sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak sering diidentikkan dengan dunia bermain, sebuah dunia

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sepeda, sepeda motor, becak, mobil dan lain-lain. Dari banyak

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. wilayahnya masing-masing. Budaya sebagai tuntunan kehidupan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seseorang yang terlahir ke dunia pada dasarnya dalam keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungan dalam konstruksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran. perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

BAB III METODE PENELITIAN. daerah ini masih banyak terdapat perbedaan perlakuan antara anak laki-laki dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan

LINGKUNGAN DAN LEMBAGA PENDIDIKAN. a. Tempat (lingkungan fisik): keadaan iklim. Keadaan tanah dan keadaan alam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

A. LATAR BELAKANG MASALAH

MATERI 1 HAKIKAT PERILAKU MENYIMPAG

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah

BAB V KESIMPULAN. pemahaman bahwa perempuan berada dalam posisi yang kuat. Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional tidak akan terwujud secara optimal tanpa adanya

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama Saya WANDA ERNA, sedang menjalani pendidikan D-IV Bidan Pendidik Fakultas

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

Inisiasi 2 LANDASAN MORAL, SOSIO-KULTURAL, RELIGI HAK AZASI MANUSIA

BAB V SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB IV. Refleksi Teologis

Sosiologi. Kelompok & Organisasi Sosial MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 07

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

I. PENDAHULUAN. diantara manusia pada dasarnya terdapat saling ketergantungan, saling

BAB I PENDAHULUAN. dan agamanya, semenjak dahulu menjadi perhatian khas dari para ilmuwan dan para

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes

BAB I PENDAHULUAN. Pudjiwati (1985 : 28 ) menyatakan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. sifat-sifat yang relevan dan efisien. Artinya pengambilan keputusan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa.

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Definisi Anak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

MELAMPAUI KASUR - SUMUR - DAPUR

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral,

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak

A. Pilihlah satu jawaban yang tepat!

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk monodualis, di satu sisi ia berperan sebagai individu yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri (internal individu), namun di sisi lain manusia juga berkedudukan sebagai makhluk sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai makhluk individualis mempunyai kepentingan yang dapat diperjuangkan sendiri tanpa memikirkan manusia lain, sedangkan manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat tentunya harus menaati peraturan atau norma serta nilai yang berkembang dan ditaati bersama oleh masyarakat sekitar. Manusia sebagai bagian dari anggota masyarakat berkewajiban menaati aturan dan budaya yang berkembang dalam masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung, seperti itulah kedudukan manusia dengan nilai dan norma dalam masyarakat. Nilai merupakan konsep-konsep umum tentang sesuatu yang dianggap baik, patut, layak, pantas yang keberadaannya dicita-citakan, diinginkan, dihayati, dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi tujuan kehidupan bersama di dalam kelompok masyarakat tersebut, mulai dari unit kesatuan sosial terkecil hingga suku, bangsa, dan masyarakat 1

internasional, 1 sedangkan menurut Emile Durkheim, norma-norma sosial adalah sesuatu yang berada di luar individu, membatasi mereka dan mengendalikan tingkah laku mereka. 2 Nilai dan norma tersebut berkembang dalam masyarakat sebagai sebuah pegangan hidup dan bersifat mengikat guna menciptakan masyarakat yang tertib pada aturan. Norma atau aturan memiliki tingkat keterikatan tersendiri sesuai dengan sanksi yang dijatuhkan terhadap pelanggaran norma tersebut, sehingga untuk menciptakan masyarakat yang tertib pada nilai dan norma perlu adanya proses internalisasi norma pada setiap individu. Nilai dan norma yang berkembang pada masyarakat tidak serta merta begitu saja dipahami dan dianut oleh individu atau anggota masyarakat, melainkan harus melalui proses belajar. Proses belajar yang dialami individu dalam konteks ini adalah sosialisasi baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat secara luas (sosialisasi primer dan sosialisasi sekunder). Sosialisasi menurut Robert M. Z. Lawang 3 adalah proses mempelajari norma, nilai, peran, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan partisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial. 1 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana. Hlm. 119. 2 Barry, David. 1982. Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Jakarta: CV Rajawali. Hlm 47. 3 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. Op.Cit. Hlm: 156. 2

