SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

dokumen-dokumen yang mirip
SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kapasitas..., Prolessara Prasodjo, FT UI, 2010.

STUDI AB INITIO: STRUKTUR MEMBRAN NATA DE COCO TERSULFONASI

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER. Mata Kuliah : KIMIA KOMPUTASI Semester: VI (ENAM) sks: 3 Kode: D

REAKSI Cr, Cr 2, Mn, Mn 2, Fe, DAN Fe 2 DENGAN F 2, H 2, N 2, DAN O 2 : KAJIAN TEORI FUNGSIONAL KERAPATAN

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ESTIMASI pk a dan pk b BERDASARKAN PENDEKATAN KIMIA KOMPUTASI DENGAN METODA SEMIEMPIRIK PM3

Austrian-Indonesian i Centre (AIC) for Computational ti lchemistry, Jurusan Kimia i. KIMIA KOMPUTASI Konsep Perhitungan Mekanika Kuantum 2 (Basis Set)

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

SIMULASI PENGARUH OPTIMALISASI STRUKTUR KARBON NANOTUBE PADA PENINGKATKAN ENERGI ADSORPSI HIDROGEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PEMODELAN INTERAKSI ETER MAHKOTA BZ15C5 TERHADAP KATION Zn 2+ BERDASARKAN METODE DENSITY FUNCTIONAL THEORY

Indo. J. Chem. Sci. 2 (1) (2013) Indonesian Journal of Chemical Science

PANDUAN PRAKTIKUM KIMIA TERPADU GRUP IMC (INTERMOLECULAR CHEMISTRY) OLEH : Dr. Parsaoran Siahaan, MS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGANTAR KIMIA KOMPUTASI

KAJIAN MEKANISME REAKSI HIDROLISIS N-FENIL-3- HIDROKSI PIKOLINAMIDA DALAM KONDISI BASA MENGGUNAKAN METODE DFT DAN POST-SCF

Pengembangan Sensor Gas Ethyl -Methilbutyrate (C 7 H 14 O 2 ) Berbasis Graphene

KIMIA KOMPUTASI Pengantar Konsep Kimia i Komputasi

KIMIA DASAR I. Dosen : Robby Noor Cahyono, M.Sc.

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 PERHITUNGAN MOMEN DWIKUTUB MOLEKUL AIR DENGAN TEORI GRUP

SIMULASI EFEKTIVITAS SENYAWA OBAT ERITROMISIN F DAN 6,7 ANHIDROERITROMISIN F DALAM LAMBUNG MENGGUNAKAN METODE SEMIEMPIRIS AUSTIN MODEL 1 (AM1)

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

MAKALAH KARAKTERISTIK POTENSIAL BADAN-3: SISTEM Zn(II)-AIR-AMONIAK

MAKALAH FISIKA BAHAN STRUKTUR & GEOMETRI KRISTAL (BCC, FCC, HCP) : KERAPATAN KRISTAL

Kimia dalam AIR. Dr. Yuni K. Krisnandi. KBI Kimia Anorganik

STUDI AB INITIO GRAFIT BATUBARA SEBAGAI MATERI PENYIMPAN HIDROGEN AB INITIO STUDY OF COAL GRAPHITE AS HYDROGEN SOTRAGE MATERIAL

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

Studi Adsorpsi Molekul Nh 3 Pada Permukaan Cr(111) Menggunakan Program Calzaferri

Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2 ISSN STUDI KOMPUTASI SENYAWA DOPAMIN DAN DOPAMIN-TI(OH) 2 UNTUK APLIKASI SEL SURYA TERSENSITASI ZAT WARNA

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

Simulasi Dinamika Molekuler Proses Adsorpsi Hidrogen pada Carbon Nanotube dengan Lithium sebagai Unsur Doping

TUTORIAL KE-I KIMIA KOMPUTASI. Oleh: Dra. M. Setyorini, M.Si Andrian Saputra, S.Pd., M.Sc

MODUL IV JUDUL : KRISTALOGRAFI I BAB I PENDAHULUAN

Implementasi Metode Teori Fungsional Kerapatan pada bahasa C untuk menghitung energi keadaan dasar berbagai atom Enggar Alfianto

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menipis. Konsumsi energi di Indonesia sangat banyak yang membutuhkan

Grafit sebagai Peyimpan Hidrogen dalam Sistem Fuel Cells: Studi Kimia Komputasi Material untuk Energi Terbarukan

