PERBUATAN MELANGGAR HUKUM OLEH MASKAPAI PENERBANGAN TERKAIT PEMBATALAN DAN KETERLAMBATAN PENGANGKUTAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERLINDUNGAN KONSUMEN SEBAGAI PENGGUNA JASA PENERBANGAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG PADA TRANSPORTASI UDARA NIAGA

Bagian Hukum Bisnis Falkutas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

Privat Law Vol. V No. 1 Januari-Juni

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN APABILA TERJADI KECELAKAAN AKIBAT PILOT MEMAKAI OBAT TERLARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya dalam kegiatan pengangkutan udara niaga terdapat dua

Oleh : Ari Agung Satrianingsih I Gusti Ayu Puspawati Dewa Gde Rudy Program Kekhususan Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana.

AKIBAT HUKUM PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN BARANG OLEH PENGANGKUT DALAM KEADAAN MEMAKSA (OVERMACHT)

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia serta perubahan zaman dengan dilihat dari arus globalisasi di

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

PENYELESAIAN SENGKETA KLAIM ATAS HILANGNYA BAGASI TERCATAT ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO.

DAFTAR ISI. HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAM PENGESAHAN... HALAM MOTTO DAN PERSEMBAHAN... viii. KATA PENGANTAR... x. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhannya adalah transportasi udara. Transportasi udara merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan yang diukur dari pertumbuhan penumpang udara.1

PERNYATAAN. Yang bertanda tangan di bawah ini: Nomor Pokok Mahasiswa :

BAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia

pengangkutan udara dilakukan oleh perusahaan penerbangan dapat dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan penerbangan tumbuh dengan pesat banyak perusahaan atau maskapai

BAB I PENDAHULUAN. bagi pemenuhan kebutuhan transportasi yang cepat dan aman. Perkembangan

BAB III PENUTUP. permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA MASKAPAI PENERBANGAN DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN PESAWAT UDARA

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan berciri

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah Negara kepulauan yang sangat besar dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhannya sebagai konsumen dalam

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEPENTINGAN PARA KREDITOR AKIBAT ACTIO PAULIANA DALAM HUKUM KEPAILITAN

PERAN ASURANSI KEPADA PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT YANG MENGALAMI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN BARANG

TANGGUNG JAWAB PROVIDER DALAM HAL TERJADI KECELAKAAN YANG MENIMPA PELAKU OLAHRAGA KEDIRGANTARAAN MICROLIGHT/AUTOGYRO

TESIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PEMAKAI JASA TRANSPORTASI UDARA G DYAH LESTARI WAHYUNINGTHYAS KSPA

PENGATURAN PRINSIP TANGGUNG JAWAB KARENA KESALAHAN APABILA TERJADI EVENEMENT PADA PENGANGKUTAN DARAT

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, mendukung mobilitas manusia, barang dan jasa serta

TESIS KEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) DENGAN PELANGGAN

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

Kata kunci :Upaya Hukum, Transportasi udara

SKRIPSI JURIDICAL ANALYSIS OF AIRLINES LIABILITY FOR DELAY AND CANCELLATION SCHEDULE DEPARTURE PASSENGER IN CONSUMER PROTECTION LAW PERSPECTIVE

SANTUNAN OLEH PELAKU TINDAK PIDANA TERHADAP KORBAN KEJAHATAN DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

BAB I PENDAHULUAN. terakhir di Indonesia. Sejumlah armada bersaing ketat merebut pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. global yang memiliki peran penting dalam pembangunan di berbagai sektor.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat transportasi untuk mempermudah mobilisasi. Dari berbagai

I. PENDAHULUAN. Masyarakat sangat bergantung dengan angkutan umum sebagai tranportasi penunjang

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAMBATAN PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN USAHA OLEH KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya yaitu keadaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Perlindungan Konsumen Penumpang Pesawat Terbang. a. Pengertian Pelindungan Konsumen

BAB III PENUTUP. perjanjian konsinyasi dalam penjualan anjing ras di Pet Gallery Sagan

TESIS. (Kajian Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan)

TANGGUNG JAWAB LESSEE TERHADAP MUSNAHNYA BARANG MODAL KARENA KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE) DALAM PERJANJIAN LEASING

AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN TERHADAPAT BAGASI PENUMPANG YANG HILANG ATAU RUSAK

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGATUR LALU LINTAS UDARA DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN PESAWAT UDARA

BAB I PENDAHULUAN. ekstrem dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. mengakibatkan kepemilikan apapun (Kotler, 2002:83).

