RINGKASAN EKSEKUTIF. Laporan Semester I Pilot Program PNPM Agribisnis Perdesaan Periode Bulan Januari s/d Juni 2008 Lampiran:

dokumen-dokumen yang mirip
RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman - 1. Laporan SADI Provinsi NTT Bulan Maret 2009

RINGKASAN EKSEKUTIF. Page 1

LAPORAN BULANAN PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN SADI (Smallholder Agribusiness Development Initiative) BULAN : JANUARI 2009 RINGKASAN EKSEKUTIF

PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN-MASALAH-REKOMENDASI PILOT PROGRAM PNPM AGRIBISNIS PERDESAAN PROPINSI NTT Bulan Januari 2009

PNPM MANDIRI PERDESAAN

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

Daftar Isi : I. Latar Belakang II. Pengertian III. Maksud Dan Tujuan IV. Ruang Lingkup V. Strategi dan Implementasi Optimalisasi VI.

TATA CARA PENGGUNAAN DANA PROGRAM/KEGIATAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN URUSAN BERSAMA (UB) PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2010

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN POLA KHUSUS REHABILITASI PASCABENCANA

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

RINGKASAN EKSEKUTIF. 1 H alaman

MATRIKS AKTIVITAS PELAKSANAAN PPK DAN POTENSI MASALAH YANG DAPAT TERJADI

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

DITJEN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN. Powerpoint Templates

PEMERINTAHAN YG MEMAHAMI & RESPONSIF THD KEBUTUHAN MASYARAKAT MASYARAKAT YANG MANDIRI & SEJAHTERA

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

(Smallholder Agribusiness Development Initiative) Juli-Agustus 2008

MATERI DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN DESA. RAPAT DENGAR PENDAPAT DPR - RI Rabu, 16 Nopember 2011

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PENINGKATAN KUALITAS KEGIATAN KESEHATAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

PENJELASAN VII PEMANTAUAN, PENGAWASAN, EVALUASI, AUDIT, DAN PELAPORAN

Analisis Kebijakan Pembiayaan Sektor Pertanian

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN KECAMATAN PREMBUN DESA BAGUNG

TOR KONSULTAN MANAJEMEN KABUPATEN (KM-KAB.) PNPM - PPK

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SOLUSI DANA AMANAH MASYARAKAT

LAPORAN (SEMENTARA) PERTEMUAN NASIONAL P4MI TEMANGGUNG JANUARI 2007

DRAFT RUMUSAN SEMENTARA WORKSHOP PENYUSUNAN PROGRAM PENGEMBANGAN PERTANIAN LAHAN MARJINAL P4MI Denpasar, 8-10 APRIL 2007

RUMUSAN RAPAT REGIONAL DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2016 Yogyakarta, Juni 2015

KEBERLANJUTAN DAN PENATAAN KELEMBAGAAN PNPM MPd

Lampiran Surat Nomor : 134/DPPMD/VII/2015 Tanggal : 13 Juli 2015

PTO PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN

(PNPM : : PJOK,

<!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->pemeliharaan kakao. <!--[if!supportlists]-->- <!--[endif]-->integrasi padi sawah dan ternak

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA

INTEGRASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN. Oleh: Ir. H. EKA SETIAWAN, Dipl, SE.,MM (KEPALA BAPPEDA KAB. SUMEDANG)

PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI KINERJA PINJAMAN DAN HIBAH LUAR NEGERI THIRD KECAMATAN DEVELOPMENT PROJECT

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009.

Matriks Errata PTO PPK-PNPM, 2007

Tata Kelola Desa. dalam rangka Pelaksanaan UUDesa: Hasil Temuan dari Studi Awalan Sentinel Villages

BUKU PANDUAN Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat GENERASI SEHAT DAN CERDAS Untuk Fasilitator Desa dan Tim Pengelola Kegiatan

Deskripsikan Maksud dan Tujuan Kegiatan Litbangyasa :

BUKU PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM PNPM MANDIRI PERDESAAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM

PETUNJUK TEKNIS PENGINTERGRASIAN GENERASI SEHAT DAN CERDAS DALAM PEMBANGUNAN DESA LOKASI BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT KEGIATAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (S O P) FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

82 PETUNJUK TEKNIS VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA APLIKASI MIS

PETUNJUK TEKNIS PENGINTERGRASIAN GENERASI SEHAT DAN CERDAS DALAM PEMBANGUNAN DESA LOKASI NON BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT KEGIATAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kampar. Sejak awal berdiri desa Sendayan terdiri dari empat dusun

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

PENDAMPING DESA. oleh: Ahmad Erani Yustika

MEKANISME PENGENDALIAN PROGRAM MARGINAL FISHING COMMUNITY DEVELOPMENT PILOT (MFCDP)

PENJELASAN IX PENDANAAN DAN ADMINISTRASI KEGIATAN PNPM MANDIRI PERDESAAN

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

DUKUNGAN / BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA BOP KECAMATAN DAN KPMD DALAM PEMBANGUNAN DESA TH 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

PNPM-PISEW; CIPTAKAN APARATUR DAERAH YANG BERKUALITAS Oleh: I.H. Subandi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam menunjang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Selaku Ketua Tim PUAP Pusat, Sumarjo Gatot Irianto

