BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal



dokumen-dokumen yang mirip
TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

Lampiran 3. Petunjuk Pelaksanaan TKJI untuk Anak Usia Tahun. Tes ini bertujuan untuk mengukur kecepatan.

Petunjuk Pelaksanaan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. 1) lintasan lurus, datar, tidak licin, berjarak 30 meter, dan mempunyai

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode

Lampiran 8. Petunjuk Pelaksanaan Tes Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk Umur tahun TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA UNTUK UMUR TAHUN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Casady, Mabes, dan Alley :1971) yang dikutip oleh Sudarno,SP (1992:9)

Lampiran 1: Lembar Permohonan Pembimbing Tugas Akhir Skripsi

Lampiran 1. Data Siswi Peserta Ekstrakurikuler Sepakbola Putri SMP Negeri 2 Pengasih Tahun 2012

BAB III METODE PENELITIAN


Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

PROSEDUR PELAKSANAAN TES KONDISI FISIK DAN KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA. Tujuan : Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan aerobic seseorang

METODOLOGI PENELITIAN. metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Hal ini sesuai

METODE PENELITIAN. perlakuan (treatment), seperti pendapat Thomas dan Nelson (1997:352).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ayunan. Terdapat berbagai macam lari, misalnya: sprint (lari cepat), lari

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sadoso Sumodisardjono (1989;9), Pada hakekatnya kebugaran jasmani lebih menggambarkan kualitas

59

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah

BAB III METODE PENELITIAN

dengan batas batas setiap jarak 10 meter 1) 1 orang tester merangkap pencatat waktu 2) Pengawas merangkap penghitung jarak lari sesuai kebutuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang akan digunakan dalam proses penelitiannya, sebab metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik dan alat-alat tertentu

PETUNJUK PELAKSANAAN BARROW MOTOR ABILITY TEST. a. Tujuan : Untuk mengukur komponen power otot tungkai

III. METODOLOGI PENELITIAN. pemecahan masalah dengan teknik dan cara tertentu sehingga diperoleh data yang

BAB III METODE PENELITIAN. membuktikan sesuatu atau untuk mencari sebuah jawaban.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

EVALUASI KEMAMPUAN KONDISI FISIK DOMINAN PADA ATLIT PENCAK SILAT PERGURUAN GERAK ILHAM KABUPATEN ACEH BESAR. Aldiansyah Akbar 1 dan Syahrul 2

EVALUASI KEMAMPUAN KONDISI FISIK DOMINAN PADA ATLIT PENCAK SILAT PERGURUAN GERAK ILHAM KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN Syahrul 1

BAB III METODE PENELITIAN. 2002: 108). Sedangkan menurut (Sudjana, 1996: 6) populasi adalah totalitas

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. tentunya disesuaikan dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada penelitian

Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta

TINGKAT KESEGARAN JASMANI MURID SD INPRES MALENGKERI SETINGKAT KOTA MAKASSAR PADA KELOMPOK USIA TAHUN. Muhammad Adnan Hudain

ATRI WIDOWATI 1 ADHE SAPUTRA 2 Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Fakultas ilmu keolahragaan Universitas jambi

Lampiran 1: Surat Pembimbing Tugas Akhir Skripsi (TAS)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. dan teknik penelitian membicarakan alat-alat yang digunakan dalam mengukur

III. METODE PENELITIAN. variabel satu dengan variabel yang lain. Sedangkan menurut Soekidjo

BAB III METODELOGI PENELITIAN

TES PENGUKURAN KAPASITAS AEROBIK

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode adalah salah satu cara yang ditempuh dalam mencapai suatu

BAB III METODE PENELITIAN. dan Kesehatan (FPOK) dan Gelanggang Olahraga Stadion Bumi Siliwangi

METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010 : 16). Metode penelitian merupakan hal yang

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017

untuk mengetahui hubungan antara kelincahan dan kekuatan power tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai

Serambi Akademica, Vol. III, No. 2, November 2015 ISSN :

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Dalam sebuah penelitian diperlukan suatu metode penggunaan metode dalam

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian agar dapat menungkap jawaban yang diinginkan. Metode ini. dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2012:2).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam suatu penelitian membutuhkan suatu metode yang sesuai untuk

