BAB I PENDAHULUAN. pertanian menjadi daerah permukiman, industri, dan lain-lain. Menurut BPN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor)

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. rakyat secara merata dan adil, penyediaan pangan dan gizi yang cukup memadai

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1960, namun sampai sekarang ketergantungan terhadap beras dan terigu

GAMBARAN KERAGAMAN PANGAN LOKAL SUMBER KARBOHIDRAT DI DESA GRAJEGAN KECAMATAN TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Declaration and World Food Summit Plan of Action adalah food security

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

BAB II LANDASAN TEORI. bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan-bahan lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang terbentang di sepanjang garis

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. masih bertumpu pada beras. Meskipun di beberapa daerah sebagian kecil penduduk

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Lingkungan Eksternal. Terigu adalah salah satu bahan pangan yang banyak dibutuhkan oleh

beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh suatu kelompok sosial

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan

PEMENUHAN PANGAN BAGI MASYARAKAT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

PROSPEK TANAMAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengkonsumsi berbagai jenis pangan sehingga keanekaragaman pola

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung, dan ubi kayu. Namun, perkembangan produksinya dari tahun ke tahun

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PERAN SEKTOR INDUSTRI DALAM MENDUKUNG KEANEKARAGAMAN PANGAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015)

BAB I PENDAHULUAN. orang atau badan (produsen). Orang atau badan yang melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

PENDAHULUAN. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

CUPLIKAN RUMUSAN HASIL KONFERENSI DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1Latar Belakang Beras masih dianggap sebagai komoditas strategis yang dominan dalam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan

PRODUKSI TANAMAN PANGAN PROVINSI PAPUA TAHUN 2015 (BERDASARKAN ANGKA SEMENTARA 2015)

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

BAB VIII KELEMBAGAAN MAKANAN POKOK NON BERAS

faktor faktor yang berpengaruh

ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1)

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

BAB VII HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI DENGAN SIKAP TERHADAP MAKANAN POKOK NON BERAS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk besar. Perhatian terhadap ketahanan pangan (food security) mutlak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

UPAYA OPTIMALISASI PANGAN BERBASIS TEPUNG NONBERAS SEBAGAI PENGEMBANGAN UMKM KABUPATEN CILACAP

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (ANGKA RAMALAN III 2008)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat (Hanani, 2012).

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

Karakteristik dan Prospek untuk Percepatan Diversifikasi Pangan

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas,

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi suatu negara, terutama negara

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan pertanian setiap tahunnya berkurang kuantitas maupun kualitasnya. Dari sisi kuantitas, lahan pertanian berkurang karena alih fungsi lahan pertanian menjadi daerah permukiman, industri, dan lain-lain. Menurut BPN secara nasional tiap tahun terjadi konversi lahan sawah sebesar 100.000 ha (termasuk 35.000 ha lahan irigasi), dengan demikian berarti tahun 2030 Indonesia akan kehilangan 242 juta ha sawah sedangkan dari sisi kualitas adalah berkurangnya kesuburan lahan pertanian (Prabowo dalam Syarifudin, 2008: 34). Achmad Suryana (2003: 91) mengungkapkan fenomena iklim yang semakin tidak menentu karena pengaruh global warming di Indonesia menambah tingkat kesulitan upaya peningkatan produksi, terutama untuk tanaman semusim yang sangat tergantung pada iklim dan ketersediaan air. Permasalahan beralihnya fungsi lahan pertanian ke non-pertanian, berkurangnya kesuburan tanah, dan iklim yang tidak menentu tersebut tentu saja mempengaruhi produktivitas padi sebagai komoditas pangan utama di Indonesia. Indonesia pada saat ini, tidak lagi sepenuhnya swasembada pangan, berarti bahwa pada saat-saat tertentu memerlukan impor untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Indonesia memang sudah mencapai swasembada beras 1

2 pada tahun 1984, namun demikian beberapa tahun sesudahnya Indonesia kembali menjadi negara pengimpor beras. Menurut M. Husein Sawit (2010: 77) sejak paruh kedua 1960-an kebijakan perdagangan dan pemasaran pangan yang komprehensif, khususnya beras, telah dijalankan oleh pemerintah. Tujuan utama kebijakan pangan tersebut adalah menciptakan ketahanan pangan (food security) yang lebih baik, memperbaiki nutrisi (nutritional wellbeing) khususnya bagi rumah tangga berpendapatan rendah, dan keamanan pangan (food safety) bagi seluruh penduduk. Ketahanan pangan menjadi isu penting akhir-akhir ini di dalam negeri, terutama mengenai masalah ketersediaan beras sebagai makanan pokok penduduk Indonesia. Dibutuhkan upaya untuk menurunkan peranan beras, dan menggantikannya dengan jenis bahan pangan lain dalam rangka menjaga ketahanan pangan dalam jangka panjang. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan mengembangkan dan mengintroduksi bahan pangan alternatif pengganti beras yang berharga murah dan memiliki kandungan gizi yang tidak jauh berbeda dengan beras. Kebutuhan pangan bagi seluruh wilayah di Indonesia sangat beraneka ragam namun masyarakat luas hanya mengenal satu jenis pangan pokok yaitu beras yang mengandung karbohidrat. Menurut Syarifudin Hidayat (2008: 11) di Indonesia pangan yang paling utama adalah padi/beras karena masyarakat Indonesia sebagian besar mengkonsumsi beras, sedangkan jagung, sagu singkong, dan lain-lain hanya sebagian kecil saja yang mengkonsumsi.

