FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BATU SALURAN KEMIH DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR



dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BATU SALURAN KEMIH DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit umum yang

ABSTRAK HUBUNGAN PEMASANGAN KATETER DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Kesehatan Kartika 7

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan dapat terbentuk pada ginjal. dan uretra (urethrolithiasis) (Basuki, 2009).

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KADAR ASAM URAT DARAH DI DUSUN PILANGGADUNG KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Adelima C R Simamora Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan. Abstrak

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTROPI PROSTAT DI RUMAH SAKIT DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE DI RSUP Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR 2012

BAB I PENDAHULUAN. dan akhirnya bibit penyakit. Apabila ketiga faktor tersebut terjadi

DESKRIPTIF TENTANG KARAKTERISTIK LINGKUNGAN YANG BERISIKO TERJADINYA JATUH PADA LANSIA DI DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu, namun

HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI INSTALASI RAWAT JALAN (POLI MATA) RUMAH SAKIT DR. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kandung kemih atau pada uretra disebut sebagai urolithiasis yang terbentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. 1

Jurnal Kesehatan Masyarakat (Adhar, Lusia, Andi 26-33) 26

TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DAN KESIAPAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA STROKE DI DESA KEBAKKRAMAT KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Hal ini disebabkan oleh. dan gaya hidup ( Price & Wilson, 1992).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Kesehatan Nasional Indonesia (2011) merupakan suatu

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah masa keras seperti batu yang

EDUKASI KLIEN BPH POST TURP DI RUMAH

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PASIEN GOUT DI DESA KEDUNGWINONG SUKOLILO PATI

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

Evangeline Hutabarat dan Wiwin Wintarsih. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian nomor 1 dinegaranegara

BAB 1 : PENDAHULUAN. mengancam hidup seperti penyakit kardiovaskuler.

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

PENDAHULUAN Latar Belakang

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar. (Alamat Respondensi: ABSTRAK

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Puskesmas ini. meraih berbagai penghargaan ditingkat nasional.

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

Laila Rahmi Stikes Syedza Saintika Padang ABSTRAK

LAMPIRAN Asuhan Keperawatan Pada, Mona Martin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

salah satunya disebabkan oleh pengetahuan yang kurang tepat tentang pola makan yang menyebabkan terjadinya penumpukan asam urat.

BAB V PEMBAHASAN. penggerindaan dan pengelasan di area malting, dan finishing produk. Lokasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan masalah medik, sosial dan ekonomik. yang sedang berkembang yang memiliki sumber-sumber terbatas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang sering diminati dalam

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Dwika Suryaningdyah. Abstrak

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA TAHUN TENTANG DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN TEKNIK SADARI

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mempertahankan

STRATEGI KOPING DAN INTENSITAS NYERI PASIEN POST OPERASI DI RUANG RINDU B2A RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

TUGAS MANDIRI 1 Bladder Training. Oleh : Adelita Dwi Aprilia Reguler 1 Kelompok 1

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya, khususnya di negara-negara

PERILAKU PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK STADIUM V DALAM MEMPERTAHANKAN KADAR NORMAL BUN DAN KREATININ. Abstrak

Lecithin Softgel, Herbal Obat Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan perilaku yang disarankan (Smet, 1994). Kepatuhan dapat dibedakan dua yaitu : 1) Kepatuhan penuh (total compliance)

Nopia, Mahyudin, Yasir Haskas Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN ANALISIS FAKTOR RISIKO GAGAL JANTUNG DI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KESEMBUHAN PASIEN PENDERITA DEMAM TYPHOID DI RUANG PERAWATAN INTERNA RSUD KOTA MAKASSAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MEKANISME KOPING PENDERITA GASTROENTERITIS KRONIK DI RSUD. DR. HAULUSSY AMBON TAHUN *Dewiyusrianti Lina

ABSTRAK. di dunia, tepatnya penyakit kedua terbanyak setelah penyakit kardio vaskular. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol merupakan substansi yang paling banyak digunakan di dunia dan tidak

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH BABAT KABUPATEN LAMONGAN

Hubungan Antara Index Masa Tubuh (Imt) Dan Kadar Hemoglobin Dengan Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Laparatomi

FAKTOR RISIKO INFEKSI SALURAN KEMIH DI BAGIAN RAWAT INAP RSU MOKOPIDO TOLITOLI TAHUN Hermiyanty

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya sebagai mahasiswa program studi DIII Keperawatan Universitas

