RKL- RPL Tambahan. PT. Pertamina EP PPGM

dokumen-dokumen yang mirip
PT. PERTAMINA EP - PPGM KATA PENGANTAR

Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BBM dalam negeri. Proyek ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009.

KATA PENGANTAR. Akhirnya diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran proses penyusunan laporan ini.

Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KATA PENGANTAR. Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL kegiatan ini mengacu Peraturan Menteri Negara Lingkungan

PT. PERTAMINA EP - PPGM KATA PENGANTAR

BAB III LANDASAN TEORI

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

RKL Proyek Pengembangan Gas Matindok Hulu -2

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

Lokasi. Jangka Waktu/ Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan

Bab-2 RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

A M D A L (ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN)

Dasar Hukum yang Digunakan dalam Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

DAFTAR PERATURAN Versi 31 Agustus 2012

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

Bab-2 RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

DAFTAR PERATURAN PERUNDANGAN LINGKUNGAN HIDUP

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SIH Standar Industri Hijau

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW)

Bab-4 RUANG LINGKUP STUDI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 2 TAHUN 2011

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PIL (Penyajian Informasi Lingkungan)

Lokasi. Jangka Waktu/ Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

ABSTRAKSI DOKUMEN AMDAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 3 0.? TJLHUN 200o

Status Gizi Masyarakat

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

(Pendugaan Dampak, Pegelolaan Dampak dan Pemantauan) Dosen: Dr. Tien Aminatun

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MEMTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1451 K/10/MEM/2000 TENTANG

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus

PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

<Lampiran> KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1451 K/10/MEM/2000 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN TUGAS PEMERINTAHAN

Kerangka Acuan Kerja. Penyusunan AMDAL Pelabuhan Penyeberangan Desa Ketam Putih

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. masalah lingkungan dapat dipastikan akan menimbulkan gangguan terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TERMINAL JATIJAJAR KOTA DEPOK

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG

PPGM merupakan proyek yang penting bagi industri minyak dan gas bumi di Indonesia serta

I. PENDAHULUAN. Gas alam sebagai salah sumber daya alam yang mempunyai manfaat. sangat banyak dalam menunjang berbagai sektor kehidupan manusia.

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

DAFTAR ISI TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR SUBSTANSI DALAM PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1. 2.

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab-4 PELAKSANA STUDI

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya yang meliputi

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

Transkripsi:

PERTAMINA EP RKL- RPL Tambahan Peningkatan Kapasitas Produksi Gas Matindok (45 MMSCFD menjadi 65 MMSCFD) Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah Oktober 2011 PT. Pertamina EP PPGM Menara Standard Chartered Lt. 21 Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 164 Jakarta Selatan 12950 Telp.: (021) 57893688, Faks.: (021) 57946223

PT. Pertamina EP PPGM Kata Pengantar Daftar Isi

Kata Pengantar KATA PENGANTAR PT. Pertamina EP merupakan kontraktor kontrak kerjasama Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS). PT. Pertamina EP akan melakukan kegiatan pengembangan lapangan gas di Blok Matindok yang berlokasi di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Dalam rangka merealisasikan kegiatan tersebut, dibentuk Pengelola yaitu Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM). Proyek Pengembangan Gas Matindok merupakan kegiatan pembangunan fasilitas yang lengkap mulai dari memproduksi gas bumi dari sumur yang telah dieksplorasi maupun dari rencana sumur pengembangan yang berasal dari 5 lapangan gas (Donggi, Matindok, Maleo Raja, Sukamaju, dan Minahaki). Dokumen lingkungan yang telah melingkupi kegiatan pengembangan tersebut adalah dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Proyek Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah dan dokumen RKL RPL Tambahan Kegiatan Perubahan Jalur Pemipaan Gas Sepanjang 2,8 km di Sisi Jalan Provinsi Luwuk Toili melalui Suaka Margasatwa Bakiriang di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Dokumen AMDAL tersebut telah disetujui oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 863 Tahun 2008 tanggal 10 November 2008, tentang Kelayakan Lingkungan Hidup Rencana Pengembangan Lapangan Gas Matindok di Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah dan dokumen RKL RPL Tambahan telah disetujui oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup melalui Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 160 Tahun 2010. Pada saat ini, PT. Pertamina EP PPGM merencanakan akan menaikkan kapasitas pada fasilitas produksi Matindok dari 45 MMSCFD menjadi 65 MMSCFD. Peningkatan produksi gas ini dilakukan dengan cara meningkatkan kinerja fasilitas produksi tanpa perubahan mendasar atas desain fasilitasnya. Jumlah sumur produksi dan rancangan pipa flowline masih seperti semula. Pada dasarnya tujuan rencana kegiatan tersebut adalah dalam rangka peningkatan efisiensi produksi gas yang tidak disertai dengan banyak perubahan. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 tahun 2006 mengenai Jenis Rencana Kegiatan dan/atau Usaha yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL, dan berdasarkan arahan dari KLH (Surat Nomor B 7263/Dep.I/LH/09/2010 tanggal 28 September 2010), maka rencana kegiatan perlu dilengkapi dengan dokumen lingkungan dalam bentuk RKL RPL Tambahan Peningkatan Kapasitas Produksi Gas Matindok (45 MMSCFD menjadi 65 MMSCFD) Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM), Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung dalam penyusunan dokumen ini dan semoga dokumen ini dapat bermanfaat dan memenuhi harapan semua pihak yang terkait dan berkepentingan. Jakarta, Oktober 2011 PT. Pertamina EP PPGM General Manager, Medianto B. Satyawan i

Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... vii DAFTAR SINGKATAN... ix I. PENDAHULUAN... I 1 1.1. Latar Belakang dan Alasan... I 1 1.1.1. Latar Belakang... I 1 1.1.2. Alasan RKL RPL Tambahan Blok Matindok... I 2 1.2. Tujuan dan Manfaat Proyek... I 3 1.3. Peraturan Perundang Undangan... I 3 II. DESKRIPSI KEGIATAN... II 1 2.1. Identitas Pemrakarsa dan Penyusun... II 1 2.1.1. Identitas Pemrakarsa... II 1 2.1.2. Identitas Penyusun Studi... II 1 2.2. Uraian Rencana Kegiatan Lapangan Matindok... II 2 2.2.1. Rencana Kegiatan Pengembangan Blok Matindok untuk Fasilitas Produksi Matindok dengan Kapasitas 45 MMSCFD (Dilingkup Dalam Dokumen AMDAL Tahun 2008)... II 2 2.2.2. Lokasi Rencana Kegiatan dan Kesesuaian RTRW... II 25 2.2.3. Rencana Kegiatan Peningkatan Kapasitas Fasilitas Produksi Gas Lapangan Matindok dari 45 MMSCFD menjadi 65 MMSCFD (Dilingkup Dalam RKL RPL Tambahan Tahun 2011)... II 25 2.2.4. Rencana Jadwal Kegiatan... II 30 2.2.5. Rencana Tanggap Darurat... II 31 2.2.6. Keterkaitan Rencana Usaha dengan Kegiatan Sekitar... II 31 III. RONA LINGKUNGAN HIDUP... III 1 3.1. Komponen Geo Fisik Kimia... III 1 3.1.1. Iklim... III 1 3.1.2. Kualitas Udara dan Kebisingan... III 3 3.1.3. Kualitas Air... III 4 3.1.4. Kualitas Tanah... III 7 3.1.5. Komponen Geologi... III 13 3.2. Komponen Biologi... III 22 3.2.1. Vegetasi... III 22 3.2.2. Satwa Liar... III 24 ii

