ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE OF FEMALE TEENAGERSON REPRODUCTIVE HEALTH AND THE INCIDENCE OF FLUOR ALBUS AT SMPN 2 BANGLI BALI Ni Luh Yudhi Werdiyani 1, Ni Ketut Mendri 2, Melania Wahyuningsih 3 ABSTRACT Background: During puberty period teenagers undergo lots of changes including reproductive health. Fluor Albus is a problem in teenagers that needs attention. Fluor Albus can cause bad smell, itch or inflammation as well as wound around labia majora; it can even cause infection of reproductive organs. Female teenagers should have knowledge on Fluor Albus in order to be able to overcome and prevent it. The result of preliminary study carried out at SMPN 2 Bangli showed that out of 10 female students 7 had Fluor Albus. Objective: To identify association between knowledge of female teenagers on reproductive health and the incidence of Fluor Albus at SMPN 2 Bangli Bali. Method: The study was a descriptive correlation with cross sectional design. Population of the study consisted of all (137) female students of grade IX of SMPN 2 Bangli Bali. Samples were taken through simple random sampling technique, comprising 103 female students. The study was undertaken from February to March 2012. Data were obtained through questionnaire and analyzed using chi square analysis. Result: Knowledge of female teenagers on reproductive health was moderate (48.5%). The incidence of Fluor Albus in female teenagers was 38.8% of the total respondents. The result of analysis showed score of X 2 was 7.733 with p- value 0.021 (p<0.05). Degree of correlation between knowledge on reproductive health and the incidence of Fluor Albus at SMPN 2 Bangli Bali was low (C=0.264). Conclusion: There was association between knowledge on reproductive health and the incidence of Fluor Albus at SMPN 2 Bangli Bali with score of X 2 was 7.733 and p-value 0.021 (p<0.05). Keywords: knowledge, female teenagers, Fluor Albus 1. 2. 3. S 1 Nursing Student at the Respati University of Yogyakarta Lecturer of state Health Polytechnic Kemenkes of Yogyakarta S 1 Nursing Lecturer at the Respati University of Yogyakarta 1
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMP N 2 BANGLI BALI Ni Luh Yudhi Werdiyani 1, Ni Ketut Mendri 2, Melania Wahyuningsih 3 INTISARI Latar Belakang : Remaja pada masa pubertas banyak mengalami perubahan dan menimbulkan diantaranya yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Keputihan menjadi salah satu masalah pada remaja perlu mendapat perhatian. Keputihan dapat menimbulkan berbau tidak sedap, terasa gatal atau panas dan menimbulkan luka didaerah mulut vagina bahkan dapat menyebabkan infeksi pada organ reproduksi. Remaja membutuhkan pengetahuan agar dapat mengatasi dan mencegah keputihan. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMPN 2 Bangli dari 10 orang siswi sebanyak 7 mengalami keputihan. Tujuan Penelitian : Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi dengan kejadian keputihan di SMP N 2 Bangli Bali. Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswi kelas IX SMP N 2 Bangli sebanyak 137 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 103 orang. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2012. Analisis data penelitian menggunakan analisis Chi Square. Hasil: Tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja putri dalam kategori sedang sebesar 48,5%. Kejadian keputihan pada remaja putri sebesar 38,8% dari total responden mengalami keputihan. Hasil analisis diperoleh nilai 2 sebesar 7,733 dengan p value 0,021 (p<0,05). Keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi dengan kejadian keputihan di SMP N 2 Bangli Bali dalam kategori rendah (C=0,264). Kesimpulan: Ada hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi dengan kejadian keputihan di SMP N 2 Bangli Bali (nilai 2 sebesar 7,733 dengan p value 0,021 (p<0,05). Kata Kunci: Pengetahuan, keputihan, remaja putrid 1 Mahasiswa S I Ilmu Keperawatan Universitas Respati Yogyakarta 2 Dosen POLTEKES Negeri Yogyakarta 3 Dosen Universitas Respati Yogyakarta 2
