DASAR DAN TEKNIK PENETAPAN KUOTA PESERTA SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009

dokumen-dokumen yang mirip
SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009 BUKU 1 PEDOMAN PENETAPAN PESERTA

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009 BUKU 1 PEDOMAN PENETAPAN PESERTA

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN MELALUI JALUR PENILAIAN PORTOFOLIO DAN PEMBERIAN SERTIFIKAT PENDIDIK SECARA LANGSUNG TAHUN 2010

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2010 BUKU 1 PEDOMAN PENETAPAN PESERTA EDISI REVISI

PEDOMAN PENETAPAN PESERTA DAN PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN

SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2010 BUKU 1 PEDOMAN PENETAPAN PESERTA

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2010 BUKU 1 PEDOMAN PENETAPAN PESERTA EDISI REVISI

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru.

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2008

SURAT PERNYATAAN. N a m a :... No. Peserta :... NUPTK :... Mapel :... Instansi :... Alamat :... No. HP. :...

Peran, Tugas, dan Tanggung Jawab Guru

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN

SERTIFIKASI GURU MELALUI PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2015

PEDOMAN PENGELOLAAN BERKAS DATA GURU UNTUK PENERBITAN SK DIRJEN PMPTK TENTANG PENERIMA TUNJANGAN PROFESI TAHUN 2009

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2011 BUKU 1 PEDOMAN PENETAPAN PESERTA

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2008

PENETAPAN PESERTA SERTIFIKASI GURU TAHUN 2013

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2014 BUKU 1 PEDOMAN PENETAPAN PESERTA

PROSEDUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

SERTIFIKASI GURU DAN PENGAWAS HARAPAN DAN DAMPAK KEDEPAN

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PELAKSANAAN SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2008

PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME TRANSFER KE DAERAH

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2013 BUKU 1 PEDOMAN PENETAPAN PESERTA

BAB I LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan

KATA PENGANTAR. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya program ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

Lampiran 1: Skema Alur pelaksanaan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Tahun

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG SERTIFIKASI BAGI GURU DALAM JABATAN

PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME DANA TRANSFER DAERAH

Pedoman Pelaksanaan Penyaluran Tunjangan Profesi Pendidik Melalui Dana Dekonsentrasi

Dasar Hukum. Tambahan Lembaran Negara RI No 4496); 1. UU No 20 Th 2003 ttg Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara RI Th 2003 No 78,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

TAHUN 2008 KONSOSIUM SERTIFIKASI GURU Tim Sertifikasi Guru Ditjen Dikti

~ 1 ~ PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

FORMAT A1.1 Formulir Pendaftaran Peserta Sertifikasi Guru Tahun 2010 (Untuk Guru)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2015 BUKU 1 PEDOMAN PENETAPAN PESERTA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194, Tambahan Lembaran

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG

17. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 08 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang (Lembaran Daerah Tahun 2010

PEDOMAN PENETAPAN INPASSING JABATAN FUNGSIONAL GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

Program Pemberian Kesetaraan Jabatan dan Pangkat Bagi Guru Bukan Pegawai Negeri Sipil (Inpassing) Jenjang Dikdas

A. LATAR BELAKANG...1 B. LANDASAN HUKUM...1 C. TUJUAN...2 D. KERANGKA PROGRAM...2

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN BIAYA PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIK KE S-1/D-IV JENJANG PENDIDIKAN DASAR

TANYA JAWAB TENTANG SERTIFIKASI GURU KATA PENGANTAR

FORMAT VERIFIKASI KELENGKAPAN DOKUMEN/BERKAS POLA PSPL (S-2/S-3 dan Golongan IV/b)

Pedoman Pelaksanaan Seleksi Calon Pengawas Sekolah Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 730 TAHUN 2012 TENTANG MEKANISME PENGANGKATAN DAN PENUGASAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENUGASAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI KEPALA SEKOLAH

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG OPTIMALISASI TATA KELOLA PENGANGKATAN KEPALA SEKOLAH 01 KOTA MOJOKERTO

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF BAGI GURU BUKAN PEGAWAI NEGERI SIPIL JENJANG PENDIDIKAN MENENGAH

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 11 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWAS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

DRAFT PETUNJUK TEKNIS

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 P e n g e r t i a n

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PROBOLINGGO

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2013

Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB) akan ditetapkan pada awal semester sebelum registrasi akademik dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. A. Latar Belakang. B.

