Kata Pengantar. Januari Direktur Jenderal, Ir. Syukur Iwantoro, MS. MBA NIP

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Pengantar. Januari 2014

KATA PENGANTAR. Ir. Ali Rachman, M.Si NIP

LAKIP. Direktorat Perbibitan Ternak Tahun 2014 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

CAPAIAN KINERJA KELUARAN (OUTPUT ) UTAMA APBN PKH TAHUN 2014

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

Terlampir. Terlampir

LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Revisi ke 05 Tanggal : 27 Desember 2017

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DAN KESWAN TAHUN 2016

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

LAPORAN TAHUNAN DITJEN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN

LAPORAN REALISASI KEGIATAN APBN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015 KEADAAN s/d AKHIR BULAN : DESEMBER 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

Revisi ke 01 Tanggal : 18 April 2017

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

Revisi ke : 04 Tanggal : 31 Desember 2014

Revisi ke 01 Tanggal : 05 Januari 2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

Revisi ke 01 Tanggal : 05 Januari 2015

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK

Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh Provinsi Aceh

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

Revisi ke 02 Tanggal : 16 Maret 2017

Kata Pengantar. Jakarta, Februari 2016 Direktur Jenderal. Muladno

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA :

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DOKUMEN REVIEW PERJANJIAN KINERJA TAHUN ANGGARAN 2014

MASALAH DAN KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUK PETERNAKAN UNTUK PEMENUHAN GIZI MASYARAKAT*)

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP

BAB III METODOLOGI. struktur organisasi dan pembagian tugas berdasarkan Keputusan Presiden R.I. No.

Rencana Strategis. Direktorat Perbibitan dan Produksi Ternak DUMMY RENSTRA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015

RUMUSAN. RAPAT KONSOLIDASI KONTRAK KINERJA PROGRAM SWASEMBADA DAGING SAPI/KERBAU (PSDS/K) 2014 Jakarta, 3 4 Pebruari 2012

PEMERINTAH KABUPATEN SIAK

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Direktorat Jenderal Perkebunan KATA PENGANTAR

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

LOG O LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2011

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN

OPERASIONAL PROGRAM TEROBOSAN MENUJU KECUKUPAN DAGING SAPI TAHUN 2005

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

BAB II. PERJANJIAN KINERJA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2015

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

LAPORAN KINERJA (LKjIP) 2016 DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

PEDOMAN PELAKSANAAN OPTIMALISASI FUNGSI UNIT PEMBIBITAN DAERAH TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN BPTU-HPT DENPASAR TAHUN 2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

EVALUASI KEGIATAN DIREKTORAT KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER TAHUN 2017 & RENCANA KEGIATAN TAHUN 2018 RAKONTEKNAS II SURABAYA, 12 NOVEMBER 2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2015

Revisi ke 03 Tanggal : 03 Agustus 2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PEMERINTAHAN (LAKIP)

Revisi ke 05 Tanggal : 23 Agustus 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN RANCANGAN RENCANA KERJA DITJEN PKH TAHUN 2018

RINGKASAN EKSEKUTIF menjadi unit kerja yang mampu mewujudkan pelayanan administrasi dan manajemen yang tertib, cepat, transparan dan akuntabel.

LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

Revisi ke 01 Tanggal : 16 Maret 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

LAKIP DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN JAKARTA, FEBRUARI 2012 DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

Transkripsi:

Kata Pengantar Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggung jawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi pemerintah. Dengan telah berakhirnya pelaksanaan program dan kegiatan tahun 2012, maka Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sebagai unit kerja eselon I menyusun laporan pertanggung jawaban tersebut. LAKIP Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan disusun mengacu kepada Peraturan Menteri PAN dan RB No. 29 Tahun 2010. LAKIP mencakup ikhtisar pencapaian sasaran sebagaimana yang ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja dan dokumen perencanaan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat sekaligus sebagai pertanggung jawaban kepada publik atas penyelenggaraan fungsi pembangunan peternakan dan kesehatan hewan untuk terwujudnya Good Governance.. Januari 2013 Direktur Jenderal, Ir. Syukur Iwantoro, MS. MBA NIP. 19590530 198403 1 001 i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... i ii iii iv v vi I. PENDAHULUAN... 1 II. TINJAUAN TERHADAP EVALUASI SAKIP TAHUN 2011.. 3 III. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 1. Rencana Strategis (Renstra)... 7 2. Rencana Kinerja Tahuan (RKT)... 11 3. Perjanjian Kinerja... 12 IV. AKUNTABILITAS KINERJA 1. Capaian Kinerja Makro... 15 2. Realisasi, Evaluasi dan Analisis Capaian Sasaran Strategis Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2012... 18 3. Capaian Kinerja Program dan Kegiatan dalam Mencapai Sasaran Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2012... 25 4. Prestasi dan Keberhasilan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012. 50 5. Akuntabilitas Keuangan... 52 V. KESIMPULAN... 54 VI. RENCANA TINDAKLANJUT... 58 ii

DAFTAR TABEL Tabel 1. Rekapitulasi Komposisi Pegawai Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2011 Menurut Golongan dan Pendidikan Akhir... 2 Tabel 2. Capaian Kinerja Makro Ekonomi Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2010-2012... 16 Tabel 3. Capaian Kinerja Makro Teknis Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2011-2012... 18 Tabel 4. Capaian sasaran strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2010-2012... 21 Tabel 5. Kegiatan Pengembangan Kelompok Pembibitan Ternak Tahun 2012... 26 Tabel 6. Realisasi produksi bibit ternak pada UPT perbibitan TA. 2012... 28 Tabel 7. Produksi Sapi Bibit Tahun 2012... 29 Tabel 8. Target dan Realisasi Pengembangan Kelembagaan dan Sumber Daya Keswan... 38 Tabel 9. Capaian Kinerja Kegiatan Pendukung Perencanaan Kebijakan Tahun 2012... 45 Tabel 10. Capaian Kinerja Kegiatan Pendukung Evaluasi dan Pelaporan Tahun 2012... 46 Tabel 11. Capaian Kinerja Kegiatan Pendukung Pengelolaan Barang Milik Negara... 48 Tabel 12. Capaian Kinerja Kegiatan Pendukung Kepegawaian dan Tata Usaha... 49 iii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Bagan Organisasi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan... 2 iv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Target dan Realisasi Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan... 59 v

I. PENDAHULUAN Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang peternakan dan kesehatan hewan. Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan menyelenggarakan fungsi : 1) perumusan kebijakan di bidang perbibitan, pakan, budidaya ternak, kesehatan hewan, dan kesehatan masyarakat veteriner; 2) pelaksanaan kebijakan di bidang perbibitan, pakan, budidaya ternak, kesehatan hewan, dan kesehatan masyarakat veteriner, 3) penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perbibitan, pakan, budidaya ternak, kesehatan hewan, dan kesehatan masyarakat veteriner, 4) pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbibitan, pakan, budidaya ternak, kesehatan hewan, dan kesehatan masyarakat veteriner, dan 5) pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut Direktorat Jenderal didukung oleh 6 unit kerja eselon II di pusat, yaitu : (1) Direktorat Perbibitan Ternak; (2) Direktorat Budidaya Ternak; (3) Direktorat Pakan Ternak; (4) Direktorat Kesehatan Hewan; (5) Direktorat Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pasca Panen; dan (6) Sekretariat Direktorat Jenderal. Masing-masing tugas dan fungsi Direktorat adalah merumuskan dan melaksanakan kebijakan, menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria serta memberi bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknis direktoratnya. Sedangkan Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas dan fungsi untuk melaksanakan pelayanan teknis dan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Untuk lebih jelasnya pada Gambar 1. Disajikan Bagan Organisasi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 1