Lampiran 1. Surat Ijin Dari Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. jasmani metode interval training dengan tugas latihan lompat segi-6, lompat segi-4

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117

PERBEDAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN SISWA MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI

UPAYA MENINGKATKAN KEBUGARAN JASMANI DENGAN SENAM IRAMA PADA SISWA KELAS I SD PELANGI BANGSA GROGOL S K R I P S I

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional, dengan desain penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Arikunto (2002: 160) metode penelitian adalah cara yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengukur seberapa besar hubungan dan tingkat singinifikan antara power otot

KONDISI FISIK ATLET HOCKEY TIM JAWA TENGAH TAHUN 2007

Tes Awal Perlakuan Test Akhir X1 T X2

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode adalah salah satu cara yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan.

Melatih Kebugaran. Kecepatan gerak Loncat katak

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mencapai tujuan dari penelitian itu. Macam-macam penelitian dikemukakan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jasmani Melalui Bermain sirkuit 8 Pos Siswa kelas IV dan V SD Negeri

Agus Susworo Dwi Marhaendro Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Pengantar

LARI JARAK PENDEK (SPRINT)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam setiap penelitian diperlukan suatu metode. Penggunaan metode

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu cara yang di tempuh untuk memperoleh

METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Arikunto Suharsimi (2006:160) Metodologi penelitian adalah cara

PETUNJUK PELAKSANAAN TES PEMANDUAN BAKAT

III. METODE PENELITIAN. validitas dan reliabilitas. Dalam bab ini akan dikemukakan hal-hal yang

Lampiran 1. Data Penelitian

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan

TES POWER VERTIKAL JUMP. Aris Fajar Pambudi FIK UNY

III. METODOLOGI PENELITIAN

NARASI BENTUK-BENTUK TES KEBUGARAN JASMANI BAGI KARYAWAN

TITUS ANDI SEMBIRING.

BAB III METODE PENELITIAN

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani

LOMPAT JANGKIT. Dalam lompat jangkit ada 3 tahapan yang harus dilaksanakan yaitu : 1. Tahapan Hop ( Jingkat ) Design by R2 Bramistra

Transkripsi:

31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lapangan Asrama PPLP Sumatera Utara di Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal 2. Waktu penelitian Penelitian akan direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Desember 2012 atau setelah proposal ini diseminarkan dan mendapat ijin penelitian dari fakultas B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet atletik PPLP Sumatera Utara yang berjumlah 16 orang. Terdiri dari 6 orang laki laki dan 10 orang perempuan. 2. Sampel Sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah keseluruhan anggota populasi atau sampel total yang berjumlah 16 orang. 31 2

32 C. Metode Penelitian Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah diuraiakan sebelumnya, bahwa penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Kondisi Fisik atlet atletik Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) SUMUT Tahun 2012. Adapun metode penelitian menggunakan metode diskriftip kualitatif dengan teknik studi kepustakaan. D. Instrumen Penelitian Penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan Kondisi Fisik Atlet Atletik PPLP SUMUT. I. Item Tes Sesuai Nomor Cabang Atletik 1. Rangkaian tes Atletik Nomor Sprint 1) Lari 30 Meter 2) Loncat Tegak 3) Loncat Dada 4) Lari 300 Meter 5) Sit Up 6) Duduk Berselunjur dan Meraih (Sit and Reach) 7) Lari 1.600 Meter 2. Rangkaian tes Atletik Nomor Jarak Menengah dan Jauh 1) Lari 30 Meter 2) Sit Up 3) Lari 300 Meter 4) Duduk Berselunjur dan Meraih (Sit and Reach)

33 5) Loncat tiga kali 6) Duduk Pada Tembok 7) Lari 15 menit tes Balke 3. Rangkaian tes Atletik Nomor Lempar 1) Lari 30 Meter 2) Sit Up 3) Loncat Tegak 4) Jingkat tiga kali 5) Pull Up. 6) Duduk Berselunjur dan Meraih (Sit and Reach) 7) Lari 15 menit tes Balke 4. Rangkaian tes Atletik Nomor Lompat 1) Lari 30 Meter 2) Sit Up 3) Loncat Tegak 4) Jingkat tiga kali 5) Duduk Berselunjur dan Meraih (Sit and Reach) 6) Duduk Pada Tembok 7) Lari 15 menit tes Balke 5. Rangkaian tes Atletik Nomor Jalan 1) Lari 30 Meter 2) Sit Up 3) Lari 300 Meter

