BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Yusi Rosidah, 2013 PENGARUH METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAPA PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. Hal senada pun diungkapkan oleh Gunawan (2013, hlm. 48) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai tugas untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu Prestasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal maupun pendidikan non formal, dilihat dari instansi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Efektivitas pembelajaran di sekolah merupakan indikator penting yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa,

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Proses belajar mengajar yang dikatakan berhasil apabila ada perubahan

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN 1 KATEGUHAN SAWIT BOYOLALI TAHUN 2013/2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya untuk memerdekakan manusia dalam arti

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN Bandar Setia dengan memberikan 10 soal tentang materi operasi hitung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

Kanti Wilujeng 14. Kata kunci: bermain peran, hasil belajar. Guru Kelas III SDN Semboro 01 Jember

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan banyak bentuk

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. nasional, pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu pendidikan ada yang disebut sebagai pendidik dan sebagai. sebagai peserta didik mendapatkan haknya sepenuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan siswa dalam belajar. Guru harus mampu berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

ABSTRAK. meningkatkan mutu pembelajaran. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar 34

(PTK pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Mondokan Sragen)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. V SDN 02 Jatiharjo, Jatipuro, Karanganyar. 1. Nilai ulangan Formatif banyak yang kurang memenuhi KKM.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi salah satu mata pelajaran yang diajarakan

Volume 7 Nomor 1 Juli 2017 P ISSN : E ISSN :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dikutip dari Pendidikan Nasional Bab II pasal 3, menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting pola pikirnya dalam membentuk siswa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. Menurut Hasbullah (2009:2). Kegiatan pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang. memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. universal yang dilakukan oleh manusia. Dengan pendidikan diharapkan

Candra Hulopi SI Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo

PERBEDAAN PEMBENTUKAN KARAKTER MANDIRI DAN TANGGUNG JAWAB SISWA SMP PADA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Universitas Syiah Kuala Vol. 3 No.4, Oktober 2016, hal ISSN:

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Metode role playing pada proses belajar mengajar jarang atau tidak pernah dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang memahami metode role playing, sulit menggunakan metode bermain peran ataukah metode bermain peran kurang relevan didalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan kondisi pembelajaran tersebut, kiranya perlu upaya mengidentifikasi masalah yang terjadi dalam pembelajaran. Padahal hasil pengamatan sementara mengungkapkan bahwa (1) Kurangnya motifasi siswa dalam pembelajaran materi sejarah Penjajahan di Indonesia, (2) Siswa cepat bosan karena guru berceramah dan (3) Pembelajaran dilakukan di dalam kelas terus-menerus. Untuk mengatasi kesulitan pembelajaran tersebut peneliti mencoba untuk mengadakan perbaikan pembelajaran yang lalu dengan cara Role Playing. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, sehingga penulis mencoba untuk mengangkat tema PENGGUNAAN METODE MENGAJAR ROLE PLAYING PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS V SDN HARUMAN I Penggunaan Metode Role Playing di harapkan pembelajaran siswa lebih menarik dan hasilnya pun akan lebih meningkatkan siswa tidak merasa bosan pada saat pembelajaran. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penelitian ini. Agar penelitian ini menjadi lebih terarah, maka permasalahan tersebut dijabarkan ke dalam bentuk pertanyaan penelitian : 1. Bagaimana penggunaan metode role playing dalam pembelajaran sejarah Penjajahan di Indonesia? 2. Bagaimana kelebihan metode role playing? 3. Bagaimana hambatan dalam menggunakan metode role playing? C. Tujuan Penelitian Mengacu pada rumusan masalah yang dicapai dalam penelitian ini maka, tujuan penelitian ini yakni : 1. Untuk mengetahui gambaran tentang penggunaan metode Role playing dalam pembelajaran sejarah penjajahan di indonesia 2. Untuk memperoleh gambaran tentang kelebihan metode Role playing 3. Untuk mengetahui hambatan dalam tentang penggunaan metode Role playing dalam pembelajaran sejarah penjajahan di indonesia. D. Manfaat Penelitian 1. Untuk Guru Manfaat bagi guru dalam penggunaan metode role playing ini, diantaranya guru di tuntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran dan guru dapat lebih mempersiapkan materi yang akan disampaikan sebab dengan menggunakan metode ceramah guru hanya menyiapkan materi seadanya karena dengan metode ceramah guru hanya menyampaikan materi yang ada dalam buku kepada siswa yang ditambah dengan pengetahuan yang dimiliki oleh guru akan tetapi dengan metode

