Rumah Sakit Jiwa. S uster Kometa memandang pilu ke arah luar

dokumen-dokumen yang mirip
Sahabat Terbaik. Semoga lekas sembuh ya, Femii, Aldi memberi salam ramah. Kemarin di kelas sepi nggak ada kamu.

Mata Tomi terbelalak, ketika menyadari dia berada

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

Xen.. aku tutup mata kamu sebentar ya oke? ujar Ican dengan hati-hati menutupi maksudnya. Kalau aku tidak mau bagaimana? jawab Xena santai.

Sebuah kata teman dan sahabat. Kata yang terasa sulit untuk memasuki kehidupanku. Kata yang mungkin suatu saat bisa saja meninggalkan bekas yang

Tiga Belas Ribu Empat Ratus Lima Puluh Rupiah

Kilat masih terus menyambar dan menyilaukan mata. Cahaya terangnya masuk melalui celah-celah jendela dan ventilasi udara. Suara petir terus menderu

berjalan, mungkin karena posisi memboncengnya atau bagaimana. Motor yang dikendarai mengalami kecelakaan setelah menabrak sebuah mobil di tengah

yang paling tidak pernah luput dari kematian adalah cairan ini. Wanita itu meringis ngilu. Semua yang menimpanya kini sudah jelas bagian dari

Tanpa awan dan angin, takkan pernah ada hujan. Tapi jika awan, angin dan hujan bersama, bukankah akan timbul badai besar?

yang berbentuk datar bagian atasnya dengan sebuah ukiran kepala singa. Mereka yang berada di ruangan sudah berdiri di atas shinéga sejak dari tadi.

Dongeng Jepang Cerita berasal dari Kojiki (Legenda Jepang)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Part 1 : Aku Menghajar Nenek-Nenek Dengan Cangkul

JUDUL FILM: Aku Belum Mati tapi Tidak Hidup

Seorang pria menyelinap keluar dari balik pohon, dan Endra mengenalinya sebagai pemandunya, Lole.

(Aku Melihatnya & Dia Melihatku)

Cinta, bukan satu hal yang patut untuk diperjuangkan. Tapi perjuangan untuk mendapatkan cinta, itulah makna kehidupan. Ya, lalu mengapa...

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1) PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA. No. MR : 60xxxx RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

PATI AGNI Antologi Kematian

(Cintaku) Bait Pertama. Angin senja begitu halus berhembus. Sore itu, di

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA

ANINDRA YUDYA PRADANA PERTANDA. Ada makna dibalik kejadian

Musim Semi Buku harian untuknya Satu Hari bolong

BAB II RINGKASAN CERITA. sakit dan mengantarkan adik-adiknya ke sekolah. Karena sejak kecil Lina

S a t u DI PAKUAN EXPRESS

"Jika saya begitu takut maka biarlah saya mati malam ini". Saya takut, tetapi saya tertantang. Bagaimanapun juga toh akhirnya kita harus mati.

Bayangan Merah di Laut dan Tempat Untuk Kembali:

Bab 1. Awal Perjuangan

Dari jarak sepuluh meter bisa kukenali siapa lelaki yang duduk menundukkan kepalanya dan bertumpu pada lengannya yang ia letakkan di atas lutut.

Ibu: Sang Manusia Pembelajar

Primer Amor. One could fall in love many times during the course of lifetime, but the first rush of love always holds a special place in our hearts

Larantuka. Mungkin sekembalinya pagi Kita akan bertemu pada tepian lautmu

AKU AKAN MATI HARI INI

SUNFLOWERS. Saya lebih suka menghadap ke matahari.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

Air mataku berlinang-linang sewaktu dokter mengatakan

wanita dengan seribu pesona yang ada disebelahku. Terkadang Rini berteriak dan memeluk erat lenganku. Lucu rasanya jika memikirkan setiap kali ia

Alifia atau Alisa (2)

ZEITMASCHINE. Kumpulan Prosa MAS OKIS

.satu. yang selalu mengirim surat

BERCERITA PADA ANAK SERI BACAAN ORANG TUA

MANUSIA DAN KEGELISAHAN

DIMENSI CERMIN. Laudya. Suara Mama terdengar dari bawah. Laudya masih asyik meneka n-nekan tombol keyboard.

SMP kelas 9 - BAHASA INDONESIA BAB 4. Ketrampilan BersastraLatihan Soal 4.2. Pengenalan. Klimaks. Komplikasi. Penyelesaian

Nama saya Andy. Saya lahir dan besar di Kota

Berlari. Nurlaeli Umar

Simoan DELAPAN SIMOAN

Karina Sacharissa. Warna Dari pelangi. Penerbit Chaliccabook

Bagian 1 : Tak Kan Kubiarkan Kau Merebutnya Dariku!

