Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas Satu Saluran

dokumen-dokumen yang mirip
Desain Mesin Penjawab Dan Penyimpan Pesan Telepon Otomatis

Telepon secara konvensional adalah untuk komunikasi suara, namun demikian telah banyak telepon yang difungsikan untuk komunikasi data.

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

IMPLEMENTASI SISTEM STEP by STEP SWITCHING MENGGUNAKAN KOMPONEN TERINTEGRASI

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

BLOK DIAGRAM DAN GAMBAR RANGKAIAN

ANALISA RANGKAIAN CENTRAL OFFICE LINE INTERFACE PADA PRIVATE AUTOMATIC BRANCH EXCHANGE PANASONIC KX-T206SBX

PERANCANGAN OVERHANDLE SYSTEM PADA KASUS KESALAHAN PELETAKAN GAGANG TELEPON

ANALISA JALUR EKSTENSION PADA PABX PANASONIC SERI KXT - 206SBX

Dalam pengukuran dan perhitungannya logika 1 bernilai 4,59 volt. dan logika 0 bernilai 0 volt. Masing-masing logika telah berada pada output

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

BAB 4 PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

TEKNIK TELEKOMUNIKASI DASAR. Kuliah 7 Telefoni

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

ANALISA RANGKAIAN CENTRAL OFFICE LINE INTERFACE PADA PRIVATE AUTOMATIC BRANCH EXCHANGE PANASONIC KX-T206SBX

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR

BAB III PERANCANGAN ALAT

USER MANUAL ALARM ANTI MALING MATA PELAJARAN : ELEKTRONIKA PENGENDALI DAN OTOMASI

STUDI ANALISIS PERANGKAT SISTEM SWITCHING TELEPHONE TRAINER B4620 (Untuk Laboratorium Telematika Departemen Teknik Elektro)

BAB II LANDASAN TEORI

ALAT PEMANGGIL TELEPON

Penguat Inverting dan Non Inverting

PERCOBAAN 1 SUBSCRIBER MATCHING UNIT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

PESAWAT TELEPON. Komponen-komponen Pesawat Telepon. Fungsi Pesawat Telepon. Basic Call Setup

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

PENGENDALI PERALATAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN TELEPON SELULER BERBASIS MIKROKONTROLER

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

Modul 2 Peralatan Telepon dan Call Setup

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI SISTEM. Dalam tugas akhir ini dirancang sebuah modulator BPSK dengan bit rate

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)

BAB III PERANCANGAN. pembuatan tugas akhir. Maka untuk memenuhi syarat tersebut, penulis mencoba

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp )

Rancang Bangun Alat Pengubah Tegangan DC Menjadi Tegangan Ac 220 V Frekuensi 50 Hz Dari Baterai 12 Volt

PERTEMUAN 10 TEKNIK PENSINYALAN

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT

Elektronika. Pertemuan 8

RANCANG BANGUN CAR AUDIO BREAKER BERBASIS MOBILE PHONE THE DESIGN OF MOBILE PHONE-BASED CAR AUDIO BREAKER

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125 Watt

BAB III KONSEP RANCANGAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

MODUL 06 PENGUAT DAYA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

PRAKTEK DASAR REALISASI RANCANGAN 1

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM. Pada bab ini diterangkan tentang langkah dalam merancang cara kerja

BAB III METODE PENELITIAN

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK

Pengaruh Loading Coil Terhadap Redaman Kabel

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM TELEKOMUNIKASI ANALOG PERCOBAAN OSILATOR. Disusun Oleh : Kelompok 2 DWI EDDY SANTOSA NIM

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

SOAL UJIAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKARYA REKAYASA TEKNOLOGI (ELEKTRONIKA)

RELE TEGANGAN ELEKTRONIK

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

ini menggunakan IC Voice Recorder yang dapat menjawab telepon secara otomatis. TINJAUAN PUSTAKA Transistor [3,4] Transistor adalah kependekan dari tra

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

KATA PENGANTAR. Surabaya, 13 Oktober Penulis

perangkat keras sistem saluran otomatis telepon. Unit PABX yang dirancang pada

MODUL 05 TRANSISTOR SEBAGAI PENGUAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

Penguat Emiter Sekutu

PENGUAT TRANSISTOR. Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

BAB III PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI KERUSAKAN KABEL

SISTEM KONTROL LISTRIK MENGGUNAKAN MEDIA HANDPHONE BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3.