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2010 BUKU 2 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN SERTIFIKASI

Panitia Sertifikasi Guru Sub Rayon 149 Universitas Ahmad Dahlan KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS GURU

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

PERMENDIKNAS NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN TUGAS BELAJAR BAGI PNS DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL (terdiri atas 17 bab,

Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB) akan ditetapkan pada awal semester sebelum registrasi akademik dilakukan.

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 28 SERI E

NOMOR REGISTRASI GURU (NRG)

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek sosial dari program pembangunan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI AGAM PERATURAN BUPATI AGAM NOMOR 05 TAHUN 2012 T E N T A N G

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 24 SERI D

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SERTIFIKASI JABATAN FUNGSIONAL ARSIPARIS

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan

Penetapan jumlah sks yang harus ditempuh ditetapkan pada awal semester sebelum registrasi akademik dilakukan.

SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009 BUKU 2 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN SERTIFIKASI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2009 TENTANG SERTIFIKASI PENDIDIK UNTUK DOSEN

BAB I PENDAHULUAN. teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi

Transkripsi:

DASAR DAN TEKNIK PENETAPAN KUOTA PESERTA SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009 Disajikan dalam Workshop Penetapan Peserta Sertifikasi Guru Tahun 2009 yang diselenggarakan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) DKI Jakarta pada tanggal 20 Februari 2009 Oleh: Dr. Adi Rahmat, M.Si. Wakil Sekretaris Eksekutif III Pelaksana Harian Konsorsium Sertifikasi Guru KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

DASAR DAN TEKNIK PENETAPAN KUOTA PESERTA SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009 Oleh: Dr. Adi Rahmat, M.Si. Wakil Sekretaris Eksekutif III Pelaksana Harian Konsorsium Sertifikasi Guru A. Pendahuluan Undang Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru profesional harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S 1) atau diploma empat (D IV), menguasai kompetensi (pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional tersebut dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Lebih lanjut Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru tersebut mendefinisikan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Diharapkan agar guru sebagai tenaga profesional dapat berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dan berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Dengan terlaksananya sertifikasi guru, diharapkan akan berdampak pada meningkatnya mutu pembelajaran dan mutu pendidikan secara berkelanjutan. Pelaksanaan sertifikasi guru dimulai pada tahun 2007 setelah diterbitkannya Peraturan Mendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Setifikasi bagi Guru dalam Jabatan. Tahun 2009 ini merupakan tahun ketiga pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan. Landasan yang digunakan sebagai dasar penyelenggaraan sertifikasi guru tahun 2009 adalah Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. Oleh karena itu, ada beberapa perubahan mendasar dalam proses penetapan peserta sertifikasi guru tahun 2009. Jumlah sasaran peserta sertifikasi guru setiap tahunnya ditentukan oleh Pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional. Tahapan pelaksanaan sertifikasi guru dimulai dengan pembentukan panitia pelaksanaan sertifikasi guru di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, pemberian kuota kepada dinas pendidikan provinsi dan kabupaten/kota, dan penetapan peserta oleh dinas pendidikan