Daftar Isi 3.3. Komponen Sosial Ekonomi dan Budaya... III 25 3.3.1. Demografi... III 25 3.3.2. Sosial Ekonomi... III 28 3.3.3. Sosial Budaya... III 30 3.3.4. Transportasi Darat... III 31 3.3.5. Sikap dan Persepsi Masyarakat... III 32 3.4. Komponen Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan... III 34 3.4.1. Sumberdaya Kesehatan... III 34 3.4.2. Status Gizi Masyarakat... III 37 3.4.3. Kondisi Lingkungan... III 37 IV. RUANG LINGKUP DAN METODE STUDI... IV 1 4.1. Lingkup Rencana Kegiatan... IV 1 4.2. Pelingkupan... IV 2 4.3. Lingkup Wilayah Studi... IV 11 4.4. Batas Waktu Kajian... IV 12 4.5. Metode Studi... IV 15 4.5.1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data... IV 15 4.5.2. Metode Prakiraan Dampak... IV 21 4.5.3. Metode Evaluasi Dampak... IV 22 V. PRAKIRAAN DAN EVALUASI DAMPAK PENTING... V 1 5.1. Prakiraan Dampak Penting... V 1 5.1.1. Kualitas Udara... V 1 5.1.2. Kesehatan Masyarakat... V 4 5.1.3. Persepsi Masyarakat Terhadap Pertamina EP... V 5 5.2. Evaluasi Dampak Penting... V 7 5.2.1. Telaahan Secara Holistik Dampak Penting... V 7 5.3. Pemilihan Alternatif Terbaik... V 8 5.4. Arahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan... V 8 VI. RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL)... VI 1 6.1. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)... VI 1 6.1.1. Pendahuluan... VI 1 6.1.2. Pendekatan Pengelolaan Lingkungan... VI 2 6.1.3. Pengelolaan Lingkungan... VI 2 6.2. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)... VI 4 6.2.1. Pendahuluan... VI 4 6.2.2. Pemantauan Lingkungan... VI 5 DAFTAR PUSTAKA... DP 1 LAMPIRAN... L 1 iii

Daftar Isi DAFTAR TABEL No. Judul Tabel Halaman 2.1. Tipikal Komposisi Gas yang akan Diolah di Fasilitas Produksi Matindok... II 6 2.2. Koordinat Sumur Pengembangan Lapangan Matindok... II 7 2.3. Koordinat Sumur Pengembangan Lapangan Maleoraja... II 7 2.4. Skema Casing dan Desain Lumpur Pada Sumur Lapangan Matindok dan Maleoraja... II 8 2.5. Jenis Peralatan dan Fasilitas Produksi yang Tersedia pada Fasilitas Produksi Matindok dengan Kapasitas Awal 45 MMSCFD dan Kapasitas yang Baru 65 MMSCFD... II 29 2.6. Jadwal Rencana Kegiatan Pengembangan Lapangan Gas Matindok... II 31 3.1. Ringkasan Parameter Iklim di Daerah Studi... III 1 3.2. Tabulasi Klasifikasi Iklim Daerah Studi Menurut Schmidt dan Ferguson... III 2 3.3. Tingkat Kebauan di Lokasi Studi... III 3 3.4. Hasil Analisis Sampel Kualitas Udara Ambien... III 3 3.5. Tingkat Kebisingan di Lokasi Studi... III 4 3.6. Hasil Pemantauan Kualitas Air Sungai di Sekitar Lokasi Kegiatan... III 4 3.7. Hasil Pemantauan Kualitas Air Sumur Penduduk di Sekitar Lokasi Kegiatan... III 6 3.8. Jumlah Kelas, Jumlah Jenis, Kelimpahan, dan Indeks Diversitas plankton dan Benthos di Sungai Kayowa... III 7 3.9. Perhitungan Indeks Erosivitas Hujan di Wilayah Studi... III 10 3.10. Perhitungan Pendugaan Erosi di Lokasi Studi... III 10 3.11. Hasil Analisis Laboratorium Sifat Kimia Tanah di Lokasi Studi... III 11 3.12. Hasil Analisis Sifat Fisika di Lokasi Studi (kedalaman 0 20 cm)... III 11 3.13. Kondisi Infrastruktur Jaringan Irigasi Dam Bakung... III 12 3.14. Debit Sesaat Beberapa Saluran Irigasi Teknis di Wilayah Studi... III 12 3.15. Daftar Jumlah Jenis Vegetasi Berdasarkan Habitus di Lokasi Areal Station Block Matindok... III 22 3.16. Daftar Jumlah Jenis Vegetasi Berdasarkan Famili di Lokasi Areal Station Block Matindok... III 22 3.17. Daftar Jenis Vegetasi yang Ada di Lokasi Areal Station Block Matindok... III 23 3.18. Daftar Jenis Satwa Liar yang Ada di Lokasi Areal Station Block Matindok... III 25 3.19. Distribusi Penduduk Menurut Luas, Jumlah, dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan dan Desa Wilayah Studi... III 26 3.20. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk Menurut Jenis Kelamin, dan Sex Ratio di Kecamatan dan Desa Wilayah Studi... III 26 3.21. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Rasio Beban Tanggungan... III 26 3.22. Penduduk Usia 5 Tahun Keatas Menurut Pendidikan yang Ditamatkan di Kecamatan Batui... III 27 iv

Daftar Isi 3.23. Banyaknya Pencari Kerja yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2003 2005 di Kabupaten Banggai... III 27 3.24. Banyaknya Pencari Kerja, Penempatan dan Permintaan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2003 2005 Di Kabupaten Banggai... III 27 3.25. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Batui... III 29 3.26. Mata Pencaharian Responden di Lokasi Studi... III 29 3.27. Tingkat Pendapatan Utama Responden di Lokasi Studi... III 30 3.28. Tingkat Pendapatan Sambilan Responden di Lokasi Studi... III 30 3.29. Volume Arus Lalulintas Kendaraan Kintom Batui... III 31 3.30. Jenis dan Frekuensi Kendaraan yang Melewati Simpang Kini Kini... III 32 3.31. Sikap dan Persepsi Responden Terhadap Keberadaan Pertamina Selama ini... III 33 3.32. Sikap dan Persepsi Responden Tentang Rencana Kegiatan... III 33 3.33. Nama Rumah Sakit dan Klinik Menurut Status di Kabupaten Banggai... III 34 3.34. Banyaknya Fasilitas Kesehatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Banggai... III 34 3.35. Banyaknya Tenaga Kesehatan di Kabupaten Banggai... III 35 3.36. Banyaknya Penderita Menurut Jenis Penyakit di Kabupaten Banggai... III 36 3.37. Persentasi Kelahiran Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBBLR) di Puskemas Batui... III 37 3.38. Persentase Rata rata Status Gizi Balita Kecamatan Batui... III 37 3.39. Persentase Sumber Air Minum yang Digunakan Masyarakat... III 37 3.40. Persentase Kepemilikan Jamban yang dimiliki Masyarakat... III 38 3.41. Persentase Sarana Pembuangan Air limbah yang dimiliki Masyarakat... III 38 3.42. Persentase Kondisi Lingkungan Ternak Masyarakat... III 38 3.43. Persentase Kondisi Kesehatan Pekarangan Masyarakat... III 38 3.44. Rata rata Jarak Tandon Tinja (jamban) dengan Sumur Keluarga... III 38 4.1. Matrik Dampak Potensial... IV 3 4.2. Prioritas Dampak Berdasarkan Probabilitas dan Konsekuensi... IV 8 4.3. Proses Pemberian Skala Prioritas Dampak pada Tahap Operasi... IV 8 4.4. Perbandingan Dampak Potensial, Dampak Penting Hipotetik, dan Prioritas Dampak Penting Hipotetik antara AMDAL (2008) dan RKL RPL Tambahan Peningkatan Produksi Gas Matindok (45 MMSCFD menjadi 65 MMSCFD)... IV 9 4.5. Lokasi Pengamatan Beberapa Komponen Lingkungan dan Alasannya... IV 15 4.6. Metode dan Peralatan Analisis Kualitas Udara Ambien... IV 16 4.7. Metode Analisis Parameter Kualitas Air Permukaan... IV 17 4.8. Metode Analisis Parameter Kualitas Tanah... IV 18 4.9. Lingkup Kajian Geologi dan Fisiografi... IV 20 5.1. Perhitungan Emisi Polutan Berdasarkan Konsumsi Bahan Bakar Gas... V 1 5.2. Kriteria Dalam Penentuan Sifat Penting Dampak Terhadap Kualitas Udara... V 4 5.3. Kriteria Dalam Penentuan Sifat Penting Dampak Terhadap Kesehatan Masyarakat... V 5 5.4. Kriteria Dalam Penentuan Sifat Penting Dampak Terhadap Persepsi Masyarakat... V 6 5.5. Matrik Prakiraan Dampak Penting... V 6 v