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada tubuh dapat menimbulkan penyakit yang dikenal dengan. retina mata, ginjal, jantung, serta persendian (Shetty et al., 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

Transkripsi:

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BATU SALURAN KEMIH DI RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR A k m a l STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK Batu Saluran kemih adalah penyakit yang timbul akibat adanya endapan di saluran kemih yang menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi dan dipengaruhi oleh faktor genetik, ras, umur, jenis kelamin, geografi, iklim daerah, serta diet dari setiap individu, orang-orang yang pekerjaannya duduk dan kurang bergerak lebih gampang dibanding orang yang pekerjaannya banyak gerak.penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling, dengan jumlah sampel 62 orang di ruang perawatan dan pasien rawat jalan. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, kemudian diolah dengan menggunakan uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan α=0.05. Analisa data menggunakan uji statistik chi-square, dan diperoleh nilai p = 0,001 (α <0,05), hal ini berarti ada hubungan antara lama waktu duduk dengan kejadian batu saluran kemih di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar 2009. Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik chi-square, maka diperoleh nilai p = 0,000 (α <0,05), hal ini berarti bahwa ada hubungan antara diet dengan kejadian batu saluran kemih di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar 2009. Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan antara lama waktu duduk dan diet dengan kejadian batu saluran kemih di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Diantara 2 faktor yang diteliti, faktor diet lebih beresiko menyebabkan batu saluran kemih dibandingkan dengan lama waktu duduk. Peneliti berharap agar masyarakat dapat melakukan pencegahan secara dini terhadap penyakit batu saluran kemih dengan diet rendah kalsium, oksalat, kalium dan makanan yang beresiko menyebabkan penyakit batu saluran kemih, serta duduk jangan lebih dari 4 jam dalam sehari untuk mengurangi resiko terjadinya batu saluran kemih. Kata Kunci Duduk Lama, Diet, dan Batu Saluran Kemih PENDAHULUAN Visi Indonesia Sehat 2010 yang telah dirumuskan oleh Departemen Kesehatan menyatakan bahwa, gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia (Jafar, 2008). Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Penyakit saluran kemih sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan zaman mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah ditemukannya batu pada saluran kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat menyerang penduduk diseluruh dunia tidak terkecuali penduduk Indonesia. Angka kejadian penyakit ini tidak sama di berbagai belahan dunia. Dinegara-negara berkembang banyak dijumpai penyakit batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih bagian atas. (Purnomo, 2003). Batu saluran Kemih (BSK) merupakan masalah kesehatan yang besar yang sudah lama dikenal, dan menempati urutan ketiga di bidang urologi setelah penyakit infeksi saluran kemih (ISK) dan kelainan prostat. Infeksi dan batu saluran kemih sendiri saling berinteraksi. Infeksi memudahkan terbentuknya batu kemih. Adanya batu kemih memudahkan terjadinya infeksi kemih yang berulang. Ginjal yang ada batunya bisa mencetuskan hipertensi. Hipertensi pada 56