BAB III METODE PENELITIAN. hukum empiris. Penelitian hukum normatif akan mengkaji asas-asas, konsepkonsep

BAB I P E N D A H U L U A N. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan laut ini. Tetapi karena

BAB I PENDAHULUAN. itu perkembangan mobilitas yang disebabkan oleh kepentingan maupun keperluan

TANGGUNG JAWAB JASA ANGKUTAN UDARA TERHADAP KECELAKAAN PESAWAT MELALUI PENELITIAN DI PT GAPURA ANGKASA DENPASAR

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG TANPA TIKET (ILLEGAL) DALAM PENGANGKUTAN DARAT DI INDONESIA

JURNAL ILMIAH. TANGGUNG GUGAT MASKAPAI PENERBANGAN TERHADAP BAGASI TERCATAT PADA PENGANGKUTAN UDARA DOMESTIK (Studi di Bandara Internasional Lombok)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan yang pesat dalam segala aspek kehidupan mendorong

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Terkait dengan pertumbuhan industri jasa, di sisi lain juga semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala

PENOLAKAN WARIS BERDASARKAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. datang dan berangkat mencapai dan (Buku Statistik

PROSES PEMBERIAN GANTI RUGI TERHADAP KERUSAKAN BARANG DALAM PENGANGKUTAN MELALUI UDARA DI BANDARA NGURAH RAI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA JASA PENGIRIMAN BARANG DALAM HAL KETERLAMBATAN SAMPAINYA BARANG

PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN MELALUI ASPEK HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di Indonesia. Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 8 tahun

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS MEREK TERKENAL (WELL-KNOWN MARK) BERKAITAN DENGAN PELANGGARAN MEREK

BAB I PENDAHULUAN. efisien, sehingga pesawat udara adalah pilihan yang tepat dalam transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan prioritas tempat duduk. 1. prioritas pelayanan di terminal; menyediakan fasilitas untuk penyandang

PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM TERHADAP HEWAN PELIHARAAN YANG MENYEBABKAN KERUGIAN TERHADAP HEWAN PELIHARAAN LAIN SEBAGAI PERBUATAN YANG MELAWAN HUKUM

- Andrian Hidayat Nasution -

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah mendorong timbulnya persaingan yang sangat kompetitif

GANTI RUGI DALAM ASURANSI KECELAKAAN PENUMPANG ANGKUTAN UDARA KOMERSIAL

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :

BAB I PENDAHULUAN.

BAB III TANGGUNG JAWAB MASKAPAI TERHADAP KETERLAMBATAN PENERBANGAN DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG PENERBANGAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. banyak orang yang melakukan mobilitas dari satu tempat ke tempat yang lain

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG

BAB 4 PEMBAHASAN KASUS PERIHAL PEMBATALAN KLAUSULA BAKU PADA TIKET MASKAPAI LION AIR OLEH PN JAKARTA PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. perubahan informasi yang sudah diproses dan dilakukan penyimpanan

UPAYA BANK DALAM PENYELAMATAN DAN PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk yang saling

TANGGUNG JAWAB PENYEWA DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DI KOTA GIANYAR

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENERBANGAN TERHADAP KERUGIAN YANG DIALAMI PENUMPANG

Sri Sutarwati 1), Hardiyana 2), Novita Karolina 3) Program Studi D1 Ground Handling Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan 3)

BAB III PENUTUP. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang bercirikan nusantara yang

Oleh: A.A. Gede Agus Mahayana I Gusti Ayu Agung Ariani Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

