BAB I PENDAHULUAN. kepulauan terbesar di dunia, dengan luas laut 5,8 juta km 2 atau 3/4 dari total

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Pantai Timur Sumatera Utara merupakan bagian dari Perairan Selat

2. TINJAUAN PUSTAKA. sebaran dan kelimpahan sumberdaya perikanan di Selat Sunda ( Hendiarti et

3. METODE. penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari. posisi koordinat LS dan BT.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Keadaan Umum Perairan Pantai Timur Sumatera Utara. Utara terdiri dari 7 Kabupaten/Kota, yaitu : Kabupaten Langkat, Kota Medan,

Lampiran 1. Karakteristik satelit MODIS.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah yang melimpah, hal ini antara lain karena usaha penangkapan dengan mencari daerah

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN CAKALANG(Katsuwonus pelamis) BERDASARKAN SEBARAN SPL DAN KLOROFIL DI LAUT FLORES SKRIPSI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Stasiun Klimatologi Kairatu Ambon 2. Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengaruh Sebaran Konsentrasi Klorofil-a Berdasarkan Citra Satelit terhadap Hasil Tangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus sp) Di Perairan Selat Bali

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu permukaan laut Indonesia secara umum berkisar antara O C

PEMETAAN ZONA TANGKAPAN IKAN (FISHING GROUND) MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA MODIS DAN PARAMETER OSEANOGRAFI DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VARIABILITAS SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN PULAU BIAWAK DENGAN PENGUKURAN INSITU DAN CITRA AQUA MODIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SATELIT ASTER. Oleh : Like Indrawati

FISHING GROUNG /Sistem DPI

J. Sains & Teknologi, Agustus 2008, Vol. 8 No. 2: ISSN

Di zaman modern seperti sekarang ini, semakin sering. DNB/VIIRS: Menatap Bumi di Malam Hari AKTUALITA

Sistem = kesatuan interaksi diantara elemen terkait untuk mencapai suatu tujuan

BAB III METODE PENELITIAN

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah (ATPW), Surabaya, 11 Juni 2015, ISSN

3. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian. Lokasi pengamatan konsentrasi klorofil-a dan sebaran suhu permukaan

PENENTUAN POLA SEBARAN KONSENTRASI KLOROFIL-A DI SELAT SUNDA DAN PERAIRAN SEKITARNYA DENGAN MENGGUNAKAN DATA INDERAAN AQUA MODIS

SISTEM PENGELOLAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN (Fishing Ground System) DR. Mustaruddin

Gerakan air laut yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan sehari-hari adalah nomor

BAB I PENDAHULUAN. Garis pantainya mencapai kilometer persegi. 1 Dua pertiga wilayah

IDENTIFIKASI DAERAH PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR PADA MUSIM TIMUR BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN BARAT ACEH ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

ABSTRAK. Kata kunci : Suhu Permukaan Laut (SPL), Klorofil-a, dan Hasil Tangkapan Ikan Tuna

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis) BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

perairan Selat Malaka dan sebagai data dalam mengetahui tingkat kesuburan TINJAUAN PUSTAKA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. sumberdaya kelautan yang sangat potensial untuk dikembangkan guna

ANTARA PERAIRAN SELAT MAKASAR DAN LAUT JAWA (110O-120O BT

ANALISA PENENTUAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DENGAN PARAMETER FISIKA MAUPUN KIMIA MENGGUNAKAN CITRA TERRA MODIS DI DAERAH SELAT MADURA

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

APLIKASI DATA INDERAAN MULTI SPEKTRAL UNTUK ESTIMASI KONDISI PERAIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DI SELATAN JAWA BARAT

SEBUAH ALGORITMA POHON KEPUTUSAN UNTUK KLASIFIKASI CITRA SATELIT AQUA MODIS

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Agustus 2011 dengan

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-A DARI CITRA AQUA MODIS SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DI SELAT SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN SURVAI DAN PEMETAAN LAUT DALAM RANGKA MENGOPTIMALISASIKAN PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT INDONESIA