provinsi dan kabupaten/kota. Peserta sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2009 ditetapkan oleh pemerintah sejumlah 200.000 guru PNS dan bukan PNS pada satuan pendidikan negeri atau swasta yang meliputi TK, SD, SMP, SMA, SMK dan SLB. Sasaran tersebut termasuk guru yang diangkat dalam jabatan pengawas, dan guru sekolah Indonesia di luar negeri (SILN). Sasaran peserta sertifikasi secara nasional yang ditetapkan oleh pemerintah setiap tahunnya terbatas, oleh karena itu perlu disusun kuota peserta sertifikasi untuk setiap provinsi dan kabupaten/kota. Penghitungan kuota berturut turut sebagai berikut kuota provinsi, kuota kabupaten/kota, dan kuota jenjang pendidikan. B. Persyaratan Peserta Sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2009 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam PP No. 74 tahun 2008 tentang guru dan Permendiknas No. 10 tahun 2009 tentang sertifikasi guru dalam jabatan. Di dalam ketentuan perundangundangan tersebut guru dalam jabatan disertifikasi melalui dua jalur, yaitu 1) uji kompetensi melalui penilaian portofolio dan 2) pemberian sertifikat pendidikan secara langsung. Persyaratan peserta yang berhak mengikuti kedua jalur sertifikasi tersebut adalah sebagai berikut. 1. Uji Kompetensi melalui Penilaian Portofolio Persyaratan peserta sertifikasi guru dalam jabatan melalui penilaian portofolio adalah sebagai berikut: a. Guru tetap yaitu guru yang diangkat oleh pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara pendidikan, atau satuan pendidikan untuk jangka waktu paling singkat 2 (dua) tahun secara terus menerus, dan tercatat pada satuan administrasi pangkal di satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian dari pemerintah atau pemerintah daerah serta melaksanakan tugas pokok sebagai guru. b. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S 1) atau diploma empat (D IV) dari program studi yang memiliki izin penyelenggaraan c. Memiliki masa kerja sebagai guru tetap (PNS atau bukan PNS) minimal 4 tahun pada suatu satuan pendidikan dan pada saat Undang Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen terbit, yang bersangkutan sudah menjadi guru. Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat harus disetujui oleh yayasan dan yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah harus disetujui oleh dinas pendidikan kabupaten/kota d. Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan. e. Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang belum memiliki kualifikasi akademik S 1/D IV apabila sudah:

1) mencapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalaman kerja 20 tahun sebagai guru, atau 2) mempunyai golongan IV/a atau memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/a. f. Guru masih aktif mengajar di sekolah di bawah binaan Departemen Pendidikan Nasional. g. Belum memasuki usia 60 tahun. h. Memiliki atau dalam proses pengajuan nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK). 2. Guru yang diberi Sertifikat secara Langsung a. Guru tetap yaitu guru yang diangkat oleh pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara pendidikan, atau satuan pendidikan untuk jangka waktu paling singkat 2 (dua) tahun secara terus menerus, dan tercatat pada satuan administrasi pangkal di satuan pendidikan yang memiliki izin pendirian dari pemerintah atau pemerintah daerah serta melaksanakan tugas pokok sebagai guru. b. Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang berkualifikasi akademik S 2/S 3 dan sekurang kurangnya golongan IV/b atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/b. c. Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang memiliki golongan serendah rendahnya IV/c atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/c. d. Guru masih aktif mengajar di sekolah di bawah binaan Departemen Pendidikan Nasional. e. Belum memasuki usia 60 tahun. f. Memiliki atau dalam proses pengajuan nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK). C. Ketentuan dan Prioritas dalam Penetapan Peserta 1. Ketentuan Penetapan Peserta a. Semua guru yang memenuhi persyaratan sebagaimana tersebut di atas mempunyai kesempatan yang sama untuk ditetapkan sebagai peserta sertifikasi guru.