Semangat ya kerja kelompok nya. J

Pagi hari di sekolah didalam kelas ada 3 orang anak murid yang sedang berbincang-bincang. Yaitu Ditra, Dila, Tantri, DITRA.

SINOPSIS FILM PREMONITION

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini

Maaf, Ki. Kamu salah paham selama ini. Kiama benar-benar tidak paham kalimat yang diucapkan Rifan. Bagaimana mungkin dia salah paham, jika perhatian

BigPut. FINDING the LOST PRECIOUS MEMORIES

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

Angin senja terasa kencang berembus di antara

[Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu. Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran. Cast : Kalian yang membaca~

RIDHO KURNIAWAN. Aku duduk dengan santai Menunggu apa yang kusukai Menikmati sesuatu yang menenangkan hati Pemberian Ilahi yang tak tertandingi

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya.

Perlu waktu bagi anak anak itu untuk menjadi bagian dari kegelapan sebelum pohon pohon terlihat lebih jelas. Sebelum semak semak tinggi terlihat

Hidup ini singkat bagiku! Kebahagian saat ini hanyalah sementara, tak mudah bagiku untuk menjalani hidup normal layaknya sebagai manusia biasa.

huh, akhirnya hanya mimpi, ucapnya sambil mengusap dada.

I Want Him... Di Jogjakarta, lahirlah anaknya yang ketujuh, anak perempuan, dan itulah aku. Setelah kehamilan ibu yang boleh

Kupersembahkan skripsi ini untuk Ibunda, Almarhum Ayahanda dan Ani

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal Desenber Nama Sdr. S, umur 15 tahun, agama islam, pendidikan SLTP, No CM ,

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri.

LAMPU JALAN Berozka Anita

63 Perpustakaan Unika A. Skala Penelitian

Sayang berhenti menangis, masuk ke rumah. Tapi...tapi kenapa mama pergi, Pa? Masuk Sayang suatu saat nanti pasti kamu akan tahu kenapa mama harus

BENDA KECIL YANG BERBAHAYA. Penyusun: Nani Herawati Illustrasi : Abu Hurairoh

PROLOG. Wow, lihat! Dia datang. Kata Ronald sambil bersiul.

Semalam Aldi kurang tidur. Hujan deras ditambah. Rahasia Gudang Tua

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

No Oedipus Complex Keterangan Dialog dalam novel Halaman Ya Tidak. Kemudian ayah itu, selalu tidak sabar, akan lompat dari kedua orang tua yang tidak

Hidup adalah sebuah pilihan. Hiduplah

Before-After Met. Hara s POV

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

membentak-bentak mereka apabila mereka tidak melakukan hal-hal yang Riani inginkan. Semua pelampiasan amarahnya kepada semua orang selalu dia tujukan

CARA MENGATASI GIGITAN ULAR

PRAJURIT YANG HILANG. Bulan Merkurius, dalam sistem kalender Teffloo

1 Curahan Hati Sebatang Pohon Jati

Aku belajar bahwa tawa dan airmata bukan sesuatu yangg memalukan, Aku mau menjadi rajawali yang siap setiap saat melewati badai hidup dan tak akan

Untuk ayah.. Kisah Sedih.

DESSA FITRI MASINTA DEWI

pernah terasa sama lagi setelah kau mengalami hal yang fantastis. Bagiku, pengalaman selama di Vazard adalah hal yang fantastis.

NEGERI PRAYOGI. Sudah dua hari aku libur semester ganjil. Tidak sampai enam bulan lagi aku akan menempuh

Eliora. orang yang sedang menjalaninya. 1 Artinya, seberat-berat kami melihat sesuatu terjadi, lebih menyakitkan lagi bagi

MUNGKIN KU SALAH MENGARTIKAN

SYAIR KERINDUAN. Genre: Puisi-puisi cinta, sahabat, keluarga semuanya tentang CINTA dan CITA-CITA.