Struktur Kristal Logam dan Keramik

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

Perhitungan Nilai Eigen Sistem Quantum Dots Dengan Teori Kerapatan Fungsional Menggunakan Pendekatan Densitas Lokal. Fathi Fadhlur Rabbani

TINGKAT PERGURUAN TINGGI 2017 (ONMIPA-PT) SUB KIMIA FISIK. 16 Mei Waktu : 120menit

APLIKASI TEORI THOMAS-FERMI UNTUK MENENTUKAN PROFIL KERAPATAN DAN ENERGI ATOM HIDROGEN, ATOM LITIUM, DAN MOLEKUL!!

Pengaruh Penambahan Aluminium (Al) Terhadap Sifat Hidrogenasi/Dehidrogenasi Paduan Mg 2-x Al x Ni Hasil Sintesa Reactive Ball Mill

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total

Indo. J. Chem. Sci. 2 (1) (2013) Indonesian Journal of Chemical Science

Distribusi Celah Pita Energi Titania Kotor

Prosiding SNaPP2015 Sains dan Teknologi ISSN EISSN Subagyo

PERUBAHAN SIFAT MELALUI STRUKTUR ATOM

Research and Development on Nanotechnology in Indonesia, Vol.1, No.1, 2014, pp ISSN :

Pengantar Ilmu Kimia

STRUKTUR SOLVASI ION SKANDIUM(I) DALAM AMMONIA BERDASARKAN METODE MEKANIKA KUANTUM DAN MEKANIKA KLASIK

UJIAN I - KIMIA DASAR I A (KI1111)

Struktur Atom (Atomic Structure)

BAB II ZAT DAN WUJUDNYA

DENSITY FUNCTIONAL THEORY UNTUK PENENTUAN GEOMETRI DAN KARAKTERISTIK IKATAN DARI KOMPLEKS Ni(II)-DIBUTILDITIOKARBAMAT DAN Co(II)-DIBUTILDITIOKARBAMAT

Studi Komputasi Gerak Bouncing Ball pada Vibrasi Permukaan Pantul

Pembelajaran Reaksi Isomerisasi HOCN-HNCO Melalui Studi Komputasi AB INITIO

Indo. J. Chem. Sci. 3 (1) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science

PENGENDALIAN OPTIMAL PADA SISTEM STEAM DRUM BOILER MENGGUNAKAN METODE LINEAR QUADRATIC REGULATOR (LQR) Oleh : Ika Evi Anggraeni

PAH akan mengalami degradasi saat terkena suhu tinggi pada analisis dengan GC dan instrumen GC sulit digunakan untuk memisahkan PAH yang berbentuk

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

Simulasi Dinamika Molekular Proses Adhesi pada Model Nanopartikel 2D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dosen : Robby Noor Cahyono, M.Sc. Prof. Dr. Sabirin Matsjeh

KARAKTERISASI TEORITIS SEMIKONDUTOR SILICON NANOTUBE ARMCHAIR MENGGUNAKAN METODE DFT

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

UJIAN I - KIMIA DASAR I A (KI1111)

TITIK LELEH DAN TITIK DIDIH. I. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan titik leleh beberapa zat Menentukan titik didih beberapa zat II.

KIMIA DASAR JOKO SEDYONO TEKNIK MESIN UMS 2015

Tutorial Aplikasi Kimia Hyperchem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan

KAJIAN PERUBAHAN UKURAN RONGGA ZEOLIT RHO BERDASARKAN VARIASI RASIO Si/Al DAN VARIASI KATION ALKALI MENGGUNAKAN METODE MEKANIKA MOLEKULER

PENDAHULUAN KIMIA TEKNIK. Ramadoni Syahputra

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

Efisiensi termal proses elektrolisis pada saat ini sudah dapat dioptimalkan dengan melakukan proses penyempurnaan pada generator HHO, sehingga dapat m

4 Hasil dan Pembahasan

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS

PENGARUH ORIENTASI PADA INTERAKSI TiO 2 - POLISTIRENA TERSULFONASI (PST) TERHADAP POTENSI TRANSFER PROTON

12/03/2015. Nurun Nayiroh, M.Si

1. Tentukan Elektron Valensi dari : 100 Fm, 91 Pa, 81 Ti 2. Tentukan Periode dan golongan dari unsur : 72 Hf, 82 Pb, 92 U 3. Bagaimana ikatan Kimia