MODUL PEGANGAN PELATIH MASYARAKAT MODUL KADER PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DASAR

DisampaikanKepadaYth : SekretarisDitjen PMD KementerianDalamNegeri di Jakarta

SURAT KEPUTUSAN KEPALA DESA KEDUNGASRI KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR : 188/ 16 /KEP / /2016

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Rangkuman Kebutuhan Investasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR P2KP

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. (PNPM-MPd) adalah program penanggulangan kemiskinan dengan. pendekatan pembangunan partisipatoris (pembangunan yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KESIAPAN PENYALURAN TAHAP I DANA ALOKASI KHUSUS FISIK 2018 PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN

KAJIAN KEBIJAKAN AGRIBISNIS KOMODITAS UNGGULAN DAERAH DI PROVINSI GORONTALO

Notulensi Pertemuan Kegiatan Narasumber Paparan/Pertanyaan Tanggapan/Masukan

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN SEMARANG

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

Transkripsi:

KONSULTAN MANAJEMEN NASIONAL Kantor Propinsi Nusa Tenggara Timur Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis Perdesaan Alamat : Jl.Anggur No. 10A, Kebun Raja I, Naikoten I Kupang NTT Telp/Fax : (0380) 823937 E mail : ppk_provntt@yahoo.com http://nusataniterpadu.wordpress.com Laporan Semester I Pilot Program PNPM Agribisnis Perdesaan Periode Bulan Januari s/d Juni 2008 Lampiran: RINGKASAN EKSEKUTIF P elaksanaan pilot program PNPM Agribisnis Perdesaan (SADI) diawali pada Bulan Januari 2008 dengan melakukan kegiatan persiapan yaitu perekrutan dan pelatihan FK Agribisnis Perdesaan serta sosialisasi baik di tingkat Provinsi maupun di tingkat Kabupaten. Dari kegiatan perekrutan, diperoleh 6 (enam) orang FK Agribisnis Perdesaan yang kemudian mulai melakukan aktivitas di masing masing Kecamatan pada bulan Februari 2008. Sampai dengan tanggal 18 Juni 2008, perkembangan pelaksanaan kegiatan SADI Provinsi NTT telah mencapai tahap kegiatan Pelatihan Tim Verifikasi kecuali Kecamatan Mollo Kab. TTS, yang masih melakukan tahap Penulisan Usulan Kegiatan. Lambannya perkembangan di Kec. Mollo Utara disebabkan karena ketiadaan dana operasional pendukung pelaksanaan kegiatan perencanaan di lapangan. Pencairan DOK Perencanaan dan Pelatihan Tahun anggaran 2008 memang mengalami kendala di tingkat pusat sehingga masih belum dapat dicairkan. Dari total 74 Desa yang tersebar dilokasi pilot program, terdapat 222 usulan kegiatan pengembangan agribisnis. Usulan tersebut melibatkan sebanyak 14.836 orang dalam proses kegiatan penggalian gagasan. Dari total usulan kegiatan tersebut, beberapa komoditas yang menjadi prioritas antara lain: a) Tanaman Perkebunan: kakao, kopi, jambu mete dan kelapa; b) Tanaman Pangan: kedelai, kacang tanah, padi/mina padi; c) Tanaman hortikultura: pisang, jeruk, sayur mayur; d) Peternakan: babi, sapi, ayam, kambing; e) Perikanan: ikan air tawar. Seluruh proses kegiatan diatas merupakan hasil dari kerjasama antara FK Agribisnis Perdesaan dan FK/FT PNPM reguler yang didukung oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK), 196 orang Kader Agribisnis Desa (KAD) dan 6 Pendamping Lokal Agribisnis (PLA). Berkaitan dengan permasalahan, sejak pelaksanaan kegiatan PNPM Agribisnis Perdesaan pada Bulan Januari 2008, beberapa permasalahan internal antara lain sebagai berikut: a. Ketidakpastian anggaran pelaksanaan kegiatan PNPM Agribisnis Perdesaan, meliputi: Anggaran operasional di tingkat provinsi untuk mendukung kegiatan operasional pelaku PNPM Agribisnis Perdesaan dalam memfasilitasi kebutuhan FK AP meliputi kegiatan administrasi, pengembangan sistem informasi, dan pengembangan jaringan pendukung bagi pelaku kegiatan di tingkat Kabupaten dan Kecamatan. Anggaran operasional di tingkat kabupaten untuk mendukung kegiatan administrasi Fas Kab/T Kab dan memfasilitasi kebutuhan koordinasi dan konsolidasi dengan FK; Anggaran operasional di tingkat Kecamatan meliputi DOK Perencanaan dan Pelatihan; Ketidakpastian anggaran tersebut berdampak besar terhadap kualitas pelaksanaan kegiatan di lapangan maupun kegiatan yang terhenti serta mendimotivasional para konsultan di lapangan. 1