role playing guru harus mempersiapkan materi dan skenario untuk di sampaikan kepada siswa. 2. Untuk Siswa Permainan bagi siswa mempunyai beberapa manfaat dan mampu menanamkan beberapa nilai, diantaranya : a. Nilai fisik. Permainan yang aktif sangat penting bagi pertumbuhan otot anak. Melalui bermain, ia akan berlatih keterampilan dalam menemukan dan menghimpun sesuatu. Dengan bermain peran anak dapat melatih otot-ototnya untuk bergerak. b. Nilai edukatif. Permainan membuka peluang seluas-luasnya bagi siswa untuk belajar tentang banyak hal melalui alat-alat permainan yang bervariasi, seperti mengenal bentuk, warna, atau ukuran. c. Nilai sosial. Dengan bermain siswa akan belajar membangun hubungan sosial dengan orang lain dan belajar cara bergaul dengan mereka. Melalui permainan kolektif ia juga dapat belajar bagaimana memberi dan menerima.mereka akan belajar untuk bersosialisasi dengan teman karena bermain peran itu berinteraksi dengan orang lain. d. Nilai akhlak. Melalui permainan, siswa akan mempunyai pemahaman awal tentang benar dan salah. Ia juga akan mengenal beberapa nilai akhlak dalam bentuk awal, seperti keadilan, kejujuran, amanah, disiplin, dan sportivitas. e. Nilai kreativitas. Dengan permainan, siswa dapat mengungkapkan kemampuan kreativitasnya dan mempraktikkan gagasan-gagasan yang dimilikinya. f. Nilai kepribadian. Melalui permainan siswa akan mampu menemukan banyak hal tentang dirinya. Ia dapat mengukur kemampuan dan keterampilannya melalui

interaksinya dengan teman-temannya. Ia juga belajar menghadapi masalahmasalah yang dihadapinya. Melalui role playing ini siswa dapat mengungkapkan perasaan, tingkah laku, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah. Siswa yang terlibat konflik secara bertahap belajar bahwa jika dia bertingkah laku dengan cara berbeda, orang lain juga mungkin merubah tingkah laku mereka, sehingga masalah menjadi lebih mudah untuk diselesaikan. E. Definisi Operasional 1. Metode mengajar Setiap guru seharusnya dapat mengajar di depan kelas, bahkan mengajar itu dapat dilakukan pada sekelompok siswa diluar kelas atau dimana saja. Mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar, definisi ini menunjukan bahwa yang aktif adalah siswa yang mengalami proses belajar, sedangkan guru hanya membimbing, menunjukan jalan dengan perhitungan kepribadian siswa. Pada saat siswa mengalami kesulitan pada saat itu guru mengarahkan apa yang menjadi masalah. Dengan begitu siswa di tuntut untuk lebih kreatif dalam proses belajar tidak menunggu ilmu yang diberikan oleh guru. Mengajar bukan tugas yang ringan bagi seorang guru. Dalam mengajar guru berhadapan dengan sekelompok siswa dimana mereka adalah makhluk hidup yang memerlukan bimbingan dan pembinaan untuk menuju kedewasaan. Siswa setelah mengalami proses pendidikan dan pengajaran diharapkan telah menjadi manusia dewasa yang sadar tanggung jawab terhadap diri sendiri, berjiwa wiraswasta, berpribadi dan bermoral.