PENGGUNAAN FRONTIER ORBITAL MOLEKUL SEBAGAI DESKRIPTOR PADA ANALISIS HUBUNGAN KUANTITATIF STRUKTUR AKTIVITAS (HKSA) TOKSIK SENYAWA KHLOROFENOL

MATERIAL FOSFOR KARBON NANODOT DAN SIFAT LUMINESCENCE

Transkripsi:

ISBN : 978-602-97522-0-5 PROSEDING SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II Konstribusi Sains Untuk Pengembangan Pendidikan, Biodiversitas dan Metigasi Bencana Pada Daerah Kepulauan SCIENTIFIC COMMITTEE: Prof. H.J. Sohilait, MS Prof. Dr. Th. Pentury, M.Si Dr. J.A. Rupilu, SU Drs. A. Bandjar, M.Sc Dr.Ir. Robert Hutagalung, M.Si FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON, 2010 i

STUDI Ab initio dan DFT MAGNESIUM SEBAGAI PENYIMPAN HIDROGEN I Wayan Sutapa Jurusan Kimia, Universitas Pattimura, Ambon, e-mail: wayan_sutapa@mail.ugm.ac.id / wayansutapa@gmail.com ABSTRAK Penelitian dan pengembangan bahan hidrogen storage sampai saat ini masih dilakukan. Hal ini disebabkan karena hidrogen merupakan bahan bakar pengganti minyak bumi yang menjanjikan di masa mendatang, selain karena rendah polusi juga memiliki sumber yang sangat banyak. Namun persoalan mendasar yang menjadi tantangan penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar adalah tempat penyimpanannya. Magnesium merupakan padatan yang sampai saat ini memiliki kemampuan sebagai hidrogen storage terbesar yaitu 7.6% b/b. Hingga saat ini analisis, simulasi dan modifikasi kerangka magnesium untuk menghasilkan magnesium dengan kemampuan maksimum sebagai hidrogen storage banyak dilakukan melalui sentuhan teknologi komputer karena dengan teknik ini akan dapat mengurangi biaya yang diperlukan dalam penelitian. Metode komputer yang sering digunakan adalah metode Ab Initio dan Density Functional Theory (DFT). Berdasaran analisis dengan menggunakan metode Ab initio dan DFT yang dilakukan terhadap tiga bentuk struktur HCP (Hexagonal Close Packed) yang berbeda dari struktur magnesium yaitu Mg1 (dengan jumlah atom sebanyak 13 atom untuk tiap unit selnya), Mg2 (dengan jumlah atom sebanyak 17 atom untuk tiap unit selnya), dan Mg3 (dengan jumlah atom sebanyak 18 atom untuk tiap unit selnya). Dengan perhitungan parameter kisi dan besarnya energi kohesif yang dimiliki oleh tiap-tiap bulk magnesium diperoleh struktur bulk magnesium yang terbaik untuk simulasi dan modeling sebagai hidrogen storage yaitu Mg2. Metode yang digunakan adalah metode DFT dengan basis set 6-31G** menggunkan fungsi LDA. Kata kunci: Magnesium, hcp, Hidrogen storage, Ab initio, DFT. PENDAHALUAN Dengan semakin berkurangnya cadangan minyak bumi yang berasal dari fosil serta sifat bahan bakar fosil yang kurang ramah terhadap lingkungan menyebabkan dilakukan berbagai usaha untuk mencari energi alternatif yang dapat menggantikan bahan bakar fosil. Sifatnya yang ramah lingkungan dan dapat dihasilkan dari sumber yang dapat diperbaharui antara lain air dan udara, maka hidrogen merupakan salah satu sumber energi alternatif yang dapat menggantikan bahan bahan bakar dari fosil di masa mendatang. Namun, satu hal yang masih menjadi hambatan penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar khususnya untuk kendaraan adalah PROSEDING Hal. 180