b. Kekosongan FK Agribisnis Perdesaan di Kecamatan Amanuban Selatan karena FK yang bersangkutan meninggal dalam tugas. Diharapkan program dapat mempercepat proses rekruitmen FK Agribisnis di Kecamatan Amanuban Selatan. c. Tidak terlibatnya Fas.Kab/T Kab dan Koordinator Provinsi sejak perencanaan program menyebabkan hambatan pada kebijakan pendukung dan pemahaman tentang kerangka pelaksanaan program. d. Belum adanya mekanisme baku yang menjadi pola untuk mensinergikan sub program 1, subprogram 2, dan sub program 3 dalam pencapaian tujuan program, misalnya: melalui pertemuana rutin, alokasi anggaran sub program 2 dan sub program 3 ketika dilibatkan dalam kegiatan kegiatan sub program 1. e. Belum siapnya manajemen organisasi dan administrasi dalam mendukung kebutuhan program misalnya dalam hal pembayaran gaji karyawan, status kepegawaian, fasilitas pendukung dan hal hal lain yang akhirnya menjadi beban psikologis terhadap kenyamanan dalam berkarya untuk mencapai tujuan tujuan program. Secara administratif, pada akhir bulan Juni kontrak konsultan dengan perusahaan sudah selesai, sementara para konsultan baik di Provinsi maupun di Kecamatan masih belum menerima gaji beberapa bulan. f. Keterbatasan pemahaman FK Agribisnis Perdesaan tentang seluk beluk agribisnis sesuai dengan komoditas di masing masing lokasi pilot program. Hal ini berdampak pada proses pendampingan kelompok tani dalam mengembangkan konsep agribisnis sesuai dengan potensi lokal. Diharapkan program dapat memberikan pengembangan kapasitas sesuai dengan peta komoditas yang dikembangkan dimasing masing lokasi pilot dalam bentuk pelatihan kepada pelaku program. 2

I. PENDAHULUAN 1.1. GAMBARAN UMUM P ada tahun 2008 merupakan tahun transisi dari Kebijakan PPK menuju pada Kebijakan PNPM Mandiri Perdesaan, termasuk didalamnya adalah perubahan kebijakan politik, kebijakan administrasi dan keuangan. Banyak sekali dampak yang terjadi akibat perubahan kebijakan tersebut termasuk didalamnya adalah pelaksanaan PNPM Agribisnis Perdesaan mulai dari kebijakan dekosentrasi, perbantuan dan kebijakan lainnya yang berdampak kepada keterlambatan gaji bagi Kons/fasilitator, Keterlampatan Pencairan dana DOK, Revisi DIPA dll. Issue utama yang mewarnai aktivitas di Bulan Maret sampai Juni 2008, disamping kegelisahan pelaku di lapangan akibat masa transisi yang harus dibayar MAHAL, adalah persiapan pelaksanaan kegiatan di lapangan hasil prioritisasi usulan kegiatan yang kemungkinan akan diselenggarakan pada bulan Juli/Agustus 2008. Dalam situasi yang penuh dengan ketidakpastian, toh para pelaku di lapangan berupaya untuk mengelola kegiatan kegiatan yang dilakukan sejak bulan Januari sampai bulan Juni 2008, kegiatan tersebut antara lain: 1. Persiapan Program meliputi: a) perekrutan FK Agribisnis Perdesaan, b) penyusunan modul pelatihan, c) kegiatan pelatihan FK Agribisnis Perdesaan, perbaikan PTO (Petunjuk Teknis Operasional), dan sosialisasi program di tingkat provinsi dan kabupaten; 2. Pelaksanaan program meliputi: a) Musyawarah Antar Desa I untuk mensosialisasikan program di tingkat Kecamatan, b) Musyawarah Desa I untuk mensosialisasikan program di masing masing desa, c) Pelatihan Kader Agribisnis Desa (KAD) dan Pendamping Lokal Agribisnis (PLA) untuk mendukung proses pendampingan dan pemberdayaan kelompok tani di masing masing Desa, d) Pendataan RTM dan penggalian gagasan untuk menentukan sasaran program dan memperoleh usulan kegiatan pengembangan agribisnis di masing masing Desa secara partisipatif, e) Perekrutan Tim Pengelolaan Kegiatan (TPK) dan penulisan usulan kegiatan untuk merumuskan usulan kegiatan pengembangan agribisnis dalam sebuah proposal usulan desa; dan f) Perekrutan anggota tim verifikasi usulan kegiatan dan pelaksanaan verifikasi usulan kegiatan untuk memverifikasi usulan kegiatan yang sesuai dengan kriteria yang diharapkan oleh program. Selama melakukan tahapan tahapan kegiatan, dilakukan serangkaian kegiatan pendukung untuk meminimalkan permasalahan yang terjadi di lapangan. Beberapa kegiatan pendukung yang selama ini dilakukan antara lain: 1. Memberikan In Servis Traning (IST) dan On the Job Training (OJT). Kegiatan IST dan OJT dilakukan pada saat rapat koordinasi tingkat Kabupaten atau pada saat kunjungan lapangan di Kecamatan. Tujuannya adalah agar pelaku program memiliki pemahaman yang sama dan tidak menyimpang dari prinsip, prosedur dan tujuan yang diharapkan dari program; 2. Melakukan pengendalian dan pendampingan dengan cara kunjungan lapangan yang dilakukan setiap bulan. Kegiatan ini bertujuan untuk memantau dan memberikan pendampingan terhadap pelaku program di tingkat Kabupaten dan Kecamatan dalam proses pelaksanaan tahapan kegiatan; 3. Penyusunan instrumentasi pendukung pelaksanaan kegiatan dalam bentuk leaflet, modul pelatihan, form form, materi presentasi dalam bentuk powerpoint, dan pengembangan informasi melalui pembuatan portal informasi dalam bentuk blogsite; 4. Melakukan workshop bersama IFC dan ACIAR serta Tim Koordinasi di Kabupaten Ngada dan TTS untuk mensosialisasikan konsep program. Tujuannya adalah agar SKPD (Dinas Kemakmuran, Bappeda, Dinas Perdagangan dan Industri, dan Dinas Koperasi) dapat bersinergi mengembangkan kegiatan agribisnis sehingga tidak terjadi tumpang tindih dilapangan, dan mengetahui kegiatankegiatan yang dilakukan oleh IFC, dan ACIAR; 5. Pengembangan jaringan kelembagaan. Sampai sejauh ini telah dilakukan koordinasi dan diskusi dengan Dinas Pertanian yang mengembangkan program PUAP (Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan), PIDRA, dan FEATI. Selain itu, juga dilakukan pengembangan jaringan dengan pelaku agribisnis Unit Pengelola Kopi UPH dan jambu mente, dan PUSKUD Provinsi NTT; 6. Workshop internal yang mempertemukan Tim Bank Dunia, IFC dan ACIAR dan pelaku PNPM Agribisnis Perdesaan (tingkat Provinsi sampai Kecamatan). Tujuannya adalah tujuannya adalah 3