Gambar 1. Bagan Organisasi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2012 sebanyak 2240 orang, yang tersebar di kantor pusat 495 orang dan kantor daerah (UPT) 1744 orang. Rekapitulasi SDM Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan berdasarkan pendidikan terakhir disampaikan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Rekapitulasi SDM Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan berdasarkan pendidikan terakhir Tahun 2012 No Gol/Ruang S3 S2 S1 D4 SM D3 D2 SLTA SLTP SD Jumlah 1 I 24 67 91 2 II 1 141 2 381 69 66 660 3 III 3 292 416 17 14 50 2 503 1 1298 4 IV 14 148 29 191 JUMLAH 17 440 445 17 15 191 4 884 93 134 2240 2

II. TINJAUAN TERHADAP EVALUASI SAKIP TAHUN 2011 1. Kesimpulan Hasil Evaluasi Inspektorat Jenderal terhadap SAKIP Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2011 1) Berdasarkan hasil evaluasi SAKIP Ditjen PKH memperoleh nilai 54,37 dengan kriteria cukup baik (memadai), namun nilai tersebut mengalami penurunan dibanding tahun 2010 dengan nilai 56,32. 2) Renstra Tahun 2010 2014 telah direvisi 2 (dua) kali, namun belum dibuat matriks perubahan untuk menilai terjadinya perubahan kebijakan kegiatan dan anggaran secara sistematis atas kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan. 3) Penilaian atas kinerja belum sepenuhnya merupakan rujukan dari seluruh eselon II, sehingga hasil penilaian LAKIP tersebut menjadi kurang akurat serta menjadi tidak relevan untuk digunakan sebagai kebijakan dalam membuat usulan penyusunan kegiatan maupun anggaran. 4) Penetapan visi, misi, program dan kegiatan yang operasionalnya telah dilengkapi dengan tujuan dan sasaran, belum dilengkapi dengan parameter pengukurannya, selain itu, belum ditetapkan titik kritis kegiatan dan prosedur solusinya. Atas dasar hal tersebut, maka penetapan misi, visi, program dan kegiatan bersifat slogan dan formalitas. 5) Dalam pengukuran kinerja dijumpai bahwa IKU yang dibuat telah mencerminkan kinerja outcome, namun belum seluruh kegiatan merupakan sinergi dengan kegiatan di eselon II, sehingga menyulitkan untuk memperoleh capaian kinerja manfaat. 6) Dalam LAKIP belum ada upaya untuk mengkaitkan dengan kinerja tahun sebelumnya, terutama untuk mengkritisi hambatan permasalahan untuk menghindari terjadinya kesalahan yang berulang, serta untuk memperoleh data secara eksternal (pengguna jasa dan instansi terkait), yaitu sebagai cerminan peningkatan kinerja. 7) Pelaksanaan evaluasi kinerja belum memiliki system informasi kinerja dalam rangka pengumpulan data kinerja yang akurat, lengkap, tepat waktu dan konsisten, sehingga hasil penilaian atas kinerja belum akuntabel serta belum dapat digunakan sebagai dasar menetapkan kebijakan. 3

2. Saran Inspektorat Jenderal terhadap SAKIP Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2011 Sehubungan dengan uraian sesuai kondisi tersebut dalam rangka peningkatan kinerja organisasi, supaya : 1) Dalam penyusunan LAKIP agar lebih cermat dengan lebih memperhatikan keandalan laporan yang realistis, sehingga dapat digunakan sebagai sumber data yang handal dan akurat serta dapat meningkatkan kinerja. 2) Pada perbaikan/revisi Renstra agar disertai dengan pembuatan matriks, sehingga dapat memudahkan dalam menilai perubahan terkait dengan kebijakan kegiatan dan anggaran serta dilengkapi dengan prediksi penanganan titik kritis untuk menghindari terjadinya kesalahan berulang. 3) Penilaian atas kinerja agar merupakan rujukan dari seluruh eselon II, sehingga hasil penilaian LAKIP lebih akurat dan terjadi sinergitas dengan LAKIP Eselon I, serta menjadi relevan untuk digunakan sebagai kebijakan dalam membuat usulan penyusunan kegiatan maupun anggaran. 4) Penetapan visi, misi, program dan kegiatan supaya dilengkapi dengan parameter pengukurannya, sehingga penetapan ketiga unsur tersebut lebih mudah untuk dapat dinilai. 5) Pengukuran kinerja IKU yang telah mencerminkan kinerja outcome agar merupakan sinergi dengan kegiatan di eselon II untuk tidak menyulitkan memperoleh capaian kinerja manfaat. 6) Penyusunan LAKIP supaya mengkaitkan dengan kinerja kegiatan tahun sebelumnya, terutama untuk mengkritisi hambatan dan permasalahan yang didukung dengan data secara eksternal, sehingga dapat sebagai cerminan peningkatan kinerja. 7) Pelaksanaan evaluasi kinerja agar dilengkapi dengan system informasi kinerja dalam rangka pengumpulan data kinerja yang akurat, lengkap, tepat waktu dan konsisten, sehingga hasil penilaian atas kinerja lebih akuntabel dan dapat digunakan sebagai dasar menetapkan kebijakan. 3. Tindak Lanjut Terhadap Kesimpulan dan Saran Hasil Evaluasi SAKIP Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2011 1) Tanggapan terhadap butir 1 LAKIP Ditjen PKH tahun 2011 yang dinilai lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya menjadi perhatian. Untuk itu dalam penyusunan LAKIP Tahun 2012 dalam SAKIP yang dinilai belum optimal tahun sebelumnya 4