Daftar Isi 5.6. Konsentrasi dan Jarak dari Sumber Peningkatan Sebaran gas CO dan NO₂ pada Produksi Gas 45 MMSCFD dan 65 MMSCFD... V 7 5.7. Arahan Rencana Pengelolaan Lingkungan... V 8 5.8. Arahan Rencana Pemantauan Lingkungan... V 8 6.1. Parameter dan Metode Pengukuran Kualitas Udara Emisi... VI 6 6.2. Parameter dan Metode Analisis Kualitas Udara Ambien... VI 6 6.3. Matriks Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)... VI 8 6.4. Matrik Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)... VI 9 vi

Daftar Isi DAFTAR GAMBAR No. Judul Gambar Halaman 2.1. Lokasi PPGM Blok Matindok... II 3 2.2. Lokasi Rencana Kegiatan Lapangan Matindok Dikaitkan dengan Peruntukkan lahan... II 4 2.3. Diagram Alir Pengembangan Blok Matindok... II 5 2.4. Posisi Sumur Sumur Pengembangan (titik serap) di Lapangan Matindok... II 7 2.5. Posisi Sumur Sumur Pengembangan (titik serap) di lapangan Maleoraja... II 8 2.6. Diagram Blok Fasilitas Produksi... II 10 2.7. Diagram Unit Unit Operasi Pada Pemrosesan Gas di Block Station... II 11 2.8. Neraca Massa Fasilitas Proses Produksi Gas Lapangan Matindok Kapasitas 45 MMSCFD... II 12 2.9a. Diagram Alir Block Station/Gathering Station... II 13 2.9b. Diagram Alir Block Station/Gathering Station... II 14 2.10. Sulfur Recovery Unit (SRU) untuk Fasilitas Produksi Donggi dan Matindok akan menggunakan teknologi process Shell Paques... II 16 2.11. Diagram Fasilitas Produksi Gas (GPF)... II 18 2.12. Diagaram Alir Acid Gas Removal Unit... II 19 2.13. Tipikal Process Shell Paques... II 20 2.14. PFD Acid Removal dan Sulfur Recovery Unit (Claus Process)... II 21 2.15. Skema Kerja Dehydration Unit... II 22 2.16. Diagram Blok Fasilitas Produksi BS Matindok Kapasitas 65 MMSCFD... II 27 2.17. Neraca Massa Fasilitas Proses Produksi Gas Lapangan Matindok Kapasitas 65 MMSCFD... II 28 2.18. Peta Kegiatan Lain Di Sekitar Lokasi Rencana Kegiatan... II 33 3.1. Rata Rata Curah Hujan Bulanan di Daerah Studi... III 1 3.2. Windrose Arah dan Kecepatan Angin di Daerah Studi... III 2 3.3. Kondisi Lingkungan Lokasi Block Station Matindok... III 9 3.4. Pengambilan Contoh Tanah di Block Station Lokasi Studi... III 9 3.5. Kenampakan Sebagian dari Batupasir Kasar Kompak dan Keras, Batupasir kasar dan Masif... III 14 3.6. Singkapan Sebagian dari Konglomerat dan Batupasir Kasar (a,b), Endapan Aluvial di Sepanjang Jalur Pipa (c)... III 14 3.7. Denah Sebaran Sesar Aktif... III 17 3.8. Jejak Seretan Sesar Mendatar di Salah Satu Tepi Sungai Kayowa... III 17 3.9. Denah Zona Sumber Gempa di Indonesia... III 21 3.10. Denah Rawan Bahaya Goncangan Gempa Sulawesi dan Wilayah Studi... III 21 3.11. Mata Pencaharian di Sektor Perkebunan Kelapa (A) dan Sektor Perikanan Tangkap di Laut (B)... III 29 3.12. Moda Tranportasi di Simpang Kini Kini... III 32 vii

Daftar Isi 4.1. Pendekatan Studi RKL RPL Tambahan Peningkatan Produksi Gas Matindok (45 MMSCFD Menjadi 65 MMSCFD)... IV 1 4.2. Tingkat Kebisingan Agregasi dari Lima Mesin dan Peralatan di Block Station Matindok... IV 6 4.3. Perubahan Tingkat Kebisingan Menjauhi Sumber Bising di Block Station Matindok... IV 6 4.4. Bagan Alir Proses Pelingkupan... IV 13 4.5. Batas Wilayah Studi RKL RPL Tambahan Peningkatan Produksi Gas (2011) dan AMDAL PPGM (2008)... IV 14 5.1. Simulasi Dispersi CO dalam Udara Ambien dengan Skenario 45 MMSCFD... V 2 5.2. Simulasi Dispersi CO dalam Udara Ambien dengan Skenario 65 MMSCFD... V 2 5.3. Simulasi Dispersi NO₂ dalam Udara Ambien dengan Skenario 45 MMSCFD... V 3 5.4. Simulasi Dispersi NO₂ dalam Udara Ambien dengan Skenario 65 MMSCFD... V 3 DAFTAR LAMPIRAN No. Judul Lampiran Halaman 1. Surat Pernyataan (Testimonial)... L 1 2. Surat Surat dan Perijinan... L 2 3. Peta Lokasi RKL RPL dan Peta Lokasi Sampel... L 3 4. Peta RTRW Kabupaten Banggai... L 4 5. Tata Kerja Penanggulangan Keadaan Darurat... L 5 6. Struktur Organisasi Penanggulangan Keadaan Darurat PPGM... L 6 7. Daftar Riwayat Hidup, Surat Pernyataan, dan Sertifikat Tenaga Ahli... L 7 8. Dokumentasi... L 8 9. Hasil Analisis Laboratorium... L 9 10. Berita Acara dan Tanggapan Hasil Notulensi Pembahasan Dokumen... L 10 viii