b. Penetapan peserta untuk jenis dan jenjang pendidikan TK, SD, SMP, SMA, dan SMK dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, sedangkan untuk satuan pendidikan SLB dilakukan oleh Dinas Pendidikan Provinsi. c. Guru yang diprioritaskan mengisi kuota sertifikasi guru pada masing masing kabupaten/kota adalah: 1) Guru dan kepala sekolah yang telah memenuhi persyaratan dan berprestasi peringkat 1 tingkat provinsi dan peringkat 1, 2, dan 3 tingkat nasional, dan guru yang mendapat penghargaan internasional yang belum mengikuti sertifikasi guru dalam jabatan melalui penilaian portofolio pada tahun 2007 dan 2008, diprioritaskan menjadi peserta. 2) Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang telah memenuhi persyaratan, semuanya didaftarkan sebagai peserta sertifikasi guru tahun 2009. 3) Guru yang memenuhi persyaratan untuk mendapatkan sertifikat secara langsung yaitu guru yang berkualifikasi akademik S 2/S 3 dan sekurangkurangnya golongan IV/b atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/b, dan guru yang memiliki golongan serendah rendahnya IV/c atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan IV/c. d. Kemudian sisa kuota kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan urutan prioritas penetapan peserta sebagaimana dijelaskan pada poin 2 di bawah ini. e. Guru yang sudah mengikuti sertifikasi tahun 2007 yang belum lulus dan memenuhi kriteria dapat mendaftarkan kembali sebagai peserta. f. Penetapan peserta dilakukan secara transparan dengan melibatkan beberapa unsur terkait yaitu perwakilan dari kepala sekolah, guru, pengawas, PGRI, dan asosiasi profesi guru lainnya. g. Kuota sertifikasi guru tidak diberikan kepada satuan pendidikan/sekolah tetapi untuk jenjang pendidikan TK/SD/SMP/SMA/SMK. h. Hasil penetapan peserta diumumkan secara terbuka melalui pertemuan dengan kepala sekolah, papan pengumuman di LPMP/Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, atau media lain. i. Calon peserta sertifikasi guru tidak akan dialihtugaskan pada jabatan lain baik fungsional maupun struktural pada tahun 2009, kecuali diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan. j. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menerbitkan Surat Keputusan Penetapan Guru Peserta Sertifikasi beserta lampiran Daftar Nama Peserta Sertifikasi Guru Tahun 2009 dalam bentuk cetakan dan file dalam CD ke LPMP setempat.

2. Urutan Prioritas Penetapan Peserta Penetapan guru peserta sertifikasi tahun 2009 didasarkan pada kriteria dengan urutan prioritas: 1) masa kerja sebagai guru, 2) usia, 3) pangkat dan golongan, 4) beban kerja, 5) tugas tambahan, 6) prestasi kerja. Penjelasan urutan prioritas penetapan peserta sebagai berikut. a. Masa kerja sebagai guru Masa kerja dihitung sejak yang bersangkutan bekerja sebagai guru tetap baik sebagai PNS maupun bukan PNS. Contoh perhitungan masa kerja: Contoh 1 Guru G adalah seorang guru PNS yang memiliki masa kerja selama 10 tahun 5 bulan, namun guru G tersebut sebelum diangkat PNS telah mengajar sebagai tenaga honorer di sebuah SD selama 5 tahun 2 bulan. Masa kerja guru G dihitung kumulatif semenjak yang bersangkutan bertugas sebagai guru yaitu 15 tahun 7 bulan. Contoh 2 Guru R adalah guru bukan PNS yang sudah bekerja di beberapa SMP swasta sejak bulan Januari 1990 sehingga jika dihitung secara kumulatif masa kerja guru R sampai bulan Juni 2009 adalah 17 tahun 6 bulan. Namun, guru R tersebut pada tahun 2005 2009 tidak mengajar selama 24 bulan karena alasan keluarga. Masa kerja guru R sesungguhnya adalah 15 tahun 6 bulan setelah dikurangi 24 bulan tidak mengajar. Bagi guru bukan PNS harus ada bukti fisik bahwa yang bersangkutan mengajar pada sekolah tersebut. b. Usia Usia dihitung berdasarkan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran yang tercantum dalam akta kelahiran atau bukti lain yang sah. c. Pangkat/Golongan Pangkat/golongan adalah pangkat/golongan terakhir yang dimiliki guru saat dicalonkan sebagai peserta sertifikasi. Kriteria ini khusus untuk guru PNS atau guru bukan PNS yang telah memiliki SK Inpassing.. d. Beban mengajar Beban mengajar adalah jumlah jam mengajar tatap muka per minggu yang diemban oleh guru saat didaftarkan sebagai peserta sertifikasi guru. e. Tugas tambahan Tugas tambahan adalah jabatan atau tugas yang diemban oleh guru pada saat guru yang bersangkutan diusulkan sebagai calon peserta sertifikasi. Tugas tambahan yang dimaksud misalnya Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Ketua