34 4) Jingkat tiga kali 5) Duduk Berselunjur dan Meraih (Sit and Reach) 6) Duduk Pada Tembok 7) Lari 15 menit tes Balke (Sumber: (2003) Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta) II. Uraian Pelaksanaan Rangkaian Tes 1) Tes Kecepatan dengan melakukan tes lari 30 meter Tujuan Alat/ Fasilitas : Mengukur komponen kecepatan : lintasan 30 meter datar, rata, tidak licin, Stopwatch, alat tulis, meteran, peluit dan bendera, serbuk kapur Petugas tes : 1. Petugas keberangkatan (Starter) 2. Pengukur waktu merangkap pencatat hasil, 3. pengawas lintasan Prosedur pelaksanaan tes lari 30 meter sebagai berikut : a. Atlet siap berdiri dibelakang garis start b. Dengan aba-aba siap atlet siap berlari dengan start berdiri c. Dengan aba-aba ya atlet berlari secepatnya- cepatnya dengan menempuh jarak 30 meter sampai melewati garis akhir d. Kecepatan lari dihitung dari saat aba-aba ya e. Pencatatan waktu dilakukan sampai dengan perseratus detik (0,01 detik) f. Tes dilakukan dua kali. Pelari melakukan tes berikutnya setelah berselang minimal satu pelari. Kecepatan lari yang terbaik yang dihitung

35 g. Atlet dinyatakan gagal apabila melewati atau menyeberang lintasan lainnya Tabel.7. Norma Kecepatan Lari 30 Meter (Sumber: (2003) Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta) No Norma Prestasi (detik )putra Prestasi (detik )putri 1. Baik Sekali 3.58 3.91 4.06 4.50 2. Baik 3.92 4.34 4.51 4.96 3. Sedang 4.35 4.72 4.97 5.40 4. Kurang 4.73 5.11 5.41 5.86 5. Kurang Sekali 5.12 5.50 5.87 6.30 2) Tes Lari 300 Meter Tujuan : untuk mengukur kemampuan kapasitas anaerobik seorang atlet dalam lari menempuh jarak 300 meter. Peralatan : lintasan lari datar, stopwatch, alat tulis dan formulir. Prosedur pelaksanaan tes lari 300 meter sebagai berikut : a. Dengan aba-aba bersedia testi dengan siap berdiri dibelakang garis start b. Dengan aba-aba siap testi dengan start berdiri siap lari. c. Dengan aba-aba yak bersamaan dengan bendera start terangkat testi lari secepat-cepatnya menempuh jarak 300 meter.

36 Tabel.8. Norma Tes Lari 300 Meter (Sumber: (2003) Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta) No Norma Prestasi Putra (detik) Prestasi Putri (detik) 1. Baik Sekali 31.80 38.95 34.00 39.29 2. Baik 38.96 44.59 39.30 46.11 3. Sedang 44.60 49.89 46.12 53.27 4. Kurang 49.90 55.29 53.28 60.41 5. Kurang Sekali 55.30 60.59 60.42 67.57 3) Tes Loncat Tegak (Vertical Jump) Tujuan Alat/ Fasilitas : Mengukur komponen Daya Ledak otot tungkai. (1) Papan berskala senti meter, warna gelap, berukuran 30 x 150 cm, dipasang pada dinding atau tiang. Jarak antara lantai dengan angka 0 (nol) pada skala yaitu 200 cm. (2)lantai datar, rata, (3)alat tulis, (4)serbuk kapur (5)alat penghapus. Petugas tes : 1. Pengamat papan meteran merangkap Pencatat hasil, 2. pengamat gerakan. Prosedur pelaksanaan tes Vertical Jump sebagai berikut: a. Gantungkan papan ukuran lompat tegak ditembok (dinding). b. Atlet berdiri menyamping dari kaki kanan / kiri merapat ketembok. c. Tangan kanan/kiri berkapur diluruskan keatas setinggi-tingginya dan disentuhkan pada papan ukuran lompat tegak. Bekas sentuhan yang tertinggi merupakan tinggi raihan. Atlet siap melompat.