telah dilengkapi dengan data dan informasi yang memenuhi criteria keandalan yang realistis. 2) Tanggapan terhadap butir 2 Terdapat dua hal prinsip yang melatarbelakangi dilakukannya perbaikan/revisi Renstra Ditjen PKH 2010-2014 yaitu perubahan struktur organisasi dan koreksi populasi. Struktur organisasi dari sebelumnya memisahkan fungsi ruminansia dan non ruminansia digabung menjadi Direktorat Budidaya Ternak, dibentuknya Direktorat Pakan Ternak, dan tambahan fungsi pada Direktorat Kesmavet menjadi Direktorat Kesmavet dan Pasca Panen. Selain itu, adanya koreksi populasi sapi (potong dan perah) dan kerbau hasil sensus BPS melalui kegiatan Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah dan Kerbau 2011 (PSPK2011) yang mempengaruhi roadmap PSDSK2014. Koreksi tersebut secara langsung berpengaruh terhadap kebijakan pencapaian program Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Pencapaian Swasembada Daging Sapi Tahun 2014. 3) Tanggapan terhadap butir 3 LAKIP 2012 Ditjen PKH telah mengakomodasi saran Inspektorat Jenderal untuk disinergikan dengan LAKIP Eselon II yaitu dengan menggunakan kriteria penilaian yang sama berdasarkan kriteria penilaian LAKIP Kementerian Pertanian. Nilai dan predikat ukuran keberhasilan menggunakan empat kategori, yaitu: (1) sangat berhasil (capaian>100%), (2) berhasil (80-100%), (3) cukup berhasil (capaian 60-79 persen), dan 4) kurang berhasil (capaian<60%), terhadap sasaran yang telah ditetapkan. 4) Tanggapan terhadap butir 4 Saran Inspektorat Jenderal menjadi pertimbangan utama dalam penyusunan renstra periode berikut. Hal ini mengingat pada tahun anggaran 2013 sudah direncanakan untuk mulai mengidentifikasi isu-isu mendasar untuk dikoordinasikan dalam konsep renstra tahun 2015-2019. 5) Tanggapan terhadap butir 5 Agar hasil pengukuran kinerja IKU Eselon I, yang dicerminkan oleh kinerja outcome, bersinergi dengan kegiatan di eselon II, maka dalam penyusunan LAKIP tahun 2012 dilakukan pengelompokan/grouping kegiatan utama pada empat sasaran program, yaitu:1) Meningkatnya 5

ketersediaan pangan hewani 2) Meningkatnya kontribusi ternak domestik dalam penyediaan pangan hewani; 3) Meningkatnya ketersediaan protein hewani asal ternak; 4) Tersedianya daging sapi domestik sebesar 90% 6) Tanggapan terhadap butir 6 Saran ditindaklanjuti, LAKIP tahun 2012 telah dilengkapi dengan analisis capaian kinerja yang membandingkan capaian kinerja 2012 dengan capaian kinerja tahun 2011. Selain itu, juga dilengkapi dengan capaian kinerja makro ekonomi (PDB, investasi, neraca ekspor impor, penyediaan lapangan pekerjaan, dan nilai tukar petani peternak/ntpp) dan makro teknis (populasi dan produksi ternak). 7) Tanggapan terhadap butir 7 Saran Inspektorat Jenderal ditindaklanjuti dengan melakukan kegiatan monitoring untuk memantau perkembangan dan capaian kegiatan utama secara triwulanan sesuai dengan pedoman monitoring dan evaluasi. Pelaksanaan kegiatan tersebut dilengkapi dengan instrumen monev dan untuk analisisnya melibatkan Tim monev. 6

III. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 1. Rencana Strategis (Renstra) Dalam melaksanakan visi dan misinya pada tahun 2012, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian telah mengacu pada Rencana Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2010-2014 edisi revisi. Visi Visi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan jangka panjang dirumuskan sebagai berikut: Menjadi Direktorat Jenderal yang profesional dalam mewujudkan peternakan dan kesehatan hewan yang berdaya saing dan berkelanjutan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal untuk mewujudkan penyediaan dan keamanan pangan hewani serta meningkatkan kesejahteraan peternak. Misi Untuk mewujudkan visi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, misi yang dilaksanakan adalah: 1) Merumuskan dan menyelenggarakan kebijakan di bidang peternakan dan kesehatan hewan dalam rangka meningkatkan daya saing produksi dan produk peternakan dengan pemanfaatan sumberdaya lokal secara berkelanjutan; 2) Menyelenggarakan dan menggerakkan pengembangan perbibitan, pakan, budidaya ternak, kesehatan hewan, serta kesehatan masyarakat veteriner dan pascapanen dalam mencapai penyediaan dan keamanan pangan hewani dalam rangka meningkatkan kesejahteraan peternak; 3) Meningkatkan profesionalitas dan integritas penyelenggaraan administrasi publik. Tujuan Bersinergi dengan visi dan misi yang telah ditetapkan, tujuan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam periode tahun 2010-2014, adalah merumuskan kebijakan dan standarisasi teknis bidang 7

peternakan dan kesehatan hewan yang berbasis sumber daya lokal, dalam rangka: 1) Meningkatkan produksi ternak dan produk Peternakan dan kesehatan hewan yang berdaya saing; 2) Mengendalikan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis; 3) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak. Tujuan tersebut menunjukkan bahwa peranan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah merumuskan kebijakan dan standardisasi teknis untuk dapat mendongkrak pembangunan peternakan dan kesehatan hewan yang ada di masyarakat. Termasuk didalamnya para peternak, kelompok peternak, pengusaha swasta, akademisi, dan unsur perbankan. Sasaran Sasaran utama Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah memfasilitasi meningkatnya ketersediaan pangan hewani (daging, telur, susu), meningkatnya kontribusi ternak domestik dalam penyediaan pangan hewani, meningkatnya ketersediaan protein hewani asal ternak dan tersedianya daging sapi/kerbau domestik sebesar minimal 90 persen dari total kebutuhan nasional tahun 2014. Secara lebih rinci, sasaran kegiatan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah: 1) Penerbitan kebijakan dan NSPK di bidang: perbibitan; budidaya ternak; pakan ternak; pelayanan kesehatan hewan; pelayanan kesmavet dan pascapanen; serta pelayanan publik; 2) Tercapainya peningkatan kuantitas dan kualitas benih dan bibit dengan mengoptimalkan sumber daya lokal; 3) Tercapainya peningkatan produksi ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal; 4) Tercapainya peningkatan produksi pakan ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal; 5) Terkendali dan tertanggulanginya penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis; 6) Terjaminnya pangan asal hewan yang ASUH dan pemenuhan persyaratan produk hewan non pangan; 7) Terjaminnya dukungan manajemen dan teknis. 8

Kebijakan dan Strategi 1) Arah dan Kebijakan Pembangunan peternakan dan kesehatan hewan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional seperti dituangkan dalam RPJMN 2010-2014, utamanya dalam mewujudkan Ketahanan dan Kemandirian Pangan sebagaimana telah diamanatkan dalam KTT Pangan 2009. Untuk itu, pemerintah harus mampu menjamin arah dan langkah-langkah baik di tingkat nasional, regional, dan global direalisasikanya komitmen Millenium Developmet Goal (MDGs) yang: pro poor, pro growth, pro job; dan pelestarian lingkungan hidup. Dengan mengacu pada RPJMN, arah kebijakan umum pembangunan peternakan dan kesehatan hewan 2010-2014 adalah : (1) menjamin ketersediaan dan mutu benih dan bibit ternak; (2) meningkatkan populasi dan produktivitas ternak; (3) meningkatkan produksi pakan ternak; (4) meningkatkan status kesehatan hewan; (5) menjamin produk hewan yang ASUH dan berdaya saing; dan (6) meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat 2) Strategi Strategi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam melaksanakan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan tahun 2010-2014 diarahkan untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam pembangunan peternakan sesuai dengan target empat sukses Kementerian Pertanian. Memperhatikan target empat sukses Kementerian Pertanian, salah satunya adalah Pencapaian Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau, strategi yang akan ditempuh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2010-2014 yaitu: (1) Memperlancar arus produk peternakan melalui peningkatan efisiensi distribusi; (2) Meningkatkan daya saing produk peternakan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal; (3) Memperkuat regulasi untuk mendorong peran peternakan dalam negeri sehingga menjadi mandiri; 9