gangguan ginjal akan sembuh sendiri bila gangguan ginjal sudah dipulihkan (Nadesul, 2008). Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak kelainan batu saluran kemih. Di Negara maju seperti Amerika serikat, Eropa, Australia, batu saluran kemih sering dijumpai di saluran kemih bagian atas, sedangkan di Negara berkembang seperti India, Thailand dan Indonesia lebih banyak dijumpai batu kandung kemih (Tim FK UI, 2000). Penyakit batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup bermakna, baik di Indonesia maupun di dunia. Prevalensi penyakit batu diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa. Prevalensi batu ginjal di Amerika bervariasi tergantung pada ras, jenis kelamin dan lokasi geografis. Empat dari lima pasien adalah laki-laki, sedangkan usia puncak adalah dekade ketiga sampai keempat. Angka kejadian batu ginjal di Indonesia tahun 2002 berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia adalah sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar 19.018 orang, dengan jumlah kematian adalah sebesar 378 orang atau sebesar 1,98% dari semua jumlah pasien yang dirawat. Di Indonesia, penderita BSK masih banyak, tetapi data lengkap kejadian penyakit ini masih belum banyak dilaporkan. Hardjoeno di Makassar (1977 1979) menemukan 297 penderita batu saluran kemih, Rahardjo (1979 1980) 245 penderita BSK, Puji Rahardjo dari RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo menyatakan penyakit BSK yang diderita penduduk Indonesia sekitar 0,5%, bahkan di RS PGI Cikini menemukan sekitar 530 orang penderita BSK pertahun. Sementara Rusfan (Makassar, 1997 1998) melaporkan adanya 50 kasus (Ratu, 2006). Sebelum diet modern yang ikut memengaruhi pola konsumsi makanan dan minuman melanda seluruh lapisan masyarakat, penyakit batu saluran kemih diyakini hanya terjadi akibat menenggak minum air berkadar kapur tinggi. Tetapi berbagai riset di belahan dunia menunjukkan bahwa diet manusia modern juga menjadi pemicu terjadinya penyakit batu saluran kemih. Selain faktor-faktor intrinsik seperti genetik, ras, umur, dan jenis kelamin, pembentukan batu saluran kemih juga dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik, seperti geografi, iklim daerah, serta diet dari setiap individu, menurut guru besar Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Undip Semarang, Rifki Muslim, orang-orang yang pekerjaannya duduk dan kurang bergerak lebih gampang terkena batu saluran kemih ketimbang orang yang pekerjaannya banyak gerak atau kerja fisik. BAHAN DAN METODE Lokasi, populasi dan sampel Penelitian merupakan penelitian nonexperimental dengan rancangan deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross-sectional, dimana semua variabel penelitian diukur dalam periode waktu yang sama Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu (Azis, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien penyakit saluran kemih di ruang perawatan urologi dan pasien rawat jalan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling sampai memenuhi jumlah sampel yang dibutuhkan. Besar sampel minimal 30 pasien. HASIL PENELITIAN Analisa Univariat Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, pekerjaan Di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar 2009 Karakteristik Umur Jenis kelamin Pekerjaan Kategori 25 50 tahun > 50 tahun Laki-laki Perempuan PNS IRT Wiraswasta Petani Supir Jumlah (n) 56 6 44 18 14 8 15 12 13 Persentase (%) 90,32% 9,67% 70.96% 29,03% 22,58% 12,9% 24,19% 19,35% 20,96% Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa dari hasil penelitian diperoleh jumlah responden terbanyak pada golongan umur dewasa muda dengan rentang usia 25 50 tahun sebanyak 56 orang (90,32%) sedangkan golongan umur dewasa tua dengan rentang usia > 50 tahun sebanyak enam orang (9,67%). Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, responden laki-laki sebanyak 44 orang (70.96%) dan perempuan 18 orang (29,03%) dan untuk jenis pekerjaan, hasil yang diperoleh responden yang terbanyak bekerja sebagai 57

wiraswasta sebanyak 15 orang (24,19%) dan responden yang paling sedikit responden bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak delapan orang (12,9%). Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan lama waktu duduk terhadap Kejadian Batu Saluran Kemih Di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2009 Lama Waktu Duduk Jumlah (n) Persentase (%) Lama 37 59,7% Tidak lama 25 40,3% Total 62 100% Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa dari 62 responden, maka responden yang mempunyai lama waktu duduk yang berisiko sebanyak 37 orang (59,7%) dan yang tidak berisiko lama duduknya sebanyak 25 orang (40,3%) Tabel 3. Distribusi responden berdasarkan diet terhadap Kejadian Batu Saluran Kemih Di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar Tahun 2009 Diet Jumlah (n) Persentase (%) Sering 34 54,8% Jarang 28 45,2% Total 62 100,0% Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa dari 62 responden, maka responden yang mempunyai diet yang berisiko sebanyak 34 orang (54,8%) dan yang tidak berisiko sebanyak 28 orang (45,2%). Analisa Bivariat Tabel 4. Hubungan lama waktu duduk dengan kejadian batu saluran kemih pada pasien Batu Saluran Kemih Di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2009 Lama waktu duduk Batu saluran kemih Tidak Menderita menderita Total n % n % n % Beresiko 25 40,32 12 19,35 37 59,67 Tidak beresiko 6 9,67 19 30,64 25 40,32 Total 31 31 62 100 p = 0,001 Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik chi-square, maka diperoleh nilai p = 0,001 (α<0,05), hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara lama waktu duduk dengan kejadian batu saluran kemih di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar 2009. Tabel. 5 Hubungan diet dengan kejadian batu saluran kemih pada pasien Batu Saluran Kemih Di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar 2009 Batu saluran kemih Tidak Total Diet Menderita menderita n % n % n % Beresiko 26 40,93 8 12,90 34 54,83 Tidak beresiko 5 8,06 23 37,09 28 45,16 Total 31 31 62 100 p = 0,000 Berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan uji statistik chi-square, maka diperoleh nilai p = 0,000 (α<0,05), hal ini berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara diet dengan kejadian batu saluran kemih di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar 2009. PEMBAHASAN Data Demografi Responden Penelitian Berdasarkan tabel distribusi responden berdasarkan umur, jenis kelamin dan pekerjaan responden di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar 2009 ditemukan bahwa pada umur 25-50 tahun terdapat 28 orang yang menderita batu saluran kemih dari total jumlah responden, hal ini berarti bahwa pada usia tersebut rentan terjadi penyakit batu saluran kemih. Hal ini mungkin disebabkan karena pada umur ini responden cenderung untuk mengkonsumsi segala jenis makanan yang beresiko menyebabkan batu saluran kemih. Hal ini sejalan dengan asumsi dari Purnomo (2003) yang menyatakan bahwa penyakit batu saluran kemih paling sering ditemukan pada usia 30-50 tahun. Pada penelitian yang dilakukan Ratu (2003) tentang faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya kristalisasi, menerangkan bahwa peningkatan batu meningkat sesuai umur dan mencapai tingkat maksimal pada usia dewasa. Ginjal 58