kurangnya bahan dan metode untuk peyimpanan. Hal ini disebabkan oleh sifat hidrogen yang bila berada dibawah kondisi lingkungan normal sulit untuk disimpan secara baik dan aman (1). Sistem peyimpanan hidrogen yang banyak dikembangkan sejauh ini antara lain: dengan mengubah hidrogen menjadi cair (liquefaction), selinder gas bertekanan (compression) dan peyimpanan dalam bahan padatan. Berbagai bahan padatan penyimpan hidrogen yang telah dipelajari dan kemampuan penyimpanannya secara eksperimen antara lain LaNi 5 (1,4%), TiFe (1,9%), Unsur Zr dan Ti (1,8%), karbon nanotube, NaAlH 2 dan Magnesium. Dari berbagai padatan yang telah di pelajari diperoleh ternyata magnesium memiliki kemampuan menyimpan hidrogen yang paling besar yakni 7.6%. ). Namun, penjelasan tentang struktur magnesium yang pasti belum diperoleh secara pasti sehingga bagaimana proses penyerapan hidrogen yang terjadi pada magnesium tersebut belum diketahui secara tepat. Penelitian ini merupakan salah satu bagian dari serangkaian penelitian untuk penentuan kemampuan magnesium dalam menyerap hidrogen secara teoritis. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan struktur magnesium yang tepat sesuai dengan hasil eksperimen dengan menggunakan metode Ab initio dan DFT sehingga dapat dilakukan modeling senyawa magnesium dalam pemanfaatannya sebagai hidrogen storage. METODE PERHITUNGAN KOMPUTASI Struktur Magnesium memiliki bentuk kristal Hexagonal Closed Packed (HCP) dengan parameter kisi yakni a=0.319 nm dan nilai c/a=1.62 nm. Struktur kristal Mg(0001) (Mg1, Mg2 dan Mg3) dirancang dengan menggunakan program Hyperchem 7.5 (2). Untuk memperoleh parameter kisi yang sesuai dengan data ekperimen dilakukan pengaturan panjang ikatan dengan GaussView 3.0 (3), Struktur dihitung energi kohesinya dengan menggunakan program Gaussian 98 Under Linux dengan metode HF dan DFT (4). Struktur yang memiliki energi kohesi mendekati dengan nilai data eksperimen, di uji dengan metode yang sama untuk penentuan energi pembentukan Mg(0001) terhadap hidrogen dan energi disosiasi hidrogennya. Berdasarkan uji tersebut diperoleh struktur Mg(0001) yang dapat digunakan untuk simulasi sebagai penyimpan hidrogen. PROSEDING Hal. 181

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Penentuan energi kohesi Pada penentuan energi kohesi Mg(0001) dilakukan uji dengan metode HF dan DFT pada Mg(0001) dimulai dengan menggunakan struktur dengan satu sel dari tiap-tiap struktur hcp Mg(0001) yang telah dibuat. Penambahan setiap unit sel dari tiap-tiap struktur Mg (0001) dilakukan dengan menambahkan tiap unit sel searah sumbu c (1). Adapun struktur satu dari ketiga bentuk struktur Mg (0001) nampak pada gambar 1. Mg1 Mg2 Mg3 Gambar 1. Struktur magnesium satu sel. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan kedua metode Hartree-Fock dengan basis set 6-31G(d,p) untuk ketiga struktur satu sel Mg(0001) diperoleh hasil perhitungan seperti tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis energi kohesi Mg (0001) dengan metode Hatree-Fock No Gbr. Jumlah Energi Total Energi Kohesif Sel AU ev ev Kkal/mol Bebas -199.5956109-5431.27522 1 Mg1 1-2594.596615-70602.5962 0.3062882 7.063174393 2-3991.695097-108619.596 0.2954089 6.812291859 2 Mg2 1-3392.993247-92328.0832 0.2115101 4.877539670 PROSEDING Hal. 182