(4) Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar sektor terkait serta networking antar daerah; (5) Meningkatkan promosi produk peternakan untuk ekspor (6) Memperkuat kelembagaan peternakan di semua lapisan dan otoritas veteriner. Program dan Kegiatan 1) Program Program Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan mencakup serangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk mencapai tujuan. Salah satu program nasional yang pelaksanaannya dilakukan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal. Outcome yang diharapkan dari program Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah (i) meningkatnya ketersediaan pangan hewani (daging, telur, susu); (ii) meningkatnya kontribusi ternak lokal dalam penyediaan pangan hewani (daging, telur, susu); (iii) meningkatnya ketersediaan protein hewani berkualitas asal ternak; dan (iv) meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan peternak. 2) Kegiatan Dalam restrukturisasi program dan kegiatan, setiap unit kerja Eselon II memiliki akuntabilitas kinerja untuk satu kegiatan. Kegiatan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan disinergikan dengan tugas pokok dan fungsi pada masing-masing Eselon II di bawahnya. Di samping itu, untuk menunjang kegiatan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pertanian yaitu dalam produksi daging sapi, maka terdapat satu program yang mencakup enam kegiatan, yaitu: (1) Peningkatan kuantitas dan kualitas benih dan bibit dengan mengoptimalkan sumber daya lokal; (2) Peningkatan produksi ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal; (3) Peningkatan produksi pakan ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal; 10

(4) Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis; (5) Penjaminan pangan adalah hewan yang aman dan halal serta pemenuhan persyaratan produk hewan non pangan; (6) Peningkatan koordinasi dan dukungan manajemen di bidang peternakan. 2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2012 memuat kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam satu tahun guna mencapai sasaran program yang ditetapkan. RKT ini merupakan turunan dari Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang berjangka waktu satu tahun. Pada tahun 2012 Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan melaksanakan enam kegiatan sebagai bagian dalam pencapaian Program Swasembada Daging Sapi/Kerbau dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal untuk mendukung empat target sukses Kementerian Pertanian. Tujuan penyusunan RKT Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012 adalah: 1) Memberikan gambaran secara detail rencana kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun 2012; 2) Menyusun indikator kinerja yang akan dicapai dalam satu tahun; 3) Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan perencanaan anggaran kinerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan. Sasaran yang ingin dicapai dari RKT Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah: 1) Terlaksananya pembangunan peternakan dan kesehatan hewan sebagai bagian implementasi kebijakan dan program pembangunan peternakan secara nasional dalam satu tahun; 2) Terjabarkannya program pembangunan peternakan ke dalam kegiatankegiatan yang mempunyai kemampuan mengungkit; 3) Tercapainya efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan. Dasar hukum penyusunan RKT Kementerian Pertanian Tahun 2012 adalah: 11

1) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; 2) Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 3) Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi; 4) Surat Keputusan Kepala LAN Nomor 239 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 5) Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 09/M.PAN/05/2008 tentang Petunjuk Penyusunan Indikator Kinerja Utama; 6) Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Sasaran strategis Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2012 adalah: 1) Meningkatnya ketersediaan pangan hewani, dengan indikator kinerja: (i) produksi daging meningkat 4,25% per tahun atau 2,41 juta ton, (ii) produksi telur meningkat 4,42% per tahun atau 1,65 juta ton, (iii) produksi susu meningkat 9,74% per tahun atau 1,21 juta ton; 2) Meningkatnya kontribusi ternak domestik dalam penyediaan pangan hewani, dengan indikator kinerja: (i) kontribusi daging sapi domestik terhadap total produksi daging nasional meningkat 21,4%, (ii) kontribusi daging ayam buras terhadap total produksi daging nasional meningkat 15,1%; 3) Meningkatnya ketersediaan protein hewani asal ternak, dengan indikator kinerja ketersediaan protein hewani asal ternak per kapita meningkat 3,58% per tahun atau 6,7 g/kapita/hr; 4) Tersedianya daging sapi domestik sebesar 90% pada tahun 2014, dengan indikator kinerja tersedianya daging sapi nasional 82,5%. 3. Perjanjian Kinerja Dokumen PK merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dengan bawahan dalam mewujudkan capaian kinerja program atas penggunaan sumberdaya yang tersedia melalui 12

target kinerja serta indikator kinerja, yang menggambarkan keberhasilan pencapaiannya berupa hasil (outcome) maupun keluaran (output). Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2012 berdasarkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2011 disusun setelah DIPA Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan diterima pada bulan Januari 2012 dengan mengikuti format sesuai Pedoman Permen-PAN dan RB Nomor 29 Tahun 2010. PK Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan ditandatangani oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Menteri Pertanian pada bulan Maret 2012 berupa outcomes yang terdiri dari empat sasaran strategis yaitu : 1) Meningkatnya ketersediaan pangan hewani, dengan indikator kinerja: (i) produksi daging meningkat 4,25% per tahun atau 2,41 juta ton, (ii) produksi telur meningkat 4,42% per tahun atau 1,65 juta ton, (iii) produksi susu meningkat 9,74% per tahun atau 1,21 juta ton; 2) Meningkatnya kontribusi ternak domestik dalam penyediaan pangan hewani, dengan indikator kinerja: (i) kontribusi daging sapi domestik terhadap total produksi daging nasional meningkat 21,4%, (ii) kontribusi daging ayam buras terhadap total produksi daging nasional meningkat 15,1%; 3) Meningkatnya ketersediaan protein hewani asal ternak, dengan indikator kinerja ketersediaan protein hewani asal ternak per kapita meningkat 3,58% per tahun atau 6,7 g/kapita/hr; 4) Tersedianya daging sapi domestik sebesar 90%, dengan indikator kinerja produksi daging sapi domestik terhadap total penyediaan daging sapi nasional 82,5%. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam rangka melaksanakan pembangunan peternakan tahun 2012, dengan program pencapaian Swasembada Daging Sapi/Kerbau dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal, mendapatkan alokasi APBN sebesar Rp. 2,59 triliun. APBN tersebut dialokasikan pada enam kegiatan pokok, yaitu 1) peningkatan produksi ternak dengan mengoptimalkan sumber daya lokal sebesar Rp. 821,59 miliar; 2) peningkatan kuantitas dan kualitas bibit dan benih dengan mengoptimalkan sumber daya lokal sebesar Rp. 998,28 miliar; 3) peningkatan produksi pakan ternak dengan pendayagunaan sumber daya lokal sebesar Rp. 128,93 miliar; 4) Pengendalian dan penanggulangan 13

penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis sebesar Rp. 396,51 miliar; 5) Penjaminan pangan asal hewan yang aman dan halal serta pemenuhan persyaratan produk hewan non pangan sebesar Rp. 110,91 miliar serta 6) dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya pada Ditjen Peternakan dan Keswan sebesar Rp 121,97 miliar. Seluruh APBN Ditjen Peternakan dan Keswan tersebut tersebar di 80 satker yang meliputi 1 satker pusat, 22 satker UPT Pusat, 32 Satket Propinsi, dan 25 satker kabupaten/kota. 14

