II. TINJAUAN PUSTAKA. bagi warga kota. Selain sebagai sarana tersebut, kehadiran lapangan golf

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristrik. Lansekap ditinjau dari segi

II. TINJAUAN PUSTAKA. terstruktur. Begitu pula dengan perencanaan lansekap (landscape planning)

I. PENDAHULUAN. Padang Golf Sukarame (PGS) merupakan Lapangan Golf pertama dan satu-satunya di

I. PENDAHULUAN. Zaman sekarang ini kemajuan di bidang olahraga semakin maju dan pemikiran

ANALISIS DAN SINTESIS

PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KONSEP PERANCANGAN

III. BAHAN DAN METODE

III. RUANG DAN FUNGSI TANAMAN LANSKAP KOTA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

I. PENDAHULUAN. Lampung. Fakultas Pertanian Unila telah menetapkan Visi 2025 yaitu: Fakultas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

BAB IV : KONSEP. 4.1 Konsep Dasar. Permasalahan & Kebutuhan. Laporan Perancangan Arsitektur Akhir

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

PENGANTAR ARSITEKTUR PERTAMANAN

MATA KULIAH PERENCANAAN TAPAK

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 2 Sub Pokok Bahasan : a. Lingkungan alamiah dan buatan b. Ekologi kota c. Ekologi kota sebagai lingkungan terbangun

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 4 PRINSIP-PRINSIP PERANCANGAN TAMAN LINGKUNGAN

8.1. Pengelompokan Tanaman berdasarkan Aspek Arsitektural dan Arisik Visual

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

ANALISIS PENATAAN RUANG PARKIR PASAR CENTRAL KOTA GORONTALO. Lydia Surijani Tatura Fakultas Teknik Universitas Gorontalo

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB IV PEMAHAMAN DAN ANALISIS LAHAN

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

BAB IV ANALISA TAPAK

REDESAIN RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI DI SURAKARTA

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

HASIL DAN PEMBAHASAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VII PENGHIJAUAN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PERENCANAAN LANSKAP ANCOL ECOPARK

BAB VI R E K O M E N D A S I

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

Kajian Lanskap Wisata Pantai Puteh di Kabupaten Kepulauan Talaud Provinsi Sulawesi Utara

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

Subdivisi Arsitektur Lanskap. Redinuka Ashil Karamah. Sempervivum tectorum

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan menjawab sasaran yang ada pada bab pendahuluan. Makam merupakan salah satu elemen penting pembentuk sebuah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN Tata Hijau Penyangga Green Belt

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

VII. PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Pokok Bahasan Analisis Program, Tapak dan Lingkungan. Subject Matter Expert Ir. Irina Mildawani, MT. Agus Suparman, ST., MT.

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

ELEMEN ELEMEN PENDUKUNG LANSEKAP

PENDAHULUAN. didirikan sebagai tempat kedudukan resmi pusat pemerintahan setempat. Pada

PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB II ANALISIS TAPAK. mengatakan metoda ini sebagai Metoda Tulang Ikan. Pada kegiatan Analisa, Dosen

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2010

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISIS SINTESIS

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

Transkripsi:

9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lapangan golf merupakan salah satu fasilitas umum kota yang dapat digunakan sebagai sarana olah raga dan rekreasi melalui permainan golf yang menyenangkan bagi warga kota. Selain sebagai sarana tersebut, kehadiran lapangan golf sekaligus berperan sebagai ruang terbuka hijau yang berperan sebagai penyedia oksigen dan mengontrol iklim setempat sehingga akan meningkatkan kesegaran udara, kenyamanan, dan keindahan pandangan di suatu kawasan ( Arifin dan Arifin, 2000). Hakim (2000) menyatakan lansekap merupakan refleksi dari dinamika sistem alamiah dan sistem sosial masyarakat dan dipandang sebagai kesatuan antara fisik geografis dan lingkungannya dalam arti karakteristik. Lansekap ditinjau dari segi karakteristiknya sangatlah beraneka ragam, keanekaragaman dapat timbul secara alamiah atau oleh karena adanya kegiatan manusia diatas bidang tanah tertentu seperti daerah pertanian, wilayah pemukiman, jalur lalu lintas, wilayah industri dan lain sebagainya. Arsitektur lansekap adalah ilmu dan seni perencanaan (planning) dan perancangan (design) serta pengaturan pada lahan, penyusunan elemen-elemen alam dan buatan melalui aplikasi ilmu pengetahuan dan budaya, dengan memperhatikan