Daftar Isi DAFTAR SINGKATAN AGE Acid Gas Enrichment AGRU Acid Gas Removal Unit AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan APHA American Public Health Association (Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika) BBL Barel, sekitar 159 liter BCF Billion Cubic Feet BBM Bahan Bakar Minyak Benthos Bentic organisme, organisme yang hidup di dalam atau di atas dasar perairan. BFPD Barrel Fluid per Day (barel fluida per hari) BM Baku Mutu BML Baku Mutu Lingkungan BOD Basis of Design BOPD Barrel Oil per Day (barel minyak per hari) BPMIGAS Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (Indonesian Oil and Gas Development Government Body) BS Block Station BWPD Barrel Water per Day (barel air per hari) CCR Central Control Room CGP Central Gas Plant CNG Compressed Natural Gas (Gas alam terkompresi) CITES Convention for International Trade on Endangered Species Dehydration Pengeringan gas DAS Daerah Aliran Sungai DANIDA Danish International Development Agency DHU Dehydration Unit DCU Dew Point Control Unit EPC Enginering Procurement Contract ESDM Energi Sumberdaya Mineral ERP Emergency Response Plan FEED Front End Engineering Design fracture zona Zona hancuran Fitoplankton Plankton nabati bisa berfotosintesis Flowline Pipa pengumpul produksi di lapangan Fuel Gas System Sistem bahan bakar gas GDS Gas Detection System GPF Gas Processing Facility GTU Gas Treating Unit HPH Perusahaan Pengusahaan Hutan HV Heavy Vehicle (Kendaraan Berat) IPAL Instalasi Pengolah Air Limbah IPB Institut Pertanian Bogor ix

Daftar Isi IPP JOB KKKS KLH KM KTK LC LNG LV MC MCK MDEA MHV MLR MMI MMSCFD MS MTD NT OPKD PAD Plankton PPGM PPLH PPT Produced water PCS PSC PSP RH RKL RPL RTRW Shear zona SIS SNI Solid Control Equipment SOP Sour gas SRU STB TAF TD TGTU Independent Power Plant Joint Operation Body Kontraktor Kontrak Kerja Sama Kementrian Lingkungan Hidup Kilometer Kapasitas Tukar kation Least Concern (Kurang Diperhatikan) Liquified Natural Gas (gas alam yang dicairkan) Light Vehicle (Kendaraan Ringan) Motor Cycle Mandi Cuci Kakus Methyl Diethanol Amine Medium Heavy Vehicle (Kendaraan Sedang) Maleoraja Modified Mercalli Intensity Million Metric Standard Cubic Feet Day (Juta Standard Kaki Kubik Per Hari) Manifold Station Matindok Near Threatened (Hampir Terancam) Organisasi Penanggulangan Keadaan Darurat Pendapatan Asli Daerah Organisme renik/mikroskopik, tidak bisa bergerak aktif atau kemampuan renangnya sangat lemah sehingga pergerakannya tergantung arus. Proyek Pengembangan Gas Matindok Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Pusat Penelitian Tanah Air terproduksi Process Control System Production Sharing Contractor Process Shell Paques Kelembaban Relatif Udara Rencana Pengelolaan Lingkungan Rencana Pemantauan Lingkungan Rencana Tata Ruang Wilayah Zona gerusan Safety Instrument System Standard Nasional Indonesia Peralatan pengolah limbah padat Standard Operating Procedure (Prosedur Standar Operasi) Gas alam yang mengandung H 2 S dalam jumlah yang signifikan Sulphur Recovery Unit (Fasilitas penangkapan sulfur/belerang) Stock Tank Barrel Talang Akar Formation Total Depth Tail Gas Treating Unit x

Daftar Isi TEG TKO TSL TVD US EPA USLE UTM VU Ware house Water Based Mud (WBM) WKP Workshop Zooplankton Triethyleneglycol Tata Kerja Organisasi Tolerable Soil Loss Total Vertical Depth (Kedalaman Total Vertikal) United States Environmental Protection Agency Universal Soil Loss Equation Universal Transfer Metric Vulnerable (Rawan) Gudang Penyimpanan Lumpur bor berbahan dasar air Wilayah Kuasa Pertambangan Bengkel Plankton hewani tidak bisa berfotosintesis xi

PT. Pertamina EP PPGM BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Alasan 1.1.1. Latar Belakang Kebutuhan gas sebagai salah satu bahan bakar utama terus meningkat dari waktu ke waktu, sehingga pasokan gas untuk konsumsi domestik juga perlu ditingkatkan. PT. Pertamina EP PPGM sebagai salah satu PSC (Production Sharing Contractor Kontraktor Kontrak Kerjasama/KKKS) dengan BPMIGAS turut berpartisipasi dan berperan dalam memenuhi kebutuhan akan peningkatan permintaan akan kebutuhan gas. Kegiatan di sektor migas ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak baik pemerintah, dunia usaha, maupun masyarakat sesuai dengan fungsinya. Dukungan dari sektor swasta dalam upaya eksplorasi dan eksploitasi di sektor energi dan sumberdaya mineral sangat diperlukan. PT. Pertamina EP merencanakan mengembangkan lapangan gas yang terletak di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk merealisasikan kegiatan tersebut, dibentuk Pengelola yaitu Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM). Sesuai dengan Undang undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, tugas manajemen Kegiatan Minyak dan Gas Bumi Hulu dipindahkan dari Pertamina menjadi tugas Badan Pelaksana Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS). PT. Pertamina (Persero) telah membentuk anak perusahaan yaitu PT. Pertamina EP yang khusus menangani Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. PT. Pertamina EP dibentuk berdasarkan Akta Notaris nomor 4 pada tanggal 13 September 2005. PPGM merupakan proyek yang penting bagi industri minyak dan gas bumi di Indonesia serta akan berperan penting dalam mempertahankan dan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara pengekspor LNG terbesar di dunia. Pembangunan PPGM sangat tepat waktu karena akan meningkatkan kontribusi sektor minyak dan gas bumi dalam menyumbangkan devisa bagi negara dan kemungkinan sebagian untuk substitusi BBM dalam negeri. Proyek LNG ini akan memperkuat produksi LNG Indonesia yang dapat dipasarkan dan akan menjadi pusat ekspor LNG ke empat di Indonesia. PPGM diharapkan akan beroperasi pada tahun 2014. Proyek Pengembangan Gas Matindok merupakan kegiatan pembangunan fasilitas yang lengkap mulai dari memproduksi gas bumi dari sumur yang telah dieksplorasi maupun dari rencana sumur pengembangan yang berasal dari 5 lapangan gas bumi, yaitu: lapanganlapangan gas Donggi, Matindok, Maleoraja, Sukamaju, dan Minahaki. Pada awalnya kemampuan produksi gas dari Blok Matindok diperkirakan ± 100 MMSCFD (gross), dengan kandungan kondensat ± 850 BOPD, dan air yang terikut diproduksikan diperkirakan maksimum sebesar 2.500 BWPD, dengan prakiraan umur produksi 20 tahun yang didasarkan atas besarnya cadangan gas yang ada dan hasil kajian keekonomian pengembangan lapangan. Untuk dapat memproduksi gas sebesar ± 100 MMSCFD, diperlukan fasilitas produksi yang mempunyai kapasitas desain sebesar ± 110 MMSCFD dengan rincian sebagai berikut: Suplai gas ke LNG direncanakan berasal dari lapangan Donggi, Minahaki, Maleoraja dan Matindok dengan Fasilitas Produksi gas yang akan dibangun di dua lokasi yaitu Fasilitas Produksi Donggi dengan kapasitas desain sebesar 60 MMSCFD dan Fasilitas Produksi Matindok dengan kapasitas desain 45 MMSCFD. I 1

