SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Jiwa. Oleh : RIHALIZA BP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,

HUBUNGAN DUKUNGAN KELOMPOK SEBAYA DENGAN KUALITAS HIDUP ODHA DI YAYASAN LANTERA MINANGKABAU SUPPORT PADANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. juga berpengaruh terhadap keadaan sosioekonomi meskipun berbagai upaya. penyakit ini (Price & Wilson, 2006; Depkes RI 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

BAB I PENDAHULUAN. abad ini, dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune. rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV 1.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquaired Immunodefeciency Syndrome (AIDS) adalah penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PENULARAN HIV/AIDS PADA PROSES PERSALINAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

BAB I PENDAHULUAN. gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

2016 GAMBARAN MOTIVASI HIDUP PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS DI RUMAH CEMARA GEGER KALONG BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan suatu kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN DARI KLIEN HIV/AIDS DI RUANG MELATI 1 RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN. saat ini terlihat betapa rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Kondisi ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome. (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM MANAJEMEN HIV AIDS DISUSUN OLEH TIM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI, 2006). Seseorang yang telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired UKDW

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Mortalitas Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immune

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan jumlah kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

OUT-OF-POCKET PASIEN HIV/AIDS RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi, stabilitas dan keamanan pada negara-negara berkembang. HIV dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (HIV-AIDS) merupakan masalah kesehatan global karena penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di berbagai belahan bumi mengalami masalah kesehatan

BAB I. PENDAHULUAN. infeksi Human Immunodificiency Virus (HIV). HIV adalah suatu retrovirus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan epidemi HIV (Human Immunodefisiency virus) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

HUBUNGAN RELAKSASI PERNAPASAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN ASMA BRONKHIALE DI RUANG BOUGENVILLE 2 RSUD KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. berbagai lapisan masyarakat dan ke berbagai bagian dunia. Di Indonesia,

Transkripsi:

SKRIPSI HUBUNGAN KONSELING VCT DAN DUKUNGAN SOSIAL DARI KELOMPOK DUKUNGAN SEBAYA DENGAN KEJADIAN DEPRESI PADA PASIEN HIV/AIDS DI LANTERA MINANGKABAU SUPPORT TAHUN 2010 Penelitian Keperawatan Jiwa Oleh : RIHALIZA BP 0910325161 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 2010

ABSTRAK Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan sekumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia, yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Pasien HIV/AIDS memerlukan konseling VCT dan dukungan sosial dari kelompok dukungan sebaya untuk mengurangi depresinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara konseling VCT dan dukungan sosial dari kelompok dukungan sebaya dengan kejadian depresi pada pasien HIV/AIDS, dengan jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian dilakukan di Lantera Minangkabau Support Padang selama 3 minggu dari tanggal 4 November sampai dengan 25 November 2010 dengan 55 sampel yaitu penderita HIV/AIDS yang diambil secara total sampling. Hasil penelitian pada analisa univariat didapatkan bahwa sebanyak 61,8% responden tidak mengalami depresi, sebanyak 65,5% responden telah melakukan konseling VCT secara lengkap dan sebanyak 74,5% responden mendapatkan dukungan sosial yang baik dari kelompok dukungan sebaya. Pada analisa bivariat didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara konseling VCT dan dukungan sosial dari kelompok dukungan sebaya dengan kejadian depresi dengan analisa data menggunakan uji chi-square dengan nilai p<0,05. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapatnya hubungan yang signifikan antara konseling VCT dan dukungan sosial dari kelompok dukungan sebaya dengan kejadian depresi pada pasien HIV/AIDS. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat mengembangkan penelitian tentang faktor faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya depresi pada pasien HIV/AIDS seperti faktor dukungan keluarga, faktor umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. Kata kunci : VCT, kelompok dukungan sebaya, HIV/AIDS, kejadian depresi Daftar pustaka : 31 (1997 2010)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang system kekebalan tubuh. Perjalanan infeksi HIV di dalam tubuh menyerang sel Cluster of Differentiation 4 (CD4) sehingga terjadi penurunan sistem pertahanan tubuh. Replikasi virus yang terus menerus mengakibatkan semakin berat kerusakan sistem kekebalan tubuh dan semakin rentan terhadap infeksi oportunistik (IO) sehingga akan berakhir dengan kematian (Bruner & Suddarth, 2002). Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan sekumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia, yang disebabkan oleh HIV. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV, dimana perjalanan HIV akan berlanjut menjadi AIDS membutuhkan waktu sekitar 10 sampai 13 tahun (Bruner & Suddarth, 2002). Penyebaran HIV/AIDS sangat cepat di dunia, berdasarkan hasil laporan epidemi HIV/AIDS, didapatkan dalam tahun 2007 terdapat 27 juta infeksi baru dan 2 juta kematian akibat HIV/AIDS. Secara estimasi diperkirakan terdapat 33 juta orang yang hidup dengan HIV/AIDS didunia (Depkes, 2008). Kasus HIV/AIDS di Indonesia terjadi peningkatan setiap tahun. Dua dekade terakhir jumlah kasus yang dilaporkan mendekati 22.000 orang. Berdasarkan jumlah kasus yang dilaporkan hampir 33% diantaranya termasuk HIV positif dan selebihnya sudah memasuki tahap AIDS, serta kematian mencapai 13%. Berdasarkan laporan estimasi pada tahun 2007 yang dilakukan UNAIDS didapatkan estimasi infeksi HIV di Indonesia sebanyak 270.000 orang, hasil ini cukup mengejutkan dimana menunjukkan peningkatan estimasi 35% dari tahun 2006 (Depkes, 2008).

