BAB 6 PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

1Konsep dan Teori Gender

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 4 METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui terhadap kepemimpinan perempuan dalam berokrasi

Nomer : Jenis Kelamin : Kuliah di : Usia : Asal daerah : Tempat tinggal di Semarang : PETUNJUK PENGISIAN

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN. perempuan atau laki-laki secara terpisah, tetapi bagaimana menempatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

#### Selamat Mengerjakan ####

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB VII TETAP SEDERHANA DAN MEMOTIVASI

Discrimination and Equality of Employment

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

DAFTAR ISI. ABSTRAK... iii. ABSTRACT... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI... ix. DAFTAR TABEL... xiii. DAFTAR GAMBAR... xv. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah

Tim Penyusun. Pengarah. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

MATA KULIAH: PSIKOLOGI DAN BUDAYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sesuatu yang kita miliki, melainkan sesuatu yang kita lakukan dan kita

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

LAMPIRAN. A. Foto-foto. Kedua gambar diatas adalah ketua sinode pertama (gambar paling atas) dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan sebagai jalan bagi wanita dan laki-laki untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

Nomer : Fakultas : Usia : Agama :

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

JURNAL ANALISIS GENDER PERAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016.

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gender dengan kata seks atau jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Misalnya

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

PERSAMAAN GENDER DALAM PENGEMBANGAN DIRI. Oleh Marmawi 1

BAB VI PENUTUP. terutama pada posisi jabatan struktural. Hal ini dapat diindikasikan bahwa terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang secara pesat, baik yang bersifat positif maupun negatif.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah Perangkat Desa Talang Bojong,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI

FENOMENA TAMAN PENITIPAN ANAK BAGI PEREMPUAN YANG BEKERJA. Nur Ita Kusumastuti K Pendidikan Sosiologi Antropologi

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.

KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM. Jihan Abdullah *

Pemberdayaan Peran Perempuan dalam Kegiatan Perdamaian

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seperti kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik. Pergeseran peran tersebut terjadi karena

BAB 5 PENUTUP. gender, kompleksitas tugas, dan tiga dimensi dari orientasi tujuan. Hasil penelitian

Kesetaraan gender di tempat kerja: Persoalan dan strategi penting

Transkripsi:

BAB 6 PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan. Penjelasan secara diskripsi tentang hasil pnelitian ini menekankan pada hasil penelitian dengan menganalisis angka yang telah tersedia untuk dikaji secara teori maupun berdasarkan fenomena yang ada sehingga dapat diketahui seberapa jumlah pengaruh dari variabel bebas terhadap variable terikat. Hasil pengujian regresi diperoleh nilai koefisen determinasi berganda (R 2 ) atau R squared = 0,291, berarti secara bersama-sama 29,1 % perubahan variabel Y disebabkan oleh perubahan variabel X 1 sampai X 4. Sedangkan sisanya yaitu 79,9 % disebabkan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model. Dari nilai koefisien determinasi ini dapat disimpulkan besarnya pengaruh variabel yang diteliti cukup kecil, atau dengan kata lain faktor lain yang mempengaruhi prestasi kerja lebih besar. Hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji F diperoleh hasil tingkat signifikansi uji F sebesar 0,000 ( p < 0.05) yang berarti ada pengaruh gaya kepemimpinan, faktor sosial, agama, budaya secara bersama sama terhadap prestasi kerja Bupati di Kabupaten Tuban. Penilaian prestasi kerja terhadap sosok Bupati perempuan di kota Tuban sebagai upaya untuk menjawab atas asumsi masyarakat yang memandang bahwa perempuan tidak dapat memimpin dengan baik. Untuk dapat melihat keberhasilan 95