3 Dapat dikatakan bahwa masih ada sebagian kecil masyarakat di Indonesia yang mengkonsumsi bahan pangan non-beras sebagai makanan pokok. Program diversifikasi merupakan salah satu upaya meningkatkan ketahanan pangan yang dikenal dengan penganekaragaman pangan yaitu proses pengembangan produk pangan yang tidak tergantung pada satu jenis bahan saja tetapi memanfaatkan macam-macam bahan pangan. Tujuan dari program pemerintah tersebut untuk melepas masyarakat akan ketergantungan terhadap beras dan memperoleh keragaman gizi. Hal tersebut diatur dalam Peraturan Presiden No. 22 tahun 2009 tentang kebijakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal menekankan pentingnya pengembangan produk pangan yang lebih beranekaragam baik dari sisi produksi dan penyediaan maupun konsumsinya. Persoalan pokok yang dihadapi dalam upaya penganekaragaman pangan adalah tertanamnya citra bahwa pangan lokal sumber karbohidrat non beras seperti ubi kayu, jagung, dan sagu nilainya lebih rendah atau inferior terhadap beras. Penduduk yang tinggal di daerah kering dan rawan pangan merupakan konsumen utama pangan lokal non-beras tersebut. Menurut Handewi P.S Rachman (2004: 11) berdasar indikator yang ada, untuk propinsi D.I. Yogyakarta, wilayah yang termasuk kategori memiliki resiko tinggi untuk terjadinya rawan pangan di Kabupaten Gunung Kidul adalah Kecamatan Panggang, Gedangsari, dan Saptosari. Kerawanan pangan pada tingkat ini dapat terjadi karena lokasi yang terpencil sehingga membutuhkan waktu lama

4 untuk mendapatkan bahan pangan yang berakibat pada rendahnya daya beli rumah tangga. Desa Giriharjo merupakan salah satu desa di Kecamatan Panggang yang penduduknya merupakan konsumen utama bahan pangan non-beras sebab secara fisik daerah tersebut merupakan daerah terpencil dan tanaman yang dapat tumbuh di daerah tersebut berasal dari lahan kering. Bahan pangan nonberas yang sering dikonsumsi oleh penduduk adalah jagung dan ubi kayu, namun ubi kayu lebih banyak dikonsumsi sebab ubi kayu dapat dipanen pada setiap musim dan dapat diolah menjadi berbagai macam makanan yang dapat disimpan lama. Masa panen ubi kayu ini dapat disesuaikan dengan masa kebutuhan atau masa harga pasaran terbaik, dan sifat inilah yang telah membuat ubi kayu terkenal sebagai tanaman pemberantas kelaparan di daerahdaerah kering sebagai pengganti beras untuk konsumsi makanan pokok. Ubi kayu merupakan salah satu bahan pangan lokal yang terus dikembangkan melihat berbagai kelebihan dan kekurangan dari umbi-umbi tersebut,seperti umbi-umbian yang tidak mengenal musim, memiliki masa simpan yang singkat, dan harga relatif murah. Menurut Falcon, dkk (1986: 27-30) ubi kayu adalah tanaman umbi-umbian daerah tropik dan merupakan sumber kalori pangan yang paling murah di dunia. Ubi kayu berbeda dengan bahan-bahan pangan pokok lainnya, sangat mudah busuk dan harus dikonsumsi secara cepat atau diubah menjadi produk yang dapat disimpan. Ubi kayu dapat dipanen setiap waktu antara 6 sampai 24 bulan (atau bahkan lebih lama) sesudah ditanam.

5 Ubi kayu merupakan bahan makanan pokok alternatif non beras yang dekat dengan masyarakat namun bahan makanan ini diidentikkan sebagai jenis bahan makanan masyarakat perdesaan dan tidak bergengsi. Terlebih dengan adanya persepsi bahwa masyarakat Indonesia yang biasa makan nasi tidak merasa kenyang sebelum makan nasi sebagai sumber karbohidrat. Nani Zuraida dan Yati Supriati (2001: 13) mengemukakan bahwa masyarakat yang biasa makan jagung, ubi kayu, sagu, atau ubi jalar, secara psikologis dan kultural sebenarnya masih menikmati dan ingin meneruskan mengkonsumsi jenis makanan tersebut, namun mengalami perubahan terdorong oleh pergeseran status sosial dan status bahan pangan yang menunjuk kepada pemilihan bahan pangan beras. Perubahan pemilihan bahan pangan beras dan kemudahan untuk dapat mengakses beras sebagai makanan pokok di Desa Giriharjo saat ini menyebabkan sebagian penduduk beralih dari konsumsi ubi kayu ke beras namun ada juga yang masih bertahan dengan mengkonsumsi ubi kayu sebagai makanan pokok. Hal tersebut memberi gambaran bahwa minat penduduk mengkonsumsi ubi kayu sebagai pengganti beras mulai mengalami penurunan. Pola konsumsi makanan pokok di desa Giriharjo juga berubah seiring dengan menurunnya minat penduduk mengkonsumsi ubi kayu sebagai makanan pokok. Berdasarkan uraian yang sudah dipaparkan sebelumnya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pola Konsumsi Ubi Kayu sebagai Makanan Alternatif Pengganti beras dan Ketahanan Pangan Rumah