berkembang mulai bayi sampai dewasa seiring dengan peningkatan kapasitas konsentrasi ginjal mengakibatkan terjadinya peningkatan kristalisasi di loop of Henle. Nefron pada usia anak kurang berkembang, ditandai oleh memendeknya dan berkurangnya volume tubulus proksimal maupun di lengkung Henle (loop of Henle). Ukuran yang pendek ini membuat berkurangnya kesempatan pembentukan kristal kalsium fosfat. Alasan ini yang menerangkan mengapa insidens pembentukan batu oksalat di anak-anak lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa. Berdasarkan jenis kelamin ditemukan bahwa laki-laki lebih rentan terkena batu saluran kemih dibandingkan wanita. Hal ini didasarkan pada distribusi frekuensi yang menunjukkan bahwa terdapat 21 responden laki-laki yang menderita batu saluran kemih dari total responden. Pria dibandingkan dengan wanita adalah perbedaan struktur anatomi saluran kemihnya. Yaitu saluran kemih pria lebih panjang, sehingga lebih banyak kemungkinan substansi pembentuk batu mengendap pada keadaan fisika kimia yang sesuai. Ratu (2006), menyatakan saluran kemih menunjukkan bahwa penderita BSK paling banyak diderita oleh pria dibandingkan dengan wanita dengan perbandingan 3 sampai 4 : 1, dan komposisi batu terbanyak adalah batu kalsium oksalat. Peranan hormon sex kaitannya dengan jenis kelamin dan peningkatan batu kalsium oksalat. Bahwa androgen akan meningkatkan dan estrogen menurunkan ekskresi oksalat, konsentrasi oksalat plasma, dan endapan kristal kalsium plasma. Hal tersebut akhirnya dapat menyimpulkan mengapa BSK cenderung meningkat di pria yang mempunyai batu kalsium oksalat. 1. Hubungan lama waktu duduk dengan kejadian batu saluran kemih Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang menderita batu saluran kemih disebabkan karena duduk yang terlalu lama yaitu 25 orang (40,32%), dibandingkan dengan responden yang menderita batu saluran yang lama duduknya tidak berisiko terhadap kejadian batu saluran kemih sebanyak 6 orang (9,67%). Dari hasil analisa bivariat menunjukkan ada hubungan antara lama waktu duduk terhadap kejadian batu saluran kemih di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar 2009 dengan uji Chi-Square nilai P=0,001 < α =0,05. Hal ini berarti bahwa lama waktu duduk sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit batu saluran kemih. Dengan demikian, berdasarkan Tabel ditemukan bahwa perbandingan antara orang-orang yang terkena batu saluran kemih karena duduk yang terlalu dengan orang yang terkena batu saluran kemih bukan karena duduk terlalu lama adalah 4 : 1. Hal ini berarti bahwa orang yang duduk terlalu lama 4 kali lebih rentan terkena batu saluran kemih dibandingkan dengan orang yang tidak duduk lama. Sehingga, jika dilihat dari lama duduk rata-rata pada pasien batu saluran kemih di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden pada penelitian ini dapat mengalami batu saluran kemih oleh karena duduk yang terlalu lama. Menurut asumsi peneliti, duduk yang terlalu lama dapat menyebabkan terjadinya batu saluran kemih dapat disebabkan karena kurangnya kontraksi dari otot pada saat duduk. Akibatnya ion-ion kalsium yang berpengaruh pada saat otot melakukan kontraksi, konsentrasinya menjadi tinggi dalam darah. Kalsium yang semestinya di filtrasi di ginjal, karena tingginya konsentrasi akhirnya mengendap dan akhirnya membentuk batu di saluran kemih. Hal ini sejalan dengan, Ida Arimurti (2007) yang menyatakan bahwa tidak banyak bergerak beresiko tinggi terkena batu ginjal jika aktifitas sehari-hari hanya duduk-duduk atau terlalu lama di tempat tidur karena suatu penyakit. Hal ini dikarenakan kurangnya aktifitas yang menyebabkan tulang melepaskan lebih banyak kalsium. 2. Hubungan diet dengan kejadian batu saluran kemih Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa lebih kurang responden yang menderita batu saluran kemih disebabkan karena diet sering mengkonsumsi makanan yang berokasalat, berkalium dan berkalsium yaitu 26 orang (41,93,8%), dibandingkan dengan responden penderita batu saluran kemih yang tidak mengkonsumsi makanan berkalsium, kalium dan beroksalat sebanyak 5 orang (8,06%). Dari hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa hubungan antara diet terhadap kejadian batu saluran kemih di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar 2009 dengan uji Chi-Square nilai P=0,000 < α =0,05. Hal ini berarti bahwa diet ada hubungannya dengan kejadian batu saluran kemih. Dengan demikian, berdasarkan Tabel ditemukan bahwa perbandingan antara orang-orang yang terkena batu saluran kemih karena diet sering mengkonsumsi 59