IV. AKUNTABILITAS KINERJA 1. Capaian Kinerja Makro 1) Kinerja Makro Ekonomi Kinerja Makro Ekonomi Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan diukur dari Produk Domestik Bruto (PDB), Serapan Tenaga Kerja, Investasi, Nilai Tukar Petani (NTP) dan Ekspor-Impor. Dalam kurun waktu tahun 2011-2012 kinerja makro ekonomi tersebut sebagai berikut : (1) Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto berdasarkan harga konstan pada tahun 2011 sebesar Rp. 39.929 miliar, dan tahun 2012 telah mencapai Rp. 41.972 miliar, sehingga terjadi peningkatan 5,1%. Sedangkan PDB berdasarkan harga berlaku pada tahun 2011 sebesar Rp.129.578 miliar, sedangkan tahun 2012 telah mencapai Rp.146.089 miliar. (2) Serapan Tenaga Kerja Penyerapan tenaga kerja peternakan cenderung mengalami peningkatan, jika pada tahun 2011 sebesar 4,2 juta orang, pada tahun 2012 meningkat menjadi 4,8 juta orang. Sedangkan proporsi tenaga kerja peternakan dibandingkan dengan tenaga kerja di sektor Pertanian dalam kurun waktu 2012 sebesar 12,26% atau meningkat sekitar 1,57% dibanding tahun 2011sebesar 10,69%. (3) Investasi Nilai investasi PMDN menurun dari Rp. 247,2 Milyar pada tahun 2011, menjadi Rp 97 Milyar pada tahun 2012 (data Badan Koordinasi Penanaman Modal sampai dengan Triwulan IV). Demikian pula investasi PMA menurun dari US$ 21,1 juta pada tahun 2011 menjadi US$ 19,8 juta pada tahun 2012 (data Badan Koordinasi Penanaman Modal sampai dengan Triwulan IV). (4) Nilai Tukar Petani Kesejahteraan peternak diukur dari Nilai Tukar Petani Peternak (NTPP), hasilnya cenderung fluktuatif. Pada bulan Desember tahun 2012 NTPP sebesar 101,31 atau terjadi peningkatan sebesar 1,00% dibandingkan bulan yang sama tahun 2011 yang NTPP nya 101,22. 15

(5) Ekspor-Impor Neraca perdagangan ekspor-impor produks peternakan masih mengalami defisit. Pada tahun 2011 rasio ekspor terhadap impor sebesar 1:1,90, sedangkan pada tahun 2012 (data s.d Bulan Desember 2012) defisitnya masih tinggi sehingga rasionya menjadi 1:4,85. Selengkapnya capaian kinerja makro ekonomi pembangunan peternakan dan kesehatan hewan disampaikan pada Tabel 2 berikut: Tabel 2 Capaian Kinerja Makro Ekonomi Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2011-2012 NO 1 PDB (Rp.miliar) 1) TAHUN 2011 2012 1. Harga Berlaku 129.578,3 146.089,7 2. Harga Konstan 39.929,2 41.971,8 2 Tenaga Kerja (orang) 2) 1. Bidang Peternakan 4.204.213 4.796.288 2. Bidang Pertanian 39.328.915 39.126.841 3. % Nak thd Tan 10,69 12,26 3 Investasi 3) URAIAN 1. PMDN (Rp. Milyar) 247,2 97,4 2. PMA (US$ Juta) 21,1 19,8 4 Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPP) 4) 101,22 101,31 5 Rasio Ekspor-Impor 5) 1. Nilai (US$) 1 : 1,90 1 : 4,85 2. Volume (Kg) 1 : 1,31 1 : 6,47 Ket: 1. PDB : Sumber BPS, Data tahun 2012 s/d Triwulan IV 2. Sumber Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) BPS (2011), Tahun 2012 Proyeksi Pusdatin (2012) 3. Sumber Badan Koordinasi Penanaman Modal, Data Tahun 2012 s.d. Triwulan IV 4. Sumber BPS, data Januari Desember 2012 5. Sumber BPS diolah oleh PUSDATIN, data Tahun 2012 Bulan Januari s.d Desember 16

2) Kinerja Makro Teknis Indikator pencapaian kinerja aspek makro teknis adalah populasi dan produksi ternak. Capaian kinerjanya dapat diuraikan sebagai berikut : (1) Populasi Ternak. Berdasarkan Renstra Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2010-2014, terdapat delapan jenis ternak yang secara rutin dipantau perkembangan populasinya. Dalam tahun 2012 hampir semua sasaran populasi ternak ruminansia (sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing dan domba) terealisasi antara 100,24% sampai dengan 108,74%, kecuali sapi perah yang terealisasi 98,68%. Namun apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2011, maka seluruhnya mengalami kenaikan antara 4,15% sampai dengan 8,29%. Sedangkan pada ternak non ruminansia (babi, ayam buras, dan itik) realisasi populasi terhadap sasaran tahun 2012 terealisasi antara 111,41% sampai dengan 116,58%, kecuali ayam buras yang terealisasi sebesar 93,83%. Bila dibandingkan dengan tahun 2011, maka populasi ternak non ruminansia mengalami peningkatan antara 4,07% sampai dengan 8,05%. (2) Produksi Daging, Telur dan Susu. Produksi ternak mencakup daging, telur dan susu. Pada tahun 2012 capaian produksi daging sebesar 2.690 ribu ton, atau 111,52% dibanding sasarannya sebesar 2.412 ribu ton. Bila dibandingkan dengan tahun 2011 terdapat kenaikan capaian produksi daging sebesar 5,35%. Capaian produksi daging tahun 2012 yang meningkat cukup tinggi ini, juga telah melampaui target yang ditetapkan pada Renstra Ditjen PKH pada tahun 2014 sebesar 2.660 ribu ton. Produksi telur (ayam buras ras petelur, dan itik ) tahun 2012 terealisasi 93,49% atau sebesar 1.540 ribu ton dari target 1.648 ribu ton. Bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2011 terdapat kenaikan 5,80%. Realisasi produksi susu tahun 2012 baru mencapai 84,24% atau 1.018 ribu ton dari target 1.208 ribu ton, namun bila dibandingkan dengan realisasi produksi susu tahun 2011, maka produksi tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 4,44%. 17

Selengkapnya capaian kinerja makro teknis peternakan dan kesehatan hewan disampaikan pada Tabel 3 berikut: Tabel 3 Capaian Kinerja Makro Teknis Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2011-2012 2. Realisasi, Evaluasi dan Analisis Capaian Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2012 1) Realisasi, Evaluasi dan Analisis Capaian Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2012 Indikator capaian Visi, Misi dan Tujuan program Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, diukur dari tingkat capaian 4 (empat) sasaran strategis. Besarnya capaian empat sasaran strategis Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan tujuh indikator adalah 47,62% s.d 111,62%, atau capaian rata-ratanya 89,53%. Ketujuh indicator tersebut adalah produksi daging, produksi telur, produksi susu, kontribusi daging sapi domestik terhadap total produksi daging nasional, kontribusi daging ayam buras terhadap total produksi daging nasional, ketersediaan protein hewani asal ternak per kapita, dan produksi daging sapi domestik terhadap total penyediaan daging sapi nasional. 18