dunia. (2) Masa pubertas adalah suatu tahap dalam perkembangan dan terjadi kematangan alat-alat seksual dan PENDAHULUAN Kesehatan Reproduksi menjadi perhatian pemerintah, karena kesehatan reproduksi menjadi masalah yang serius sepanjang hidup. Pemerintah tetap melihat penanganan persoalan kesehatan reproduksi remaja dalam konteks perundang-undangan yang berlaku dan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia. Pemerintah sangat mendukung pemberian informasi, konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi yang seluas-luasnya kepada para remaja sebagai bagian dari hak reproduksi mereka. Sasaran program kesehatan reproduksi di Indonesia adalah seluruh remaja dan keluarganya supaya memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap, dan perilaku kesehatan reproduksi yang bertanggung jawab, sehingga siap sebagai keluarga berkualitas tahun 2015. (1) Hampir seluruh negara menjadikan masalah kesehatan reproduksi ini sebagai salah satu program utama, karena remaja merupakan sasaran utama program kesehatan yang telah dicanangkan. Menurut WHO, komposisi penduduk dunia sebagian besar adalah remaja berusia 10-19 tahun atau satu milyar dari enam milyar penduduk tercapai kemampuan reproduksi. Dalam masa pubertas ini perubahan yang banyak menimbulkan masalah adalah masalah yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi. (3) Masalah keputihan pada remaja perlu mendapat perhatian khusus. Pada sebagian orang saat mengalami menstruasi akan mengalami keputihan. Keputihan ini normal selama berwarna bening atau jernih, selama tidak berbau, tidak terasa gatal dan dalam jumlah yang tidak berlebihan. Bila cairan berubah menjadi warna kekuningan berbau dan disertai gatal maka telah terjadi keputihan patologis. (4) Di Eropa, wanita yang mengalami keputihan hanya 25 % saja. Angka ini berbeda tajam dengan Indonesia, dimana persentase wanita yang mengalami keputihan ini sangat besar, sekitar 75 % dari 118 juta wanita Indonesia pasti mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya. Kondisi cuaca Indonesia yang lembab menjadi salah satu penyebab banyaknya wanita Indonesia yang mengalami keputihan, hal ini berbeda dengan eropa yang hawanya kering sehingga wanita dapat tidak mudah terinfeksi jamur. (5) Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang( overt behavior) (6) Berdasarkan dari hasil study pendahuluan yang dilakukan di SMPN 2 Bangli pada tanggal 30 November 2011, data yang didapatkan yaitu jumlah siswi kelas IX sebanyak 137 orang yang dibagi menjadi 8 kelas. Dari hasil wawancara dengan 10 orang siswi kelas IX A di SMPN 2 Bangli didapatkan hasil yaitu bahwa 7 dari 10 siswi mengalami keputihan, gatal-gatal disertai rasa panas dan bau yang tidak sedap, timbulnya bercak serta lendir kecoklatan pada pakaian dalam responden. Responden juga mengatakan bahwa jika mengalami keputihan hanya dicuci dengan menggunakan air biasa. 3
Keputihan yang dialami oleh responden dianggap sebagai hal yang normal. Dari data diatas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Kejadian Keputihan Di SMPN 2 Bangli Bali. Penelitian ini dilakukan agar dapat mengetahui seberapa tinggi tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi dengan kejadian keputihan yang dialami oleh siswi kelas IX. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan Cross Sectional. Cross Sectional adalah jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran/observasi data variable bebas dan terikat hanya satu kali, pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Pada penelitian ini variabel tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja putri dan kejadian keputihan diteliti pada waktu yang bersamaan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan studi kolerasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk dapat mengetahui hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Pada peneltian ini yang di deskriptifkan adalah tingkat pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi dan kejadian keputihan, kemudian dikolerasikan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi dengan kejadian keputihan di SMPN 2 Bangli Bali. Penelitian dilakukan di kelas IX SMPN 2 Bangli serta waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Februari- Maret 2012. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswi kelas IX SMPN 2 Bangli yang berusia 15-16 tahun sebanyak 137 orang. Sampel dari penelitian ini adalah 103 siswi dengan tingkat kepercayaan sebesar 5%. Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling yaitu siswi yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut : a. Siswi yang sering mengalami keputihan b. Siswi yang bersedia menjadi responden dalam penelitian. Sedangkan criteria eksklusi sebagai berikut : a. Siswi yang tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian. b. Siswi yang tidak hadir saat dilakukan pengundian Variabel dalam penelitian ini menggunakan skala pengukuran ordinal untuk variabel bebas dan skala pengukuran nomimal untuk variabel terikat. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari : a. Variabel Independen Atau Bebas Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau dianggap menentukan variabel terikat (7). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi. Kategori untuk tingkat pengetahuan adalah Baik : Hasil presentasi 76-100 %, Cukup : Hasil presentase 56-75%, Kurang : Hasil presentase <56 %. b. Variabel dependen atau terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel independen.(8) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian keputihan. Dan dikategorikan menjadi keputihan dan tidak keputihan. 4
Cara pengumpulan data untuk memperoleh data mengenai tingkat pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi diperoleh dengan menggunakan kuesioner berupa pertanyaan tertutup sebanyak 20 pertanyaan. Data tentang kejadian keputihan diperoleh dengan menggunakan kuisioner sebanyak 2 pertanyaan tertutup. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan editing, coding, tabulating, dan entry data. Kemudian dilanjutkan dengan analisa univariat dan bivariat yang menggunakan rumus chi square. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil yang diperoleh dari penelitian hubungan tingkat pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi dengan kejadian keputihan di SMPN 2 bangli bali adalah sebagai berikut : Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden pada Siswi Kelas IX SMPN 2 Bangli Bali Karakteristik Sumber informasi Frekuensi Persentase (%) Tidak pernah dapat 42 40,8 Media cetak 40 38,8 Media elektronik 21 20,4 Jumlah 103 100,0 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi pada Siswi Kelas IX SMPN 2 Bangli Bali Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Baik 35,0 Cukup Kurang 50 18,5,5 Jumlaku 103 0,0 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kejadian Keputihan pada Siswi Kelas IX SMPN 2 Bangli Bali Keputihan Frekuensi Persentase (%) Tidak Keputihan 63,2 Keputihan 40,8 Jumlah 103 0,0 Tabel 4. Distribusi Frekuensi Jenis Keputihan pada Siswi Kelas IX SMPN 2 Bangli Bali Jenis Keputihan Frekuensi Persentase (%) Fisiologis 38,0% Patologis 2 0% Jumlah 40 0,0 5
Tabel 5. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian Keputihan pada Siswi Kelas IX SMPN 2 Bangli Bali Keputihan Tidak Total χ 2 Pengetahuan p Keputihan Keputihan f % f % f % Kurang 11 61,1 7 38,9 18 100,0 Sedang 21 42,0 29 58,0 50 100,0 7,733 0,021 Baik 8 22,9 27 77,1 35 100,0 Total 40 38,8 63 61,2 103 100,0 Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja putri di SMPN 2 Bangli Bali dalam kategori cukup yaitu sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan cukup, yaitu sebanyak 50 orang (48,5%). Sedangkan sebanyak 18 orang responden (17,5%) memiliki pengetahuan kurang. Hasil ini dapat diartikan bahwa sebagian besar remaja putri belum mempunyai pengetahuan yang mendalam dan menyeluruh tentang kesehatan reproduksi. Hal ini ditunjukkan dari hasil jawaban kuesioner yang belum mampu dijawab dengan benar secara keseluruhan. Pengetahuan dalam kategori cukup dipengaruhi oleh banyak factor. Diantaranya adalah faktor informasi. Menurut hasil penelitian ini diketahui sebagian besar responden pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja sebesar 59,2%. Semakin banyak informasi yang diperoleh maka akan semakin meningkatkan pengetahuan remaja. Pengetahuan yang baik hanya dapat terbentuk apabila informasi diperoleh dari sumber informasi yang tepat. Didukung pendapat. (9) sumber informasi yang tepat dapat memberikan pengaruh pada tingkat pengetahuan seseorang. Sumber informasi terbanyak yang diperoleh responden yaitu berasal dari orang tua sebesar 17,5%. Orang tua merupakan salah satu sumber informasi yang tepat dimana remaja putri akan memperoleh informasi dijamin kebenarannya. (9) menyebutkan sumber informasi yang tepat mempengaruhi terbentuknya pengetahuan. Tingkat pengetahuan yang masih kategori cukup dapat disebabkan karena masih ada orang tua yang menganggap tabu membicarakan masalah reproduksi dengan anak, sehingga orang tua hanya memberikan informasi yang mendasar. Hal ini menyebabkan pengetahuan remaja menjadi terbatas. Hasil penelitian menunjukkan kejadian keputihan pada remaja putri SMPN 2 Bangli Bali sebesar 38,8%. Hasil ini menunjukkan bahwa kejadian keputihan pada remaja putri masih cukup tinggi. Hal dapat diartikan bahwa sangat penting untuk dilakukan penanganan terhadap keputihan yang dialami oleh remaja putri. Terdapat 2 jenis keputihan yang dialami oleh siswi yaitu keputihan fisiologis dan keputihan patologis, jenis keputihan yang paling banyak dialami oleh siswi adalah keputihan fisiologis sebanyak 38 orang (95%). 6