10 keseimbangan kebutuhan pelayanan dan pemeliharaan sumber daya, sehingga pada akhirnya dapat tersajikan suatu lingkungan yang fungsional dan estetis (Hakim dan Utomo, 2005). Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan gabungan yang akan diterapkan dalam perancangan. Arsitektur lansekap disebut sebagai seni karena berdasarkan pada penerapan prinsip-prinsip desain untuk menciptakan suatu lingkungan yang indah atau memiliki nilai estetika yang tinggi. Pentingnya perancangan lansekap di setiap ruang atau lahan diharapkan menjadi hasil yang lebih baik (Lakitan 1995). Arsitektur lansekap harus dapat menjembatani pemikiran-pemikiran Natural Scientist dan Land Developer Economist. Mampu berlaku dan bertindak mendayagunakan dan menghasilgunakan potensi dan kemampuan lingkungan alam secara bijaksana untuk berbagai kebutuhan lingkungan manusia. Arsitektur lansekap mempunyai wawasan dan berperan aktif dalam berbagai proyek mulai dari yang berskala besar seperti: studi perancangan regional, studi kebijaksanaan ruang terbuka, perancangan tapak daerah industri, perencanaan kawasan rekreasi, public parks, sampai kepada desain dan konsultasi proyekproyek dalam skala yang lebih kecil seperti taman lingkungan dan taman rumah. Di dalam aktivitas profesional kerjanya atau komponen kegiatan arsitektur lansekap terlihat adanya klasifikasi sesuai tuntutan kebutuhan masyarakat, yaitu Perancangan Lansekap (Landscape Planning); Perancangan Tapak (Site Planning); Perancangan Detail Lansekap (Detailed Landscape Design).

11 Taman merupakan elemen atau faktor yang paling penting dalam perencanaan tata hijau. Pemilihan jenis tanaman dalam suatu perencanaan adalah suatu seni dan juga ilmu pengetahuan. Seni karena menyangkut elemen desain seperti warna, bentuk, tekstur, dan kualitas desain yang berubah karena tanaman dipengaruhi iklim, usia, dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Ilmu pengetahuan berhubungan dengan prinsip tata hijau, fungsi tanaman, habitat tanaman, dan tujuan perencanaan. Pemilihan jenis tanaman tergantung dengan tujuan perencanaan ( Suharso 1991). Taman dalam pengertian terbatas merupakan sebidang lahan yang ditata sedemikian rupa sehingga mempunyai keindahan, kenyamanan, dan keamanan bagi pemiliknya atau penggunanya ( Arifin dan Arifin, 2000). 2.2 Perencanaan Lansekap (Lansdscape Planning) Hakim dan Utomo (2005) menyatakan perancangan lansekap (landscape planning) mengkhususkan diri pada studi pengkajian proyek berskala besar untuk bisa mengevaluasi secara sistematik area lahan yang sangat luas untuk ketetapan penggunaan bagi berbagai kebutuhan dimasa mendatang. Pengamatan masalah ekologi dan lingkungan alam sangat peka diperhatikan pada kegiatan ini. Kerja sama lintas disiplin merupakan syarat mutlak untuk bisa sampai kepada produk kebijakan atau tata guna tanah. Perencanaan lansekap merupakan langkah yang dilakukan secara sistematik untuk mencapai sasaran atau tujuan sehingga dapat tercapai lansekap yang ideal, yaitu menciptakan lansekap yang multi fungsi, mampu menyediakan dan memelihara