Nilai ini termasuk dalam kategori berhasil. Apabila dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 6,35%. Secara rinci capaian masing-masing sasaran strategis diuraikan sebagai berikut: (1) meningkatnya ketersediaan pangan hewani berupa daging, telur dan susu masing-masing sebesar 4,25%, 4,42% dan 9,74%. Produksi daging secara nasional tahun 2012 tercapai 2,69 juta ton, jika dibandingkan produksi tahun 2011 sebesar 2,47 juta ton, maka produksinya tumbuh sebesar 5,35%. Bila dibandingkan dengan target 4,25%, maka kinerja pertumbuhannya telah melampaui target. Capaian produksi daging tersebut, mencapai 111,62% dari target produksi daging 2012 sebesar 2,41 juta ton. Capaian produksi daging tahun 2012 yang meningkat cukup tinggi ini, juga telah melampaui target yang ditetapkan pada Renstra Ditjen PKH pada tahun 2014 sebesar 2,66 juta ton. Sehingga perlu dipertimbangkan untuk merivisi target volume produksi daging tahun 2013 dan 2014. Produksi telur secara nasional tahun 2012 tercapai 1,54 juta ton, jika dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 1,43 juta ton, maka produksinya tumbuh 5,80%, dan pertumbuhannya telah melebihi dari target sebesar 4,42%. Namun capaian tersebut hanya mencapai 93,33% dari target produksi telur tahun 2012 sebesar 1,65 juta ton. Dengan capaian pertumbuhan yang cukup baik, maka pada tahun berikutnya diperlukan upaya koordinasi yang lebih intensif dengan stakeholders dalam mencapai target produksi. Sedangkan produksi susu nasional tahun 2012 tercapai 1,02 juta ton, jika dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 0,92 juta ton, maka produksinya tumbuh 4,44%, namun pertumbuhannya masih jauh dari sasaran tahunan sebesar 9,74%. Capaian produksi susu tersebut, hanya 84,30% dari target produksi susu 2012 sebesar 1,21 juta ton. Bila dilihat tingkat pertumbuhan dan upaya yang belum fokus untuk meningkatkan produksi susu dalam negeri, maka perlu dipertimbangkan untuk menurunkan target pertumbuhan dan volume produksi susu pada tahun 2013 dan 2014 secara rasional. (2) meningkatnya kontribusi ternak domestik dalam penyediaan pangan hewan berupa kontribusi daging sapi domestik/lokal dan daging ayam buras. 19

Realisasi kontribusi daging sapi domestik tahun 2012 sebesar 18,78%, apabila dibandingkan dengan targetnya sebesar 21,4% hanya mencapai 87,78% dan tumbuh 0,59% dibandingkan dengan kontribusi tahun 2011 sebesar 11,80%. Demikian juga dengan kontribusi daging ayam buras terhadap total produksi ayam nasional, tahun 2012 sebesar 10,19% atau baru mencapai 47,62% dari targetnya sebesar 15,10% dan menurun 0,14% bila dibandingkan dengan kontribusi daging tahun 2011 sebesar 17,54%. (3) meningkatnya ketersediaan protein hewani asal ternak berupa ketersediaan protein hewan asal ternak sebesar 3,58%. Ketersediaan tersebut telah mencapai 103,43% atau 6,93 g/kapita/tahun dari target sebesar 6,70 g/kapita/tahun, namun bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 6,53 g/kapita/tahun telah terjadi peningkatan sebesar 4,34%, atau jika dibandingkan dengan sasaran pertumbuhan 3,58% per tahun maka capaian tahun 2012 melampaui sasaran pertumbuhannya. (4) tersedianya daging sapi domestik/lokal berupa produksi daging sapi dan kerbau domestik/lokal terhadap total penyediaan daging sapi nasional sebesar 82,50%. Persentase produksi daging sapi dan kerbau domestik/lokal terhadap total daging sapi dan kerbau nasional tahun 2012 sebesar 81,37% atau mencapai 98,63% dari targetnya sebesar 82,50%. Peningkatan produksi daging sapi dan kerbau lokal ini telah dapat menekan proporsi daging impor dari semula 34,90 % terhadap total konsumsi daging sapi nasional pada tahun 2011 menjadi hanya 18,63 % pada tahun 2012. Hal ini telah dapat menghemat devisa negara sebesar Rp. 5,1 triliun di tahun 2012, meningkatnya harga berat hidup sapi di tingkat on farm yang semula sekitar Rp.18 ribu/kg berat hidup pada tahun 2010 menjadi sekitar Rp.30 ribu/kg berat hidup pada akhir tahun 2012, memunculkan kembali gairah peternak yang sebelumnya sempat lesu, dan perubahan pola mata rantai perdagangan sapi lokal yang semula didominasi oleh pedagang perantara dengan rantai tataniaga yang panjang, saat ini menjadi lebih pendek sehingga peternak memiliki posisi tawar yang lebih baik. 20

Capaian sasaran strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 4 Tabel 4 Capaian sasaran strategis Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan tahun 2010-2012 Sasaran Indikator 2010 2011 Target 2012 pertumbuhan 2011-2012 Realisasi (%) Meningkatnya ketersediaan pangan hewani (daging, telur, susu) Produksi daging meningkat 4,25% per tahun Produksi telur meningkat 4,42% per tahun Produksi susu meningkat 9,74% per tahun 2,37 jt ton 1,37 jt ton 0,91 jt ton 2,47 jt ton 1,43 jt ton 0,92 jt ton 2,41 jt ton 1,65 jt ton 1,21 jt ton 2,69 jt ton (111,62%) 1,54 jt ton (93,33%) 1,02 jt ton (84,30%) 5,35 5,80 4,44 Meningkatnya kontribusi ternak domestik dalam penyediaan pangan hewani (daging dan telur) Kontribusi daging sapi domestik terhadap total produksi daging nasional meningkat (%) Kontribusi daging ayam buras terhadap total produksi daging nasional meningkat (%) 8,27 11,80 21,4 17,38 17,54 15,10 18,78 (87,78%) 10,19 (47,62) 0,59 (0,14) Meningkatnya ketersediaan protein hewani asal ternak Ketersediaan protein hewani asal ternak per kapita meningkat 3,58% per tahun (g/kapita/hr) 6,15 6,53 6,70 6,93 (103,43%) 4,34 Tersedianya daging sapi domestik sebesar 90 persen Produksi daging sapi domestik terhadap total penyediaan daging sapi nasional (%) 46,95 65,09 82,50 81,37 (98,63%) 8,49 2) Peran masing-masing kegiatan Direktorat dan Sekretariat dalam mendukung outcome Ditjen Peternakan dan Kesehatan (empat sasaran strategis) Meningkatnya ketersediaan pangan hewani tahun 2012, dengan indikator kinerja: (i) produksi daging meningkat 5,35% atau 2,69 juta ton, (ii) produksi telur meningkat 5,80% atau 1,54 juta ton, (iii) produksi susu meningkat 4,44% atau 1,02 juta ton. Didukung oleh kegiatan yaitu : (1) Pengembangan Kelompok Pembibitan Ternak (2) Peningkatan Kualitas Bibit Unggul (3) Uji zuriat sapi perah nasional (4) Penyelamatan Sapi/Kerbau Betina Produktif (5) Pengembangan Unit Usaha Bahan Pakan (UBP) (6) Pengembangan Integrasi Ternak Unggas (7) Pengembangan Unit Pengolah Pakan (UPP) Unggas 21