STATUS KEPERDATAAN PELAKU TRANSSEXUAL DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan

KEWAJIBAN PERDATA AIR ASIA TERHADAP KORBAN KECELAKAAN PESAWAT QZ8501

HAK PENUMPANG JIKA PESAWAT DELAY

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi global dan teknologi modern memberikan dampak

BAB V PENUTUP. melihat pengaruh pengaruh dari airlines service quality dan service recovery

PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi dan bisnis yang sangat pesat telah mengubah laju

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 5.1 Peranan Asuransi Dalam Pengembangan Pengangkutan Udara Nasional

Transkripsi:

PERBUATAN MELANGGAR HUKUM OLEH MASKAPAI PENERBANGAN TERKAIT PEMBATALAN DAN KETERLAMBATAN PENGANGKUTAN ABSTRACT Oleh: Ida Bagus Bayu Mahardika I Ketut Sandhi Sudarsana Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana This paper tittled Onrechtmatige daad by Airlines Company Related to The Cancellation and The Delay of Transport. In this paper, it is used normative methode which try to resolve the problem s rooted by the literature and statutes.the problem of delay and cancellation often we experience in the world of airlines. It is definitely suffering the kind of loss for the passanger. Whether is the problem of cancellation and the delay included the Onrechtmatige daad, it will be explain further in this paper. Key words : Company, Onrechtmatige daad, Cancellation, Delay. ABSTRAK Makalah ini berjudul Perbuatan Melanggar Hukum Oleh Maskapai Penerbangan Terkait Pembatalan Dan Keterlambatan Pengangkutan. Dalam penulisan makalah ini digunakan metode normatif yang mana pemecahan masalah didasarkan pada literatur dan perundang-undangan. Masalah delay dan pembatalan yang sering kita jumpai dalam dunia penerbangan tentunya menimbulkan kerugian bagi pihak penumpang. Apakah persoalan tersebut termasuk kedalam perbuatan melanggar hukum, untuk itu akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini. Kata kunci : Maskapai, melanggar hukum, pembatalan, keterlambatan. I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengangkutan udara merupakan sarana perhubungan yang cepat, efisien, ekonomis, dan nyaman. Hal ini tentunya membuat jasa angkutan udara menjadi pilihan yang tepat dalam kehidupan dunia modern yang menuntut segala sesuatu serba cepat dan efisien. 1 Definisi Pengangkut (atau pengangkut udara, air carrier ) adalah : orang atau badan yang mengadakan persetujuan untuk mengangkut penumpang, bagasi atau barang dengan pesawat terbang. 2 Pesatnya perkembangan teknologi penerbangan ini, sudah seharusnya diimbangi dengan kecepatan pelayanan dan jaminan keselamatan dalam industri penerbangan 1 Saefullah Wiradipradja, 1989, Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Hukum Pengangkutan Udara Internasional Dan Nasional, Liberty, Yogyakarta, Hal.v 2 Suherman, 1979, Masalah Tanggung Jawab Pada Charter Pesawat Udara Dan Beberapa Masalah Lain Dalam Bidang Penerbangan, Alumni, Bandung, Hal.37 1

