiempat C24 setelah jacketing diketahui bahwa gaya momen dan gaya aksial yang bekerja pada kolom ini sudah dapat ditahan oleh kapasitas penampang kolom dimana terlihat sebagian besar titik-titik momen-aksial sudah berada didalam kurva dan hanya sebagian kecil yang diluar. Struktur 1 Struktur 2 Gambar 16. Tampak Depan Pemodelan 3D Grafik kapasitas geser kolom bundar C1 sesudah jacketing pada Gambar 17. menunjukan bahwa gaya geser yang bekerja pada kolom bundar sudah berada dibawah kapasitas geser maksimum. Berdasarkan hasil analisa struktur untuk kapasitas geser kolom sesudah jacketing dimana kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton pada penampang dan tulangan geser setelah nilai kuat geser nominal direduksi mempunyai nilai jauh lebih besar dibandingkan nilai kuat geser ultimate (Ø.Vn Vu). Gambar 17. merupakan grafik simpangan titik (point) salah satu sumbu kolom akibat gaya lateral/ gempa yang bekerja pada kolom tersebut. Grafik ini menunjukkan perbandingan besarnya simpangan (displacement) sebelum dan sesudah dilakukan retrofitting pada kolom bangunan tersebut. Kedua grafik menunjukan bahwa simpangan sebelum retrofitting lebih besar dari simpangan setelah retrofitting baik dalam arah horizontal maupun vertikal. Dalam arah horizontal pada ketinggian 8 m displacement mengalami penurunan sebesar 50% sedangkan dalam arah vertikal displacement mengalami penurunan sebesar 19% (Gambar 18.). KAPASITAS GESER KOLOM BUNDAR C1 Jarak elemen Gambar 17. Grafik Kapasitas Kolom Bundar C 1 Sesudah Jacketing 54 JURNAL REKAYASA SIPIL

Fauzan, Zaidir, Dinal Aulia b. Displacement Arah x a. Displacement Arah y Gambar 18. Displacement yang Terjadi Pada Bangunan Kondisi Eksisting dan Setelah Diberi Perkuatan 6.2 Metoda pelaksanaan Retrofitting Bangunan Masjid Raya Andalas Padang Pasca Gempa 30 September 2009 Metoda pelaksanaan perkuatan dengan menggunakan jacketing pada salah satu kolom bangunan Masjid Raya Andalas Padang dapat dilihat pada Gambar 19. a. b. c. Pemasangan tulangan lentur dan tulangan geser tambahan yang di jacketing Penambahan kapasitas pondasi poer 1 m2 Pemasangan stek tulangan pada poer d. e. f. \ Pemasangan bekisting pada kolom eksisting yang sudah dijacketing Penambahan kapasitas pondasi poer 1 m2 Penambahan kapasitas pondasi poer 1 m2 Gambar 19. Metoda Pelaksanaan Jacketing VOLUME 7 NO. 1, FEBRUARI 2011 55

Analisa Kegagalan Struktur dan Retrofitting Bangunnan Masjid Raya Andalas Pasca Gempa 30 September 2009 Dari Gambar 19. dapat dilihat metoda dan proses pelaksanaan jacketing pada kolom. Dimana pertama kali dilakukan pemasangan tulangan lentur dan tulangan geser tambahan yang di jacketing. Setelah itu dilakukan penambahan kapasitas pondasi poer 1 m 2 dan pemasangan stek tulangan pada poer. Setelah itu bekisting dipasang pada kolom eksisting yang sudah di jacketing. Langkah terakhir adalah dengan melakukan pengecoran. 7. KESIMPULAN Dari serangkaian penelitian dan analisis yang dilakukan, disimpulkan sebagai berikut: 1. Kolom beton bertulang pada bangunan ini mengalami dua jenis kegagalan yaitu kegagalan aksial lentur dan kegagalan geser. 2. Berdasarkan analisa struktur dan tinjauan lapangan, diketahui beberapa penyebab kegagalan struktur yaitu: a. Tulangan geser yang terpasang pada kolom, memiliki jarak antara yang besar. b. Struktur kolom dan balok menggunakan mutu beton yang rendah. c. Bangunan memiliki bentuk geometri yang tidak beraturan. 3. Untuk menghindari pembebanan atap yang tidak merata pada kolom lantai satu dan dua karena pengaruh dari perbedaan kekakuan kedua lantai akibat tidak simetrisnya lantai satu, dilakukan perkuatan pada atap bangunan dengan mereduksi beban atap pelat beton kondisi eksisting diganti beban rangka atap baja dan penutup atap berupa kubah pelat ringan. 4. Peningkatan kapasitas struktur terhadap gaya-gaya luar yang bekerja pada setelah jacketing adalah sebagai berikut: Displacement tinggi 8 m arah x mengalami penurunan sebesar 50 % Displacement tinggi 8 m arah y mengalami penurunan sebesar 19 % 5. Setelah dilakukan retrofitting pada elemen struktur bangunan, sebagian besar dari elemen struktur sudah dapat menahan beban luar yang bekerja terutama beban gempa sehingga bangunan aman untuk digunakan kembali. DAFTAR KEPUSTAKAAN Andrianto. H.R., (2007), Analisis Struktur Gedung Dengan Etabs Versi 9.0.7, Jakarta: PT.Elex Media Computindo. Boen. Teddy, (2010), Retrofitting Simple Buildings Damaged By Earhquakes, United Nations Center For Regional Development (UNCRID). Depertemen Pekerjaan Umum, (2010), Buku Panduan Penggunaan Revisi Peta Hazard Gempa Indonesia 2010, Jakarta. SNI 03-1726-2002, (2002), Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung, Badan Standarisasi Nasional, Puslitbang Pemukiman, Bandung. SNI 03-2847-2002, (2002), Tata cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, Badan Standarisasi Nasional, Puslitbang Pemukiman, Bandung. Wahyudi, L dan Syahrir A. rahim, (1999), Struktur Beton Bertulang Standar Baru SNI T- 15-1991-03.00, Jakarta: PT Gramedia Pusta Utama. 56 JURNAL REKAYASA SIPIL