Mengingat tugas yang berat itu, guru mengajar didepan kelas harus mempunyai prinsip-prinsip mengajar dan harus dilaksanakan seefektif mungkin agar guru tidak asal mengajar. Prinsip-prinsip itu antara lain : a. Perhatian Sewaktu mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan oleh guru. Perhatian akan lebih besar bila siswa terdapat minat dan bakat. Bakat telah dibawa sejak lahir namun dapat berkembang karena pengaruh pendidikan dan lingkungan, maka perhatian dapat timbul secara langsung, karena pada siswa sudah ada kesadaran akan tujuan dan kegunaan mata pelajaran yang diperolehnya. Perhatian tidak langsung baru timbul bila dirangsang oleh guru dengan penyajian pelajaran yang menarik, juga dengan menggunakan media yang merangsang siswa untuk berfikir, maupun menghubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Bila perhatian kepada pelajaran itu ada pada siswa, maka pelajaran yang diterimannya akan dihayati, diolah di dalam pikirannya sehingga timbul pengertian. Usaha ini mengakibatkan siswa dapat membandingkan, membedakan dan menyimpulkan pengetahuan yang diterimanya. b. Aktifitas Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktifitas siswa dalam berfikir maupun terbuat. Penerimaan pelajaran dengan aktivitas siswa sendiri, kesan itu tidak akan berlaku begitu saja tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda atau siswa akan bertanya,

mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik diagram intisari dari pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik. c. Appersepsi Setiap guru dalam mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa ataupun pengalamannya. Dengan demikian siswa akan memperoleh hubungan antara pengetahuan yang telah menjadi miliknya dengan pelajaran yang akan diterimannya. Hal ini lebih melancarkan jalannya guru mengajar dan membantu siswa untuk memperhatikan pelajarannya lebih baik. d. Peragaan Waktu guru mengajar di depan kelas, harus berusaha menunjukan bendabenda yang asli. Bila mengalami kesukaran boleh menunjukan model, gambar, benda tiruan atau menggunakan media lainnya seperti radio, tape recorder, TV dan alain sebagainya. Dengan pemilihan media yang tepat dapat membantu guru menjelaskan pelajaran yang diberikan, juga membantu siswa untuk membentuk pengertian didalam jiwanya. Disamping itu, mengajar dengan menggunakan bermacam-macam media akan lebih menarik perhatian siswa, lebioh merangsang siswa berfikir. Guru diharapkan dapat membina dan membuat alat-alat media sederhana, praktis dan ekonomis bersama tapi efektif untuk pengajaran. e. Repetisi Bila guru menjelaskan sesuatu unit pelajaran itu perlu diulang-ulang. Ingat siswa itu tidak semua siswa dapat langsung paham dengan apa yang dijelaskan maka perlu dibantu dengan mengulangi pelajaran yang sedang dijelaskan.

Pelajaran yang diulang akan diberikan tanggapan yang jelas dan tidak mudah dilupakan. Hal mana pengertian itu makin lama semakin jelas sehingga dapat digunakan oleh siswa untuk memecahkan masalah. Ulangan dapat diberikan secara teratur pada waktu-waktu tertentu atau setelah setiap unit diberikan maupun secar insidentik dimana dianggap perlu. f. Korelasi Guru dalam mengajar wajib memperhatikan dan memikirkan hubungan antara setiap mata pelajaran. Begitu juga dalam kenyataan hidup semua ilmu/ pengetahuan itu saling berkaitan. Namun hubungan itu terjadi dengan sendirinya, tetapi harus berfikir sebab akibatnya. Ada hubungan secara korelasi hubungan itu dapat diterima akal, dapat dimengerti sehingga memperluas siswa itu sendiri. g. Konsentrasi Hubungan antar mata pelajaran dapat diperluas mungkin dapat dipusatkan kepada salah satu pusat minat, sehingga siswa memperoleh pengetahuan secara luas dan mendalam, siswa melihat pula hubungan pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Perencanaan bersama guru dan siswa membangkitkan minat siswa untuk belajar. Di dalam konsentrasi pelajaran banyak mengandung situasi yang problematik, sehingga dengan metode pemecahan soal siswa terlatih memecahkan soal sendiri. Pelajaran yang saling berhubungan menyebabkan siswa mem[eroleh kesatuan pelajaran yang bulat tidak terpisah-pisah lagi. Pertumbuhan siswa dapat berkembang dengan baik, siswa tidak merasa dipaksa untuk belajar membaca, berhitung dan sebagainya. Usaha konsentrasi pelajaran menyebabkan siswa memperoleh pengalaman langsung, mengamati sendiri atau meneliti sendiri untuk menyusun dan menyimpulkan pengetahuan itu sendiri. h. Sosialisasi