6 PEMBAHASAN 6.1 Produksi Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL BERDASARKAN PENDEKATAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN HASIL TANGKAPAN DI PERAIRAN BINUANGEUN, BANTEN TOPAN BASUMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Laut di Laut Banda Berdasarkan Data Citra Satelit. Forecasting Fishing Areas in Banda Sea Based on Satellite Data

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Evapotranspirasi Potensial Standard (ETo)

Gambar 1. Diagram TS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata kunci: Citra satelit, Ikan Pelagis, Klorofil, Suhu, Samudera Hindia.

Deteksi Kesuburan Perairan Aceh Menggunakan Citra Klorofil-A Satelit Aqua Modis

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya lahan yang terdapat pada suatu wilayah, pada dasarnya

2. TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan oseanik dimana pada bagian timur berhubungan dengan perairan Selat

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan sektor industri yang berbasis sektor agribisnis sangat

6 HUBUNGAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL DENGAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

b) Bentuk Muara Sungai Cimandiri Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ini memaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan batasan masalah dalam penelitian ini.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 %

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial. Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA AQUA MODIS

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis dan kandungan sumber daya kelautan yang dimiliki Indonesia memberikan pengakuan bahwa Indonesia merupakan negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia, dengan luas laut 5,8 juta km 2 atau 3/4 dari total wilayah Indonesia merupakan lautan dan ditaburi sekitar 17.506 pulau yang dikelilingi oleh 81.000 km garis pantai dengan potensi ekonomi yang sangat besar. Luas kawasan laut tersebut terdiri dari wilayah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) seluas 2.7 juta km 2 dan Laut Teritorial sebesar 3.1 juta km 2. Kondisi geografis ini diperkuat dengan kenyataan bahwa Indonesia berada pada posisi geopolitis yang penting yakni Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, sebuah kawasan paling dinamis dalam percaturan politik, pertahanan dan keamanan dunia. Alasan di atas sudah cukup menjadi dasar untuk menjadikan pembangunan kelautan sebagai arus utama (mainstream) pembangunan nasional. Industri di pesisir dan laut seperti pabrik minyak dan gas, transportasi, perikanan, dan pariwisata mewakili 25% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) negara dan 15% dari lapangan pekerjaan di Indonesia. Lebih dari 7000 kampung pesisir di Indonesia menggantungkan hidupnya pada sumberdaya hayati laut. Dikenal dengan hasil ekonomi kelautan yang menjadi sektor potensial untuk memenuhi kebutuhan penduduknya. Bahkan untuk ekspor, tetapi potensi yang berlimpah ini belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian besar nelayan Indonesia melakukan 1

penangkapan ikan berdasarkan pengalaman turun temurun mengenai daerah penangkapan ikan, sehingga tentu saja hal ini memerlukan biaya yang besar dan waktu yang lama untuk dapat memperoleh hasil tangkapan. Daerah penangkapan ikan di perairan seyogianya dapat diketahui dengan memperhatikan kondisi oseanografi, seperti suhu permukaan laut. Untuk mengetahui kondisi atau parameter oseanografi SPL (Suhu Permukaan Laut) perairan di Indonesia yang sangat luas maka metode konvensional sangat sulit dilakukan karena membutuhkan biaya yang sangat besar dan waktu yang lama. Pemanfaatan teknologi satelit dalam pengamatan fenomena oseanografi khususnya suhu permukaan laut mampu menentukan nilai SPL optimum yang disukai ikan (Limbong, 2009), yang terdeteksi dalam data gambar pada skripsi ini khususnya ikan pelagis. Ikan Pelagis adalah kelompok Ikan yang berada pada lapisan permukaan hingga kolom air. Ciri utama ikan pelagis, adalah, dalam beraktivitas selalu membentuk gerombolan (schooling) dan melakukan migrasi untuk berbagai kebutuhan hidupnya. Ikan pelagis berdasarkan ukurannya dapat dibagi menjadi dua. Pertama, ikan pelagis besar, misalnya jenis ikan tuna, cakalang, tongkol. Kedua, ikan pelagis kecil, misalnya ikan layang, teri, kembung. Teknologi Indraja yang biasa digunakan untuk mengetahui kondisi oseanografi adalah satelit Terra dan Aqua. 2 Satelit Terra (EOS AM-1) adalah satelit penelitian multinasional NASA di orbitsun-synchronous di sekitar bumi. Satelit ini adalah bagian dari Earth Orbiting Sistem.Terra membawa muatan yang terdiri dari lima sensor jarak jauh yang didesain untuk memantau keadaan lingkungan bumi dan perubahan