untuk menyelesaikan permasalahan dan menyamakan pemahaman antar pelaku PNPM Agribisnis Perdesaan. Di Kabupaten Ngada, Musyawarah Antar Desa, Musyawarah Desa, Pagas, Musyawarah Khusus Perempuan dan Musyawarah Desa Prioritas serta penulisan usulan sudah mencapai 100%, sedangkan pelatihan Tim Verifikasi masih tersisa 1 Kecamatan (Golewa) yang belum, dan akan diselesaikan pada tanggal 20 Juni 2008, sedangkan 2 Kecamatan lainnya (Riung Barat dan Aimere) sedang dalam verifikasi Lapangan. Sesuai hasil kesepakatan Rencana Kerja FK pada saat Rakor Kabupaten (Ngada, 7 Juni 2008), MAD II untuk Kecamatan Riung Barat, tanggal 23 Juni, Aimere, tanggal 28 Juni dan Golewa, tanggal 3 Juli 2008. Presentase Tahapan kegiatan terlampir. Di Kabupaten TTS, Musyawarah Antar Desa, Musyawarah Desa, Pagas, Musyawarah Khusus Perempuan dan Musyawarah Desa Prioritas sudah mencapai 100%, sedangkan Penulisan usulan, masih ada 1 Kecamatan yang belum (Mollo Utara), karena ketiadaan dana. Kegiatan pelatihan Tim Verifikasi sudah dilakukan di 2 Kecamatan (Kec. Amanuban Selatan dan Kec. Kuanfatu) dan saat ini sedang dalam verifikasi lapangan. Untuk MAD II, direncanakan pada akhir bulan Juni 2008, Kecuali Mollo Utara. Persentase pencapaian tahapan kegiatan terlampir; Dari hasil kegiatan penggalian gagasan diperoleh data komoditas yang menjadi pilihan lokasi pilot program untuk dikembangkan yaitu: Tabel 1: matriks usulan kegiatan masing masing lokasi kecamatan pilot program No Usulan Kegiatan Berdasarkan Sub Sektor a. Tanaman Perkebunan b. Tanaman Pangan Kabupaten Ngada Golewa Aimere Riung Mollo Utara Barat Jambu Mete, Kakao, Kelapa, Pisang. Kakao, Kopi, Jambu Mete, Kemiri. Mina Padi, Palawija, Kedelai. Padi, Palawija, Kedelai. TTS Amanuban Selatan Kemiri Jeruk Asam, Jeruk, Kemiri, kelapa Kedelai, Padi, Kacang Hijau Jagung, Kacang tanah, Ubi Kapuk c. Tanaman hortikultura Jahe,Pisang d. Peternakan Ayam, sapi Babi Sapi, Ayam Sapi, Babi, Ayam Sayur, Wortel, Bawang Jagung, Padi Sayur Sapi, Kambing, Ayam, Babi e. Perikanan Ikan air tawar Ikan air tawar Dominasi Komoditas Kakao Kopi Jambu Mete Kelapa Jambu Mete Kakao Babi Pisang Sapi Kedelai Ayam Jeruk Hortikultura (khususnya sayur) Kacang Tanah Sapi Sapi Kambing Kelapa Kuan Fatu Kelapa Jagung Sayur Sapi dan Ayam Sapi Kelapa Hasil rekapitulasi usulan kegiatan beserta analisa secara lengkap telah dilaporkan dalam dokumen tersendiri dan disampaikan baik pada NMC (National Management Consultant), World Bank, IFC dan ACIAR melalui email pada bulan Juni 2008. Dari seluruh komoditas yang menjadi usulan dai masing masing Desa, pihak IFC Provinsi NTT telah memfasilitasi satu lead firm untuk komoditas Jambu Mente di wilayah Kec. Aimere. Sementara untuk komoditas lain masih dalam proses penjajagan. Sementara untuk ACIAR, ke depan sub program 1 akan melakukan koordinasi yang lebih intens karena sampai saat ini pihak ACIAR Provinsi NTT 4