Pendahuluan Suplai gas ke IPP (Independent Power Plant) direncanakan berasal dari lapangan Sukamaju dan akan mempunyai Block Station tersendiri dengan kapasitas desain 5 MMSCFD. POD (Plan of Development) Area Matindok yang telah disetujui BPMIGAS pada tanggal 24 Desember 2008 adalah untuk suplai gas ke LNG dengan volume sales gas sebesar 85 MMSCFD (nett). Sedangkan POD untuk suplai gas ke IPP belum dapat diajukan karena terkait lokasi Lapangan Sukamaju yang berada di kawasan Taman Suaka Margasatwa Bakiriang. Pada perkembangan selanjutnya, setelah dilakukan pemboran di lapangan gas Matindok diperoleh tambahan cadangan gas sehingga kemampuan produksi gas dari Blok Matindok bertambah sebesar 20 MMSCFD atau menjadi ± 120 MMSCFD (gross), dengan kandungan kondensat total ± 1.500 BOPD, dan air terproduksi diperkirakan maksimum sebesar 2.500 BWPD. Gas yang diproduksi mengandung CO 2 ± 2,5 3,5 %, H 2 S ± 3.000 5.000 ppm dan kemungkinan juga mengandung unsur yang lainnya. Tambahan cadangan gas dari Lapangan Matindok dan alokasi gas Donggi dan Senoro yang telah ditetapkan Pemerintah melalui Surat Menteri ESDM Nomor 5943/13/MEM.M/2010 pada tanggal 17 September 2010, disepakati bahwa alokasi gas untuk Blok Matindok adalah 105 MMSCFD (nett) atau naik sebesar 20 MMSCFD dari rencana pada POD sebelumnya, sehingga Fasilitas Produksi Matindok harus dinaikkan kapasitas desainnya dari 45 MMSCFD menjadi 65 MMSCFD, sedangkan kapasitas desain Fasilitas Produksi Donggi (60 MMSCFD) dan kapasitas desain Block Station Sukamaju (5 MMSCFD) tidak berubah, sehingga total kapasitas desain Blok Matindok secara keseluruhan menjadi ± 130 MMSCFD untuk dapat memproduksikan gas sebesar ± 120 MMSCFD. Dokumen lingkungan yang telah melingkupi kegiatan pengembangan tersebut adalah dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Proyek Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah dan dokumen RKL RPL Tambahan Kegiatan Perubahan Jalur Pemipaan Gas Sepanjang 2,8 km di Sisi Jalan Provinsi Luwuk Toili Melalui Suaka Margasatwa Bakiriang di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Dokumen AMDAL tersebut telah disetujui oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 863 Tahun 2008 tanggal 10 Nopember 2008, tentang Kelayakan Lingkungan Hidup Rencana Pengembangan Lapangan Gas Matindok di Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah dan dokumen RKL RPL Tambahan telah disetujui oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup melalui Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 160 Tahun 2010. 1.1.2. Alasan RKL RPL Tambahan Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) Pada saat ini, PT. Pertamina EP PPGM merencanakan akan menaikkan produksi gasnya sebesar 20 MMSCFD yaitu dari ± 100 MMSCFD (gross) menjadi ± 120 MMSCFD (gross), untuk itu kapasitas pada Fasilitas Produksi Matindok dinaikkan dari 45 MMSCFD menjadi 65 MMSCFD, sedangkan kapasitas Fasilitas Produksi Donggi dan Block Station Sukamaju tidak berubah yaitu 60 MMSCFD dan 5 MMSCFD. Peningkatan produksi gas ini dilakukan dengan cara meningkatkan kinerja fasilitas produksi tanpa perubahan mendasar atas desain konfigurasi proses fasilitasnya. Jumlah sumur produksi dan rancangan pipa flowline masih seperti semula. Pada dasarnya tujuan rencana kegiatan tersebut adalah dalam rangka peningkatan efisiensi produksi gas yang tidak disertai dengan banyak perubahan. Secara umum kegiatan pengembangan ini dilakukan untuk memastikan pemenuhan pasokan kebutuhan gas, terutama untuk kebutuhan dalam negeri. I 2

Pendahuluan Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 tahun 2006 mengenai Jenis Rencana Kegiatan dan/atau Usaha yang Wajib Dilengkapi dengan AMDAL, dan berdasarkan arahan dari KLH (Surat Nomor B 7263/Dep.I/LH/09/2010 tanggal 28 September 2010), maka rencana kegiatan perlu dilengkapi dengan dokumen lingkungan dalam bentuk RKL RPL Tambahan Peningkatan Kapasitas Produksi Gas Matindok (dari 45 MMSCFD menjadi 65 MMSCFD) Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM), Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. 1.2. Tujuan dan Manfaat Proyek Tujuan proyek adalah : Meningkatkan produksi gas di Blok Matindok oleh PT. Pertamina EP PPGM yang berasal dari lapangan lapangan gas Donggi, Matindok, Maleoraja, Sukamaju, dan Minahaki dari ± 100 MMSCFD (gross) menjadi ± 120 MMSCFD (gross). Menaikkan kapasitas Fasilitas Produksi Matindok dari 45 MMSCFD menjadi 65 MMSCFD, sedangkan Fasilitas Produksi Donggi dan Block Station Sukamaju tidak mengalami perubahan yaitu tetap sebesar 60 MMSCFD dan 5 MMSCFD. Meningkatkan pemanfaatan cadangan gas dari sumur sumur produksi gas yang sudah ada (existing) dengan penambahan cadangan hasil pemboran sumur MTD 2 (Sertifikasi Lemigas pada Oktober 2009). Memanfaatkan fasilitas utama dan pendukung dari Gas Station Matindok dalam memproduksi gas. Manfaat proyek adalah : Terpenuhinya kebutuhan akan gas yang terus meningkat pada saat ini dan pada masa yang akan datang terutama untuk kebutuhan dalam negeri. Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) terutama Kabupaten Banggai, serta Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah terutama dari sektor Migas dari pajak dan royalti. Meningkatnya efisiensi bahan bakar terutama dalam rangka mendukung alih fungsi penggunaan bahan bakar minyak ke gas yang cenderung lebih hemat. 1.3. Peraturan Perundang undangan Undang Undang (UU) Perundangan Undang undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Kaitan Kegiatan Acuan untuk mencapai sasaran perlindungan pengelolaan lingkungan hidup yaitu tercapainya keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup, pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana serta tercapainya fungsi lingkungan hidup. I 3