makanan berkalsium, oksalat dan kalium dengan orang yang terkena batu saluran kemih bukan karena diet sering mengkonsumsi makanan berkalsium, oksalat dan kalium adalah 5 : 1. Hal ini berarti bahwa orang yang diet sering mengkonsumsi makanan berkalsium, oksalat dan kalium 5 kali lebih rentan terkena batu saluran kemih dibandingkan dengan orang yang diet sering mengkonsumsi makanan berkalsium, oksalat dan kalium. Menurut Badharsyam (2000), Kedua keperluan yang berlawanan dari fungsi ginjal tersebut harus dipertahankan keseimbangannya terutama selama penyesuaian terhadap kombinasi diet, iklim dan aktifitas. Masalahnya sampai seberapa luas kejadian batu berkurang dengan fakta adanya bahan yang terkandung diurin yang menghambat kristalisasi garam kalsium dan yang lainnya yang mengikat kalsium dalam komplek larut. Bila urin menjadi sangat jenuh dengan bahan yang tidak larut (seperti; kalsium, asam urat, oksalat dan sistin) karena tingkat ekskresi yang berlebihan dan atau karena penghematan air yang ekstrim dan juga zat protektif terhadap kristalisasi kurang sempurna atau menurun (seperti; pirofosfat, magnesium dan sitrat), menyebabkan terjadinya kristalisasi yang kemudian berkembang dan bersatu membentuk batu. Dengan demikian terlihat bahwa keseimbangan antara faktor penghambat dengan faktor pembentuk sangat berpengaruh terhadap pembentukan batu urin ini. Konsumsi makanan tinggi protein yang akan meningkatkan resiko terjadinya batu. Konsumsi makanan tinggi protein yang berlebihan dan garam atau antasida yang mengandung kalsium, produk susu, makananan yang mengandung oksalat (misalnya teh, kopi, coklat, kacang-kacang, bayam), vitamin C, atau vitamin D akan meningkatkan pembentukan batu kalsium. Pemakaian vitamin D akan meningkatkan absobsi kalsium diusus dan tubulus ginjal sehingga dapat menyebabkan hiperkalsemia dan penumpukan kalsium di ginjal dan untuk konsumsi vitamin D ini harus digunakan dengan perawatan. Makan makanan dan minuman yang mengandung purin yang berlebihan (kerangkerangan, anggur) akan menyebabkan pembentukan batu asam urat. Makanan-makanan yang banyak mengandung serat dan protein nabati mengurangi resiko batu urin, sebaliknya makanan yang mengandung lemak dan protein hewani akan meningkatkan resiko batu urin. KESIMPULAN Dari hasil pelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dari tanggal 2 Februari 2009 sampai dengan 25 Februari 2009, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Ada hubungan antara lama waktu duduk dengan kejadian batu saluran kemih di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. 2. Ada hubungan antara diet dengan kejadian batu saluran kemih di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. 3. Diantara 2 faktor yang diteliti, faktor diet lebih beresiko menyebabkan batu saluran kemih dibandingkan dengan lama waktu duduk. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Diharapkan bagi masyarakat untuk dapat melakukan pencegahan secara dini terhadap penyakit batu saluran kemih dengan cara diet rendah kalsium, oksalat, kalium dan makanan yang dapat beresiko menyebabkan penyakit batu saluran kemih seperti bayam, daging, coklat, teh, kopi, kacang ijo, kol, tomat dan lain-lain. 2. Diharapkan bagi masyarakat agar duduk jangan lebih dari 4 jam dalam sehari untuk mengurangi resiko terjadinya batu saluran kemih. 3. Diharapkan bagi masyarakat agar selalu mengubah posisi duduk setiap jam. 4. Bagi peneliti selanjutnya perlu dikembangkan lagi penelitian yang jenis dan jumlah sampel yang lebih besar dan area penelitian diperluas agar hasil penelitian yang diperoleh dapat digeneralisasikan. 5. Bagi pihak institusi rumah sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, untuk meningkatkan penyuluhan mengenai pencegahan penyakit batu saluran kemih DAFTAR PUSTAKA Arimurti, Ida, 2007. Batu Ginjal. ( www.mail-archive. com/ idakrisnashow @yahoogroups.com) diakses tanggal 12 Januari 2009. 60