mengaku masih belum memahami mekanisme kerja yang seharusnya dilakukan, misalnya mengenai sumber pendanaan, peran, output dan lainnya. 1.2. KEGIATAN KEGIATAN PROGRAM BULAN JANUARI SAMPAI JUNI 2008 Tabel 2. Kegiatan Utama Konsultan Manajemen Nasional (KMN) Provinsi Nusa Tenggara Timur periode Januari Juni Tahun 2008 No Bulan Kegiatan 1 Januari a. Penyusunan modul pelatihan FK Agribisnis Perdesaan; b. Pelatihan Pra Tugas FK Agribisnis Perdesaan di Hotel Regents, Malang; c. Workshop: sosialisasi tentang logical framework pelaksanaan program PNPM Agribisnis Perdesaan tingkat Kabupaten di Kabupaten Ngada dan TTS. 2 Februari a. Koordinasi dengan Program Director SADI terkait dengan sinergi antar sub program b. Penyusunan instrumentasi pendukung kegiatan Musyawarah Antar Desa Sosialisasi (leaflet, perbaikan PTO, bahan tayang); c. Pelaksanaan kegiatan Musyawarah Antar Desa Sosialisasi; d. Penyusunan studi awal profil dan potensi lokasi pilot program; e. IST materi penggalian gagasan sesuai dengan Permendagri No. 66 Tahun 2007. 3 Maret a. Rapat koordinasi (Rakor) Provinsi yang menghadirkan IFC Provinsi i NTT dan representative SADI dari World Bank untuk menjelaskan kerangka kerjasama pelaksanaan program; b. Penyusunan modul pelatihan Kader Agribisnis Desa dan OJT penerapan modul di lapangan; c. Perekrutan dan pelatihan Kader Agribisnis Desa (KAD); d. Pelaksanaan kegiatan MD Sosialisasi. 4 April a. IST dan OJT materi penggalian gagasan dalam kegiatan Rakor Kabupaten dan pada saat kunjungan lapangan ke Kecamatan dan contoh contoh rantai agribisnis dari kegiatan on farm dan off farm yang bisa dijadikan rujukan bagi FK AP dalam memfasilitasi proses penyusunan usulan kegiatan dari Petani; b. Pelaksanaan kegiatan penggalian gagasan; c. Orientasi kancah, pemantauan IST tentang matriks contoh usulan kegiatan dari NMC dan representative SADI dari World Bank ke lokasi pilot; d. Koordinasi dan konsolidasi dengan pihak IFC Provinsi Kupang terkait perencanaan workshop dan hasil observasi mengenai komoditas unggulan di lokasi pilot program; e. Workshop: sosialisasi lembaga dan mekanisme kerjasama dengan IFC dan ACIAR di Kabupaten Ngada dan TTS. 5 Mei a. Pelaksanaan penggalian gagasan, MKP (Musyawarah Khusus Perempuan) dan MDP (Musyawarah Dusun Perencanaan) b. Rekruitmen TPK (Tim Pengelola Kegiatan) c. Supervisi Bank Dunia, IFC dan ACIAR d. Workshop: konsolidasi pengelolaan dan permasalahan program di lapangan e. Perancangan sistem informasi dalam bentuk website; 6 Juni a. Pelaksanaan kegiatan penulisan usulan b. Perekrutan dan pelatihan tim verifikasi c. Pembuatan website: http://nusataniterpadu.wordpress.com 5