Melalui proses sosialisasi anggota masyarakat diharapkan menyelaraskan perilakunya dengan peraturan sosial yang telah menjadi kesepakatan bersama di dalam kehidupan kelompok. Proses sosialisasi individu melalui proses sosialisasi primer dan sekunder dilakukan dengan bantuan media maupun agen yang berperan penting dalam proses belajar oleh individu terkait. Agen sosialisasi tersebut diantaranya adalah keluarga, teman sepermainan, sekolah, media massa, dan lingkungan kerja. Kelima agen sosialisasi tersebut berpengaruh sesuai dengan tahapan perkembangan individu mulai dari yang terdekat hingga agen yang berpengaruh ketika individu telah mencapai dewasa, karena pada dasarnya proses sosialisasi tidak berhenti pada satu titik, melainkan berlangsung seumur hidup pada individu yang bersangkutan. Salah satu agen yang paling berpengaruh dalam proses belajar individu adalah keluarga. Keluarga merupakan satuan kelompok sosial terkecil. Suatu keluarga terdiri atas orang-orang yang menganggap bahwa mereka mempunyai hubungan darah, pernikahan, atau adopsi. 4 Keluarga merupakan kelompok sosial yang paling dekat dengan individu. Sebagai kelompok sosial yang paling dekat dengan individu terkait, tentunya keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam proses sosialisasi anak dan proses pembentukan kepribadian, mengapa? Pertama, keluarga merupakan kelompok primer yang selalu bertatap muka di antara 4 Henslin, James M., 2007. Sosiologi dengan pendekatan membumi Jilid I: Penj Kamanto Sunarto. Jakarta: Erlangga. Hlm 116. 3

anggotanya, sehingga dapat selalu mengikuti perkembangan anggotaanggotanya. Kedua, orang tua memiliki kondisi yang tinggi untuk mendidik anak-anaknya, sehingga menimbulkan hubungan emosional yang hubungan ini sangat memerlukan proses sosialisasi. Ketiga, adanya hubungan sosial yang tetap, maka dengan sendirinya orang tua memiliki peranan yang penting terhadap proses sosialisasi kepada anak. 5 Kedekatan emosional antaranggota keluarga menyebabkan individu mempunyai keterikatan dan ketergantungan kepada keluarga, sehingga dalam hal ini peran keluarga sangat penting dalam proses sosialisasi anak. Telah disebutkan di atas, bahwa keluarga merupakan agen penting dalam proses belajar anak mengenal aturan dan kehidupan masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar, individu juga tidak terlepas dari keadaan biologis individu terkait, yaitu laki-laki atau perempuan. Dalam proses belajar mengenai nilai dan norma yang berkembang di masyarakat ini, ada perbedaan antara proses yang diajarkan antara laki-laki dengan perempuan. Nilai yang diajarkan ini disesuaikan dengan konstruksi yang telah dibangun sebelumnya dan berkembang di masyarakat serta menjadikan identitas dari individu tersebut. Dalam pembahasan ini, perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara biologis dan fisiologis memang tidak akan dipermasalahkan karena itu memang telah kodrati dari Tuhan, namun yang akan menjadi fokus utama 5 Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. Op.Cit. Hlm. 177. 4

dalam pembahasan penelitian ini adalah mengenai sosialisasi antara laki-laki dan perempuan dalam konteks kesetaraan gender, dilihat dari sisi hak dan kewajiban, serta dari sisi sosiokulturalnya. Dalam kehidupan masyarakat, telah dikonstruksikan secara sosiokultural tentang sebuah anggapan bahwa kedudukan laki-laki lebih tinggi daripada wanita, dan wanita hanyalah makhluk yang lemah tak berdaya. Ketidaksetaraan itu lagi-lagi terjadi karena bentuk fisik antara laki-laki dan perempuan yang notabene sudah sangat berbeda. Perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin anak juga telah dilakukan sejak sosialisasi primer yang berlangsung dalam keluarga, yaitu misalnya anak perempuan akan diajarkan permainan yang lebih bersifat kooperatif seperti permainan ibu-ibuan, pasaran, dan lain lain. Anak laki-laki lebih diajarkan pada permainan yang bersifat konstruktif seperti permainan bongkar pasang, dan lain lain. Perbedaan bentuk perlakuan dalam proses sosialisasi merupakan salah satu bentuk bias gender yang berkembang dalam masayarakat. Begitu pun kebiasaan yang ada dalam masyarakat Desa Sikumpul Kecamatan Kalibening Kabupaten Banjarnegara yang sejak zaman dahulu telah terkonstruksikan bahwa adanya perbedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan, termasuk dalam proses sosialisasi. Masyarakat desa Sikumpul yang sebagian besar penduduknya adalah petani, khususnya petani kebun teh juga memberikan perlakuan berbeda dalam proses pembelajaran meregenerasikan ketrampilan berkebun teh. Salah satu contoh yang dapat 5