kepemimpinannya maka ditetapkan standar penilaian yaitu dengan menilai prestasi kerja dari Bupati tersebut yang sudah dicapai selama masa kepemimpinannya. Dalam melakukan suatu pekerjaan faktor eksternal memungkinkan dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Dan pengaruh tersebut dapat bersifat pengaruh negatif atau positif bergantung bagaimana individu tersebut mengelola faktor eksternal tersebut dan memanfaatkan faktor luar tersebut agar sesuai dengan potensinya. Pada penelitian ini penilaian kuesioner diserahkan pada bawahan untuk dapat melihat sosok Bupati secara lebih obyektif. Bawahan yang memberikan penilaian ini adalah pejabat eselon II dan III di lingkungan pemerintah kabupaten Tuban. Diambilnya pejabat eselon II dan III karena pejabat tersebut yang lebih banyak berinteraksi dengan Bupati Tuban baik dari pemikiran, gaya kepemimpinan, pola kerja dan hasil hasil atau produk kebijakan yang sudah dihasilkan. 6. 1. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Prestasi Kerja Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan nilai t variabel gaya kepemimpinan (X 1 ) sebesar 3,437 dengan tingkat signifikansi 0,001 ( p < 0.05). Berarti ada pengaruh yang signifikan antara variabel gaya kepemimpinan (X 1 ) terhadap prestasi kerja bupati Kabupaten Tuban. Dalam menciptakan sebuah kinerja pemerintahan yang bersih seorang pemimpin haruslah mempunyai gaya kepemimpinan yang sesuai dengan 96

kebutuhan dan kondisi bawahan. Untuk menciptakan good governance hendaknya pemimpin memiliki kemampuan yang visioner, bersih, berwibawa, demokratis, responsif dan responsibel. Apabila sifat sifat tersebut yang terdapat pada diri seorang pemimpin maka pemimpin akan mampu mengarahkan dan menggerakkan bawahannya agar mencapai hasil yang maksimal. Bupati Tuban adalah sosok kepala pemerintahan yang mempunyai kemampuan secara managerial dan kepemimpinan yang diakui oleh bawahan. Dari hasil pengumpulan data kuesioner diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden menjawab kemampuan gaya kepemimpinan dengan rata rata 3,28. 6. 2. Pengaruh Sosial dan Politik Terhadap Prestasi Kerja Hasil penelitian menunjukkan nilai t variabel faktor sosial (X 2 ) sebesar 1,631 dengan tingkat signifikansi 0,107 ( p > 0.05). Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel faktor sosial (X 2 ) terhadap prestasi kerja bupati Kabupaten Tuban. Faktor sosial dan politik merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi kerja bupati. Selama ini konstruksi sosial dan politik menjadikan merupakan sebagai sosok yang tidak memiliki kemampuan berorganisasi dan berpolitik dengan baik. Stigma sosial yang dibangun ini kemudian dilekatkan pada setiap diri perempuan baik yang memiliki kemampuan maupun yang tidak berkemampuan. Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh stigma mengenai kiprah perempuan dari aspek sosial dan politik menunjukkan 97

bahwa prestasi kerja dapat dicapai dengan baik meskipun ada pendapat minor peran dan kemampuan wanita dalam bidang pemerintahan. Dalam arti lain meskipun pandangan atau konstruksi sosial yang diemban perempuan masih tersubordinat tidak membuat prestasi kerja yang dicapai perempuan dalam organisasi cenderung lemah. 6. 3. Pengaruh Budaya Terhadap Prestasi Kerja Budaya patriarki yang berkembang dalam lingkungan masyarakat lebih mesubordinatkan peran dan kemampuan perempuan. Budaya yang berkembang di masyarakat menunjukkan bahwa perempuan selayaknya hanya bertugas dalam urusan kerumahtanggaan dan tidak sesuai apabila perempuan berkiprak lebih jauh di luar rumah baik untuk bidang organisasi kemasyarakatan dan untuk bidang politik dan pemerintahan. Alice Rossi (1978) berpendapat, bahwa peran stereotipe gender ini bersumber dari perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan. Berhubung perempuan dianugerahkan alam untuk menjalankan proses reproduksi, maka pengalaman proses reproduksi pada perempuan (hamil, melahirkan, dan menyusui) akan memberikan peran berstereotipe gender. Sementara Fakih (2003) memberikan gambaran awal tentang stereotipe gender pada makna stereotipe itu sendiri, menurutnya secara umum stereotipe adalah pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu. Stereotipe yang diberikan kepada suku bangsa tertentu, misalnya Yahudi di Barat, Cina di Asia Tenggara, telah merugikan suku bangsa tersebut. Hal ini tentunya menimbulkan ketidakadilan, Salah satu jenis 98