12 kondisi yang diperlukan berbagai tujuan baik untuk manusia maupun mahkluk hidup lain dan terciptanya keberlanjutan ekosistem di dalam wilayah tersebut. Pada perencanaan lansekap ada tiga faktor penting untuk dianalisis, yaitu ekologi lansekap, manusia dengan sosial ekonomi budayanya, dan estetika. Estetika pada lansekap tidak merupakan faktor yang berdiri sendiri, tetapi merupakan polarisasi dari kedua faktor lainnya. 2.3 Pertimbangan Perancangan 2.3.1 Pertimbangan Ruang Ruang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Hal ini karena manusia selalu bergerak dan berada di dalamnya. Ruang tidak akan ada artinya jika tidak ada manusia. Hubungan manusia dengan ruang secara lingkungan dapat dibagi 2 (dua), yaitu hubungan dimensional (Antromethcs) menyangkut dimensi-dimensi yang berhubungan dengan tubuh dan pergerakan manusia serta hubungan psikologi dan emosional (Proxemics) menentukan ukuran-ukuran kebutuhan ruang untuk kegiatan manusia. Adanya hubungan antar-manusia dengan suatu objek, baik secara visual maupun secara indra pendengaran, perasa, dan penciuman yang akan menimbulkan kesan ruang. Menurut kegiatannya, ruang terbuka terbagi atas 2 (dua) jenis ruang terbuka, yaitu ruang terbuka aktif dan ruang terbuka pasif. 1. Ruang terbuka aktif, adalah ruang terbuka yang mempunyai unsur-unsur kegiatan di dalamnya misalkan, bermain, olahraga, dan jalan-jalan. Ruang

13 terbuka ini dapat berupa plaza, lapangan olahraga, tempat bermain anak dan remaja, penghijauan tepi sungai sebagai tempat rekreasi. 2. Ruang terbuka pasif, adalah ruang terbuka yang di dalamnya tidak mengandung unsur-unsur kegiatan manusia misalkan, penghijauan tepian jalur jalan, penghijauan tepian rel kereta api, penghijauan tepian bantaran sungai, ataupun penghijauan daerah yang bersifat alamiah. Ruang terbuka ini lebih berfungsi sebagai keindahan visual dan fungsi ekologi belaka. Menurut Hakim dan Utomo (2005), berdasarkan sifatnya ada 2 (dua) jenis ruang terbuka, yakni ruang terbuka lingkungan dan ruang terbuka antarbangunan. a. Ruang terbuka lingkungan adalah ruang terbuka yang terdapat dalam suatu lingkungan dan sifatnya umum. b. Ruang terbuka antarbangunan. 2.3.2 Pertimbangan Sirkulasi Menurut Hakim (1987), sistem sirkulasi sangat erat hubungannya dengan pola penempatan aktivitas dan pola penggunaan lahan sehingga sirkulasi merupakan penggerak dari ruang yang satu ke ruang yang lain. Untuk itu hendaknya diadakan pembagian sirkulasi antara manusia dan kendaraan agar tidak menghambat pergerakan akibat dari sirkulasi yang kurang baik. Salah satu perhatian utama para perancang lansekap adalah pengolahan sistem sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki (pendestrian), terutama bila jaringan utilitas dan komunikasi juga berada langsung di jaringan jalan tersebut. Agar perancangan yang menyatu total dapat dicapai, maka jaringan utilitas tapak harus