Yang Mencinta dalam Diam

: :

DIPA TRI WISTAPA MEMBILAS PILU. Diterbitkan secara mandiri. melalui Nulisbuku.com

Namaku adalah irvan maulana. aku adalah seorang pelajar di salah satu sekolah negri di pinggiran kota.sman 9 PADANG

LAMPIRAN 1 Pedoman Wawancara

memimpikanmu Firman mengetik kata Mimpi dalam kolom Google search, dan membuka link Wikipedia berbahasa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

Anak laki-laki itu segera mengangkat kakinya. Maaf, ujarnya, sementara si anak

Transkripsi:

Rumah Sakit Jiwa S uster Kometa memandang pilu ke arah luar gerbang Rumah Sakit Jiwa tempatnya bekerja tersebut. Suasana gelap, yang disebabkan hujan sejak empat jam lalu yang belum berhenti juga. Perutnya keroncongan, makanan di kantin RSJ tidak menarik perhatiannya hari ini. Sebenarnya, tadi ia hendak mampir sejenak ke rumah makan yang berada tidak jauh dari RSJ tersebut, namun urung dilakukannya. Tak baik baginya juga berkendara di dalam hujan yang seperti ini. Walaupun itu hanya sebentar, batinnya. Hari ini pun ia tidak cukup sabar melewati para penjaga yang

berwajah sangar itu, seperti hendak menelan dirinya. Ia terpaksa menahan laparnya. Pandangannya beralih ke lorong-lorong RSJ. Sudah enam bulan Suster Kometa mengabdikan dirinya di sini. Di bangunan yang tampak tua. Di dekat suster-suster lain yang begitu dingin kepadanya. Di dekat dokter-dokter lain yang tak jarang memperlakukan pasien sakit jiwa dengan kurang layak. Terlalu galak. Terlalu mengerikan. Bagaimana mungkin seseorang ataupun sekelompok orang yang terganggu jiwanya dapat mulai merenovasi diri masing-masing, jika setiap harinya mereka disuguhkan pasungan, hentakan, makanan, yang bahkan Suster Kometa pun enggan memakannya? Padahal, RSJ ini begitu besar, batin Suster Kometa lirih. Ia hembuskan napasnya perlahan. Seperti ada embun, ujarnya pada diri sendiri. Mungkin karena hari ini hujan deras, ia kembali membatin. Samar-samar ia dapat mendengar teriakan beberapa 2

pasien. Meronta-ronta. Ada yang berteriak, Akulah raja!, Kembalikan anakku!, Jangan tinggalkan aku!. Telinga Suster Kometa sudah akrab dengan hal-hal yang semacam itu. Kadang ia merasa takut, takut dicelakakan oleh penghuni RSJ. Kemungkinan itu memang selalu ada, bahkan di pekerjaan teraman sekalipun, resiko itu selalu ada. Tapi, rasa takut Suster Kometa dapat tertutupi dengan niat tulusnya untuk membantu para pasien RSJ menemukan identitas mereka yang sebenarnya. Untuk itu, ia masih memiliki waktu satu tahun. Setelah itu, ia akan pindah ke RSJ lain. Suster Kometa! Pasien yang menganggap dirinya vampir di Bangsal 22 meracau aneh lagi. Berikan obat penenang untuknya, bantu saya 3

sekarang juga!, ucapan Dokter Emil mengagetkan renungan Suster Kometa. Dok, pasien itu sebaiknya tidak terlalu sering diberi obat penenang. Biasanya, saya menggenggam tangannya saat ia terlihat mulai gelisah, dan ia akan lebih tenang biasanya, saran Suster Kometa dengan alasan yang dikiranya dapat berterima. Sehari-hari, pasien yang mengaku dirinya sebagai vampir itu sebenarnya bertingkah laku cukup baik. Hanya saja, ia memang sering mengaku rindu Transylvania, daerah asalnya. Namun, belum pernah Suster Kometa lihat ia mencoba meniru laku vampir seperti yang ditayangkan di televisi. Tahu apa, sih, kamu? Saya sudah sering memberinya obat penenang, dan dia baik-baik saja. Kamu mau, nanti darah kamu dihisap oleh dia? Sudah, kamu jangan banyak tanya! Ikuti saja perintah saya!, Dokter Emil tampak marah. Suster Kometa merasa ingin mengutarakan pendapatnya lebih lanjut, tapi ia memendamnya. Ya, 4

Dok, Anda merasa ia baik-baik saja, tapi tahukah Anda, beberapa jam setelah Anda memberi obat penenang itu, si pasien yang mengaku vampir itu mengerang. Tahu apa yang ia katakan? Katanya, jangan beri aku obat penenang lagi! Sungguh pilu, kembali Suster Kometa membatin. M emasuki Bangsal 22, hati Suster Kometa mulai khawatir. Ada tujuh pasien di bangsal itu. Mereka disatukan, karena dianggap memiliki gangguan yang serupa. Mereka paling sering berhalusinasi, dan sering menganggap diri mereka sebagai tokoh-tokoh dalam televisi. Salah satunya mengaku sebagai vampir. Pasien-pasien lainnya tampak termenung, ada juga yang seperti patung. Seperti itulah keadaan 5