3 Mg3 2-5388.900047-146639.493 0.1828680 4.217036359 1-3592.730238-97763.2055-0.0139707-0.322173317 2-5388.748704-146635.375 0.3353963 7.734423980 Dari tabel 1. memperlihatkan bahwa struktur dari ketiga senyawa Mg(0001) dengan metode Hartree-Fock (HF) diperoleh energi struktur magnesium bulk yang sangat kecil sehingga menghasilkan energi kohesi yang rendah dibandingkan dengan data eksperimen yaitu 1.48 ev (1). Hal ini disebabkan metode HF digunakan belum dapat menggabarkan hubungan antara densitas elektron dengan energi yang diperoleh. Pada metode HF energi suatu struktur senyawa ditentukan berdasarkan adanya interaksi antara elektron-elektron, interaksi elektron-inti dan interaksi antara inti-inti. Besarnya jumlah elektron yang terlibat dalam perhitungan HF tidak dipertimbangkan, sementara keberadaan densitas elektron yang ada pada struktur padatan sangat menentukan peningkatan atau penurunan besarnya energi sistem (5). Tabel 2. Hasil analisis energi kohesi Mg (0001) dengan metode DFT B3LYP No Gambar 1 Mg1 2 Mg2 3 Mg3 Jumlah Energi Total Energi Kohesif Sel AU ev ev kcal/mol Bebas -200.07935-5444.43868 1-2601.02989-70777.65470 0.00371 0.08556 2-4001.60944-108889.37969-0.03029-0.69866 1-3401.46473-92558.60414-0.18508-4.26816 2-5402.37768-147006.23909-0.23683-5.46152 1-3601.47368-98001.12685-0.06835-1.57640 2-5402.21592-147001.83722-0.07380-1.70190 Berdasarkan hasil analisis dengan metode HF ini maka model Mg(0001) tidak dapat dapat digunakan untuk pemodelan sebagai penyimpan hirogen hal ini dapat dilihat dari kecendrungan energi kohesi yang diperoleh dengan metode ini memiliki perbedaan nilai yang sangat jauh dari hasil eksperimen. Sehingga pemodelan Mg(0001) tidak dapat dialakukan dengan menggunakan metode HF meskipun basis set yang digunakan telah sesuai dengan basis set untuk unsur magnesium yaitu 6-31G(d,p). Hal ini sesuai dengan kesimpulan yang diperoleh Chermette, H, 1998 bahwa metode HF kurang mampu dalam perhitungan penentuan energi dan sifat lain dari padatan yang bersifat statis. PROSEDING Hal. 183

Tabel 3. Hasil analisis energi kohesi Mg (0001) dengan metode DFT B3PW91 No Gambar 1 Mg1 2 Mg2 3 Mg3 Jumlah Energi Total Energi Kohesif Sel AU ev ev kcal/mol Bebas -200.02476-5442.95311 1-2600.40024-70760.52121-0.16389-3.77954 2-4000.64503-108863.13683-0.20372-4.69794 1-3400.70539-92537.94155-0.45520-10.49733 2-5401.18658-146973.82750-0.52197-12.036986 1-3600.62405-97978.00740-0.26951-6.21514 2-5400.93661-146967.02562-0.27005-6.22754 Perhitungan energi kohesi dengan menggunakan metode Density Functional Theory (DFT) B3LYP dan B3PW1 merupakan dua metode hasil hibridisasi dari DFT dan HF yang digambungkan bersama-sama. Berdasarkan hasil perhitungan terhadap Mg1, Mg2, dan Mg3 dari satu sel hingga dua sel menunjukan kecendrungan peningkatan besarnya energi kohesinya. Hal ini merupakan sebagai isyarat bahwa kedua metode ini hampir cukup reliabel untuk digunakan sebagai metode untuk medeling. Dari ketiga struktur Mg(0001) yang dihitung dengan metode DFT hibridisasi terlihat bahwa Mg2 memiliki energi kohesi yang paling besar dibandingkan Mg1 dan Mg3, baik untuk satu sel maupun dua selnya. Ini memberikan petunjuk bahwa Mg2 nantinya dapat digunakan sebagai struktur untuk modeling. Meskipun Mg2 memiliki energi kohesi paling tinggi dibandingkan struktur Mg(0001) lainnya, namun masih sangat rendah dibandingkan dengan hasil eksperimen, sehingga perlu dilakukan uji dengan menggunakan metode DFT lainnya agar diperoleh hasil yang paling mendekati hasil eksperimen. Tabel 4. Hasil analisis energi kohesi Mg (0001) dengan metode DFT-LSDA No Gambar 1 Mg1 2 Mg2 Jumlah Energi Total Energi Kohesif Sel AU ev ev kcal/mol Bebas -199.34909-5424.56718 1-2591.73981-70524.85865-0.42194-9.73027 2-3987.32791-108500.75916-0.47077-10.85634 1-3389.42825-92231.07492-0.79016-18.22165 2-5383.26104-146486.04857-0.84202-19.41753 PROSEDING Hal. 184