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

USER MANUAL TRAINER SAKLAR SUHU OTOMATIS MATA DIKLAT : PERAKITAN ALAT PENGENDALI

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III DASAR PEMILIHAN KOMPONEN. 3.1 Pemilihan Komponen Komparator (pembanding) Rangkaian komparator pada umumnya menggunakan sebuah komponen

Elektronika Lanjut. Penguat Instrumen. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1

Modul 05: Transistor

RANCANG BANGUN PENGUAT DAYA RF

PERANCANGAN SISTEM UPS SPS DENGAN METODE INVERTER SPWM BERBASIS L8038CCPD

BAB III PERANCANGAN SISTEM

MODUL 07 PENGUAT DAYA

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

BAB I PENGANTAR SISTEL

PERANCANGAN SISTEM KOMUNIKASI DUA ARAH DENGAN SISTEM MODULASI FM

Transkripsi:

Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas Satu Saluran Suherman dan Hasdari Helmi Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik USU Abstrak: Pada jaringan telepon, sering terdapat parameter ideal yang tidak terpenuhi, sehingga menyebabkan beberapa kekurangan pada kualitas suara telepon. Efek gangguan yang menyebabkan turunnya kualitas suara telepon diantaranya adalah suara yang lemah. Suara lemah disebabkan redaman pada jaringan yang terlalu besar, terutama karena panjang jaringan kabel yang melebihi standar yang diperbolehkan. Efek suara lemah ini pada umumnya tidak dapat di atasi, kecuali dengan mengganti kabel telepon dengan diameter inti yang lebih besar. Tentunya hal ini akan sangat mahal. Solusinya adalah dengan memakai repeater untuk saluran telepon. Tulisan ini akan memaparkan desain repeater saluran telepon kapasitas 1 saluran. Kata kunci: Repeater, telepon, rangkaian. Abstract: There are several factors affect the voice quality in telephone network. They make the voice degradation under acceptable level. One of them is the voice signal has too much losses. It makes telephone conve rsation is uncomforted. It becomes worst when the cable is longer. The voice signal cannot be improved but replacing the cable with the larger diameter. Off course it pays more money and too expensive. Than, a repeat er is a cheaper way to resolve the problem. This paper explain how to develop a telephone repeater for single line. 1. Pendahuluan Telepon secara konvensional adalah untuk alat komunikasi suara, namun demikian telah banyak telepon yang difungsikan untuk komunikasi data. Pada dasarnya pesawat telepon terdiri dari alat pengirim suara (mikropon) dan alat penerima suara (speaker). Pesawat ini dihubungkan dengan sentral telepon menggunakan sepasang kabel tembaga yang dikenal sebagai saluran dua kawat. Untuk mengaktifkannya, pesawat telepon dicatu tegangan oleh sentral telepon. Tegangan telepon dicatu dari sentral sebesar 48V. Tegangan ini dipilih agar cukup untuk mencatu pesawat telepon sampai beberapa kilometer, sehingga rugi-rugi tegangan pada saluran dua kawat tidak mempengaruhi kerja pesawat telepon. Tegangan 48V mudah dihasilkan dari baterai (4x12V) yang digunakan sebagai catu daya back up di sentral. Di beberapa tempat tegangan yang digunakan bervariasi dalam range 36V sampai 60V. Sedangkan pada perangkat PABX ada yang menggunakan tegangan 24 volt. Dari sentral telepon, tegangan melalui 2000 sampai 4000 ohm (tidak termasuk tahanan pesawat telepon). Tahanan minimal pesawat telepon pada kondisi on hook (tidak aktif) adalah 30.000 ohm, sedangkan pada kondisi off hook (aktif) maksimal 600 Ohm. Sedangkan arus yang mengalir pada saat off hook berkisar 20-50 ma. Sinyal suara dari pesawat telepon dibatasi antara frekuensi 400 Hz sampai 3400 Hz. Pembatasan frekuensi rendah disebabkan adanya penggunaan komponen transformator dan kapasitor dalam rangkaian, juga menghindari harmonisa frekuensi tegangan listrik 60 Hz. Sedangkan pembatasan frekuensi tingginya atas pertimbangan noise serta bandwidth pada sisi transmisinya. 2. Peredaman Sinyal Telepon Peredaman sinyal telepon terjadi dipengaruhi oleh impedansi saluran telepon. Efek karakteristik saluran transmisi berupa faktor induktansi dan kapasitansi yang tersebar (lumped) di sepanjang saluran, tidak begitu berpengaruh untuk frekuensi audio. Namun resistansi bahan kabel akan menyebabkan rugi-rugi tegangan. Rugi-rugi ini akan bertambah dengan semakin bertambahnya panjang kabel, sehingga sinyal 48V yang dicatu sentral akan mengalami peredaman. Beberapa pesawat telepon standar memiliki sensitivitas tinggi, sehingga penurunan level tegangan saluran telepon tidak menyebabkan masalah yang berarti. Namun kebanyakan pesawat telepon juga memberikan redaman yang signifikan, sehingga kebanyakan pesawat telepon akan tidak berfungsi dengan baik jika redaman saluran terlalu besar. Solusi utama mengurangi redaman kabel adalah dengan menggganti kabel transmisi dengan kabel yang berdiameter lebih besar. Ini disebabkan diameter penampang konduktor yang lebih besar menyebabkan tahanan yang lebih kecil. PT Telkom selaku penyedia jasa telepon publik (Public Service Telephone Network), menggunakan diameter inti kabel sebesar 0,8, 0,6, dan 0,4 mm. Penggunaannya disesuaikan dengan spesifikasi transmisi jaringan kabel. Contoh, untuk penggunaan sentral di wilayah Sumatera, PT Telkom menetapkan spesifikasi transmisi tahanan kabel sebesar 1.050 ohm. Hal ini menyebabkan kabel dengan tahanan 100 ohm/km hanya mampu melayani pelanggan 10,5 km. 28

Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas 1 Saluran terbatasan ini menyebabkan operator telekomunikasi harus membagi daerah layanan menjadi daerah Multi Exchange Area (MEA) atau menggunakan perangkat konsentrator untuk melayani daerah dengan jarak lebih dari 10,5 km. Secara ekonomi tentunya hal ini akan sangat tidak ekonomis. Penambahan sentral membutuhkan investasi lebih kurang sama dengan sentral utama. Penggunaan repeater akan sangat jauh mengurangi biaya yang diperlukan. Sebuah repeater untuk saluran tunggal dapat didesain dengan harga kurang dari Rp100.000,-. Untuk melayani 100 pelanggan hanya dibutuhkan dana tak lebih dari 10 juta rupiah. Harga ini sangat jauh lebih murah dibandingkan harus membangun sebuah sentral atau konsentrator. Repeater atau penguat diperlukan untuk memperkuat suara pada saluran telepon serta mengulang sinyal-sinyal signaling telepon. Suara diperkuat dalam dua arah, yakni dari telepon ke sentral dan dari sentral ke telepon. Sinyal signaling yang diperkuat antara lain sinyal dering, sinyal ring back tone, serta tegangan catuan. Repeater dapat direalisasikan dalam jumlah kapasitas besar maupun kapasitas tunggal. Pemilihan komponen penguat disesuaikan dengan kebutuhan penguatan, sedangkan pemilihan frekuensi signaling harus disesuaikan dengan frekuensi standar yang digunakan. 3. Metodologi Untuk memberikan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah redaman, parameter yang digunakan harus bersesuaian dengan parameter utama saluran telepon. Parameter tersebut antara lain tegangan, arus, nada dering, dan ring back tone. Untuk nada suara dan DTMF dilakukan penguatan menggunakan amplifier, sedangkan tegangan, nada dering, dan ring back tone harus dilakukan perulangan dengan rangkaian pembangkit tersendiri. Desain juga diusahakan menggunakan sumberdaya yang rendah, karena pada implementasinya nanti, rangkaian akan ditempatkan pada tempat dengan sumber listrik yang terbatas, dapat berupa listrik ataupun catuan jala-jala listrik PLN. Nilai penguatan sinyal harus dapat ditala secara variabel agar dapat disesuaikan dengan level sinyal yang dibutuhkan pelanggan. Penguatan yang berlebihan akan menyebabkan suara overloading pada pesawat telepon pelanggan. Hal ini akan memperparah keadaan yang akan di atasi. 4. Pembahasan dan Hasil Rancangan Gambar 1 menunjukkan blok rangkaian repeater yang direncanakan. Repeater terdiri atas komponen hybrid, amplifier, ring detector, ringing back tone detector, line voltage, ring generator, dan ringing back tone generator, ditambah beberapa rele. Adapun prinsip kerja rangkaian adalah sebagai berikut: RBT D LV RBT G TELKOM OH H H RG RD RG OH RG HD H : Hibrid LV Amp : Amplifier RG RD : Ringing Detector RBT G RBT D : Ringing Back Tone Detector HD : Line Voltage : Ringing Generator : Ringing Back Tone Generator : Hook Detector Gambar 1. Blok Rangkaian Saat Menerima Panggilan Saat menerima panggilan, nada dering yang dikirimkan sentral ke telepon, dideteksi oleh ringing detector RD, menyebabkan line telepon di-switch ke ring generator RG, sehingga telepon berdering. Saat telepon diangkat, hook detector HD aktif dan saluran telepon terhubung ke hibrid H, yang memiliki impedansi rendah. Hal ini menyebabkan sentral mendeteksi bahwa telepon telah diangkat dan sinyal dering kemudian dihentikan. Telepon terhubung 29