Dalam perkembangannya siswa perlu bergaul dengan teman lainnya. Siswa disamping sebagai individu juga mempunyai segi sosial yang perlu di kembangkan. Waktu siswa berada di kelas atau pun di luar kelas dan menerima pelajaran bersama, alangkah baiknya bila diberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan bersama. Mereka dapat bekerja sama, saling bergotongroyong dan saling tolong-menolong. Kadang-kadang banyak masalah yang tidak dapat dipecahkan sendiri, maka perlu bantuan orang lain, bekerja didalam kelompok dapat juga meninggalkan cara berfikir mereka sehinnga dapat memecahkan masalah dengan lebih baik dan lancar. i. Individualisasi Siswa merupakan makhluk individu yang unik. Masing-masing mempunyai perbedaan khas, seperti perbedaan intelegensi, minat bakat, hobi, tingkah laku, watak maupun sikapnya. Mereka berbeda pula dalam hal latar belakang kebudayaan, sosial, ekonomi dan kedaan orang tuannya. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan siswa, agar dapat melayani pendidikan yang sesuai dengan kemampuan masing-masing. Untuk kepentingan perbedaa individual, guru perlu mengadakan perencanaan untuk siswa secara klasikal maupun perencanaan program individual. Dalam hal ini tanggung jawab guru bertambah berat, maka harus mencari teknik penyajian atau sistem pengajaran yang dapat melayani kelas maupun siswa sebagai individual. Masing-masing siswa juga mempunyai tempo perkembangan sendiri-sendiri, maka guru dalam memberi pelajaran juga melayani waktu yang diperlukan oleh masing-masing siswa atau menggunakan sistem tuntas. j. Evaluasi

Semua kegiatan belajar mengajar perlu di evaluasi. Evaluasai dapat member motivasi bagi guru maupun siswa mereka akan lebih giat belajar, meningkatkan proses berfikirnya. Guru harus memiliki pengertian evaluasi, mendalami tujuan, kegunaan dan macam-macam bentuk evaluasi. Mengenal fungsi evaluasi, dan macam-macam teknik prosedur dan penilaian. Guru dapat melaksanakan penilaian yang efektif dan menggunakan hasil penilaian yang efektif dan menggunakan hasil penilaian yang efektif dan menggunakan hasil penilaian untuk perbaikan mengajar belajar. Dengan evaluasi guru juga dapat membuat prestasi dan kemajuan siswa, sehingga dapat bertindak yang tepat bila siswa mengalami kesulitan belajar. Dengan evaluasi dapat menggambarkan kemajuan siswa dan prestasinya, hasil rata-ratanya tetapi juga dapat menjadi bahan umpan balik bagi guru sendiri. Dengan umpan balik guru dapat meneliti dirinya dan berusaha memperbaiki dalam perencanaan maupun teknik penyajiannya. 2. Role playing Metode Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup. Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian. Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah.

Dengan mengutip dari Shaftel dan Shaftel, E. Mulyasa (2003) mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran meliputi : 1. menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik; 2. memilih peran; 3. menyusun tahap-tahap peran; 4. menyiapkan pengamat; 5. menyiapkan format pengamat; 6. tahap pemeranan; 7. diskusi dan evaluasi tahap diskusi dan evaluasi tahap I ; 8. pemeranan ulang; dan 9. diskusi dan evaluasi tahap II; dan 10. membagi pengalaman dan pengambilan keputusan Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Kelebihan metode Role Playing melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama. 3. Pembelajaran IPS Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewsaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan anak akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Sesuai dengan karakteristik anak dan IPS SD, maka metode ceramah akan menyebabkan siswa bersikap pasif, dan menurunkan derajat IPS menjadi pelajaran hafalan yang membosankan. Guru yang bersikap memonopoli peran sebagai sumber informasi, selayaknya meningkatkan kinerjanya dengan metode pembelajaran yang bervariasi, seperti menyajikan cooperative learning model; role playing, jigsaw, membaca sajak, buku (novel), atau surat kabar/majalah/jurnal agar siswa diikut sertakan dalam aktivitas akademik. Menerapkan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) yang memungkinkan anak mengerjakan kegiatan

yang beragam untuk mengembangakan keterampilan, sikap dan pemahaman dengan penekanan belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sember dan alat bantu belajar termasuk pemnfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan dan efektif. Tentu saja guru harus menimba ilmunya dan melatih keterampilannya, agar ia mampu menyajikan pembelajaran IPS SD dengan menarik.