1-3592.73023-97763.20558-6.72201-155.01339 3 Mg3 2-5380.59028-146413.37344 1.84964 42.65388 Metode DFT fugsi LSDA merupakan metode DFT dalam perhitungan energi dan sifat padatan lainnya murni menggunakan fungsi korelasi densitas elektron yang terdapat pada suatu sistem molekular (5). Perhitungan energi kohesif yang dilakukan dengan menggunakan LSDA pada tabel 4. memperlihatkan bahwa sebagaian besar energi yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan dengan metode lainnya. Untuk kasus Mg3 ternyata melebihi estimasi dari hasil eksperimen sehingga dengan metode ini Mg3 tidak dapat digunakan sebagai medeling Mg(0001) sebagai penyimpan hidrogen. Pada perhitungan energi kohesi untuk Mg1 terlihat bahwa ternyata dari semua metode yang digunakan nilai yang diperoleh sangat kecil dibandingkan hasil eksperimen. Energi kohesi Mg2 memiliki nilai cukup mendekati dengan hasil eskperimen meskipun tidak persis sama hal ini dapat disebabkan karena kondisi ekperimen dengan kondisi komputasi ada perbedaan terutama adanya pengaruh fungsi keadaan seperti P, V, dan T yang sangat mempengaruhi pada saat eksperimen (6). Berdasarkan hasil perhitungan energi kohesi dari tabel 1 sampai tabel 4 dengan metode yang berbeda terhadap ketiga struktur Mg(0001) dapat diketahui struktur magnesium yang memenuhi persyaratan sebagai struktur dalam modeling magensium sebagai penyimpan hidrogen adalah Mg2 (7). Selain itu metode perhitungan yang paling reliabel digunakan dalam perhitungan selanjutnya adalah metode DFT menggunakan fungsi LSDA. b. Energi disosiasi Fakta lain yang mendukung penggunaan Mg2 reliabel sebagai senyawa model dengan metode DFT LSDA dengan basis set 6-31G(d,p) adalah hasil uji energi disosiasi H-H pada struktur ini yaitu 1.6 ev dengan jarak H-H 0.1179 nm. Hasil ini sangat mendekati dengan hasil eksperimen yang telah dilakukan oleh Vegge (8-11) yaitu 1,05 ev. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa struktur ini memang telah mendekati struktur Mg(0001) yang berbentuk hcp secara eksperimen. KESIMPULAN PROSEDING Hal. 185

Berdasarkan uji yang dilakukan terhadap tiga struktur Mg(0001) yang ada dengan metode yang berbeda dengan basis set 6-31G(d,p), dapat diketahui ternyata dalam pemodelan struktur magnesium yang akan digunakan sebagai penyimpan hidrogen dapat dilakukan dengan menggunakan struktur Mg2. Selain metode yang reliabel untuk digunakan dalam perhitungan ini adalah metode DFT dengan fungsi LSDA. Kesimpulan ini didukung oleh hasil perhitungan, ternyata dengan metode DFT LSDA Mg2 memiliki energi kohesif yang paling mendekati hasil ekperimen yakni 0.84 ev serta energi disosiasi hidrogen yang medekati hasil eksperimen yakni 1.6 ev. Daftar Pustaka 1. Wu, Guangxin., Jieyu Zhang, Yongquan Wu, Qian Li, Kuochih Chou, Xinhua Bao, 2008, Acta Phys.-Chim. Sin., 24(1): 55 60. 2. HyperChem Release 7.5; Hypercube, Inc.: Waterloo, Ontario,Canada, 2002. 3. GaussView 3.0, Gaussian Inc Office Park Building 6 Pittsburgh PA 15106 USA 4. Gaussian 98 under Linux, Gaussian Inc Office Park Building 6 Pittsburgh PA 15106 USA 5. Jansen., Frank, 1997, Introduction to Computational Chemistry, John Willey&Son 6. Fukai,Yuh, 2005, The Metal Hydrogen System (Basic Bulk Properties), Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Germany 7. L., Wendy Mao and Ho-kwang Mao, 2004, National Academy of Sciences Vol. 101, No. 3 pp. 708-710. 8. Nobuhara, K., H. Kasai, W.a Dino, H. Nakanishi, 2004, Surface Science 566-568, Elsevier. 9. Griessen, R., and T. Riesterer, 1988, Hydrogen in Intermetallic Compounds I, Springerlink, Berlin 10. Li., Jian and Tom Ziegler, 1996, organometallics, 15, 3844. 11. Vegge, 2004, T. Phys. Rev. B, 70: 035412 PROSEDING Hal. 186