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005 dengan pemanggil. Suara pemanggil akan memasuki hibrid dan diperkuat oleh amplifier penerima Amp Rx. Suara diteruskan ke rangkaian hibrid menuju telepon. Suara dari telepon dikirimkan melalui hibrid dan diperkuat oleh amplifier pengirim Amp Tx. Suara kemudian diteruskan melalui hibrid menuju sentral telepon. Saat pembicaraa berakhir, hook detector kembali mati dan menyebabkan saluran telepon terputus dari hibrid. Saat Melakukan Panggilan Pada saat memanggil, telepon diangkat menyebabkan hook detector aktif dan menghubungkan saluran telepon ke hibrid. Suara tone pada telepon diterima dari catuan 48 volt line voltage LV. Nomor yang di-dial akan diteruskan melalui hibrid dan amplifier pengirim ke sentral. Saat menerima ringing back tone, ringing back tone mendeteksinya dan menyebabkan ringing back tone generator RGT G membangkitkan sinyal ring back tone dan mengirimnya ke telepon, penelepon aka n mendengar ringing back tone. Saat telepon yang dipanggil telah diangkat, sentral akan menghentikan ringing back tone, maka kedua telepon terhubung. Jalannya suara persis sama dengan saat menerima panggilan. Proses di atas melibatkan semua rangkaian pada blok rangkaian. Catu daya untuk mensuplai rangkaian tidak ditunjukkan pada blok rangkaian. Rangkaian Hibrid Rangkaian hibrid adalah rangkaian yang digunakan untuk memisahkan sinyal kirim dan sinyal terima, maupun sebaliknya. Pada telepon, sinyal kirim dan sinyal terima menggunakan kabel yang sama (dua kabel), untuk dapat diperkuat, maka sinyal kirim dan terima harus dipisahkan (masing-masing dua kabel). Rangkaian hibrid sering disebut juga rangkaian konversi 2 wire to 4 wire (2W/4W). Trafo banyak digunakan sebagai pembentuk rangkaian hibrid. Rangkaian hibrid yang baik memiliki sekitar redaman 3,5dB dan memiliki isolasi antara sinyal kirim dan terima sekitar 30dB. Gambar 2. menunjukkan contoh rangkaian hibrid yang sederhana. Sinyal kirim dan terima dalam dua kawat di sisi kiri yang berasal dari pesawat telepon dipisahkan dengan menggunakan trafo. Polaritas gulungan yang berbeda menyebabkan sinyal kirim dan terima dapat dipisahkan. Impedansi ZB adalah impedansi balans, yang besarnya sama dengan impedansi input saluran kirim dan terima. Saluran Amp Dari Amp Gambar 3. Rangkaian hibrid yang digunakan. Saluran telepon memiliki impedansi tipikal 600 Ohm. Sehingga agar diperoleh kondisi di atas, maka impedansi hibrid menggunakan resistansi 600 ohm. Hal ini direalisasikan dengan menggunakan dua buah resistor paralel. Impedansi input ke penguat diparalelkan dengan resistansi yang sama, sehingga diperoleh kondisi mendekati nilai impedansi beban 600 ohm. Sedangkan impedansi dari output penguat diharapkan sekitar 600 ohm. Gambar 3. menunjukkan rangkaian hibrid yang digunakan pada repeater. Rangkaian Amplifier Rangkaian amplifier menggunakan tiga tingkat penguatan. Penguatan tingkat 1 menggunakan penguat OpAmp, tingkat 2 menggunakan penguat BJT Common Emitter yang di-swamp, dan tingkat akhir menggunakan pasangan darlington BJT. Penguat operasional menggunakan OpAmp 741 dengan konfigurasi non-inverting amplifier catu daya tunggal. Tujuannya untuk memperoleh penguatan yang mudah diatur dengan impedansi input yang cukup tinggi, sehingga impedansi input parallel 600 ohm tidak terlalu terpengaruh. Penguatan OpAmp diatur dengan menggunakan resistor variable sehingga pelanggan mudah menyesuaikan penguatan suara. Rangkaiannya ditunjukkan pada gambar 4. Nilai penguatan diperoleh dari rumus non-inverting amplifier: R f R in Av =1 + (1) K arena Rin = 10 K dan Rf resistor variable 0-100K, maka penguatan yang diperoleh 1 11 kali. Gambar 2. Rangkaian Hibrid 30

Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas 1 Saluran 0,1uF 100K 100K Rin 10 K Rf 100K 741 12 V Gambar 4. Rangkaian non-inverting amplifier dengan catu daya tunggal. Gambar 5. merupakan penguat tingkat 2 yang menggunakan transistor BJT dengan bias pembagi tegangan, konfigurasi common emitter yang diswamping dengan resistor 4K7 dan dikopling langsung ke penguat tingkat 3 pasangan darlington. Dengan pendekatan ideal, diperoleh tegangan basis transistor penguat common emitter swamp berkisar: 10 Vb = x 12V 10 + 47 Vb 2 Volt 47K 100nF Vdd 7 4K 2x47K 7 4K 12V C 10uF Hibrid Vdd Gambar 5. Rangkaian Penguat BJT Dan arus Ic diperoleh: Vb 0,7 Ic Ie = (2) Re ( 2 0,7) Volt Ic = 4,7 K Ic = 0, 27 ma Resistansi collector Rc adalah hasil paralel 2 resistansi 47K dengan impedansi input pasangan darlington. Tetapi karena impedansi input pasangan darlington terlalu besar (dalam orde MΩ), maka: Rc = 47K // 47K // Zin darlington (3) Rc = 47K // 47K Rc = 23, 5 K Akibat adanya resistor swamp emitter, maka resistansi emitter adalah: Re = 4,7K // 4, 7K Re = 2, 35K Dari teori penguat common emitter dengan resistor swamp, diperoleh penguatan tegangan: Rc Av = (4) Re 23,5 Av = 2,35 Av = 10 kali Penguat tingkat 3 menggunakan penguat darlington dalam konfigurasi common collector. Seperti diketahui, common collector lebih bersifat sebagai penyangga yang memberikan impedansi input tinggi dan penguatan mendekati 1. Karena beban penguat adalah trafo audio yang memberikan impedansi rendah (impedansi hibrid 600 ohm), maka pasangan darlington digunakan sebagai penguat penyangga (buffer amplifier) yang memberikan impedansi beban yang tinggi bagi penguat tingkat 2. Karena Av1 bernilai 1 11, maka total penguatan audio amplifier adalah dari 10 sampai: Av = Av1 x Av2 x Av3 (5) = 11x10 x1 = 110 kali Dalam decibel: Av ( db) = 20. Log Av (6) = 20.Log110 40dB Penguatan 0 sampai 100 kali identik dengan penguatan 20-40 db. Jika rangkaian hibrid memiliki redaman minimal 3,5 db, maka sinyal telepon akan mengalami redaman 7 db pada rangkaian (rangkaian repeater menggunakan 2 buah hybrid). Maka rangkaian repeater dapat memperkuat sekitar 13-33dB. Penguatan 13-33 db sangat cukup untuk memperbaiki kualitas suara telepon. Selain sebagai buffer amplifier, pasangan darlington juga memberikan nilai impedansi output berkisar 600 ohm, agar kondisi rangkaian hibrid sesuai. Nilai impedansi output pasangan darlington diperoleh dari: Zout = β.re' (7) di mana: 25mV re ' = (8) IeQ 3 IeQ3 adalah arus yang mengalir pada kaki emitter transistor terakhir dan mengalir ke rangkaian hybrid 600 ohm. IeQ3 diperoleh dari: Ie Q3 VbQ 2 2x0,7 = (9) Zhibrid VbQ2 adalah tegangan pada basis transistor pasangan darlington pertama, diperoleh dari pendekatan: 31