ditemui adalah ketika anak laki-laki dibiasakan dan diajarkan untuk dapat membantu orang tua berkebun, mencari kayu bakar, mencari rumput untuk makan ternak, dan pekerjaan-pekerjaan tersebut bersifat konstruktif dan publik. Berbeda dengan yang diajarkan pada anak perempuan dalam keterlibatannya membantu orang tua, yaitu anak perempuan lebih diajarkan untuk bisa memasak ataupun pekerjaan rumah lainnya, sementara dalam hal membantu berkebun, anak perempuan hanya dituntut untuk bisa ngirim makanan ke ladang ataupun sekedar mencari sayuran untuk dimasak yang dalam masyarakat sekitar disebut memet. Dalam contoh lain, kita bisa melihat bagaimana ketika kita kecil orang tua ataupun saudara selalu membelikan mainan anak yang bersifat konstruktif kepada anak laki-laki seperti robot-robotan, bongkar pasang, sedangkan memberikan permainan yang bersifat kooperatif kepada anak perempuan seperti permainan masakmasakan, boneka, dan lain-lain. Anak perempuan dituntut untuk bisa membantu pekerjaan rumah tangga yang dilakukan ibu, seperti menyapu, mengepel, cuci piring, sedangkan anak laki-laki tidak terlalu berkewajiban untuk melakukan pekerjaan rumah tangga tersebut. Bentuk-bentuk pembelajaran dan penanaman nilai dalam keluarga tersebut secara tidak langsung telah menggambarkan bagaimana individu sejak kecil (dalam sosialisasi keluarga) telah mendapat penanaman nilai mengenai perbedaan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan. 6

Adanya perbedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan yang berkembang pada masyarakat Desa Sikumpul tidak begitu menjadi permasalahan yang harus diluruskan, karena sebagian besar masyarakat masih menganggap bahwa perbedaan hak antara laki-laki dan perempuan itu wajar, mengingat telah terinternalisasi dengan kuat adanya budaya patriarkhi yang menempatkan derajat laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Dalam konteks organisasi sosial dan keagamaan yang ada di masyarakat Desa Sikumpul, peran perempuan belum begitu banyak menjadi perhatian. Kebanyakan para pengurus karang taruna dan takmir masjid lebih memberi kepercayaan kepada laki-laki yang dianggap lebih mampu melaksanakan tugas-tugas keorganisasian, dari pada perempuan yang dianggap tidak mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan pada ranah publik seperti organisasi kemasyarakatan. Dalam konteks lain, seperti menyangkut pengambilan keputusan untuk pembangunan desa, kaum perempuan (remaja dan ibu rumah tangga) memiliki peranan yang sangat kecil, dan bahkan tidak dibutuhkan. Berbeda dengan kaum laki-laki (terutama bapak-bapak), yang memiliki andil besar dalam penentuan pembangunan desa, terbukti dengan keikutsertaan pertemuan dan rapat untuk membahas pembangunan yang sebagian besar dihadiri oleh kaum laki-laki. Berbagai contoh perbedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat tersebut, tidak dilakukan oleh masyarakat begitu saja, namun melalui proses pembelajaran dan internalisasi dengan jangka waktu 7

yang cukup lama, yaitu dimulai dari proses belajar dalam keluarga yang disebut sebagai sosialisasi gender. Bentuk-bentuk perlakuan masyarakat terhadap sosialisasi gender tersebut telah terbangun sejak lama, yaitu warisan sosio-kultural mengenai perbedaan hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan yang telah terinternalisasi dalam kehidupan masyarakat mulai dari hal terkecil yang tidak disadari masyarakat itu sendiri. Berbagai nilai mengenai pembedaan masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan yang tertuang dalam bentuk sosialisasi dalam keluarga ini secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh pada kesetaraan gender dan pemahaman individu terhadap lakilaki dan perempuan ketika ia dewasa. Dalam proses sosialisasi dengan agen keluarga, individu belajar dan menginternalisasikan mengenai segala sesuatu yang diajarkan oleh anggota keluarga lainnya, termasuk dalam bentuk kesetaraan gender yang dibangun dalam sosialisasi keluarga, sehingga sedikit banyak juga berpengaruh dalam pemahaman individu ketika dewasa mengenai kesetaraan gender baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat luas. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk menggali dan mencari tahu lebih dalam mengenai sosialisasi dalam keluarga yang berperan dalam membentuk pemahaman kesetaraan gender dalam keluarga, maka peneliti mengambil judul sosialisasi keluarga 8