(8) Pengembangan Lumbung Pakan (LP) Unggas (9) Penanggulangan Penyakit Hewan Menular (10) Pengembangan Kelompok Budidaya Sapi dan Kerbau (11) Lembaga Mandiri Mengakar di Masyarakat (LM3) (12) Pengembangan Kelompok Budidaya Ternak Lainnya (13) Produksi, sertifikasi dan Pengawasan Obat hewan (14) Perlindungan hewan dari Penyakit eksotik (15) Penyelesaian perundang-undangan turunan UU No 18/2009 Meningkatnya kontribusi ternak domestik dalam penyediaan pangan hewani, dengan indikator kinerja: (i) kontribusi daging sapi domestik terhadap total produksi daging nasional 18,78 %, (ii) kontribusi daging ayam buras terhadap total produksi daging nasional 10,19%; Didukung oleh kegiatan yaitu : (1) Penanggulangan Penyakit Hewan Menular (2) Kelembagaan dan Sumber Daya Keswan (3) Fasilitasi Rumah Potong Hewan (RPH) ruminansia (4) Fasilitas pembangunan tempat penampungan unggas (5) Fasilitasi penataan kios daging (6) Fasilitasi alat transportasi daging berpendingin (7) Fasilitasi cold storage (8) Fasilitasi tempat pengumpulan susu/tps Meningkatnya ketersediaan protein hewani asal ternak, dengan indikator kinerja ketersediaan protein hewani asal ternak per kapita meningkat 4,34%, didukung oleh kegiatan : (1) Penanggulangan Penyakit Hewan Menular (2) Penguatan Surveilans Penyakit Hewan (3) Perlindungan Hewan dari penyakit Eksotik Tersedianya daging sapi domestik sebesar 90% (pada tahun 2014), dengan indikator kinerja produksi daging sapi domestik terhadap total penyediaan daging sapi nasional 82,5%. Didukung oleh kegiatan penting yaitu : (1) Penanggulangan Penyakit Hewan Menular (2) Pengembangan Integrasi Ternak Ruminansia (3) Optimalisasi sumber benih/bibit HPT di UPTD dan Kelompok 22

(4) Pemanfaatan HPT di lahan kehutanan (5) Pengembangan Unit Pengolah Pakan (UPP) Ruminansia (6) Pengembangan Unit Pengolah Pakan (UPP) Ruminansia di Kawasan (7) Pengembang Lumbung Pakan (LP) Ruminansia (8) Pengembangan Pakan di lokasi SMD (9) Pembinaan dan koordinasi penyediaan pangan ASUH serta keamanan pangan (10) Penjaminan produk peternakan yg beredar di masyarakat (11) Penyusunan peraturan perundang undangan di bidang Kesmavet dan Pascapanen (12) Pengembangan Kelompok Budidaya Sapi dan Kerbau (13) Penguatan Kelembagaan Inseminasi Buatan (IB) (14) Pengadaan Pejantan Pemacek (15) Pengembangan Budidaya Ternak Melalui Sarjana Membangun Desa (SMD) (16) Pengendalian Sapi/Kerbau Betina Produktif (17) Produksi Semen Beku (18) Produksi Sapi Bibit (19) Survei Karkas 3) Norma, Standard, Pedoman, dan Kriteria Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2012 Dalam rangka pembangunan Peternakan dan Kesehatan hewan tahun 2012, Ditjen Peternakan dan Kesehatan telah melakukan penyusunan Norma, Standad, Pedoman dan Kriteria (NSPK) yang terbagi dalam 5 aspek : (1) Aspek Perbibitan. Menetapkan 13 rumpun ternak dari 8 provinsi dan 2 rumpun ternak dari Puslitbang Peternakan melalui Keputusan Menteri Pertanian (2) Aspek Pakan Ternak. Menyusun 3 Rancangan Permentan dan 4 RSNI dibidang pakan ternak. 23

(3) Aspek Budidaya Ternak Menyusun Pedoman teknis dan petunjuk pelaksanaan terkait budidaya ternak sebanyak 23 buku, sebagai acuan bagi tim pelaksana Dinas Peternakan atau Dinas yang menangani fungsi peternakan propinsi dan kabupaten/kota serta institusi/pihak terkait lainnya dalam melaksanakan kegiatan budidaya ternak. (4) Aspek Kesehatan Hewan Menyusun Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, Keputusan Dirjen/Direktur pada tahun 2012 sebanyak 27 NSPK. Peraturan Pemerintah yang disusun pada tahun 2012 berupa Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular dan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan Kesehatan Hewan. (5) Aspek Kesehatan Masyarakat Veteriner. Pada aspek Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pascapanen telah disusun Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri, Keputusan Dirjen/Direktur pada tahun 2012 sebanyak 9 NSKP sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembinaan kepada stakeholders dan masyarakat. 4) Peran stakeholders dalam mendukung pencapaian sasaran program Pembangunan Peternakan dan Kesehatan Hewan dilaksanakan melalui empat komponen yaitu (1) pemerintah dalam hal ini Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Pemerintah Daerah baik propinsi dan Kabupaten/kota, Instansi pemerintah lainnya yang terkait; (2) masyarakat, yakni kelompok peternak dan peternak; (3) swasta/pengusaha dibidang peternakan dan kesehatan hewan dan (4) akademisi, dari perguruan tinggi baik dari Fakultas Peternakan dan Fakultas Kedokteran Hewan seluruh Indonesia. Peran pemerintah adalah sebagai regulator dan stimulator, yang dari sisi penganggarannya hanya berkontribusi 10 s.d 20%, selebihnya menggunakan sumberdaya swasta dan peternak. Sehingga keberhasilan pembangunan peternakan dan kesehatan hewan sebagian besar berjalan atas peranan stakeholders peternakan dan kesehatan hewan. 24

3. Capaian Kinerja Program dan Kegiatan Dalam Mencapai Sasaran Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan HewanTahun 2012. Upaya pencapaian sasaran strategis Program Swasembada Daging Sapi dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Berdaya Saing dan Berkelanjutan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, yang dijabarkan pada enam kegiatan pokok diuraikan sebagai berikut: 1) Peningkatan kuantitas dan kualitas benih dan bibit dengan mengoptimalkan sumber daya lokal. Indikator kinerja kegiatan adalah 1) Pengembangan kelompok pembibitan ternak (200 kelompok); 2) Penyelamatan betina produktif sapi/kerbau (286.095 ekor); 3) Produksi semen bek (4.160.000 dosis); 4) Peningkatan kualitas bibit unggul (25.671 ekor); 5) Produksi sapi bibit (8.180 ekor); 6) Sarana dan prasarana (884 unit); dan 7) Dukungan manajemen perbibitan (30 laporan). Capaian indikator kinerja seluruhnya pada kegiatan peningkatan kuantitas dan kualitas benih dan bibit dengan mengoptimalkan sumber daya lokal sebesar 123,20% yang termasuk pada kriteria sangat berhasil. Selengkapnya pada Lampiran 1. Untuk mencapai target indikator pada kegiatan peningkatan kuantitas dan kualitas benih dan bibit dengan mengoptimalkan sumber daya lokal dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : (1) Pengembangan Kelompok Pembibitan Ternak Pengembangan Kelompok Pembibitan Ternak terdiri atas beberapa output, seperti pada Tabel 5 berikut : 25