Sumatera Barat menempati urutan ke 12 sebagai daerah yang memiliki jumlah pasien HIV/AIDS yang terus meningkat, hingga saat ini jumlah penderita HIV/AIDS sebanyak 496 orang. Berdasarkan jumlah kasus yang dilaporkan 72 orang termasuk HIV positif dan 424 orang sudah memasuki tahap AIDS. Tujuh puluh lima orang diantaranya sudah meninggal dunia (KPAP Sumbar, 2010). Permasalahan yang biasa muncul pada pasien HIV/AIDS adalah selain masalah fisik juga adanya stigma yaitu reaksi sosial terhadap pasien HIV/AIDS yang jelek. Stigma ini muncul karena penyakit ini berkaitan dengan perilaku homoseksual dan pemakai narkoba suntik sehingga pasien HIV/AIDS dianggap tidak bermoral. Isolasi sosial menjadi permasalahan yang terjadi berikutnya. Permasalahan yang begitu kompleks pada pasien HIV/AIDS diiringi dengan kehilangan dukungan sosial seperti kurangnya perhatian keluarga dan masyarakat. Reaksi tersebut menjadi pengalaman buruk bagi pasien HIV/AIDS dimana disaat dia membutuhkan dukungan tidak ada yang membantunya sehingga banyaknya muncul depresi pada pasien HIV/AIDS (Carson, 2000). Depresi adalah gangguan alam perasaan yang di tandai oleh kesedihan, harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa dan perasaan kosong. Depresi juga diartikan sebagai suatu bentuk keadaan patah hati atau putus asa yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap timulus tertentu, pengurangan aktivitas fisik maupun mental dan kesulitan dalam berpikir. Gangguan depresi juga disertai kecemasan, kegelisahan dan keresahan, perasaan bersalah, perasaan menurunnya martabat diri atau kecendrungan bunuh diri (Keliat, 1999). Depresi pada pasien HIV/AIDS menunjukkan prevelensi yang tinggi dan mempengaruhi kondisi sakitnya. Hasil penelitian menunjukkan 20-39% pasien yang terinfeksi HIV terdiagnosa depresi. Rata-rata kejadian depresi tersebut lebih tinggi daripada estimasi pada populasi umum. Faktor yang berkontribusi terhadap tingginya depresi pada HIV/AIDS