14 berkaitan dengan semua elemen di dalam tapak lansekap tersebut. Hubungan jalur sirkulasi dengan ruang dapat dibedakan menjadi dua macam, antara lain: 1. Sirkulasi kendaraan Secara hierarki sirkulasi kendaraan dapat dibagi menjadi dua jalur, yaitu: a. Jalur distribusi, yaitu jalur untuk gerak perpindahan lokasi (jalur cepat). b. Jalur akses, yaitu jalur yang melayani hubungan jalan dengan pintu masuk bangunan. 2. Sirkulasi manusia Sirkulasi manusia dapat berupa pedestrian atau mall yang membentuk hubungan erat dengan aktivitas kegiatan di dalam tapak. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah lebar jalan, pola lantai, kejelasan orientasi, dan lampu jalan. Hubungan jalur sirkulasi dengan ruang erat hubungannya dengan pencapaian suatu ruang, pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: a. Jalur sirkulasi melalui ruang, yang memiliki karakteristik antara lain: (1) integritas masing-masing kuat, (2) bentuk alur cukup fleksibel. b. Jalur memotong ruang, dengan karakteristik yaitu mengakibatkan terjadinya ruang gerak dan ruang diam. c. Jalur sirkulasi berakhir pada ruang, memiliki karakteristik antara lain: (1) lokasi ruang menentukan arah, (2) sering digunakan pada ruang bernilai fungsional dan simbolis. Dalam hal sistem sirkulasi, terdapat beberapa sistem pencapaian terhadap ruang, pada dasarnya sangat erat hubungannya dengan sistem sirkulasi, antara lain:

15 a. Pencapaian frontal Sistem yang mengarah dan lurus ke objek ruang yang dituju. Sistem pencapaian ini memiliki kelebihan yang berupa pandangan visual objek yang dituju jelas terlihat dari jauh. Namun memiliki kekurangan yaitu pengguna tidak bisa mengetahui hal-hal lain yang berada di sekeliling objek utama (Gambar 1). Gambar 1. Pencapaian frontal. b. Pencapaian ke samping Pencapaian ke samping dapat memperkuat efek perspektif pada objek yang dituju. Jalur pencapaian dapat dibelokkan berkali-kali untuk memperbanyak urutan ruang sebelum mencapai objek sehingga pengguna dapat mengetahui hal-hal lain yang berada di sekeliling objek utama (Gambar 2).

16 Gambar 2. Pencapaian ke samping. c. Pencapaian memutar Pencapaian memutar dapat memperlambat dan memperbanyak urutan ruang dan memperlihatkan tiga dimensi dari objek dengan mengelilinginya sehingga pengguna dapat mengetahui hal-hal lain yang berada di sekeliling objek utama (Gambar 3). Gambar 3. Pencapaian memutar.

17 2.3.3 Pertimbangan Vegetasi Nilai estetika dari tanaman diperoleh dari perpaduan antara warna (daun, batang, bunga), bentuk fisik tanaman (batang, percabangan, dan tajuk), tekstur tanaman, skala tanaman, dan komposisi tanaman. Nilai estetika tanaman dapat pula diperoleh dari satu tanaman atau sekelompok tanaman yang sejenis. Kombinasi berbagai jenis tanaman atau kombinasi antara tanaman dengan elemen lansekap lainnya (Hakim, 2000) Menurut Hakim dan Utomo (2005), perencanaan lansekap merupakan suatu hal pokok yang menjadi dasar dalam pembentukan ruang luar. Penataan dan perancangan tanaman mencakup: habitus tanaman, karakter tanaman, fungsi tanaman, dan peletakan tanaman. Tanaman merupakan material lansekap yang hidup dan terus berkembang. Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar tanaman, bentuk tanaman, tekstur, dan warna selama masa pertumbuhannya. Dengan demikian, kualitas dan kuantitas ruang terbuka akan terus berkembang dan berubah sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Secara dasar khususnya di iklim tropis, dikenal dua macam tanaman ditinjau dari massa daunnya, yaitu: 1. Tanaman yang menggugurkan daunnya (Decidous plants) Tanaman yang menggugurkan daunnya yang dimaksud adalah jenis-jenis tanaman yang berubah bentuk ataupun warna daunnya sesuai dengan musimnya. Setelah musim panas daun berguguran, sedangkan menjelang musim hujan daun tumbuh lebat.