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005 Vb Q 2 = 12V 0,27mAx23,5K = 5, 6olt Sehingga IeQ3 = 7mA dan re = 3,5 Ohm. Dengan nilai β = 166 maka diperoleh impedansi output sebesar: Zout = 166.3, 5 = 581Ω maka rele akan menghubungkan saluran telepon ke ring generator, sehingga telepon berdering. Gambar 7. menunjukkan rangkaian ring generator dan rele. C 55V Line Voltage Generator 4x1N4001 470 470 470 Ringing Generator Dari RG Line Voltage 48V Impedansi mendekati 600 ohm, keadaan ini cukup baik untuk kondisi rangkaian hybrid yang sesuai. Hibrid 10uF/100V RG relay Telepon 4.5 Rangkaian Ringing Detector Rangkaian ringing detector pada gambar 6. digunakan untuk mendeteksi nada dering yang dikirimkan oleh sentral telepon. Pada rangkaian di bawah, kapasitor 1 uf berfungsi untuk mencegah tegangan 48V masuk ke rangkaian. Saat nada dering dikirimkan oleh sentral telepon, tegangan AC akan disearahkan oleh dioda jembatan dan mengalir melalui optocoupler 4N25. Saluran Telepon 1uF 250V 4 x 1N4001 10 K 4N25 Gambar 6. Rangkaian Ringing Detector 1 K RG Driver Pada saat tiada dering, tegangan output 5V, tetapi saat arus mengalir ke optocoupler 4N25, arus akan mengalir dan tegangan output akan jatuh mendekati 0 volt. 4.6 Rangkaian Ringing Generator Sinyal dering diperoleh langsung dari output transformator catu daya dengan tegangan AC 5. Tegangan ini cukup tinggi untuk membunyikan ringer pada telepon. Arus dibatasi dengan men-serikan 3 resistor 470 ohm. mudian dihubungkan kedua kaki rele ring generator (RG ). Pada rele ini terhubung juga input dari RG relay (ring detector), saluran ke telepon, saluran ke rangkaian hibr id, tegangan dari line voltage dan rangkaian hook detector. Pada kondisi normal, telepon tidak dipakai atau sedang bicara, saluran telepon dihubungkan ke rangkaian hibrid dan line voltage. Line voltage dan rangkaian hibrid dipisahkan oleh sebuah kapasitor polar agar arus dari line voltage tidak masuk ke rangkaian hibrid. Saat sentral mengirimkan dering, Hook Detector Gambar 7. Rangkaian Ringing Generator dan Rele 4.7 Rangkaian Ringing Back Tone Detector Sinyal ringing back tone dikirimkan oleh sentral sebagai tanda telepon yang dihubungi telah berdering. Sinyal ini adalah kombinasi sinyal berfrekuensi 440 Hz dan 480 Hz, namun telkom sebagai penyelenggara jasa PSTN menggunakan sinyal tunggal 425Hz. Untu k memindahkan sinyal ini, diperlukan rangkaian yang dapat mendeteksi dan membangkitkan kembali. Untuk mendeteksi sinyal 425 Hz digunakan IC LM567. IC ini mampu mendeteksi sinyal input pada kaki 3 dan memberikan output rendah pada kaki 8 jika sinyal terdeteksi. Rangkaian ditunjukkan pada gambar 8. LM567 0,02uF 1 5V 5nF 0,01uF input 0,01uF 2 3 4 8 7 6 5 R1 10 K C1 3,3uF Gambar 8. Rangkaian Ringing Back Tone Detector Nilai frekuensi yang dapat dideteksi ditentukan oleh nilai R dan C. Untuk dapat mendeteksi frekuensi 425 Hz, nilai R1 dan C1 menggunakan: 1 fin = (10) 1,1 xr1. C1 4.8 Rangkaian Ringing Back Tone Generator Rangkaian ringing back tone generator digunakan untuk membangkitkan sinyal berfrekuensi 425 Hz untuk dikirim ke telepon. Gambar 9. menunjukkan rangkaian ringing back tone generator dengan menggunakan IC multivibrator LM555. 32

Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas 1 Saluran Dari Ring Detector 1N4148 Rb 560K Ra 120K C 10 uf 7 4 8 LM555 3 6 2 1 5 1uF 0,01nF Telepon Pada saat telepon diangkat, selain mengaktifkan telepon, tegangan 48V juga mencatu kolektor transistor, sehingga transistor yang telah dibias, akan menarik arus dari tegangan 48V dan mengaktifkan IC optocoupler 4N25. Output hook detector dari kaki 5 optocoupler akan bertegangan 5V saat telepon tidak diangkat, dan akan bertegangan 0V saat telepon diangkat. luaran hook detector ini akan menggerakkan rele OH. Gambar 9. Rangkaian Ringing Back Tone Generator Frekuensi diatur sebesar 425Hz yang diperoleh dari: 1,44 fin = (11) ( Ra + 2. Rb). C Sinyal ring back tone dikendalikan oleh output rangkaian ring back tone detector dengan kondisi 2 detik on dan 4 detik off. Namun perlu dicatat bahwa, sinyal ringing back tone 425 Hz juga diperkuat oleh amplifier, sehingga penggunaan rangkaian RBT detector dan RBT Generator adalah opsional, pemasangannya menggunakan switch manual. Rangkaian ringing back tone digunakan jika sinyal terlalu kecil. 4.9 Rangkaian Hook Detector Rangkaian pada gambar 10. digunakan untuk mendeteksi diangkat atau tidaknya gagang telepon, baik saat menerima panggilan maupun saat akan memanggil. Pada saat telepon tidak diangkat, arus tidak mengalir dari sumber tegangan 48V. Alur melalui telepon terblok akibat hook switch terbuka, sedangkan alur melalui hibrid diblok kapasitor 10 uf. Transistor rangkaian hook detector dibias dioda 1N4148 seri, menghasilkan tegangan basis 1,4V. Tegangan ini cukup besar untuk membias transistor, seh ingga transistor aktif dan siap mengalirkan arus kolektor. Hibrid 48 V 10uF/100V RG relay Telepon 4.10 Driver driver digunakan untuk menggerakkan rele. Pada rangkaian repeater digunakan 2 buah rele 8 pin 12 volt. Driver menggunakan sebuah transistor yang berfungsi sebagai switch yang dipicu oleh level logika 0 (0 volt). Pada saat input driver bertegangan 0 volt, inverter akan menghasilkan output 5 volt dan akan membias transistor. Hal ini menyebabkan arus kolektor mengalir dan mengaktifkan rele. Gambar 11. menunjukkan rangkaian driver rele. 10 K 1N4001 12 V Gambar 11. Rangkaian Driver Rele 4.11 Line Voltage Generator Rangkaian pada gambar 12. membangkitkan tegangan 48V untuk mencatu tegangan ke telepon. Rangkaian terdiri dari regulator transistor. AC 55V 4x1N4001 1000uF 100nF Q1 BD139 47K Q3 BD139 Gambar 12. Line Voltage Generator Q2 48V 100 k 1 5 F 10u 4K7 nf 100 2x1N4148 100K 2 Q4 BD139 4 4N25 Rangkaian Hook Detector Driver OH Transistor Q1 dan Q2 dalam susunan konfigurasi darlington mem iliki impedansi input tinggi. Q2 digunakan untuk umpan balik menstabilkan tegangan keluaran. Arus untuk mencatu beban diperoleh dari arus kolektor Q1 dan Q3. Kapasitor 100nF digunakan untuk mentanahkan tegangan ripple. Gambar 10. Rangkaian Hook Detector 33

Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6 No. 2 April 2005 4.12 Kopling Audio Hibrid 12V 10uF 48V 10uF/ Telepon 100V OT600 Rangkaian pada gambar 14 memiliki jembatan dioda yang terpisah karena mengambil tegangan AC yang berbeda, selain itu menjamin ketersediaan arus yang cukup tinggi. Tranfo daya yang dibutuhkan adalah trafo center tap yang memiliki output tegangan 6 dan 12 volt untuk catu daya, serta 55 volt untuk line voltage dan ringing generator. Gambar 13. Rangkaian Kopling Audio Kopling audio menghubungkan sinyal output hibrid ke saluran telepon. Kopling ini digunakan agar rangkaian hook detector tidak membebani rangkaian hibrid. 4.13 Catu Daya Catu yang dibutuhkan untuk mengaktifkan rangkaian adalah tegangan 5V dan 12V menggunakan IC regulator 7805 dan 7812. +12V 7812 0,33uF 12 V AC 0,1 uf 4x1N4001 7805 +5V 0,33uF 6 V AC 0,1 uf 5. Penutup Rangkaian-rangkaian di atas disusun berdasarkan blok diagram membentuk rangkaian lengkap seperti yang ditunjukkan oleh gambar 15. Komponen yang dibutuhkan terdapat pada tabel 1. Rancangan repeater telepon berkapasitas 1 saluran hanya dapat melayani kebutuhan tunggal. Untuk kebutuhan perbaikan jaringan, akan lebih baik jika didesain dalam kapasitas yang lebih besar. Untuk mencegah penguatan suara yang tidak seimbang, penguatan antara amplifier terima dan amplifier kirim harus diterima sesuai kebutuhan. Agar signaling sesuai dengan aslinya, perlu disesuaikan level tegangan yang dibutuhkan. Perbaikan lebih lanjut, meliputi penggunaan komponen yang lebih presisi serta rangkaian yang lebih akurat. 4x1N4001 Gambar 14. Rangkaian Catu Daya Gambar 15. Rangkaian Lengkap 34

Desain Repeater Saluran Telepon Kapasitas 1 Saluran Tabel 1. Daftar komponen OpAmp LM741 1 buah Trafo Daya 1 buah Capasitor 100nF 2 buah Transistor BD139 4 buah Trafo OT600/OT200 4 buah Capasitor 10nF 1 buah Transistor 8 buah Resistor 9 buah Capasitor 10uF 2 buah Opto Coupler 4N25 2 buah Resistor 47K 11 buah Capasitor 0,1uF 2 buah PLL LM567 1 buah Resistor 15 buah Capasitor 1 uf 250V 1 buah Logik Not Gate 2 buah Resistor 4K7 2 buah Capasitor 3,3uF 1 buah Timer LM555 1 buah Resistor 100K 2 buah Capasitor 0,02uF 1 buah Dioda 1N4148 3 buah Resistor 1K 1 buah Capasitor 0,01uF 2 buah Dioda 1N4001 18 buah Resistor 470 3 buah Capasitor 5nF 1 buah IC Regulator 7812 1 buah Resistor 120K 1 buah Capasitor 10 uf 2 buah IC Regulator 7805 1 buah Resistor 560K 1 buah Capasitor 1uF 1 buah 12V 2 buah Resistor 100K 2 buah Capasitor 1000uF 100V 1 buah Tra fo audio 1 buah Pot dan 100K 1 buah Capasitor 0,33uF 1 buah Daftar Pustaka Albert Paul Malvino. 1979. Electronic Principles, 2nd edition. California: McGraw-Hill. Ramakan A. Gayakwad. 2000. Op-Amp and Linear Integrated Circuit, Fourth edition. New Jersey: Pentice Hall. Suherman, ST. 2004. Teknik Jaringan Telekomunikasi. Pekanbaru: Politeknik Caltex Riau. Sigit Haryadi, Ir. 1986. Dasar Teknik Penyambungan Telepon. Pendidikan Ahli Teknik Telekomunikasi. Suherman, ST. 2004. Modifikasi Sistem Pemrograman PABX Mini. Dalam Ensikom, Vol.2 No.2, Desember. Agus Wibowo, Ir., Andre Poupart. 1999. Design and Collaboration, Access Network. Medan: Pramindo Ikat Nusantara. 35