Arifiyanto, Dafid, 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Urolithiasis. (http;//dafid-pekajangan.blogspot.com/2008/03) diakses tanggal 12 Januari 2009. Effendy Rustam, 1999. Perawatan Kesehatan Masyarakat, Buku Kedokteran EGC,Cetakan I, Jakarta,. Hidayat, A.A.A, 2007. Riset Keperawatan Dan Tehnik Penulisan Ilmiah, Salemba Medika, Jakarta. Hidayat,A.A.A. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. Harnawati, 2007. Asuhan Keperawatan Batu Ginjal ( www. harnawatiaj. Wordpress. com) diakses 9 Maret 2009 Idyan, Zamna, 2006. Hubungan Lama Duduk Saat Perkuliahan Dengan Keluhan "Low Back Pain"), (http;// www.inna-ppni.or.id, diakses tanggal 12 Januari 2009). Jafar, M. Nasri, 2008. Visi Indonesia Sehat 2010. (http;// mnasirjafar. wordpress.com) diakses tanggal 12 Januari 2009. Lutan, Rusli. 2002. Menuju sehat bugar. Depdiknas, Jakarta. Nadesul, Handrawan. 2008. Sehat itu murah. Kompas. Jakarta. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sisitem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika. Notoadmojo, S. 1996. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Rineka Cipta. Notoadmojo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta. Medicastore, 2007. Batu Saluran Kemih. (www.merck.com). di akses 12 Maret 2008. Potter, Patricia. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan edisi 4 vol 1,2. EGC. Jakarta. Price, Sylvia Anderson, 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol 1 Edisi 6, EGC. Jakarta. Purnomo, Basuki.B, 2003. Dasar-dasar Urologi edisi 2. Sagung Seto. Jakarta Rahmawati, 2007. Batu Saluran Kemih. (http;// fkuii.org/tiki-download) diakses tanggal 12 Januari 2009. Ratu, 2006. Profil Analisis Batu Saluran Kemih Di Laboratorium Patologi Klinik,( www.journal.unair.ac.id). diakses tanggal 12 Januari 2009. Robins & Kumar, 1995. Buku Ajar Patologi Klinik Edisi 4. EGC. Jakarta R. Sjamsuhidajat&Wim de Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu bedah.. EGC. Jakarta Schlenker, E. Eleanor. Sara Long, 2007. Williams Essentials of nutrition & Diet Therapy, Ninth Edition. Mosby Elsevier. Canada Silbernagl, Stefan.& Florian Lang. 2006. Teks & Atlas Berwarna Patofisologi. EGC. Jakarta. Smeltzer, Suzanne C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Vol 2 Edisi 8, EGC. Jakarta. Tim FK UI, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapiana. Jakarta Underwood, 1999. Patologi Umum dan Sistemik Volume 2. EGC. Jakarta. 61