tanah air. Namun maskapai penerbangan di Indonesia masih sering mengalami permasalahan terkait keterlambatan maupun pembatalan penerbangan yang berakibat kerugian terhadap pengguna jasa penerbangan. Seperti kasus David Tobing terhadap Lion Air pada September 2007 lalu. Pada tanggal 16 Agustus 2007, David hendak menggunakan jasa Lion Air untuk perjalanannya ke Surabaya. Setelah menunggu lebih dari 90 menit dan tak ada kejelasan waktu keberangkatan maupun penjelasan resmi atas delay atau keterlambatan yang dilakukan oleh pihak Lion Air. Sampai akhirnya David memutuskan untuk membeli tiket pesawat lain. Merasa dirugikan, David menggugat Lion Air dalam gugatannya ia menuntut Lion Air dinyatakan melakukan perbuatan melanggar hukum karena tidak memberikan informasi atas delay keberangkatan. David juga menuntut agar Lion Air membayar ganti rugi sebesar Rp 718.500. Angka itu adalah biaya tiket pesawat Garuda sebesar Rp688.500 ditambah airport tax sebesar Rp 30.000. Selain itu, David juga menuntut agar klausula baku yang di dalam tiket Lion Air bertuliskan Pengangkut tidak bertanggung jawab atas kerugian apapun yang ditimbulkan oleh pembatalan dan keterlambatan pengangkutan ini", termasuk segala keterlambatan datang penumpang dan keterlambatan penyerahan bagasi batal demi hukum. 3 Ketepatan waktu penerbangan saat keberangkatan maupun kedatangan merupakan salah satu aspek penting sebagai salah satu bentuk pelayanan yang diberikan maskapai penerbangan terhadap penumpang selain keselamatan dan kenyaman. Hal ini menjadi masalah serius karena merupakan tanggung jawab maskapai penerbangan untuk melaksanakan kewajibannya sebaik mungkin. 1.2 Tujuan Dari latar belakang diatas dapat dikemukakan rumusan masalah yang juga menjadi tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui apakah pembatalan dan keterlambatan dalam pengangkutan udara termasuk perbuatan melanggar hukum. II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penelitian 3 Dikutip dari http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol20535/david-tobing-ajukanaanmaning-atas-perkara-idelayi-pesawat-, diakses pada tanggal 16Oktober 2013 pukul 20.45 WITA 2

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian yuridis normatif. Yaitu dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada dengan mengadakan penelitian terhadap masalah hukum kemudian dikaji dengan pendekatan perundang-undangan. 2.2 Hasil Pembahasan 2.2.1 Perbuatan Melanggar Hukum Yang Dilakukan Oleh Pihak Maskapai Penerbangan Terkait Pembatalan Dan Keterlambatan Pengangkutan Perbuatan melanggar hukum adalah suatu perbuatan yang melanggar norma hukum, melanggar norma hukum disini berarti telah melanggar ketentuan pada perundang-undangan. Hal ini merupakan salah satu unsur pasal 1365 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang menentukan bahwa tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut. Secara teoritis, dikatakan bahwa tuntutan ganti kerugian berdasarkan alasan perbuatan melanggar hukum baru dapat dilakukan apabila memenuhi empat unsur di bawah, yaitu : a) Adanya perbuatan melanggar hukum; b) Ada kerugian c) Ada hubungan kausalitas antara kerugian dan perbuatan melanggar hukum;dan d) Ada kesalahan. 4 Perbuatan tersebut melanggar hukum sebagaimana dikatakan diatas jika pelaku yang dalam hal ini adalah pihak maskapai tidak melaksanakan apa yang diwajibkan oleh undang-undang (norma hukum) yaitu jam keberangkatan, sehingga mempunyai konsekuensi tersendiri yang dapat dituntut oleh pihak lain yang merasa dirugikan. Adanya kerugian bagi korban bisa terdiri dari kerugian materiil dan kerugian immateriil. Akibat suatu perbuatan melanggar hukum adalah timbulnya kerugian di pihak korban, disini perlu dibuktikan adanya suatu perbuatan yang melanggar hukum secara luas. Dalam hal keterlambatan atau pembatalan penerbangan jelaslah menimbulkan kerugian bagi pihak penumpang baik itu dari segi materiil maupun 4 Ahmadi miru dan Sakka Pati, 2008, Hukum Perikatan: Penjelasan Makna Pasal 1233 Sampai 1456 BW, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal.96-97 3