II. KEMAJUAN PROGRAM 2.1. Tingkat Partisipasi P artisipasi sebagai ciri dari pemberdayaan terus dipantau dalam setiap tahapan kegiatan PNPM Agribisnis Perdesaan. Tingkat partisipasi masyarakat secara kualitatif belum dapat diukur secara spesifik. Saat ini, tingkat partisipasi baru dapat diukur secara kuantitatif, yaitu banyaknya peserta musyawarah yang hadir baik laki laki maupun perempuan. Banyaknya peserta musyawarah dari kalangan rumah tangga miskin juga dipantau dalam rangka mendorong peran aktif masyarakat dari kalangan tersebut. Dari 74 Desa berpartisipasi, jumlah tingkat partisipasi masyarakat dalam tahapan kegiatan PNPM Agribisnis Perdesaan sampai Bulan Juni 2008 dapat dibaca pada tabel berikut: Tabel 3: Tingkat Partisipasi Masyarakat Tahap Kegiatan Lk % Lk Pr % Pr Total MAD 1 Sosialisasi 369 61% 233 39% 602 Musdes 1 Sosialisasi 4233 60% 2805 40% 7038 Pelatihan KPMD (KAD) Bidang Teknis 111 55% 91 45% 202 Penggalian Gagasan 8333 56% 6503 44% 14836 Musyawarah Khusus Perempuan 403 8%* 4397 92% 4795 Musdes 2 Perencanaan 3448 52% 3153 48% 6601 Penulisan Usulan 153 51% 148 49% 301 Penetapan Tim Verifikasi 82 55% 67 45% 149 Pelatihan Tim Verifikasi 61 71% 25 29% 86 * Jumlah kehadiran laki laki pada kegiatan MKP (Mustawarah Khusus Perempuan) hanya sebatas mendengar atau memfasilitasi. Hal ini karena kehadiran mereka (FK, UPK, Penlok, Kades, BPD) juga dimasukkan didalam daftar absensi. Secara umum tingkat partisipasi perempuan dalam pelaksanaan kegiatan musyawarah desa melebihi kuota 40 %. Hal ini sudah mengakomodasi indikator yang ditetapkan oleh PNPM PPK dimana persentase keterlibatan perempuan minimal 40 % dalam kegiatan musyawarah 1. Namun tidak serta merta keterlibatan mereka membuktikan peningkatan kapasitas kelompok perempuan dalam mempengaruhi pengambilan keputusan dalam usulan kegiatan. Dibutuhkan studi kualitatif tersendiri untuk melihat kualitas keterlibatan mereka dalam proses mempengaruhi proses pengambilan keputusan usulan kegiatan pengembangan agribisnis. 2.2. Progress Penyerapan BLM Tahun 2008 Sampai dengan saat ini belum ada penyerapan dana BLM karena masih berlangsung proses tahapan kegiatan yaitu sudah mencapai tahapan Verifikasi usulan dan persiapan MAD II. Tabel 4. Capaian Penyerapan BLM PNPM Agribisnis No Provinsi Capaian Penyerapan BLM TA 2008 Pagu (Rp) Penyerapan (Rp) Persentase (%) 1 NTT Kecamatan Mollo Utara 1.100.000.000 0 0 Kecamatan Kuanfatu 1.100.000.000 0 0 Kecamatan Amanuban Selatan 1.100.000.000 0 0 Kecamatan Golewa 1.100.000.000 0 0 1 Kuota partisipasi perempun PNPM sebesar 40 % diambil dari sumber laporan Working Paper Gender Review & PNPM Strategy Formulation, DSF (Desentralisation Suport facility), Maret 2007 6

No Provinsi Capaian Penyerapan BLM TA 2008 Pagu (Rp) Penyerapan (Rp) Persentase (%) Kecamatan Aimere 1.100.000.000 0 0 Kecamatan Riung Barat 1.100.000.000 0 0 Total 6.600.000.000 0 0 2.3. Progress Penyerapan DOK Tahun 2008 Sampai dengan saat ini, Dana DOK belum ada, sehingga dana yang dipakai untuk kegiatan PNPM Agribisnis Perdesaan masih berupa pinjaman dari PNPM MP dan dana pribadi konsultan. Sehingga, belum dapat dicantumkan dalam tabel 5. Berdasarkan DOK PNPM AP bahwa, dana untuk kegiatan perencanaan (Transport Kader, Pendamping lokal, pelaku PNPM lainnya) adalah maksimal 65%. Oleh karena itu, pada tabel dicantumkan 65% dari total dana untuk kegiatan perencanaan, sedangkan sisanya untuk kegiatan pelatihan masyarakat. Alokasi DOK tahun 2008 sampai saat ini belum ada pencairan karena terjadi permasalahan dalam proses pencairannya. Dari beberapa laporan yang masuk, ada beberapa hambatan yaitu : a. Revisi DIPA Anggaran Tugas pembantuan masih dalam proses penandatanganan; b. Pengajuan anggaran ke KPPN belum diajukan. Tabel 5. Capaian Penyerapan DOK PNPM Agribisnis Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2008 No Provinsi Capaian Penyerapan DOK TA 2008 Jumlah Kecamatan Pagu (Rp) Penyerapan (Rp) Persentase (%) 1 NTT Perencanaan Kegiatan 6 390.000.000 0 0 Pelatihan 6 210.000.000 0 0 Total 6 600.000.000 0 0 2.3. Tahapan / Alur Sampai dengan akhir Juni 2008, diperkirakan tahap kegiatan MAD II dapat diselesaikan, dan kemudian melakukan persiapan untuk kegiatan pertemuan Kabupaten dengan catatan jika dana DOK PNPM Agribisnis Perdesaan tersedia. Tabel 6. Tahapan/alur Kegiatan PNPM Agribisnis Perdesaan Provinsi NTT Sampai Februari Juni 2008 No Tahapan Kecamatan/Desa Yang Telah Melaksanakan Jumlah Kec Persentase (%) Jumlah Desa Persentase (%) 1 MAD I 6 100 74 100 2 MD I 6 100 74 100 3 Latih KPMD 6 100 74 100 4 PAGAS 6 100 74 100 5 MDKP 6 100 74 100 6 MD II 6 100 74 100 7 PU 6 83,33 61 82,43 8 VU 6 66,67 9 MAD II 10 MAD III 11 MD III 12 Cair BLM 13 Salur BLM 14 MDST 7