18 2. Tanaman yang hijau sepanjang tahun (Evergreen conifers) Tanaman yang hijau sepanjang tahun dimaksudkan adalah jenis tanaman yang berdaun lebat dan berbunga sepanjang musim, tidak menggugurkan daun. Menurut Hakim dan Utomo (2005), jenis tanaman dilihat dari segi botanis/morphologis, sesuai dengan ekologis dan efek visual. Dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu pohon, perdu, semak, penutup tanah (ground cover), dan rerumputan (carpeting). Pengalokasian dari kelima kelompok tersebut dalam suatu hamparan taman, pendekatannya dengan perhitungan berdasarkan luasan proyeksi tajuk dan toleransi terhadap kebutuhan cahaya matahari, luas area taman, maupun karakter masing-masing rancang bangunan fisik yang secara rinci diuraikan sebagai berikut: 1. Tanaman pohon adalah jenis tanaman berkayu yang biasanya mempunyai batang tunggal dan dicirikan dengan pertumbuhan yang sangat tinggi. Biasanya, tanaman pohon digunakan sebagai tanaman pelindung dan centre point dengan ketinggiannya yang mencapai lebih dari 3,00 meter. Contoh tanaman pohon yaitu ; palem raja (Rotonea sp), akasia (Acacia auriculiformis) dan flamboyan (Delonix regia). Alokasi komunitas pohon, didasarkan atas luasan proyeksi tajuk optimal berdasarkan penghitungan waktu ½ daur (umur) pohon yang dicirikan oleh kondisi tajuk yang tidak saling overlaping. Pendekatan tersebut dengan pertimbangan agar terciptanya keleluasaan sirkulasi udara dan penyinaran matahari sampai ke permukaan tanah. 2. Tanaman golongan perdu merupakan bentuk tanaman berkayu dan memiliki batang utama berupa pohon, percabangan dekat dengan tanah, berakar

19 dangkal, dan tinggi 1,00 3,00 meter. Contoh tanaman yaitu ; bougenvile, kembang sepatu, dan nusa indah. 3. Tanaman golongan semak dicirikan dengan batang tidak berkayu, percabangan dekat dengan tanah, berakar dangkal, dan tinggi 50 cm 1,00 meter. Contoh tanaman yaitu ; heliconia (Heliconia psittacorum), yucca (Yucca aloifolia), bambu hias (Arandinaria japonica) dan sansivera (Sansevieria trifasciata). Alokasi komunitas semak/perdu, sangat ditentukan oleh desain lansekap berdasarkan luasan areanya. 4. Tanaman penutup tanah (ground cover) dicirikan dengan batang tidak berkayu, berakar dangkal, dan tinggi 20 cm 50 cm. Tanaman kelompok ini termasuk tanaman penutup tanah seperti krokot (Althernantera sp.) dan kacang-kacangan (Arachis pintoi). 5. Rerumputan (carpeting) adalah tanaman yang membentuk kesan lantai dengan tinggi sekitar mata kaki. Contoh rumput gajah (Axonopus compressus). Alokasi komunitas penutup tanah dan rerumputan pada dasarnya merupakan karpet hijau yang menutup seluruh hamparan taman, dikurangi dengan luasan alokasi komunitas semak/perdu dan pohon. 3.2.4 Pertimbangan Tata hijau Elemen lansekap pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu elemen keras (hard-material) dan elemen lembut (soft-material). Elemen lembut tidak mempunyai bentuk yang tetap dan selalu berkembang sesuai masa