Pendahuluan Perundangan Undang undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Undang undang No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Undang undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Undang undang No. 30 Tahun 2007 tentang Energi Undang undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Undang undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Undang undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Undang undang No. 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa Bangsa mengenai Perubahan Iklim. Undang undang No. 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan Bangsa Bangsa mengenai Keanekaragaman Hayati. Undang undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Undang undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria Kaitan Kegiatan Acuan untuk memperhatikan aspek aspek kesehatan bagi setiap usaha dan atau kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta. Acuan untuk memperhatikan aspek aspek perlindungan terkait pada penggunaan lahan pertanian terutama pangan pada kegiatan pengembangan minyak dan gas. Acuan pada penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Penataan ruang didasarkan pada karakteristik dan daya dukungnya serta teknologi yang sesuai, akan meningkatkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan subsistem. Pedoman dalam pengolahan dan pemanfaatan energi untuk peningkatan ekonomi dan ketahanan nasional secara keadilan, berkelanjutan, rasional, optimal, dan terpadu. Acuan untuk melakukan koordinasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah terkait perimbangan keuangan. Acuan sebagai bahan koordinasi dengan pemerintah daerah setempat terkait pengembangan gas agar tidak menyalahi aturan ataupun ketentuan yang berlaku. Acuan untuk memperhatikan penggunaan tenaga kerja, kesejahteraan, hak serta kewajibannya. Acuan pada kegiatan pengembangan gas terkait eksploitasi sumberdaya alam dan sumberdaya pembangunan yang bersifat strategis dan vital. Acuan untuk mempertahankan kelestarian hutan dan pengelolaan yang berorientasi pada seluruh potensi sumberdaya kehutanan yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat di areal kegiatan pengembangan. Acuan untuk menjaga lingkungan hidup di area kegiatan pengembangan gas dengan menjaga areal hutan tropis basah dan laut yang berfungsi sebagai penyerap gas rumah kaca yang besar. Acuan untuk tetap memperhatikan aspek keanekaragaman hayati di area kegiatan pengembangan gas agar kelestarian tetap terjaga serta pembangunan berkelanjutan. Acuan pelaksanaan kegiatan pengembangan gas untuk tetap menjaga agar pemanfaatan sumberdaya alam hayati dapat berlangsung dengan cara sebaik baiknya, sehingga langkahlangkah konservasi tetap dilaksanakan. Acuan untuk memperhatikan peraturan dasar pokok pokok agraria terkait pada penggunaan lahan pertanian terutama pangan pada kegiatan pengembangan minyak dan gas. I 4

Pendahuluan Perundangan Kaitan Kegiatan Peraturan Pemerintah (PP) Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2002 tentang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun jo Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 11 Tahun 1979 tentang Keselamatan Kerja pada Pemurnian dan Pengolahan Minyak dan Gas Bumi. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di Bidang Pertambangan. Keputusan Presiden Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Peraturan dan Keputusan Menteri Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 19 Tahun 2010 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Migas serta Panas Bumi. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.13 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi. Peraturan Menteri Kehutanan No. PM 43/Menhut II/2008 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan. Acuan untuk memperhatikan tata ruang wilayah nasional dan karakteristik lokasi dalam pengelolaan lingkungan. Acuan dimana rencana kegiatan akan berurusan baik dengan Pemerintah Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten/Kota terkait dengan koordinasi yang akan dibangun untuk kelancaran rencana kegiatan. Acuan dalam melaksanakan kegiatan di sektor Migas dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan. Acuan dalam upaya eksplorasi dan ekploitasi dalam kegiatan pengembangan gas di Blok Matindok. Baku mutu lingkungan untuk kualitas air badan air penerima yang ada di sekitar kegiatan pengembangan gas di Blok Matindok. Baku mutu lingkungan kualitas udara ambien dari kegiatan pengembangan gas Matindok. Acuan penyusunan dokumen lingkungan yang bersifat mandatory bagi kegiatan yang dapat menimbulkan dampak besar dan penting. Bahan acuan untuk melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan dari proses rencana kegiatan pengembangan gas di Blok Matindok sesuai prosedurnya sehingga kelestarian lingkungan tetap terjaga. Pedoman untuk memperhatikan aspek keselamatan kerja pada bidang pemurnian dan pengolahan minyak dan gas terkait rencana kegiatan. Pedoman untuk memperhatikan keselamatan kerja terutama yang terlibat dalam kegiatan pengembangan lapangan gas Matindok. Acuan untuk menjaga, melestarikan dan tidak merubah fungsi dari kawasan lindung yang ada di areal pengembangan gas di Blok Matindok. Pedoman dalam menetapkan acuan baku mutu dari air limbah yang dihasilkan dari kegiatan di sektor Migas. Acuan dan dasar baku mutu bagi emisi dari sumber yang tidak bergerak terutama pada tahap operasi (produksi) yang dilakukan oleh rencana kegiatan di bidang minyak dan gas. Pedoman dalam penggunaan kawasan hutan sebagai area pertambangan. Memperhatikan aspek kelestarian hutan serta mempertahankan keutuhan fungsi ekosistem hutan. I 5

Pendahuluan Perundangan Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral No. 045 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Lumpur Bor, Limbah Lumpur dan Serbuk Bor pada Kegiatan Pengeboran Minyak dan Gas Bumi. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1077/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah. Peraturan Menteri Kesehatan No. 492/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Kaitan Kegiatan Pedoman dan bahan acuan dalam pengelolaan pengelolaan lumpur bor, limbah lumpur dan serbuk bor pada kegiatan pengeboran minyak dan gas bumi di Blok Matindok. Pedoman pelaksanaan kegiatan pertambangan untuk menjaga kelestarian lingkungan terkait eksploitasi sumberdaya alam. Jaminan agar tetap menjaga kelestarian sumberdaya alam yang masuk dalam area kegiatan. Pedoman pada proses penyusunan AMDAL sesuai dengan aturan yang berlaku terkait kegiatan pengembangan gas di Blok Matindok. Acuan mengenai kesehatan udara dalam ruang rumah terkait dengan pengembangan gas di Blok Matindok Pedoman tentang persyaratan kualitas air minum terkait dengan pengembangan gas di Blok Matindok. Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 02/1999 tentang ijin lokasi menyatakan bahwa ijin lokasi adalah ijin yang diberikan kepada perusahaan baik perorangan/berbadan hukum sebagai dasar pembebasan tanah dan pemindahan hak atas tanah dalam rangka penanaman modal. Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi No. 06.P/0746/MPE/1991 tentang Pemeriksaan Keselamatan Kerja Atas Instalasi, Peralatan dan Teknik yang Dipergunakan dalam Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Keputusan Menteri Energi Sumberbaya Daya Mineral Nomor 2950K/21/MEM/2006 tentang Rencana Induk Jaringan Transmisi Distribusi Gas Bumi Nasional. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 129 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Emisi Usaha dan atau Kegiatan Minyak dan Gas Bumi. Keputusan Menteri Kesehatan No. 876 Tahun 2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan. Pedoman mengenai ijin yang diberikan kepada perusahaan baik perorangan/berbadan hukum sebagai dasar pembebasan tanah dan pemindahan hak atas tanah dalam rangka penanaman modal. Pedoman ini dijadikan dasar dalam melakukan rencana kegiatan sehingga tidak menjadi permasalahan di kemudian hari. Acuan mengenai keselamatan kerja dan peralatan serta teknik yang di gunakan dalam usaha pertambangan minyak dan gas bumi dan pengusahaan sumber daya panas bumi. Pedoman ini juga sebagai dasar dalam memperhatikan hak dan kewajiban dari tenaga kerja. Acuan dalam menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan terkait dengan kualitas air bersih dan kualitas air minum. Pedoman tentang rencana induk jaringan transmisi distribusi gas bumi nasional terkait dengan pengembangan gas di Blok Matindok. Sebagai pedoman dalam membuat format laporan pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan dan juga rencana pemantauan lingkungan (RKL RPL). Pedoman tentang baku mutu emisi dari kegiatan minyak dan gas bumi terkait kegiatan pengembangan gas di Blok Matindok. Pedoman teknis analisis dampak kesehatan lingkungan terkait dengan pengembangan gas di Blok Matindok. I 6