III. PENGENDALIAN Kegiatan pengendalian pelaksanaan kegiatan PNPM Agribisnis Perdesaan dilakukan dengan cara melakukan kegiatan pemantauan, pelaporan, dan pemeriksaan melalui mekanisme kunjungan lapangan yang dilakukan oleh pelaku SADI di tingkat Provinsi. 3.1 Kondisi Pelaku PNPM Agribisnis Perdesaan Isu penting terkait dengan kondisi pelaku PNPM Agribisnis Perdesaan di masing masing kecamatan adalah 1) kekosongan FK Agribisnis Perdesaan di Kec. Amanuban Selatan; 2) Keterlambatan gaji dan tunjangan Konsutan PNPM Agribisnis Perdesaan di tingkat Provinsi dan Kecamatan; 3) keterlambatan biaya transportasi bagi PLA dan KAD. Kondisi Pelaku PNPM Agribisnis Perdesaan selanjutnya dapat dibaca pada tabel berikut: Tabel 7: Rekapitulasi kondisi pelaku PNPM Agribisnis Perdesaan Provinsi NTT per 13 Juni 2008 No Nama Jabatan Tgl. Mobilisasi 1 Maria Regina Tan Status Gaji Sp SADI 27 Nov 2007 Gaji yang belum diterima bulan November (per 27 s/d 3o Nov 2007), Bulan Desember 2007 (kurang Rp 684.000, ), bulan Februari, bulan April dan Mei 2008 (3 bulan gaji tertunda, 2 bulan kekurangan gaji) 2 Christianto Sp MONEV 27 Nov 2007 Gaji yang belum diterima bulan November (per 27 s/d 30 Nov 2007), bulan April dan Mei 2008 (2 bulan gaji tertunda, 1 bulan kekurangan gaji) 3 Jacob Tefni Nuban* 4 Dominggus Oematan 5 Djohardjo M Rato Padeda 6 Jacobus Wara 7 Simon Todeng 8 Ediltrudis T. Unge Amanuban Selatan Mollo Utara Kuan Fatu Aimere Golewa Riung Barat 1 Feb 2008 Gaji yang belum diterima bulan April dan Mei 2008 s/d 1 Mei s/d 14 Mei (1,5 bulan gaji tertunda) 1 Feb 2008 Gaji yang belum diterima bulan April,dan Mei 2008 (2 bulan gaji tertunda) 1 Feb 2008 Gaji yang belum diterima bulan April,dan Mei 2008 (2 bulan gaji tertunda) 1 Feb 2008 Gaji yang belum diterima dari bulan April,dan Mei 2008 (2 bulan gaji tertunda) 1 Feb 2008 Gaji yang belum diterima bulan April,dan Mei 2008 (2 bulan gaji tertunda) 1 Feb 2008 Gaji yang belum diterima bulan April,dan Mei 2008 (2 bulan gaji tertunda) Saran: Pengambil kebijakan program PNPM Mandiri hendaknya segera merekrut dan menetapkan personil FK Agribisnis Perdesaan di Kecamatan Amanuban Selatan; Pengambil kebijakan program PNPM Mandiri hendaknya memberikan dukungan kebijakan untuk menyelesaikan ketidakpastian revisi DIPA dan pengajuan anggaran untuk gaji konsultan pelaksana Pilot Program SADI. 3.2 Penyerapan DOK Th. 2008 Dana DOK TA 2008 belum dapat dicairkan sangat menghambat proses kegiatan perencanaan di lapangan. Untuk melaksanakan kegiatan perencanaan maka dilakukan peminjaman dari pihak ketiga. Status pinjaman pihak ketiga diambil dari sisa DOK Perencanaan & Pelatihan Th. Anggaran 2007. Sampai sejauh ini status pinjaman pihak ketiga Pilot Program PNPM Agribisnis Perdesaan dijelaskan melalui table berikut: 8