37 d. Atlet melompat setinggi-tingginya dengan bantuan ayunan kedua lengannya e. Saat melompat, sentuhkan jari-jari tangan yang berkapur kepapan ukuran Gambar 1. Tes Vertical Jump posisi bersiap sampai saat melakukan Catatan: 1) Selisih raihan loncatan dikurangi raihan tegak. 2) Ketiga selisih raihan dicatat dan diambillah raihan terbaik. Tabel.9. Norma Tes Vertical Jump (Sumber: (2003) Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta) No Norma Prestasi Putra (cm) Prestasi Putri (cm) 1. Baik Sekali 92 - Keatas 65 - Keatas 2. Baik 78 91 57 64 3. Sedang 65 77 49 56 4. Kurang 52 64 42 48 5. Kurang Sekali Kebawah 51 Kebawah 41

38 4) Tes Loncat Dada Tujuan mengukur kukuatan otot-otot kaki dan pernafasan. Peralatan : Tally Counter, alat tulis dan formulir, stopwatch. Gambar.2. testi berdiri tegak. Gambar.3. testi berada di atas (loncat). Prosedur pelaksanaan Loncat Dada sebagai berikut : a. Setiap testi (orang coba) diamati seorang tester (petugas tes). b. Dengan aba-aba bersedia testi berdiri bebas mengambil tempat tidak saling mengganggu satu dan lainnya. c. Dalam aba-aba siap testi siap meloncat. d. Pada aba-aba yak bersamaan dengan stopwatch dijalankan testi meloncat keatas dengan kedua kaki bertolak bersama. Kedua tungkai bawah kebawah (tidak kebelakang) sehingga tapak kaki 25 cm diatas lantai/tanah.

39 e. Pelaksanaan benar dihitung sekali dan testi melakukan loncat dada sebanyak mungkin selama 60 detik. f. Pelaksanaan yang salah tidak dihitung, apabila saat meloncat keatas tapak kaki kurang 25 cm diatas lantai. Tabel.10. Norma Tes Loncat Dada (Sumber: (2003) Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta) No Norma Prestasi Putra (cm) Prestasi Putri (cm) 1. Baik Sekali 123 Keatas 112 Keatas 2. Baik 91 122 90 112 3. Sedang 60 90 58 89 4. Kurang 31 59 26 57 5. Kurang Sekali Kebawah 30 Kebawah 25 5) Tes Loncat Tiga Kali Tujuan Peralatan : mengukur daya eksplosif kedua kaki/tubuh. : bak lompat/matras, pita pengukur jarak, alat tulis dan formulir. Prosedur pelaksanaan tes Loncat tiga kali sebagai berikut : a. Bila dengan bak lompat testi berdiri pada papan lompat, bila dengan matras testi berdiri dibelakang garis batas. b. Testi berdiri dengan telapak kaki sejajar pada papan loncat atau dibelakang garis batas.

40 c. Dengan gerakan ditempat (persiapan meloncat) kemudian meloncat sejauh-jauhnya bertolak dengan kedua kaki bersama dan mendarat, dilanjutkan loncatan kedua dan dilanjutkan lagi loncatan yang ketiga. d. Jarak loncatan dicatat dari papan loncat sampai dengan batas loncatan yang ketiga dalam cm. e. Testi melakukan tes dua kali berurutan. Gambar.4. Sikap awal dan akan melakukan pendaratan loncatan Tabel.11. Norma Tes Loncat Tiga Kali (Sumber: (2003) Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta) No Norma Prestasi Putra (cm) Prestasi Putri (cm) 1. Baik Sekali 9.80 9.00 8.10 7.50 2. Baik 8.99 8.50 7.49 7.00 3. Sedang 8.49 7.50 6.99 6.00 4. Kurang 7.49 6.75 5.99 5.40 5. Kurang Sekali 6.74 kebawah 5.39 kebawah