stereotipe itu adalah yang bersumber dari pandangan gender. Misalnya yang terjadi terhadap perempuan menurutnya adalah penandaan yang berawal dari asumsi bahwa perempuan bersolek adalah dalam rangka memancing perhatian lawan jenisnya, maka setiap ada kasus kekerasan atau pelecehan seksual selalu dikaitkan dengan stereotipe ini. Hampir senada dengan pendapat Fakih diatas, Shadily (2000) memberikan pandangan tentang stereotipe gender yang berlaku bahwa tugas perempuan terutama adalah mendidik dan mengasuh anak juga menyebabkan anak perempuan kurang diberi pengalaman atau kurang dipersiapkan untuk berkompetisi di wilayah publik, sehingga perempuan hingga kini lebih terkonsentrasi dalam pekerjaan-pekerjaan di sektor informal yang disesuaikan dengan keterampilan terbatas yang mereka miliki. Akibatnya : secara ekonomis dan sosial apa yang mereka kerjakan mempunyai status yang lebih rendah bila dibandingkan dengan apa yang dikerjakan laki-laki. Sebenarnya banyak hal yang bisa kita lihat dalam keseharian bahwa stereotipe gender pada perempuan ini memang terbentuk dan terbangun di masyarakat. Berikut ini pendapat lain dari Behm & Kassin (1996) yang mengutip dari penelitian William & Best pada tahun 1982 tentang stereotipe gender yaitu meski bagaimanapun ketika seseorang ditanyai untuk mendeskripsikan sesosok laki-laki dan perempuan, maka seseorang laki-laki akan dideskripsikan lebih memiliki jiwa petualang, tegas, agresif, mandiri dan berorietasikan pada pekerjaan; sebaliknya seseorang perempuan akan dideskripsikan lebih sensitif, lemah lembut, kurang mandiri, emosional dan berorientasikan pada hal-hal 99

kemasyarakatan. Gambaran ini sangatlah universal dan diambil dari penelitian dari sekitar 2.800 orang mahasiswa dari 30 negara yang berbeda mulai dari Amerika Utara dan Selatan, Eropa, Asia dan Australia. Ternyata dari hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya patriarki yang berlaku atau menjadi stigma di masyarakat tidak membuat kinerja Bupati Tuban terpangaruh. Hal ini dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan nilai t variabel budaya (X 3 ) sebesar 1,837 dengan tingkat signifikansi 0,070 ( p > 0.05). Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel budaya (X 3 ) terhadap prestasi kerja bupati Kabupaten Tuban. Hasil ini menunjukkan bahwa Bupati Tuban memiliki kemampuan untuk dapat menjawab stigma yang berkembang di masyarakat dan mengelolanya untuk tidak kemudian menjadi penghambat dari prestasi pemerintahannya. 6.4. Pengaruh Agama Terhadap Prestasi Kerja Agama sebagai aturan dalam kehidupan manusia merupakan alat justifikasi akan kebenaran dan kesalahan. Tanggapannya dalam hal peran dan kemampuan perempuan diperkuat oleh dogma- dogma dari agama. Interpretasi agama mempunyai andil besar untuk menempatkan ketimpangan antara laki- laki dan perempuan sebagai bagian dari realitas obyektif yang harus diterima (Abdullah, 2003). Lanjut Abdullah, agama dijadikan sebagai alat pemaksa bagi kelebihan posisi dan peran yang diharapkan dari masing-masing pihak sehingga akan sangat sulit bagi setiap individu untuk keluar dari tatanan tersebut. Konsep kekuasaan bagi budaya patriarkhi adalah ekspresi dari seorang laki-laki untuk 100

menunjukkan kekuatannya sebagai penentu. Oleh karenanya, setiap laki-laki merefleksikan kekuasaan tersebut kepada bagian masyarakat yang lain, sebagaimana seorang suami kepada istrinya, kakak laki-laki terhadap adiknya, dan pada tingkat yang tertinggi adalah seorang raja terhadap rakyatnya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkabn bahwa nilai t variabel agama (X 4 ) sebesar 0,603 dengan tingkat signifikansi 0,548 ( p > 0.05). Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel agama (X 4 ) terhadap prestasi kerja bupati Kabupaten Tuban. Dari hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa anggapan anggapan dari faktor agama tidak menyurutkan kemampuan dan prestasi yang dicapai oleh bupati Tuban dan menyelenggarakan pemerintahannya. 101