immateriil, adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian yang dimana hubungan kausal merupakan salah satu ciri pokok dari adanya suatu perbuatan melanggar hukum. Perbuatan melanggar hukum dalam hal ini harus dilihat secara materiil. Dikatakan materiil karena sifat perbuatan melanggar hukum dalam hal ini haru dilihat sebagai suatu kesatuan tentang akibat yang ditimbulkan olehnya terhadap diri pihak korban. Untuk hubungan sebab akibat ada dua macam teori, yaitu teori hubungan faktual dan teori penyebab kira-kira. Hubungan sebab akibat (causation in fact) hanyalah merupakan masalah fakta atau apa yang secara faktual telah terjadi. Sedangkan teori penyebab kira-kira adalah lebih menekankan pada apa yang menyebabkan timbulnya kerugian terhadap korban, apakah perbuatan pelaku atau perbuatan lain yang justru bukan dikarenakan bukan suatu perbuatan melanggar hukum. Merujuk pada kasus David Tobing dengan Lion Air hakim menyatakan bahwa pihak Lion Air terbukti melakukan perbuatan melanggar hukum karena tidak melaksanakan kewajiban hukumnya. Yakni, melaksanakan penerbangan tepat waktu sesuai jadwalnya. Selain itu Lion Air juga tidak memberikan informasi yang jelas mengenai alasan keterlambatan, kepastian keberangkatan dan pesawat pengganti. Hakim juga merunuk ketentuan Pasal 43 Ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan yang menyebutkan bahwa perusahaan pengangkut harus bertanggung jawab atas keterlambatan pengangkutan. Melanggar hukum berarti melanggar norma hukum. Melanggar norma hukum berarti melanggar ketentuan dalam peraturan-peraturan produk hukum. Produk hukum terkait masalah keterlambatan dan pembatalan pengangkutan udara dalam hal ini adalah Undang-Undang Nomor 15 tahun 1992 tentang Penerbangan pasal 43 ayat (1) huruf c, yang menentukan bahwa perusahaan pengangkut harus bertanggung jawab atas keterlambatan pengangkutan. Karena melanggar pasal 43 ayat (1) huruf c maka diterapkanlah pasal 1365 KUH Perdata karena memenuhi unsur-unsur 1365 KUH Perdata seperti yang telah dijelaskan diatas diantaranya adalah perbuatan melanggar hukum.yang dalam hal ini berarti ada ketentuan (pasal 43 diatas) yang mewajibkan pihak maskapai untuk bertanggung jawab atas keterlambatan maupun pembatalan yang seharusnya dapat dinformasikan sebelumnya, sehingga berdasarkan pasal 1365 KUH Perdata, mewajibkan pihak yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk 4

mengganti kerugian. Penerapan pasal 1365 KUH Perdata dikarenakan pasal 1365 KUH Perdata merupakan akibat dari adanya perikatan yang lahir karena undangundang.terkait dengan hal ini dapat dikatakan bahwa prikatan tersebut lahir atas Undang-Undang Nomor 15 tahun 1992 tentang Penerbangan pasal 43 ayat (1) huruf c. III. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Mengenai Keterlambatan atau pembatalan yang dilakukan oleh pihak maskapai penerbangan dapat disimpulkan termasuk kedalam perbuatan melanggar hukum karena perbuatan tersebut melannggar produk hukum yaitu Undang-Undang Nomor 15 tahun 1992 tentang Penerbangan pasal 43 ayat (1) huruf c, sehingga diterapkan pasal 1365 KUH Perdata yaitu masakapai penerbangan diwajibkan mengganti kerugian atas kesalahannya dalam keterlambatan dan pembatalan penerbangan. DARTAR PUSTAKA Ahmadi miru dan Sakka Pati, 2008, Hukum Perikatan: Penjelasan Makna Pasal 1233 Sampai 1456 BW, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Saefullah Wiradipradja, 1989, Tanggung Jawab Pengangkut Dalam Hukum Pengangkutan Udara Internasional Dan Nasional, Liberty, Yogyakarta Suherman, 1979, Masalah Tanggung Jawab Pada Charter Pesawat Udara Dan Beberapa Masalah Lain Dalam Bidang Penerbangan, Alumni, Bandung Kitab Undang-Undang Hukum perdata, diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, 2009, Pradnya Paramitha, Jakarta Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 Tentang Penerbangan 5