diantaranya dampak HIV terhadap masalah fisik, stigma, ketidakmampuan melakukan pekerjaan, isolasi, perubahan body image (Depkes 2003). Menurut Baby Jim Aditya, seorang konselor HIV/AIDS di Yayasan Spritia, bahwa penderita HIV positif yang mendapatkan dukungan sosial yang lebih besar, akan mengalami gejala depresi yang lebih ringan., hal terpenting dalam penanganan depresi ini adalah penguatan individu di sekeliling penderita HIV/AIDS, selain faktor aktif melakukan konseling agar bisa mempertahankan hidup lebih lama dari penyakit yang menggerogoti kekebalan tubuh ini. Seringkali terjadi penyangkalan atau penolakan terhadap penderita oleh orang sekeliling mereka, ketika sampai di lingkungannya, sering terjadi pengasingan penderita sehingga membuat mereka semakin depresi (Spritia, 2006). Salah satu manajemen dalam perawatan pasien HIV/AIDS adalah melibatkan dukungan sosial dalam perawatan yang bertujuan untuk mengurangi depresinya. literatur menyebutkan bahwa interaksi sosial berperan dalam adaptasi pasien dengan penyakit kronis. Salah satu dukungan sosial yang dapat diperoleh pasien adalah dukungan dari kelompok dukungan sebaya (Rubin, 2000). Salah satu negara yang telah menunjukkan penurunan kasus HIV/AIDS adalah Philipina. Prevalensi HIV di Philipina masuk dalam kategori penyebaran yang rendah dan lambat karena Philipina telah melakukan reformasi hukum nasional untuk mengurangi terjadinya diskriminasi dan tersedianya pelayanan konseling dan tes sukarela (Remedios, 2010). Tindakan yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia adalah dengan membentuk Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) untuk menjalankan program penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Pemerintah melalui Depkes juga menetapkan beberapa Rumah Sakit Rujukan dan beberapa lembaga sosial masyarakat untuk Pasien HIV/AIDS di seluruh Indonesia yang telah dipersiapkan dengan sumber daya manusia (SDM) dan fasilitas pendukung termasuk pelayanan konseling HIV/AIDS dan Obat ARV

yang diberikan secara gratis sesuai indikasi. Hal tersebut diupayakan dalam rangka dukungan pada penderita HIV/AIDS dan menurunkan angka penyebaran. Setiap pasien yang datang untuk melakukan tes HIV/AIDS akan diberikan konseling. Salah satu tujuan dari konseling tersebut adalah untuk memberikan dukungan psikologis untuk mengurangi depresinya. Konseling merupakan proses yang membantu seseorang untuk belajar menyelesaikan masalash emosi, interpersonal dan pengambilan keputusan (Depkes, 2003). Konseling dalam HIV/AIDS dikenal dengan konseling VCT (Voluntary Counselling and Tes). Konseling VCT merupakan kegiatan konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV/AIDS, mencegah penularan HIV, mempromosikan perubahan perilaku yang bertanggung jawab, pengobatan ARV dan memastikan pemecahan berbagai masalah terkait dengan HIV/AIDS (Depkes 2010). VCT merupakan pintu masuk penting untuk pencegahan dan perawatan HIV/AIDS, dimana dalam konseling VCT pasien akan mendapatkan banyak informasi penting tentang penyakitnya serta dukungan psikologik yang dapat mengurangi efek psikologis dari penyakitnya seperti depresi (Depkes 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Alfitri, (2008) tentang pengaruh konseling spiritual terhadap koping kepatuhan minum obat ARV pasien HIV/AIDS di Poliklinik RSUP DR. M. Djamil Padang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata nilai kepatuhan kelompok yang mendapatkan intervensi konseling kepatuhan dan konseling spiritual dengan kelompok yang mendapatkan intervensi konseling kepatuhan dengan nilai p=0,016. Sedangkan peneliti belum menemukan penelitian tentang efektifitas konseling VCT terhadap penurunan depresi pada pasien HIV/AIDS. Yayasan Lantera Minangkabau Support merupakan salah satu lembaga sosial yang bergerak dibidang pemberdayaan dan dukungan terhadap pasien dengan HIV/AIDS.