41 6) Tes Duduk Pada Tembok Tujuan Alat/ Fasilitas : Mengukur komponen daya tahan kekuatan otot paha. : tembok/papan tegak lurus dengan lantai datar, Stopwatch, alat tulis. Petugas tes : 1. Pengamat waktu, 2. Penghitung gerakan merangkap pencatat hasil. Gambar 6. Tes duduk pada tembok. Prosedur pelaksanaan tes pengukuran daya tahan kukuatan otot paha : a. Atlet berdiri mendekat tembok. Pada saat aba-aba siap testi menempatkan kedua tapak kaki sejajar 20 cm dan lurus kedepan. Pantat merapat tembok, tungkai bawah tegak lurus, paha mendatar sehingga tungkai bawah dan paha bersudut 90 0. kedua lengan lurus kebawah. Bersama dengan sikap betul tersebut, beri aba-aba yak dan stopwatch dijalankan. Testi mempertahankan sikap betul tersebut selama mungkin.

42 b. Kemampuan menahan sikap duduk pada tembok atau yang betul dihitung sampai dengan 0,01 (perseratus detik) stopwatch dihentikan saat testi tidak dapat menahan sikap yang benar. Sikap salah bila paha tidak mendatar, kedua tangan menahan paha, tungkai bawah dan paha tidak bersudut 90 0. Tabel.12. Norma Tes Duduk Pada Tembok (Sumber: (2003) Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta) No Norma Prestasi (detik )putra Prestasi (detik )putri 1. Baik Sekali 5:21 Keatas 5:01 Keatas 2. Baik 4:21 5:20 4:01 5:00 3. Sedang 3:21 4:20 3:01 4:00 4. Kurang 2:01 3:20 2:01 3:00 5. Kurang Sekali Kebawah 2:00 Kebawah 2:00 7) A. Tes Pull Up (Bergantung Angkat Tubuh) untuk putra Tujuan : untuk mengukur daya tahan kekuatan otot-otot lengan dan bahu. Untuk putri dengan tes BST (bergantung siku tekuk). Peralatan : (1) palang tunggal tinggi 2,5 3,0 meter garis tengah 3 5 cm (2) alat tulis dan formulir. (3) alat penghitung (4) bangku untuk dipindah-pindah (5) kapur (6) bangku (alat bantu). Petugas tes : 1 (satu) orang pengawas/pembantu, sekaligus penghitung dan pencatat. Prosedur pelaksanaan tes Pull-Up (Bergantung Angkat Tubuh) sebagai berikut: a. Testi berdiri dibawah palang tunggal, bergantung pegangan kearah depan.

43 b. Testi bergantung dengan kedua lengan lurus dan badan tidak bergerak lagi setelah itu testi segera membengkokkan kedua lengan dan mengangkat tubuh sampai dagu berada diatas palang tunggal kemudian kembali bergantung dengan kedua lengan lurus. Selanjutnya angkat lagi tubuh sampai dagu diatas palang tunggal dan turun lagi bergantung lengan lurus. c. Jumlah berapa kali testi mengangkat tubuh sampai dagu diatas palang tunggal, menunjukkan jumlah testi dapat melakukan Pull-Up. d. Pull-Up dinyatakan betul, apabila pada waktu mengangkat tubuh tidak didahului dengan mengayunkan kedua kaki kedepan atau kebelakang. e. Pelaksanaan Pull-Up dilakukan sebanyak mungkin selama 60 detik. f. Pull-Up dinyatakan gagal jika testi melepaskan kedua tangan dari papan tunggal. Gambar. 7. Sikap bersiap dan saat melakukan tes Pull-Up