Pendahuluan Perundangan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 21 tahun 2001 tentang Pelepasan Tenaga Kerja Migas. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 1457.K/28/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan Bidang Pertambangan dan Energi. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP 50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebauan. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP 48/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 103.K/008/M.PE/1994 tentang Pengawasan atas Pelaksanaan RKL dan RPL dalam Bidang Pertambangan dan Energi. Keputusan Kepala BAPEDAL Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 8 Tahun 2000 tentang Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Ligkungan No. 124 Tahun 1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam Penyusunan Dokumen AMDAL. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP 299/11/1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan AMDAL. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 255/ Bapedal/08/1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 05/ Bapedal/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah B3. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 03/ Bapedal/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah B3. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 02/ Bapedal/09/1995 tentang Dokumen Limbah B3. Kaitan Kegiatan Pedoman teknis mengenai pelepasan tenaga kerja terkait pengembangan gas Matindok. Pedoman teknis untuk melakukan pengelolaan lingkungan di bidang pertambangan dan energi terkait pengembangan gas di Blok Matindok. Pedoman tentang baku tingkat kebauan terkait kegiatan pengembangan gas di Blok Matindok. Baku mutu lingkungan tingkat kebisingan yang akan digunakan terkait dengan kegiatan pengembangan gas di Blok Matindok. Pedoman dalam upaya pengawasan atas pelaksanaan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan dalam bidang pertambangan dan energi. Panduan keterlibatan masyarakat dalam proses AMDAL untuk memastikan adanya transparansi dalam keseluruhan proses AMDAL dari rencana usaha dan/atau kegiatan. Pedoman teknis kajian aspek kesehatan dalam penyusunan AMDAL meliputi komponen parameter lingkungan yang diprakirakan terkena dampak, proses dan potensi terjadinya pemajanan, potensi resiko timbulnya penyakit, karakteristik spesifik penduduk yang berisiko, sumberdaya kesehatan, kondisi sanitasi lingkungan, status gizi masyarakat, dan kondisi lingkungan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari komponen lain dalam penyusunan AMDAL. Pedoman teknis kajian aspek sosial dalam penyusunan AMDAL meliputi komponen demografi, ekonomi dan budaya serta merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari komponen lain dalam penyusunan AMDAL. Ketentuan untuk melakukan penanganan terhadap minyak pelumas bekas yang dihasilkan selama kegiatan sesuai dengan persyaratan dan ketentuan penanganan yang berlaku. Ketentuan untuk melakukan penandaan pada setiap kemasan limbah B3 untuk penyimpanan, pengolahan, pengumpulan dan pemanfaatan sesuai dengan karakteristik dan jenis limbah. Ketentuan untuk melakukan pengolahan limbah B3 yang dihasilkan dari pengembangan minyak dan gas sesuai dengan kaidah dan persyaratan teknis. Ketentuan untuk pelengkapan dokumen limbah B3 terkait kegiatan pengembangan gas di Blok Matindok. I 7

Pendahuluan Perundangan Kaitan Kegiatan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 056 Tahun 1994 tentang Pedoman Mengenai Ukuran Dampak Penting. Peraturan Daerah dan Keputusan Gubernur/Bupati Peraturan Daerah Provinsi Dati I Sulawesi Tengah No. 4 Tahun 1985 tentang Pengelolaan dan Pelestarian Lingkungan Hidup di Sulawesi Tengah. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah No. 465 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Air dan Udara di Sulawesi Tengah. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah No. 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah. Ketentuan untuk melakukan pengujian limbah B3 di laboratorium, penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 sesuai dengan prosedur. Pedoman ukuran dampak penting (ukuran, standar atau prinsip prinsip). Ukuran dampak penting digunakan untuk menilai apakah suatu rencana usaha atau kegiatan dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan atau tidak. Acuan dalam pengelolaan dan melestarikan lingkungan hidup sehingga pencemaran lingkungan dapat dicegah dan dikendalikan yang terkait kegiatan pengembangan gas di Blok Matindok. Pedoman untuk baku mutu air dan udara terutama dalam melaksanakan kegiatan pemantauan di daerah pengembangan gas di Blok Matindok. Acuan dalam upaya pengembangan gas di Blok Matindok agar sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah. I 8

PT. Pertamina EP PPGM BAB II DESKRIPSI KEGIATAN

Deskripsi Kegiatan BAB II DESKRIPSI KEGIATAN 2.1. Identitas Pemrakarsa dan Penyusun 2.1.1. Identitas Pemrakarsa Nama Instansi : PT. Pertamina EP PPGM Alamat : Menara Standard Chartered Lt. 21 Jl. Prof. Dr. Satrio Kav. 164 Jakarta Selatan 12950 Telp : (021) 57893688 Faks : (021) 57946223 Penanggung Jawab : Medianto Budi Satyawan (General Manager PPGM) 2.1.2. Identitas Penyusun Studi Nama Instansi : Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Institut Pertanian Bogor (PPLH IPB) Alamat : Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB Darmaga Bogor 16680 Telp : (0251) 8621 085, 8621 262 Faks : (0251) 8622 134 E mail : pplh ipb@indo.net.id Penanggung Jawab : Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, M.S. (Kepala PPLH IPB) Tenaga ahli menurut bidang keahlian yang dibutuhkan untuk penyusunan RKL RPL Tambahan Peningkatan Kapasitas Produksi Gas Matindok (45 MMSCFD menjadi 65 MMSCFD), Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah sebagai berikut: Ketua Tim : Dr. Ir. Hefni Effendi, M.Phil. (AMDAL A, B, C) Sertifikasi ketua tim : 000168/SKPA/LSK INTAKINDO/III/2010 Ahli Kualitas Udara : Dr. Ir. Arief Sabdo Yuwono, M.Sc. (AMDAL Penyusun) Ahli Kualitas Air dan Biota : Dr. Ir. Enan M. Adiwilaga (AMDAL A, B) Sertifikasi ketua tim : 000111/SKPA/LSK INTAKINDO/XII/2009 Ahli Geologi : Ir. Singgih Irianto, M.S. (AMDAL Penyusun) Ahli Tanah : Dr. Ir. Kukuh Murtilaksono, M.S. Ahli Vegetasi dan Satwa : Eko Adhiyanto, S.Hut. Ahli Sosekbud dan Kesmas : Ir. Gatot Yulianto, M.S. Sertifikasi anggota tim : 000270/SKPA/LSK INTAKINDO/X/2010 Drs. Dahlan H. Hasan, M.Si. (Kepala PPLH Universitas. Tadulako) Tenaga Pendukung : Setyo Pambudi Nugroho, S.P. (Project Officer) Sertifikasi ketua tim : 000209/SKPA/LSK INTAKINDO/VIII/2010 Bagus A. Utomo, S.Pi. (Asisten Ahli Biofiskim) Suwandono (Administrasi) Registrasi kompetensi AMDAL PPLH IPB adalah No. 0020/LPJ/AMDAL 1/LRK/KLH. II 1