dalam kesetaraan gender pada masyarakat Desa Sikumpul Kecamatan Kalibening Kabupaten Banjarnegara. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan antara lain: 1. Ada perbedaan secara sosio-kultural antara laki-laki dan perempuan secara tidak langsung juga tercermin dalam aspek kehidupan sosial masyarakat Desa Sikumpul. 2. Keluarga sebagai kelompok sosial paling dekat dengan anak atau individu, bertugas melakukan proses penanaman nilai dan norma, namun belum banyak yang menerapkan kesetaraan gender dalam proses sosialisasinya. 3. Kehidupan masyarakat Desa Sikumpul dengan budaya patriarkhi yang masih kuat menganggap bahwa adanya perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan itu dianggap wajar. 4. Perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat tertuang pada kurang berperannya perempuan dalam organisasi desa dan pengambilan keputusan untuk pembangunan desa. 5. Adanya pembagian kerja masyarakat Desa Sikumpul dalam berkebun teh masih menunjukkan adanya bias gender, yaitu laki-laki bertugas sebagai 9

pekerja utama, dan wanita sebagai pendorong dan lebih utama dalam melakukan pekerjaan domestik atau rumah tangga. C. Pembatasan Masalah Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, maka peneliti perlu membatasi masalah agar mendapatkan suatu temuan yang terfokus dan mendalami permasalahan, serta untuk menghindari penafsiran yang berbedabeda dari para pembaca, maka penelitian difokuskan pada sosialisasi keluarga dalam kesetaraan gender di Desa Sikumpul Kecamatan Kalibening Kabupaten Banjarnegara D. Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan bagian yang memiliki peranan penting dalam penelitian, karena merupakan motor penggerak untuk melakukan sebuah penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sosialisasi keluarga dalam kesetaraan gender pada masyarakat Desa Sikumpul Kecamatan Kalibening Kabupaten Banjarnegara? 2. Bagaimana faktor pendorong dan penghambat pada masyarakat Desa Sikumpul Kecamatan Kalibening Kabupaten Banjarnegara dalam melakukan sosialisasi gender? 10

E. Tujuan Penelitian Dari berbagai uraian di atas, dapat disimpulkan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana sosialisasi keluarga dalam kesetaraan gender pada masyarakat Desa Sikumpul Kecamatan Kalibening Kabupaten Banjarnegara. 2. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat pada masyarakat Desa Sikumpul Kecamatan Kalibening Kabupaten Banjarnegara dalam melakukan sosialisasi gender. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini yaitu: 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan kontribusi terhadap disiplin ilmu sosiologi khususnya bidang kajian gender dan sosialisasi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta 11

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pengetahuan akademik bagi mahasiswa pada umumnya dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan menambah referensi ilmu terkait. b. Bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber pustaka dan penelitian yang relevan, khususnya bagi mahasiswa program studi pendidikan sosiologi mengenai kajian sosialisasi dan kesetaraan gender. c. Bagi peneliti 1) Melalui penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti, serta mengaplikasikan pengetahuan yang didapat oleh peneliti di dalam program studi pendidikan sosiologi. 2) Mengetahui gambaran tentang peran agen sosialisasi keluarga dalam kesetaraan gender. d. Bagi Masyarakat 1) Melalui penelitian ini, diharapkan masyarakat dapat mengetahui betapa pentingnya keluarga sebagai agen sosialisasi yang pertama dan utama dalam penanaman kesetaraan gender terhadap individu dan masyarakat pada umumnya. 2) Memberikan informasi kepada masyarakat umum mengenai bagaimana perbedaan perlakuan masyarakat terhadap anak lakilaki dan perempuan dalam konteks kesetaraan gender. 12

13