44 Tabel.13. Norma Tes Pull-Up (Sumber: (2003) Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta) No Norma Prestasi putra 1. Baik Sekali 24 Keatas 2. Baik 17 23 3. Sedang 10 16 4. Kurang 3 9 5. Kurang Sekali Kebawah 2 8. Tes bergantung siku tekuk (Flexed Arm Hang) untuk putri Tes ini dapat untuk putri atau putra. Tujuan : untuk mengukur kekuatan statis dan daya tahan otot-otot lengan dan bahu. Peralatan dan tester sama dengan Pull-Up. Prosedur pelaksanaan tes bergantung siku tekuk sebagai berikut: a. Testi menggosokkan tangan pada kapur, kemudian testi naik bangku, kedua tangan memegang palang tunggal dengan pegangan kedepan (tapak tangan menghadap kedepan). b. Kedua siku ditekuk sehingga dagu diatas palang tunggal. c. Setelah aba-aba yak bersamaan stopwatch dijalankan dan bangku diambil oleh tester, testi berusaha menahan sikap dagu diatas palang tunggal tersebut selama mungkin. d. Stopwatch dihentikan atau tes dihentikan bila dagu bertumpu pada palang tunggal atau dibawah palang tunggal.

45 e. Hasil yang dicatat ialah waktu yang dicapai testi dari aba-aba ya sampai teti tidak mampu lagi melakukannya (dagu menumpang diatas palang tunggal) waktu dihitung sampai dengan 0,01 detik (perseratus detik). Gambar. 8. Sikap bersiap dan saat melakukan Flexed Arm Hang. Tabel.14. Norma Tes Bergantung Siku Tekuk. (Sumber: Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta,2003) No Norma Prestasi putri 1. Baik Sekali 60 Keatas 2. Baik 40 59 3. Sedang 21 39 4. Kurang 2 20 5. Kurang Sekali Kebawah 1

46 9. Tes Sit-Up Tujuan Alat/Fasilitas : mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut. : 1. Lantai/lapangan rumput yang rata dan bersih, 2.Stopwatch, 3. Alat tulis, 4.Alas/tikar/matras. Petugas tes : 1. Pengamat waktu, 2. Penghitung gerakan merangkap pencatat hasil. Gambar. 9. Gerakan Sit-Ups permulaan dan ujung siku menyentuh lutut Prosedur pelaksanaan tes baring-duduk lutut tekuk (sit-up) selama 1 menit : a. Atlet berbaring telentang, kedua tangan dibelakang tengkuk, dan kedua siku lurus kedepan. b. Kedua lutut ditekuk 45 0 dan telapak kaki tetap dilantai. c. Bersamaan dengan aba siap atlet siap melakukannya. d. Bersamaan dengan aba-aba ya alat ukur pengukur waktu dijalankan, kemudian atlet mengangkat tubuh, kedua siku menyentuh lutut, dan kembali berbaring atau kesikap pemula. e. Lakukan gerakan sebanyak-banyaknya selama 60 detik.

47 Catatan: 1) Gerakan tidak dihitung jika tangan terlepas, sehingga jari-jarinya tidak terjalin lagi. 2) Kedua siku tidak sampai menyentuh paha. 3) Mempergunakan sikunya untuk membantu menolak tubuh. Tabel.15. Norma Tes Sit Up (Sumber: (2003) Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta) No Norma Prestasi Putra Prestasi Putri 1. Baik Sekali 70 Keatas 70 Keatas 2. Baik 54 69 54 69 3. Sedang 38 53 35 53 4. Kurang 22 37 22 34 5. Kurang Sekali Kebawah 21 Kebawah 21 10. Tes Duduk Berlunjur dan Meraih (Sit and Reach) Tujuan Alat/ Fasilitas : Mengukur komponen kelentukan tubuh (Fleksibilitas). : tembok/papan tegak lurus dengan lantai datar, alat tulis, pita pengukur minimal 2 meter, serbuk kapur. Petugas tes : 1. Pengamat meteran merangkap Pencatat hasil. Prosedur pelaksanaan tes duduk berlunjur dan meraih : i. Pelaksanaan menduduki pita pengukur. Pita pengukur diletakkan lurus dilantai, dengan angka 0 (nol) pada tepi tembok. ii. Testi melepaskan sepatu dan kaos kaki, duduk berlunjur menduduki pita pengukur: pantat, punggung dan kepala merapat ketembok. Kedua kaki lurus kedepan dengan kedua lutut lurus. Panjang kaki dicatat sampai cm