Deskripsi Kegiatan 2.2. Uraian Rencana Kegiatan Lapangan Matindok Rencana awal Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) untuk pembangunan fasilitas produksi secara keseluruhan yaitu fasilitas produksi Donggi dengan kapasitas 60 MMSCFD dan fasilitas produksi Matindok dengan kapasitas 45 MMSCFD sampai saat ini belum terealisasi, walaupun rencana PPGM ini sudah dilingkup dalam Dokumen AMDAL yang telah disetujui tahun 2008. Selanjutnya sesuai dengan perkembangan terakhir alokasi gas untuk Blok Matindok dan Senoro dari Pemerintah dan telah dilakukannya pemboran delineasi di Blok Matindok pada tahun 2009, potensi cadangan di Blok Matindok bertambah dari sebelumnya. Untuk itu, Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) akan melakukan peningkatan kapasitas fasilitas produksi Matindok dari 45 MMSCFD menjadi 65 MMSCFD (peningkatan 20 MMSCFD) sehingga diperlukan dokumen lingkungan yang mencakup rencana peningkatan kapasitas produksi tersebut berupa RKL RPL Tambahan. Oleh karena itu, uraian kegiatan ini secara garis besar menjadi: (1) Uraian kegiatan yang telah dilingkup dalam AMDAL untuk kapasitas fasilitas produksi Matindok 45 MMSCFD dan (2) Uraian kegiatan yang dilingkup dalam RKL RPL Tambahan untuk peningkatan kapasitas fasilitas produksi Matindok dari 45 MMSCFD menjadi 65 MMSCFD. 2.2.1. Rencana Kegiatan Pengembangan Blok Matindok untuk Fasilitas Produksi Matindok dengan Kapasitas 45 MMSCFD (Dilingkup Dalam Dokumen AMDAL tahun 2008) Fasilitas Produksi Matindok dengan kapasitas awal 45 MMSCFD ini akan memproses gas dari Lapangan Maleoraja dan Lapangan Matindok yang meliputi: kegiatan pengembangan sumur gas, pembangunan Block Station (BS) atau Fasilitas Processing Gas (Gas Processing Facility, disingkat GPF), pemasangan pipa penyalur gas, dan pengangkutan kondensat. Rencana kegiatan pengeboran sumur di Lapangan Maleoraja dan Lapangan Matindok tidak mengalami perubahan dari dokumen AMDAL tahun 2008 yaitu 3 sumur di Lapangan Maleo raja dan 4 sumur di Lapangan Matindok, yang berlokasi di Kecamatan Batui, Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Fasilitas Produksi Matindok akan ditingkatkan kapasitasnya dari 45 MMSCFD menjadi 65 MMSCFD yang disebabkan adanya permintaan kebutuhan gas untuk pemenuhan kebutuhan domestik, sehingga alokasi gas yang akan dijual ke pembeli juga bertambah. Lokasi PPGM Blok Matindok disampaikan pada Gambar 2.1 dan lokasi rencana Fasilitas Produksi Matindok berada di Desa Nonong Kecamatan Batui Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah pada koordinat garis lintang 3 46 18,87 S. dan garis bujur 122 29 26,21 E disampaikan pada Gambar 2.2. Diagram alir pengembangan Blok Matindok secara keseluruhan disampaikan pada Gambar 2.3. II 2

Deskripsi Kegiatan RKL RPL Tambahan Peningkatan Kapasitas Gas Matindok (45 MMSCFD menjadi 65 MMSCFD) Kabupaten Banggai, Prov. Sulawesi Tengah Gambar 2.1. Lokasi PPGM Blok Matindok II 3

Deskripsi Kegiatan RKL RPL Tambahan Peningkatan Kapasitas Gas Matindok (45 MMSCFD menjadi 65 MMSCFD) Kabupaten Banggai, Prov. Sulawesi Tengah Lokasi Lapangan Matindok Gambar 2.2. Lokasi Rencana Kegiatan Lapangan Matindok Dikaitkan dengan Peruntukkan Lahan II 4

Deskripsi Kegiatan MS MATINDOK MS MALEORAJA Compressor Separation Unit GPF 14 X 5300 m MLR Junction 12 X 8400 m Compressor GPF MS MINAHAKI 14 X 11650 m Condensate Tank BS SUKAMAJU 8 X 3900 m Separation Unit Compressor GPF Condensate Tank BS MATINDOK 16 x 1000 m Separation Unit Condensate Tank BS DONGGI Sumber: AMDAL PPGM dan POD PPGM PT. Pertamina EP, Revisi Februari 2011 16 x 35000 m 30 x 15100 m 30 x 14500 m Operating Standby Senoro Junction BUYERS Gambar 2.3. Diagram Alir Pengembangan Blok Matindok II 5

Deskripsi Kegiatan Gas yang diproduksi mengandung CO₂ ± 2,5 3,5 %, kandungan H 2 S ± 3.000 5.000 ppm dan kemungkinan adanya unsur lainnya. Komposisi gas yang terkandung dalam pipa antara Sumur sampai dengan Block Station (BS) maupun dari Block Station (BS) sampai dengan Kilang LNG disampaikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Tipikal Komposisi Gas yang akan Diolah di Fasilitas Produksi Matindok Komposisi Gas Unit Matindok Spesifikasi 1. Dari sumur s/d Block Station Hydrogen Sulphide H 2 S % mole 0,38400 Alkyl Mercaptan RSH % mole 0,00200 Carbonyl Sulphide COS % mole 0,00020 Nitrogen N 2 % mole 2,23043 Carbon Dioxide CO 2 % mole 3,03000 Methane CH 4 % mole 80,97919 Ethane C 2 H 6 % mole 6,49778 Propane C 3 H 8 % mole 3,06306 Iso Butane i C 4 H 10 % mole 0,72750 Normal Butane n C 4 H 10 % mole 0,94917 Iso Pentane i C 5 H 12 % mole 0,65306 Normal Pentane n C 5 H 12 % mole 0,39829 Hexane C 6 H 14 % mole 0,34852 Heptane plus C 7 H 16 % mole 0,73681 Total % mole 100,000 2. Dari Block Station s/d Kilang LNG Nitrogen N 2 % mole 2,30920 Methane CH 4 % mole 83,83896 Ethane C 2 H 6 % mole 6,72725 Propane C 3 H 8 % mole 3,17123 Iso Butane i C 4 H 10 % mole 0,75319 Normal Butane n C 4 H 10 % mole 0,98269 Iso Pentane i C 5 H 12 % mole 0,67612 Normal Pentane n C 5 H 12 % mole 0,41235 Hexane C 6 H 14 % mole 0,36083 Heptane plus C 7 H 16 % mole 0,76283 CO 2 H 2 S Total Sulfur H 2 O Sumber: PT. Pertamina EP, 2011 75 ppmv max 3,5 ppmv max 17 ppmv max 10 lb/mmscf max Berdasarkan hasil analisis, pada struktur Matindok dapat diproduksikan gas dari 4 titik serap yang kesemuanya merupakan sumur pengembangan. Titik titik serap tersebut adalah: MTD BB/2, MTD 1S/3 dan MTD AA/4 akan dibor miring dari cluster sumur MTD 2, dan MTD CC/5. Ilustrasi titik titik serap sumur sumur di Lapangan Matindok dapat dilihat pada gambar 2.4. II 6