Program/Jurusan, Kepala laboratorium, Kepala Bengkel, Kepala Unit Produksi Satuan Pendidikan, Kepala Perpustakaan Sekolah, atau Ketua Program Keahlian. f. Prestasi kerja Prestasi kerja yang dimaksudkan adalah prestasi akademik dan atau non akademik yang pernah diraih guru atau pembimbingan yang dilakukan guru dan mendapatkan penghargaan baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Di samping itu, prestasi kerja termasuk kinerja guru dalam melaksanakan tugas sehari hari. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota membuat daftar urutan prioritas guru, apabila ada guru memiliki masa kerja yang sama maka diurutkan berdasarkan kriteria berikutnya yaitu usia. Apabila masa kerja dan usia sama maka diurutkan berdasarkan golongan. Apabila masa kerja, usia, dan golongan sama, maka diurutkan berdasarkan beban mengajar, demikian seterusnya. D. Penetapan Pilihan Bidang Studi Penetapan bidang studi merupakan hal yang terpenting bagi guru, karena pemberian tunjangan profesi didasarkan pada kesesuaian bidang studi pada sertifikat pendidik dengan bidang studi yang diajarkan di sekolah. Guru yang profesional adalah guru yang mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan bidang studi pada latar belakang pendidikan sehingga bidang studi yang akan disertifikasi sesuai dengan latar belakang pendidikan dan mata pelajaran yang diampunya. Pada kenyataannya, karena beberapa alasan, guru dalam jabatan ditugaskan oleh kepala sekolah mengajar bidang studi yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Guru dalam jabatan yang telah memiliki Kualifikasi Akademik S 1 atau D IV yang tidak sesuai dengan mata pelajaran, rumpun mata pelajaran, atau satuan pendidikan yang diampunya, keikutsertaannya dalam sertifikasi guru dilakukan berdasarkan mata pelajaran, rumpun mata pelajaran, dan/atau satuan pendidikan yang diampunya. Berikut ini beberapa contoh penetapan pilihan bidang studi. Contoh 1: P adalah guru Matematika tamatan D3 Pendidikan Matematika yang telah mengajar di SMP selama 10 tahun, kemudian melanjutkan pendidikan dan lulus jenjang S1 pada program studi Bahasa Indonesia dan mengajar Matematika pada saat ditetapkan sebagai peserta sertifikasi, maka yang bersangkutan harus mengikuti sertifikasi bidang studi Matematika. Contoh 2: Q adalah guru tamatan SPG dan saat ini mengajar sebagai guru kelas di SD dengan masa kerja 25 tahun. Guru tersebut mengikuti pendidikan lanjutan untuk mendapatkan ijasah Diploma II PGSD. Setelah itu guru tersebut melanjutkan lagi untuk mengikuti

kuliah S1. Karena perguruan tinggi di wilayahnya tidak ada jurusan S1 PGSD maka jurusan yang diikuti adalah Administrasti Pendidikan dan telah lulus 3 tahun yang lalu. Guru tersebut harus mengikuti sertifikasi guru untuk guru kelas SD. Contoh 3: R adalah guru lulusan S1 Fakultas Hukum dari salah satu perguruan tinggi negeri yang sampai saat mengikuti sertifikasi mengajar matapelajaran PKn di SMA selama 10 tahun dan tidak memiliki Akta IV. Guru tersebut mengikuti sertifikasi guru untuk bidang studi PKn. E. Teknik Penetapan Kuota 1. Kuota Provinsi a. Kuota provinsi ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK). b. Data yang digunakan sebagai dasar penghitungan kuota propinsi adalah data guru yang terdaftar pada sistem pendataan NUPTK Ditjen PMPTK. c. Perhitungan kuota provinsi didasarkan atas jumlah guru pada masing masing provinsi yang memenuhi persyaratan sebagai calon peserta sertifikasi guru. Perhitungan kuota provinsi ditentukan berdasarkan jumlah guru di provinsi dibagi jumlah guru nasional dikalikan target sertifikasi guru tahun 2009. Perhitungan tersebut dapat diformulasikan dengan rumus sebagai berikut: GP KP = xtn GN KP = jumlah kuota provinsi GP = jumlah guru di provinsi yang memenuhi persyaratan GN = jumlah guru nasional yang memenuhi persyaratan TN = jumlah target sertifikasi tahun 2009 2. Kuota Kabupaten/Kota dan Satuan Pendidikan a. Kuota kabupaten/kota dihitung oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) bersama Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. b. Penghitungan kuota kabupaten/kota didasarkan atas jumlah guru yang memenuhi persyaratan pada kabupaten/kota tersebut. c. Kuota kabupaten/kota yang ditetapkan meliputi kuota PNS dan bukan PNS, serta kuota per jenis dan jenjang pendidikan TK, SD, SMP, SMA, SMK dan SLB sebagaimana format di bawah ini.