Pembuktian hipotesis untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan kejadian keputihan pada siswi di SMPN 2 Bangli Bali dilakukan dengan uji Chi-Square. Hasil analisis diperoleh nilai χ 2 sebesar 7,733 dengan p value sebesar 0,021. Nilai χ 2 tabel pada df=2 adalah sebesar 5,991. Oleh karena χ 2 hitung> χ 2 tabel (7,733>5,991), dan nilai p value sebesar 0,021 kurang dari 0,05 (p<0,05), artinya secara statistik ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang reproduksi dengan kejadian keputihan pada remaja putri di SMPN 2 Bangli Bali. Hasil analisis diperoleh nilai koefisien kontingensi sebesar 0,264. Berdasarkan tabel intepretasi koefisien korelasi menunjukkan keeratan hubungan kategori rendah. Dapat diartikan keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan tentang reproduksi dengan kejadian keputihan adalah rendah, yang menunjukkan kejadian keputihan tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan saja, melainkan dipengaruhi juga oleh faktor lain. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Andari Wuri Astuti, dkk (10) dengan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara perilaku vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri kelas X di SMU 2 Unggaran. Penelitian Maghfiroh (11) dengan hasil ada hubungan bermakna antara pengetahuan keputihan dengan penanganan keputihan pada Siswi Pondok Pesantren Darul Hasanah Kalikondang Demak. Kesamaan hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pengetahuan mempunyai kontribusi penting dalam pembentukan pemeliharaan organ reproduksi yang selanjutnya mempengaruhi kejadian keputihan. Hasil penelitian ini menyimpulkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi berpengaruh terhadap kejadian keputihan. Pengetahuan yang dimiliki remaja putri mempengaruhi pola pikir yang akhirnya akan meningkatkan kesadaran untuk menjaga kesehatan reproduksi sehingga kejadian keputihan dapat dihindari. Hal ini berimplikasi bahwa sangat penting untuk memberikan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja yang dapat dilakukan melalui kegiatan pendidikan kesehatan, penyuluhan maupun konseling tentang kesehatan reproduksi pada remaja putri. KESIMPULAN 1. Tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada remaja putri di SMPN 2 Bangli Bali dalam kategori sedang sebesar 48,5%. 2. Kejadian keputihan pada remaja putri SMPN 2 Bangli Bali sebesar 38,8% dari total responden mengalami keputihan. 3. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi dengan kejadian keputihan di SMPN 2 Bangli Bali. Dibuktikan dari hasil analisis diperoleh nilai 2 sebesar 7,733 dengan p value 0,021 (p<0,05). 4. Keeratan hubungan antara tingkat pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi dengan kejadian keputihan dalam kategori rendah (C=0,264) 7
DAFTAR PUSTAKA 1. Depkes RI. (2001). Program Kesehatan Reproduksi Dan Pelayanan Integrative Ditingkat Pelayanan Dasar. Jakarta : Depkes 2. Elistiawaty. (2006). Internet. Wanita RI Alami Keputihan. http://www.detiknews.com 3. Pribakti, B. (2004). Internet. Keputihan Gejala Kanker. www.medicaholistik.com 4. Herdalena,N.(2003). Pengetahuan dan Perilaku Seksual Remaja. Bening 2003. Vol IV 5. Hurlock, E. (2007). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Tentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. 6. Notoatmodjo,S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 7. Saryono. (2008). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia 8. Riwidikdo,H. (2008). Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press 9. Nursalam,(2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. 10. Astuti,A.W.dkk (2008). Hubungan Perilaku Vulva Hygiene Dengan Kejadian Keputihan Pada Remaja Putri di Kelas X di SMU Negeri Ungaran Semarang. Yogyakarta. Stikes Aisyiyah Yogyakarta. 11. Maghfiroh,K. (2010). Hubungan pengetahuan tentang keputihan dengan penanganan keputihan pada Siswi Pondok Pesantren Darul Hasanah Kalikondang Demak tahun 2010. Universitas Muhammadiyah Semarang. 8