Lembaga ini memiliki sarana konseling VCT sebagai bentuk kegiatan memberikan motivasi kepada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Banyak kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan Lantera Minangkabau antara lain konseling VCT, advokasi, networking, peningkatan kapasitas penguatan ke daerah monitoring dan evaluasi. Selain itu Yayasan Lantera Minangkabau juga memfasilitasi kegiatan kelompok sebagai bentuk dukungan sosial yang disebut Kelompok Dukungan Sebaya (KDS). Pertemuan koordinasi antara KDS dilakukan sebulan sekali. Saat ini ada 65 orang dengan HIV/AIDS tergabung Di Yayasan Lantera Minangkabau dari berbagai daerah di Sumatera Barat. Survey awal yang penulis lakukan pada 10 ODHA yang ada di Yayasan Lantera Minangkabau, ditemukan bahwa dari 7 orang yang telah mendapatkan konseling lengkap dan dukungan sosial yang baik dari kelompok dukungan sebaya di Lantera Minangkabau, ditemukan 4 orang tidak depresi dan 3 orang masih mengalami depresi. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan penelitian tentang hubungan konseling VCT dan dukungan sosial dari kelompok dukungan sebaya dengan kejadian depresi pada pasien HIV/AIDS di Lantera Minangkabau Support. B. Rumusan Masalah Berdasarkan data yang di dapat di Lantera Minangkabau menunjukkan bahwa 7 orang yang telah mendapatkan konseling lengkap dan dukungan sosial yang baik dari teman sebaya di Lantera Minangkabau, ditemukan 4 orang tidak depresi dan 3 orang masih mengalami depresi. Dan belum diketahui apakah ada hubungan konseling VCT dan dukungan sosial dari kelompok dukungan sebaya dengan kejadian depresi pada pasien HIV/AIDS. Berdasarkan hal tersebut perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan konseling

VCT dan dukungan sosial dari kelompok dukungan sebaya dengan kejadian depresi pada pasien HIV/AIDS di Lantera Minangkabau Support. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan konseling VCT dan dukungan sosial dari kelompok dukungan sebaya dengan kejadian depresi pada pasien HIV/AIDS 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui kejadian depresi pada pasien HIV/AIDS b. Mengetahui kelengkapan konseling VCT pada pasien HIV/AIDS c. Mengetahui Dukungan sosial dari kelompok dukungan sebaya pada pasien HIV/AIDS D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Sebagai pengembangan kemampuan peneliti dalam hal penelitian dan menambah pengalaman penulis. 2. Bagi institusi pendidikan Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi institusi pendidikan untuk pengembangan ilmu dan juga dapat digunakan sebagai bahan acuan di perpustakaan.. 3. Bagi kelompok dukungan sebaya Lantera Minangkabau Support Sebagai masukan pentingnya pelaksanaan konseling VCT dan dukungan sosial dari kelompok dukungan sebaya bagi pasien HIV/AIDS. 4. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai gambaran atau acuan untuk peneliti selanjutnya.

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Sebagian besar pasien HIV/AIDS di Lantera Minangkabau Support Padang tidak mengalami depresi 2. Sebagian besar pasien HIV/AIDS di Lantera Minanakabau Support Padang telah melakukan konseling VCT secara lengkap 3. Sebagian besar pasien HIV/AIDS di Lantera Minangkabau Support Padang mendapatkan Dukungan sosial yang baik dari kelompok dukungan sebaya 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara konseling VCT dengan kejadian depresi pada pasien HIV/AIDS dengan p < 0,05 di Lantera Minangkabau Support Padang. 5. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dari kelompok dukungan sebaya dengan kejadian depresi pada pasien HIV/AIDS dengan p < 0,05 di Lantera Minangkabau Support Padang. B. Saran 1. sbagi konselor HIV/AIDS hendaknya dapat memberikan motivasi kepada ODHA agar bersedia melaksanakan konseling VCT secara lengkap 2. Bagi Yayasan Lantera Minangkabau Support untuk dapat memberikan informasi yang lengkap dan menyeluruh kepada keluarga dan Significant Other mengenai HIV/AIDS agar keberadaan ODHA dapat dimengerti dan diterima. Hal ini bertujuan agar ODHA terhindar dari perlakuan diskriminasi akibat ketidaktahuan atau kesalahmengertian tentang HIV/AIDS.