Tabel 8: Status Pembiayaan Perencanaan Program No Kecamatan Pembiayaan Program (Pinjaman ke Pihak 3) Kabupaten Timor Tengah Selatan 1. Amanuban Selatan Rp. 23,282,500 2. Mollo Utara Rp. 11,264,125 3. Kuan Fatu Rp. 8,500,000 Kabupaten Ngada 1. Aimere Rp. 3,795,000 2. Golewa Rp. 9,745,000 3. Riung Barat Belum teridentifikasi* *Belum teridentifikasi karena kendala lokasi kecamatan yang masih belum terjangkau saluran komunikasi. Keterlambatan pencairan DOK juga berdampak terhadap kondisi 196 orang Kader Agribisnis Desa dan 6 orang Pendamping Lokal Agribisnis (PLA) yang belum menerima biaya operasional untuk pelaksanaan kegiatan perencanaan di lapangan. Kondisi ini memungkinkan terjadinya ketidakpercayaan masyarakat terhadap program dan menurunkan kualitas kerja para pelaku PNPM Agribisnis Perdesaan. Saran: Perlu adanya dukungan dari pihak satker pusat untuk memberikan penjelasan baik kepada KPPN maupun pemerintah daerah tentang proses pencairan dana DOK. Hal ini untuk meminimalkan permasalahan ketidakpercayaan masyarakat terhadap program. 3.3 Pelaksanaan Pelatihan Untuk Masyarakat Tabel 9: Rekapitulasi Kegiatan Pelatihan Bulan Januari s/d Juni 2008 No Bulan Kegiatan 1 Januari a. Penyusunan modul pelatihan FK Agribisnis Perdesaan; b. Pelatihan Pra Tugas FK Agribisnis Perdesaan di Hotel Regents, Malang. 2 Februari IST materi penggalian gagasan sesuai dengan Permendagri No. 66 Tahun 2007. 3 Maret a. Penyusunan modul pelatihan Kader Agribisnis Desa dan OJT penerapan modul di lapangan; b. Perekrutan dan pelatihan Kader Agribisnis Desa (KAD); 4 April a. IST dan OJT materi penggalian gagasan dalam kegiatan Rakor Kabupaten dan pada saat kunjungan lapangan ke Kecamatan dan contoh contoh rantai agribisnis dari kegiatan on farm dan off farm yang bisa dijadikan rujukan bagi FK AP dalam memfasilitasi proses penyusunan usulan kegiatan dari Petani; b. Orientasi kancah, pemantauan IST tentang matriks contoh usulan kegiatan dari NMC dan representative SADI dari World Bank ke lokasi pilot; 5 Mei a. Penguatan materi untuk pelaksanaan proses kegiatan MKP dan MDP; b. Penguatan materi matriks usulan kegiatan agribisnis 6 Juni a. Pelatihan penulisan usulan kegiatan pengembangan agribisnis kepada TPK; b. Penyusunan instrumentasi pendukung bagi Tim Verifikasi; c. Pelatihan tim verifikasi usulan kegiatan. 3.4 Faktor Penghambat Pencapaian Indikator Keberhasilan Usulan kegiatan dari masing masing Desa di 6 Kecamatan lokasi pilot program telah diperoleh melalui serangkaian tahapan kegiatan penggalian gagasan. Untuk melangkah ke tahap selanjutnya, alangkah baik jika mempertimbangkan beberapa hal dalam upaya untuk menyusun strategi pelaksanaan pilot program. Beberapa hal berikut sebaiknya menjadi pertimbangan dalam merumuskan strategi pelaksanaan kegiatan pengembangan agribisnis di wilayah NTT berdasarkan atas hasil observasi, penggalian gagasan dan proses live in di lokasi pilot program: 9

a. Hambatan Modal sosial kelompok masyarakat tani. Kelompok tani hanya berkegiatan jika ada proyek dari pihak pemerintah dan atau LSM dan setelah proyek selesai maka kelompok tani juga mandeg. Kelompok juga belum memiliki sistem manajemen kelembagaan yang solid melalui kesepakatan/komitmen bersama, aturan kelompok, pengorganisasian peran yang diekspresikan dalam bentuk jadwal pertemuan, kepercayaan (trust) dan tanggungjawab bersama serta sistem pendukung sosial lainnya. Situasi ini terlebih ditemui di desa desa terpencil yang memiliki intensitas yang rendah dalam berhubungan dengan kelompok sosial lainnya. b. Keterbatasan infrastruktur pendukung agribisnis terutama jalan produksi, saluran irigasi, mayoritas lokasi pilot program memiliki hambatan dalam hal jalan produksi/pasar. Jika ditinjau dari segi potensi SDA, 6 (enam) lokasi pilot program di Provinsi NTT memang sangat menjanjikan, namun keterisolasian menjadi salah satu hambatan tersendiri dalam proses pengembangan agribisnis di Provinsi NTT. Sinergi dengan PNPM Mandiri Perdesaan berkaitan dalam bidang pmebangunan sarana dan prasarana ekonomi dan pendidikan mutlak diharapkan; c. Keterbatasan pemahaman konsep agribisnis. Keterbatasan pemahaman pelaku program di tingkat Desa dan Kecamatan menyebabkan kurangnya daya imajinasi dalam mengembangkan potensi agribisnis berdasarkan atas komoditas yang menjadi pilihan dalam proses pelaksanaan penggalian gagasan; d. Hambatan budaya, yang dimaksud dengan hambatan budaya adalah budaya kerja masyarakat petani yang cenderung hidup dalam lingkungan feodal. Pola tani yang dilakukan masih cenderung subsisten, tradisional, belum cukup mampu mengelola waktu untuk usaha peningkatan potensi pertanian, para petani juga masih belum cukup mampu dalam merencanakan lahan, dan mendayagunakan potensi pendukung usaha agribisnis. e. Ego sektoral pelaku SKPD dalam pengembangan agribisnis di wilayah perdesaan. Tidak dibutuhkan data lagi bahwa isu mengenai sinergi pelaku pembangunan masih relevan untuk terus diupayakan. Melalui forum musrenbang sejak dari Desa sampai Kabupaten diharapkan dapat terjadi dialog dialog bagi pelaku pembangunan untuk mengambil peran dan bersinergi. 10

IV. PENUTUP Demikian disampaikan Laporan 6 (enam) tahun anggaran 2008 PNPM Agribisnis Perdesaan Provinsi NTT. Tak dapat ditolak ketika dalam laporan ini banyak kekurangan karena masih banyak hal yang belum dapat disajikan secara rinci dan dianalisa secara kritis dan tajam. Kritik dan saran senantiasa diharapkan dari semua pihak, sehingga dokumen Laporan ini dapat dikembangkan menjadi lebih baik lagi. 11