perubahan yang terjadi pada iklim. Sedangkan Satelit Aqua (EOS PM-1) adalah satelit penelitian ilmiah NASA yang sedang melayang di orbit sekitar bumi. Satelit ini mempelajari tentang presipitasi, evaporasi, dan siklus air. Aqua adalah komponen utama kedua Earth Observing Sistem setelah Terra yang diluncurkan tahun 1999. Aqua membawa enam instrumen untuk mempelajari perairan pada permukaan bumi dan atmosfer. Dari kedua Satelit tersebut terdapat instrument yang sama salah satunya yaitu Modis (MODerate-resolution Imaging Spectroradiometer) adalah instrument kunci pada satelit Terra (EOS AM) dan Aqua (EOS PM). Citra Spesifik hasil instrumen modis ini disebut dengan Citra Indraja (remote sensing). Citra ini yang kemudian akan diolah untuk mengetahui suhu permukaan laut suatu wilayah. 1.2 Rumusan Masalah Satelit Terra Aqua mengorbit pada ketinggian 705km digunakan dalam 2 lintasan yang berbeda untuk mendapat sebuah peta fenomena oseanografi suatu wilayah. Lintasan tersebut berdasarkan waktu yaitu : 1. Melintasi ekuator ke arah utara pada sekitar pukul 13:30 2. melintasi ekuator ke arah selatan pada pukul 1:30 Untuk mendapatkan informasi oseanografi seperti SPL, kedua data gambar satelit tersebut akan di konversi menjadi Citra Digital dengan melakukan analisis dan perhitungan berdasarkan variabel variabel yang sesuai. 3

Berdasarkan latar belakang maka permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah : 1. Bagaimana Pemanfaatan data Citra Modis 2. Bagaimana mengetahui suhu permukaan laut untuk identifikasi ikan pelagis 3. Bagaimana menentukan daerah potensial ikan pelagis yang hidup di kisaran suhu 25 0 C-29 0 C Pada skripsi ini Pengolahan data Citra MODIS menggunakan software Mrt Swath, GrADS, dan HDF view untuk melihat hasil olahan dari Mrt Swath. 1.3 Tujuan Berdasarkan Rumusan Masalah, maka tujuan dari penulisan ini yaitu : 1. Mengetahui bagaimana proyeksi data Citra Modis menjadi Citra Digital 2. Mengetahui suhu permukaan laut suatu wilayah 3. Mengetahui daerah potensial ikan berdasarkan suhu permukaan laut 1.4 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut: Bab I merupakan bab yang berisikan tentang pendahuluan yang meparkan secara singkat latar belakang, identifikasi masalah, tujuan, serta sistematika penulisan. 4

Bab II merupakan bab yang berisikan tentang landasan teori yang memaparkan singkat tentang kajian-kajian yang menunjang pembahasan Pengolahan Data dan Pengolahan Citra dalam pembahasan analisis Citra pengindraan jauh Bab III merupakan bab yang berisikan tentang pembahasan proses identifikasi wilayah berpotensi ikan Bab IV merupakan bab yang berisikan kesimpulan dari hasil pembahasan 5