20 pertumbuhannya sehingga menyebabkan bentuk dan ukuran yang selalu berubah. Perubahan tersebut terlihat dari bentuk, tekstur, warna, dan ukuran. Perubahan ini diakibatkan oleh karena tanaman adalah mahluk yang selalu tumbuh dan dipengaruhi pula oleh faktor alam dan tempat tumbuhnya (Hakim dan Utomo, 2005). Pemilihan jenis tanaman dalam suatu perancangan merupakan suatu seni dan ilmu pengetahuan. Dapat dikatakan seni karena merupakan elemen desain warna, bentuk, tekstur, dan kualitas desain yang dapat berubah mengikuti iklim, usia, serta faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut. Karakteristik fisik tanaman dapat dilihat dari bentuk batang dan percabangannya, bentuk tajuk, massa daun, massa bunga, warna, tekstur, aksentuasi, skala ketinggian dan kesendiriannya. Ilmu pengetahuan menyangkut dari teknik peletakan, teknik penanaman, dan pertumbuhannya. Pemilihan jenis tanaman tergantung dengan: 1. Peletakan tanaman, disesuaikan dengan tujuan dan fungsi tanaman. 2. Fungsi tanaman, disesuaikan dengan tujuan perencanaan. Pemilihan jenis dan fungsi tanaman harus diperhatikan dengan baik. Hal ini karena tanaman sebagai soft material mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi oleh faktor alam dan tempat tumbuhnya seperti kesesuaiannya dengan suhu lingkungan, jenis tanah, curah hujan, kelembaban, ketinggian tanah di atas permukaan laut, dan ph tanah pada tapak yang menyebabkan perubahan bentuk, tekstur, warna, dan ukuran sehingga penggunaan tanaman menjadi lebih bervariasi.

21 2.3.5 Kegunaan Fasilitas Penunjang (Utilitas) dalam Lansekap Hakim dan Utomo (2005) menyatakan bahwa penerapan rekayasa lansekap dalam sistem utilitas lansekap atau sasaran penunjang antara lain sebagai berikut: 1. Sistem irigasi penyiraman Sistem irigasi penyiraman bagi suatu rencana lansekap dipandang penting, mengingat kebutuhan air sangat diperlukan bagi kelangsungan hidup tanaman dan sangat membantu dalam pemeliharaan tanaman. Penyiraman dapat dilakukan secara manual ataupun mekanik. Secara manual dimaksudkan dengan mengambil air dari kolam reservoir air dan disiramkan dengan menggunakan tenaga manusia, sedangkan secara mekanik yaitu memanfaatkan teknologi irigasi dan pompanisasi. 2. Sistem pencahayaan Perancangan lansekap harus disertai dengan pemikiran tentang penerangan luar karena ruang luar yang dirancang tidak hanya dapat dimanfaatkan pada siang hari namun perlu dipikirkan pemanfaatannya pada malam hari. Menurut Hakim dan Utomo (2005), suasana gelap dan terang dihasilkan karena adanya sumber energi cahaya yang mengarah ke mata manusia. Fungsi cahaya penerangan di malam hari dalam arsitektu lansekap sebagai berikut. a. Penerangan cahaya untuk ruang tempat kegiatan (parkir, plaza, dan pendestrian) b. Penerangan cahaya untuk sirkulasi c. Penerangan cahaya untuk tanaman/pepohonan d. Penerangan cahaya untuk perabot lansekap (landscape furniture)