d. Kuota guru yang berstatus PNS minimal 75% dan maksimal 85%, kuota bukan PNS minimal 15% dan maksimal 25%, disesuaikan dengan proporsi jumlah guru pada masing masing daerah. e. Kuota kabupaten/kota ditetapkan melalui kesepakatan dan disahkan bersama antara Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan LPMP dalam satu pertemuan koordinasi. Hasil kesepakatan yang telah ditandatangani bersama dikirim ke Ditjen PMPTK cq. Direktorat Profesi Pendidik. f. Apabila kuota guru yang sudah ditetapkan tidak dapat dipenuhi, maka Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota melaporkan ke LPMP untuk dipindahkan ke kabupaten/kota lain dalam provinsi tersebut. Rumus perhitungan kuota kabupaten/kota adalah sebagai berikut. GK KK = xkp GP KK = jumlah kuota kabupaten/kota GK = jumlah guru kabupaten/kota yang memenuhi persyaratan GP = jumlah guru provinsi yang memenuhi persyaratan KP = jumlah kuota provinsi Contoh: Jumlah guru di Kabupaten AB Jumlah guru di Provinsi A sebesar Jumlah kuota Provinsi A tahun 2009 = 11.516 guru = 55.526 guru = 4.214 guru Maka kuota untuk Kabupaten AB dapat dihitung sebagai berikut : 11.516 KK AB = x4.214 = 874 55.526 Jadi kuota untuk Kabupaten AB tahun 2009 adalah 874 guru, terdiri atas: a. Kuota untuk guru PNS maksimal = 85% x 874 = 743 guru b. Kuota untuk guru bukan PNS minimal = 15% x 874 = 131 guru Rumus perhitungan kuota satuan pendidikan adalah jumlah guru pada suatu satuan pendidikan yang memenuhi persyaratan dibagi jumlah guru pada kabupaten/kota memenuhi persyaratan, dikalikan dengan kuota sertifikasi guru kabupaten/kota yang bersangkutan. Rumus perhitungan kuota per satuan pendidikan adalah sebagai berikut. GSp KSp = GK xkk

KSp = jumlah kuota per satuan pendidikan GSp = jumlah guru pada satuan pendidikan yang memenuhi persyaratan GK = jumlah guru pada kabupaten/kota yang memenuhi persyaratan KK = jumlah kuota kabupaten/kota Contoh: Jumlah guru SD di Kabupaten AB = 4.427 guru Jumlah guru di Kabupaten AB = 11.516 guru Jumlah kuota Kabupaten AB tahun 2009 = 874 guru Maka kuota untuk guru SD Kabupaten AB dihitung sebagai berikut : 4.427 KSp SD = x874 = 336 11.516 Jadi kuota untuk guru SD di Kabupaten AB tahun 2009 sebesar 336 guru.

Kuota Sertifikasi Guru Dalam Jabatan 2009 Provinsi : No Kab/Kota PNS TK SD SMP SMA SMK SLB Total Non Non Non Non Non Non Non PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS PNS Tanda Tangan, 2009 Kepala Dinas Pendidikan Kepala LPMP Provinsi NIP NIP