mereka di bangsal ini, setidaknya saat mereka sedang tidak kambuh. Jika kambuh, pasien yang mengaku dirinya Doraemon akan mengoceh tak henti-hentinya, dan berpikir bahwa tiap laci memiliki akses ke ruang pemindahan waktu, seperti dalam film Doraemon adanya. Kali ini dia yang sedang meracau. Pasien bernama Dodo. Orangtuanya yang memasukkannya kesini. Padahal, semasa sehat, Dodo paling membenci film bertema Vampir dan juga Zombie. Sampai suatu ketika, ia dikerjai oleh temannya untuk meminum darah ayam hitam. Setelah muntah-muntah hebat, jiwa Dodo terguncang. Dan, entah mengapa ia mulai mencari hal-hal yang berhubungan dengan Vampir. Ia bahkan sering membedaki dirinya sendiri, agar terlihat mirip Vampir. Semakin hari Dodo semakin tidak terkendali, sehingga RSJ menjadi pilihan orangtuanya. Dokter, jangan beri aku racun itu, jangan beri aku obat itu!, pinta Dodo dengan suara yang 6

parau. Suster Listi berusaha mengikat tangan Dodo, dan dengan bersusah payah akhirnya Dokter Emil berhasil memberikan obat penenang itu. Suster Kometa hanya mampu mengikuti instruksi Dokter Emil, karena di dalam hatinya, ia tidak ingin reputasinya hancur. Di luar bangsal, Suster Vero menyindir Suster Kometa, Suster Kometa, kamu ini seperti setengah hati membantu Dokter Emil. Kamu tahu? Disini kita tidak boleh menggunakan perasaan kita. Kamu harus menggunakan logika kamu! Kamu aneh, dulu dua bulan pertama di rumah sakit ini kamu begitu tegas. Sekarang? Kita harus mendidiknya secara keras, agar mereka cepat sembuh!. Belum sempat Suster Kometa membuka suara, Dokter Emil menimpali, Yah, begitulah kalau orang yang tidak kuat mental bekerja di sini. Bukan begitu, Suster Kometa?. Dokter Emil tampak sinis. Ia beserta Suster Vero segera berjalan cepat, meninggalkan Suster Kometa sendirian. 7

Benarkah aku dulu tegas, benarkah aku orang yang tidak kuat bekerja disini, setelah aku diperdayakan setengah mati disini. Bahkan kadangkadang shift pagi dan shift sore dilakukan olehku secara double?, tukas Suster Kometa pada dirinya sendiri. Lorong terasa sepi, dan Suster Kometa seorang diri di sela-sela beberapa bangsal. Andaikan aku mampu mengecat ruangan-ruangan ini, pasti beberapa bagian RSJ ini akan tampak lebih positif, dan tidak suram. Tapi, sayangnya aku tidak mampu. Mereka bilang, RSJ ini sudah tampak seperti ini dari dulu. Dan, harus tetap seperti ini, demikian hati nurani Suster Kometa membatin. 8

Ditelusurinya lorong-lorong yang mencirikan masing-masing bangsal. Bangsal 22 yang tadi dimasukinya bersama Dokter Emil dan Suster Vero termasuk bangsal yang tidak berbahaya. Para pasiennya hanya bertingkah sangat aneh, namun tidak pernah berusaha mencelakakan orang lain, dan yang terpenting mereka tidak menggunakan benda-benda tajam. Bahkan, mereka takut pisau, dan juga takut gunting. Sebelum berbelok ke kiri menuju ke arah lapangan kecil di bagian timur RSJ itu, Suster Kometa mendongak pada bangsal yang ditutup. Bahkan, bangsal itu dipalang. Bukan karena bangsal itu berhantu, namun bangsal itu konon menyisakan kenangan buruk. Sangat buruk. Lima tahun lalu. Tapi, Suster Kometa lupa cerita secara rinci apa yang terjadi lima tahun lalu. Begitu samar. Cepat-cepat ia berbelok ke kiri. Suasana lapangan jauh lebih menyenangkan daripada melihat 9

palang pintu yang dipaku rapat di pintu Bangsal 15. Suram. Menyiratkan aura kesedihan. H ujan sudah reda. Bau air hujan masih tersisa di lingkungan RSJ tersebut. Perut Suster Kometa semakin keroncongan. Inilah saatnya aku membeli makanan, ujar Suster Kometa pada dirinya sendiri. Baru saja ia hendak membuka pintu mobilnya, terdengar derap langkah yang berlarian di belakangnya. Memanggilnya. 10