48 penuh. Pengukuran dari tembok, kedua kaki kangkang, lutut tidak boleh bengkok. iii. Testi meraihkan kedua lengan kedepan sejauh mungkin dan menempatkan kedua jari-jari tangan pada pita sejauh mungkin. Tahap raihan tersebut minimal 3 (tiga) detik. Jauh raihan dicatat sampai dengan cm penuh. Lakukan raihan dua kali berurutan, dan jarak raihan terjauh yang dihitung. iv. Perhitungan jarak raihan ialah: ujung jari-jari tangan terpanjang dari masing-masing tangan dan jarak/yang terdekat yang dicatat diantara kedua tangan. v. Kelentukan tubuh diukur selisih antara jarak raihan dengan panjang kaki dalam cm. Gambar 10. Tes Sit and Reach posisi sebelum Gambar 11. Tes Sit and Reach posisi melakukan Catatan: (1) Skor dinyatakan batal dan diulang apabila posisi kaki dan bokong bergeser.

49 Tabel.16. Norma Tes Duduk berlunjur dan Meraih (Sumber: Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta,2003) No Norma Prestasi Putra Prestasi Putri 1. Baik Sekali 41 Keatas 46 Keatas 2. Baik 31 40 35 45 3. Sedang 21 30 26 34 4. Kurang 11 20 16 25 5. Kurang Sekali Kebawah 10 Kebawah 15 11. Tes Lari 1.600 Meter Tujuan : tujuan untuk mengukur daya tahan kerja jantung dan pernafasan atau mengukur VO 2 max. Peralatan : (1) lintasan lari 400 meter atau lintasan datar panjang 220 meter, (2) garis start dan garis finish, (3) stopwatch, alat tulis, dan formulir (4) bendera Start. Prosedur pelaksanaan tes Lari 1.600 Meter sebagai berikut : a. Sejumlah testi sesuai dengan pengambil waktu dan jumlah stopwatch melakukan start bersama. Starter memberi aba-aba bersedia testi berdiri dibelakang garis start. b. Dengan aba-aba yak testi segera lari menempuh jarak 1.600 jarak tersebut ditempuh secepat mungkin. Baik dengan lari dan kalau merasa lelah dapat diselingi berjalan. c. Tes lari 1.600 meter dapat pula mengukur VO 2 max seseorang.

50 d. Pelaksanaanya seperti tes diatas, hanya pada waktu lintasan terakhir testi lari secepatnya dan sekuatnya dan sekuat-kuatnya. Kecepatan lari dicatat dalam menit dan detik dengan rumus : VO 2 max = 133,61 (13,89 x waktu lari) Keterangan : VO 2 Max : kapasitas aerobic (ml/kg.berat Badan /menit). Tes lari 1600 meter dapat pula untuk mengukur VO 2 max seseorang misal seseorang atlet bernama Parmonangan berlari 1600 m kecepatan larinya 5 menit 6 detik, estimasi VO 2 max ialah: 133,61 (13,89 x 5,6) = 62,8 ml/g/in. Tabel.17. Norma tes lari 1600 meter (Sumber: (2003) Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta) No Norma Prestasi (detik )putra Prestasi (detik )putri 1. Baik Sekali 5:08:50 5:40:40 6:05:50 7:05:40 2. Baik 5:40:50 7:08:40 7:05:50 8:35:40 3. Sedang 7:08:40 9:08:40 8:35:50 10:05:40 4. Kurang 9:08:50 10:08:40 10:05:50 11:35:40 5. Kurang Sekali 10:05:50 Kebawah 11:35:50 Kebawah

51 12. Tes Lari 15 Menit (Tes Balke) Tujuan : Mengetahui daya tahan jantung kerja jantung dan pernafasan. Alat/ Fasilitas (1) Lintasan lari datar dan rata (2) Stopwatch (3) Bendera start (4) Peluit (5) alat tulis, (6) serbuk kapur. Petugas tes : 1. Petugas keberangkatan (Starter) 2. Pengukur waktu merangkap pencatat hasil, 3. pengawas lintasan. Prosedur pelaksanaan tes Balke (lari 15 menit): i. Sampel berdiri dibelakang garis start. ii. Pada aba-aba ya sampel mulai berlari selama 15 menit, sampai ada tanda waktu 15 menit berakhir, dengan dibunyikannya peluit. iii. Skor yang dicatat adalah jarak yang ditempuh sampel selama 15 menit, dalam satuan meter, kemudian dimodifikasi menjadi skor sesuai dengan tabel yang tersedia. iv. Sebelum dikonversi kedalam tabel norma kondisi fisik atlet atletik dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: VO 2 Max = Keterangan : x _ meter 15 133 x 0,172 + 33,3 VO 2 Max X : kapasitas aerobic (ml/kg.berat Badan /menit) : jarak yang ditempuh dalam meter 15 : waktu 15 menit