Tabel 5. Kegiatan Pengembangan Kelompok Pembibitan Ternak Tahun 2012 No Output Kelompok % Target Realisasi 1 Pembibitan Sapi Potong 81 56 69,14 2 Pembibitan Sapi Perah 18 18 100,00 3 Pembibitan Kerbau 7 8 114,29 4 Pembibitan Kambing/Domba 12 15 125,00 5 Pembibitan Babi 4 4 100,00 6 Pembibitan Ayam Lokal 16 15 93,75 7 Pembibitan Itik 14 14 100,00 8 Dukungan Perbibitan Dalam 30 30 100,00 Pengembangan Kawasan Sapi Potong 9 Dukungan Perbibitan Dalam 9 9 100,00 Pengembangan Kawasan Sapi Perah 10 Dukungan Perbibitan Dalam 9 9 100,00 Pengembangan Kawasan Kerbau J U M L A H 200 178 89,00 Kegiatan pengembangan kelompok pembibitan ternak pada tahun 2012 terdiri dari 10 output dengan capaian kegiatan sebesar 89,00%, capaian indikator kinerja termasuk dalam kriteria berhasil. Bila dibandingkan dengan capaian indikator kinerja tahun 2011 sebesar 100%, terjadi penurunan sebesar 19%. Penurunan ini disebabkan adanya penghematan anggaran pada output pembibitan sapi potong, sehingga mempengaruhi capaian target pengembangan kelompok perbibitan ternak. Dari Tabel 5 tampak bahwa capaian kinerja paling rendah pada output pembibitan sapi potong sebesar 69,14%, hal ini terjadi karena ada penghematan anggaran pada kegiatan pembibitan sapi potong sebanyak 30 kelompok, sehingga realisasi kegiatan lebih rendah dari target, sedangkan tingkat capaian yang melebihi target 100% pada output pembibitan kambing domba (125,00%) dan pembibitan kerbau (114,29%). Hal ini dimungkinkan adanya pengembangan jumlah kelompok yang dilakukan melalui efisiensi alokasi dana untuk masingmasing kelompok. (2) Penyelamatan Sapi/Kerbau Betina Produktif Realisasi kegiatan penyelamatan sapi/kerbau betina produktif pada tahun 2012 mencapai 110,35%, capaian indikator kinerja termasuk dalam kriteria sangat berhasil, sedangkan realisasi kegiatan pada tahun 26

2011 mencapai 398,05%, dan bila dibandingkan tingkat capaian tahun 2012 dengan tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 287,09%. Capaian kinerja yang relatif tinggi pada tahun 2011 dimungkinkan oleh adanya pengembangan kegiatan yang semula hanya untuk penyelamatan sapi/kerbau betina produktif diperluas dengan kegiatan insentif pada sapi/kerbau betina bunting. Dengan besaran alokasi dana yang sama, jumlah sapi/kerbau betina produktif yang terselamatkan menjadi lebih banyak. Jika semula target penyelamatan 70.000 ekor, maka capaian realisasi kegiatan setelah dilakukan penyesuaian menjadi 278.633 ekor (398,05%). (3) Produksi Semen Beku Produksi dan distribusi semen beku dilakukan oleh 2 balai produsen semen beku nasional yaitu BBIB Singosari dan BIB Lembang. Realisasi produksi semen beku pada tahun 2012 mencapai 124,28%, capaian indikator kinerja termasuk dalam kriteria sangat berhasil, sedangkan realisasi kegiatan pada tahun 2011 mencapai 106,65%, dan bila dibandingkan tingkat capaian tahun 2012 dengan tahun 2011 terjadi peningkatan sebesar 17,63%. Hal ini dimungkinkan karena stok semen beku tahun 2011 diakumulasi pada realisasi produksi tahun 2012. (4) Peningkatan Kualitas Bibit Unggul Kegiatan peningkatan produksi bibit dilaksanakan di 7 UPT, yaitu BBPTU Sapi Perah Baturaden, BPTU Sapi Aceh Indrapuri, BPTU Sapi Potong Mangatas, BPTU Sapi Dwiguna dan Ayam Sembawa, BPTU Bali, BPTU Kerbau dan Babi Siborong-borong, dan BPTU Kambing, Domba dan Itik Pelaihari, seperti tertera pada Tabel 6. 27

Tabel 6. Realisasi produksi bibit ternak pada UPT perbibitan TA. 2012 No UPT Komoditas Produksi (ekor) % Target Realisasi 1 BPTU Indrapuri Sapi Aceh 137 134 97,81 2 BPTU Siborong-borong Kerbau 23 35 152,17 Babi 400 430 107,50 3 BPTU Padang Mengatas Sapi Potong 115 103 89,57 4 BPTU Sembawa Sapi Dwiguna 124 110 88,71 Ayam * 10.500 9.450 90,00 5 BBPTU Baturraden Sapi perah 431 332 77,03 6 BPTU Pelaihari Kambing 170 174 102,35 Itik * 12.789 12.327 96,22 7 BPTU Bali Sapi Bali 960 953 99,27 J U M L A H 25.671 24.048 93,68 Keterangan : * Populasi Induk Capaian kegiatan peningkatan kualitas bibit unggul pada tahun 2012 sebesar 93,68%, capaian indikator kinerja termasuk dalam kriteria berhasil. Bila dibandingkan dengan capaian indikator kinerja tahun 2011 sebesar 65,24%, terjadi peningkatan sebesar 28,44%. Peningkatan ini seiring dengan adanya perbaikan kinerja UPT melalui penerapan GBP dengan sistem manajemen mutu sesuai dengan ISO 9001:2008. Dari Tabel 6 tampak bahwa capaian kinerja yang relatif lebih rendah adalah : (a) sapi perah sebesar 77,03,14%, yang disebabkan target produksi sapi perah tahun 2012 merupakan realisasi kelahiran tahun 2011, namun realisasi penambahan sapi perah betina bunting dilaksanakan pada akhir tahun anggaran sehingga kelahiran baru terjadi pada tahun 2012; (b) sapi dwiguna sebesar 88,71%, yang disebabkan karena pada ternak sapi terdapat indukan yang sudah tidak produktif; (c) sapi potong sebesar 89,57%, hal ini disebabkan karena pemasukan sapi impor bunting tahun 2011 terjadi keterlambatan pemasukan (Februari 2012) disamping itu banyak terjadi abortus. Sedangkan tingkat capaian yang relatif tinggi yakni produksi kerbau (152,17%) dan babi (107,50%), hal ini disebabkan penyediaan pakan terpenuhi dengan baik, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mengalami beberapa kali gagal tender. (5) Produksi Sapi Bibit Indikator kinerja kegiatan adalah : (1) penambahan indukan sapi; (2) produksi embrio ternak, seperti tertera pada Tabel 7 Capaian indikator 28