22 e. Penerangan cahaya untuk kolam/air mancur f. Penerangan cahaya bagi benda seni (patung dan ornamen lansekap) Suasana gelap telah memberikan dampak pada manusia sebagai berikut. a. Rasa takut b. Rasa tidak jelas c. Rasa menyeramkan 3. Tempat parkir Semakin banyak dan berkembangnya alat transportasi darat serta semakin banyaknya lokasi kegiatan manusia yang tersebar di berbagai tempat, maka kebutuhan sarana jalan kendaraan semakin luas. Sejalan dengan perkembangan tersebut, maka kebutuhan akan lahan parkir semakin meningkat terutama di kota besar dan di tempat yang padat aktivitas. Hampir semua aktivitas kegiatan di ruang terbuka memerlukan sarana tempat parkir. Kebutuhan akan tempat parkir dalam suatu perancangan tapak lansekap merupakan bagian dari prasarana lingkungan (Hakim dan Utomo, 2005). Dalam penentuan tata letak, parkir memiliki beberapa kriteria, antara lain: 1. Parkir terletak pada permukaan tapak yang datar, apabila permukaan tanah awalnya mempunyai kemiringan, maka perlu dipikirkan penggunaan grading dengan sistem cut and fill. Lokasi permukaan yang datar pada area parkir dimaksudkan untuk menjaga keamanan kendaraan saat parkir agar kendaraan tidak menggelinding.

23 2. Penempatan parkir tidak terlalu jauh dari pusat kegiatan. Bila jarak antara tempat parkir dengan pusat kegiatan cukup jauh, maka diperlukan sirkulasi yang jelas dan terarah menuju ataupun dari area parkir, atau perlu adanya penerangan yang baik pada malam hari dan kendaraan khusus yang akan menghantarkan ke pusat kegiatan. Sistem yang digunakan pada tempat parkir biasanya menggunakan sistem sudut terhadap sisi jalan. Adapun penjelasannya sebagai berikut: a. Parkiran dengan sudut 45 o atau 60 o (Angle) Parkiran ini memiliki kelebihan karena memudahkan dalam pemarkiran kendaraan, sistem parkiran ini cukup efisiensi jika ditinjau dari pemakaian lahan yang kurang luas dengan kapasitas kendaraan yang ada (Gambar 5 dan 6.) Gambar 4. Parkiran dengan sudut 45 o

24 Gambar 5. Parkiran dengan sudut 60 o b. Parkiran dengan sudut 90 0 atau tegak lurus (Perpandicular) Sistem parkiran 90 0 (Gambar 4) sangat efisien ditinjau dari luas atau kapasitas kendaraan, namun sistem parkiran ini mengganggu sirkulasi bagi kendaraan lain Gambar 6. Parkiran dengan sudut 90 o (Perpandicular) c. Parkiran dengan sudut 180 (Parallel) Parkiran dengan sistem ini tidak efisien ditinjau dari luas atau kapasitas kendaraan dan sistem parkiran ini menyulitkan pemiliki kendaraan dalam pemarkiran kendaraannnya (Gambar 7).

25 Gambar 7. Parkir dengan sudut 180 o 4. Saluran pembuangan (Drainase system) Drainase atau saluran pembuangan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu perencanaan lansekap. Ruang luar suatu tapak yang telah dirancang dengan baik harus terhindar dari bagian tapak yang tergenang air yang akan menyebabkan rancangan menjadi tidak sempurna. Untuk pengolahan tapak dengan pemilihan tanah yang bergelombang atau berkontur, maka pemecahan masalah drainase atau saluran air lebih rumit dibandingkan dengan permukaan tanah yang relatif rata. Kedua bentuk permukaan tanah tersebut mempunyai keuntungan dan kerugian terhadap saluran pembuangan. Pada tanah yang berkontur, aliran air akan bergerak dari kontur tertinggi menuju kontur terendah, artinya akan selalu terjadi aliran air secara alamiah. Sedangkan pada tapak dengan tanah yang relatif datar, maka kemiringan saluran perlu diperhitungkan agar air buangan dapat mengalir menuju saluran pembuangan kota.

26 5. Rekayasa lansekap Rekayasa lansekap merupakan salah satu teknik pengolahan kondisi tapak yang ada agar dihasilkan suatu rancangan tapak yang sesuai dengan kaidah-kaidah arsitektural. Penambahan vegetasi yang sesuai dengan tujuan yang telah dibuat diharapkan dapat menghasilkan hubungan yang kuat antara lingkungan asri dengan keseimbangan ekologi di Padang Golf Sukarame.