52 Tabel.18. Norma Tes Balke (lari 15 menit) (Sumber: (2003) Perkembangan Olahraga Terkini, Jakarta) No Norma Prestasi Aerobik Putra Prestasi Aerobik Putri 1. Baik Sekali 61.00 - Keatas 54.30 - Keatas 2. Baik 55.10 60.90 49.30 54.20 3. Sedang 49.20 55.00 44.20 49.20 4. Kurang 43.30 49.10 39.20 44.10 5. Kurang Sekali Kebawah 43.20 Kebawah 39.10 Setelah skor kondisi fisik diperoleh maka selanjutnya dibandingkan dengan norma penilaian kondisi fisik atlet atletik. Sehingga dapat diketahui kategori keadaan kondisi fisik atlet atletik Pusat Pendidikan Dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLP) Sumatera Utara Tahun 2012. E. Teknik Analisis Data Untuk memberikan nilai pada setiap skor yang diperoleh dari setiap butir tes kondisi fisik sesuai dengan nomor cabang atletik, dilakukan dengan cara menotasikan skor tersebut dengan norma penilaian yang sesuai dengan jenis kelamin dan cabang olahraga bersangkutan, sehingga diperoleh kedudukan kategori skor tersebut dan bobot nilainya. Konversi nilai dari setiap kategori komponen fisik sesuai nomor cabang atletik adalah sebagai berikut:

53 Tabel 19. Konversi Nilai (Lutan, dkk. 1999:24) Kategori Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali Konversi 10 8 6 4 2 Selanjutnya untuk menentukan nilai secara keseluruhan kondisi fisik sampel dilakukan dengan cara: 1) Menjumlahkan konversi nilai skor dari dari setiap komponen kondisi fisik sesuai nomor cabang atletik sampel tersebut. 2) Hasil jumlah tersebut dalam butir tes di atas dibagi dengan banyaknya komponen kondisi fisik dasar dari cabang olahraga yang bersangkutan. 3) Hasil ini kemudian dinotasikan ke dalam tabel kategori status kondisi fisik sampel seperti tersebut dalam tabel berikut ini Tabel 20. Rentang Nilai (Lutan, dkk. 1999:24) Rentang Nilai Kategori 9.6 10 Baik Sekali 8,0 9.5 Baik 6,0 7.9 Cukup 4,0 5,9 Kurang 2,0 3,9 Kurang sekali Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa jika pada item tes sampel berada pada kategori baik (tabel 13), maka skor yang diperoleh per-item adalah 6, karena

54 jumlah tes yang dilakukan sebanyak 7 item disetiap nomor cabang masing-masing maka skor setiap item itu dijumlahkan sehingga diperoleh skor 42. Selanjutnya jumlah skor tersebut dibagi jumlah item (42/7) maka diperoleh hasil 6. Hasil skor 6 ini selanjutnya dikonversikan ke tabel 14, maka diperoleh hasil sampel tersebut pada kategori baik. Demikian selanjutnya untuk sampel yang lain. Setelah diketahui berapa sampel yang mendapat nilai/predikat sempurna, baik sekali, baik, cukup, dan kurang, maka jumlah keseluruhan diklasifikasikan kedalam persentase yang mempunyai rumus: P = F / N x 100 % Keterangan : P = Jumlah Persentase F = Frekuensi Jawaban atau Jumlah sampel yang mendapat predikat N = Jumlah Responden (keseluruhan sampel) % = Persentase Jawaban Sehingga dapat diketahui berapa persenkah klasifikasi atlet yang mendapat predikat sempurna, baik sekali, baik, cukup, dan kurang, Sehingga peneliti dapat menyatakan persentase atlet yang mendapat predikat.