3. Bagi institusi pendidikan dapat dijadikan sebagai informasi dasar untuk penelitian selanjutnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian depresi pada pasien HIV/AIDS seperti faktor usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan. 4. Bagi pembaca atau mahasiswa untuk melanjutkan penelitian ini dengan meneliti lebih lanjut faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian depresi pada pasien HIV/AIDS seperti faktor usia, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA Agustanti, D (2006) Hubungan dukungan sosial dengan kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kota Bandar lampung, Depok: FIK UI Arikunto, Suharsimi, (2006). Manajemen Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Aidsalliance. (2002). Voluntary Counselling and Testing. Diambil pada 5 September 2010 dari http://www.aidsalliance.org. Alfitri. (2008). Pengaruh Konseling Spritual Terhadap Koping Kepatuhan Minum Obat ARV Pasien HIV/AIDS Di Poliklinik VCT RSUP. DR. M. Djamil padang. (tesis) FIK UI. Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta. EGC. Baratawidjaja, KG. (2006). Imunologi dasar, Jakarta: FKUI. Carson, (2000). Mental Health Nursing. W.B. Saunders Company. Departemen Kesehatan RI (2002). PPDGJ III. Departemen Kesehatan RI (2003). Konseling VCT Pasien HIV/AIDS. Departemen Kesehatan RI (2008). Statistik kasus HIV/AIDS. http://www.aidsindonesia.or.id, diperoleh tanggal 26 Agustus 2010. Departemen Kesehatan RI (2010). Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS. Djauzi, S.,& Djoerban, Z. (2002). Penatalaksanaan infeksi HIV di pelayanan kesehatan dasar, Jakarta : Pokdisus FKUI.

Dewi, Y.I (2007), Stress dan koping perempuan hamil yang didiagnosa HIV/AIDS di DKI Jakarta : Studi Grounded Theory. (Tesis tidak dipublikasikan) Depok: FIK UI Farah (2010) Dukungan social pada ODHA di DKI Jakarta (tesis), Depok: FIK UI Habasiah, (2000) Faktor- faktor yang berhubungan dengan pemakaian kondom pada waria di DKI jakarta tahun (tesis), Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Hastono, S.P. (2006). Analisis data kesehatan: Basic data analysis for health training. FKM. UI. Tidak diterbitkan research Idrus, Faisal. (2007). Depresi pada penyakit Degeneratif. Cermin Dunia Kedokteran. Isworo, (2009). Hubungan dukungan keluarga dengan depresi pada pasien diabetes melitus di RSUD Sragen. (tesis) FIK UI. KPAP Sumbar. (2010). Situasi HIV/AIDS di provinsi Sumatera Barat, KPAP. Keliat, B.A. ( 1999). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Buku EGC. Kedokteran. Lemone, P & Burke, M.K. (2008). Medical Surgical Nursing: Critical thinking in client care. St. Louis: Cummings Publishing Company Inc. Lewis, H & Dirksen. (2007). Medical surgical nursing. St Louis: Missouri. Mosby-Year Book, Inc. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta Salemba Medika. PRNewswire, (2008). Kaiser Permanente - Group Health Study Shows Depression Worsens HIV Treatment http://www.aegis.org/news/pr /2007/PR071240.html diambil tanggal 6 September 2010.

Remedios, (2010). Statistik Kasus HIV/AIDS. http://www.remedios.com.ph/fhtml/country_report_2006,diperoleh 2010. tanggal 12 Juli Rubin. (2000). Dukungan sosial. http://www.creasoft.wordpress.com diambil tanggal 5 Oktober 2010. Radloff, L.S.(1997). The CES-D scale: A self report depression scale for research in the general population. Applied Psychological Measurement,1. http://proquest.umi.com, diperoleh tanggal 20 September 2010 Stuart & Sundeen. (2007). Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Kedokteran Spiritia, (2006). Lembaran informasi HIV/AIDS, http://spiritia.or.id/li/pdf/li156.pdf. diperoleh tanggal 20 Oktober 2010. Sheridan & Raddmachter. (2008). Terdapat banyak definisi tentang dukungan sosial yang dikemukakan oleh para ahli. Sheridan dan Radmacher menekankan pengertian dukungan... http://www.creasoft.wordpress.com. dukungan-sosial. diambil tanggal 5 Oktober 2010. WHO. (2007). UNAIDS/WHO Policy Statemen on HIV Testing. Diambil pada 3 September 2010 dari http://www.who.int