6 Tangga di Desa Giriharjo Kecamatan Panggang Kabupaten Gunung Kidul. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat di identifikasi beberapa permasalahannya sebagai berikut : 1. Produktivitas beras sebagai makanan pokok terbatas sehingga perlu dicari sumber makanan pokok alternatif. 2. Ketahanan pangan rumah tangga merupakan ancaman di daerah kering seperti Kabupaten Gunung Kidul. 3. Desa Giriharjo merupakan salah satu desa rawan pangan di Kecamatan Panggang Kabupaten Gunung Kidul yang penduduknya masih banyak memanfaatkan ubi kayu sebagai bahan pangan pengganti beras. 4. Pergeseran status sosial dan ekonomi menyebabkan perubahan pemilihan bahan makanan pokok dari konsumsi ubi kayu menjadi beras oleh sebagian penduduk di Desa Giriharjo. 5. Persepsi masyarakat yang menganggap ubi kayu sebagai makanan pokok orang miskin yang tinggal di perdesaan. 6. Minat mengkonsumsi ubi kayu sebagai makanan alternatif semakin berkurang. 7. Pola konsumsi ubi kayu sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras di Desa Giriharjo Kecamatan Panggang Kabupaten Gunung Kidul mengalami perubahan.

7 C. Batasan Masalah Mengingat begitu luasnya permasalahan yang ada dan berbagai keterbatasan, maka tidak semua masalah yang telah dikemukakan dapat dibahas. Peneliti lebih terfokus pada : 1. Minat rumah tangga dalam pemanfaatan ubi kayu sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras di Desa Giriharjo Kecamatan Panggang Kabupaten Gunung Kidul. 2. Pola konsumsi ubi kayu sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras pada rumah tangga di Desa Giriharjo Kecamatan Panggang Kabupaten Gunung Kidul. 3. Hubungan antara kondisi sosial ekonomi penduduk dengan pola konsumsi ubi kayu sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras pada rumah tangga di Desa Giriharjo Kecamatan Panggang Kabupaten Gunung Kidul. 4. Ketahanan pangan rumah tangga di Desa Giriharjo Kecamatan Panggang Kabupaten Gunung Kidul. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana minat rumah tangga dalam pemanfaatan ubi kayu sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras di Desa Giriharjo Kecamatan Panggang Kabupaten Gunung Kidul?

8 2. Bagaimana pola konsumsi ubi kayu sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras pada rumah tangga di Desa Giriharjo Kecamatan Panggang Kabupaten Gunung Kidul? 3. Bagaimana hubungan antara kondisi sosial ekonomi dengan pola konsumsi ubi kayu sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras pada rumah tangga di Desa Giriharjo Kecamatan Panggang Kabupaten Gunung Kidul? 4. Bagaimana ketahanan pangan rumah tangga di Desa Giriharjo Kecamatan Panggang Kabupaten Gunung Kidul? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Minat rumah tangga dalam pemanfaatan ubi kayu sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras di Desa Giriharjo Kecamatan Panggang Kabupaten Gunung Kidul. 2. Pola konsumsi ubi kayu sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras pada rumah tangga di Desa Giriharjo Kecamatan Panggang Kabupaten Gunung Kidul. 3. Hubungan antara kondisi sosial ekonomi dengan pola konsumsi ubi kayu sebagai bahan pangan alternatif pengganti beras pada rumah tangga di Desa Giriharjo Kecamatan Panggang Kabupaten Gunung Kidul. 4. Ketahanan pangan rumah tangga di Desa Giriharjo Kecamatan Panggang Kabupaten Gunung Kidul.

9 F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini dapat memperkaya referensi yang berhubungan dengan Geografi Sosial dan Geografi Ekonomi. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian sejenis. 2. Manfaat Praktis a. Bagi penduduk, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pemanfaatan ubi kayu sebagai alternatif makanan pokok pengganti beras di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. b. Bagi instansi serta lembaga-lembaga yang terkait dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka upaya mengembangkan pemanfaatan ubi kayu sebagai alternatif makanan pokok pengganti beras. 3. Manfaat di Bidang Pendidikan Berdasarkan kurikulum mata pelajaran Geografi Sekolah Menengah Atas kelas XI dengan Standar Kompetensi: Memahami sumber daya alam dan lebih mengacu pada Kompetensi Dasar: Menjelaskan pemanfaaaatan sumber daya alam secara arif, maka penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pengayaan untuk mendukung pembelajaran.