BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit itu sendiri mempunyai dimensi yang beraneka ragam, di mulai dari kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti Kepercayaan atau dalam bahasa latin Creditium yang berarti kepercayaan atau kebenaran. Dalam prakteknya pengertian kredit berkembang lebihluas lagi seperti berikut ini : 1) Kredit adalah suatu pemberian prestasi oleh suatu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan datang disertai dengan kontra prestasi berupa bunga (Muldjono, 1996) 2) Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayaran akan dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati (Muldjono, 1996) Dengan demikian dapat dikatakan bahwa intisari dari arti kredit sebenarnya adalah kepercayaan, suatu unsur yang harus dipesan sebagai benang merah melintasi falsafah perkreditan dalam arti sebenarnya, bagaimanapun bentuk, macam dan raganya dan dari manapun asalnya serta kesiapapun diberikan. 1.1.2 Unsur-Unsur Kredit Abdulah dan Tantri (2012 : 165) menyatakan bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut: 1. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa yang akan datang) 2. Kesepakatan, kesepakatan ini harus terjadi antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit, yang dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
3. Jangka Waktu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. 1.1.3 Jenis-Jenis Kredit Kredit yang diberikan oleh bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Abdulah dan Tantri (2012 : 169) menyatakan bahwa, secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain: 1) Dilihat dari segi kegunaan a. Kredit investasi, biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau pembanguan proyek/ pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. b. Kredit modal kerja, digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. 2) Dilihat dari segi tujuan kredit a. Kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. b. Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi.dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. c. Kredit perdagangan, yaitu kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. 3) Dilihat dari segi jangka waktu. a. Kredit jangka pendek, merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka waktu berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun, biasanya untuk investasi. c. Kredit jangka panjang, merupakan kredit jangka waktu pengembaliannya paling panjang. Waktu pengembaliannya diatas tiga tahun atau lima tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang. 4) Dilihat dari segi jaminan
a. Kredit dengan jaminan, merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur. b. Kredit tanpa jaminan, merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan character serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini. 1.1.4 Tujuan dan Fungsi Kredit Menurut Abdulah dan Tantri (2012 : 166) tujuan utama pemberian suatu kredit antara lain : 1. Mencari keuntungan, yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. 2. Membantu usaha nasabah, yaitu membantu nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dana memperluas usahanya. 1.1.5 Prinsip-Prinsip Kredit Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali.keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum kredit tersebut di salurkan.biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benat menguntungkan dilakukan dengan analisis 5 C (Abdulah dan Tantri, 2012 : 173). Adapun penjelasan analisis dengan 5 C kredit adalah sebagai berikut: 1. Character Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi. 2. Capacity Untuk melihat nasabah dari kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam
memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. 3. Capital untuk melihat penggunaan modal efektif, dilihat laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini. 4. Colleteral Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan.jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititpkan akan dipergunakan secepat mungkin. 5. Condition Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. 1.1.6 Kredit Masalah Dalam kasus kredit bermasalah, debitur telah dianggap mengingkari janji untuk membayar bunga dan atau kredit induk yang jatuh tempo sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran. Dapat dikatakan bahwa kredit bermasalah di dalamnya meliputi kredit macet, meskipun demikian tidak semuakredit yang bermasalah adalah kredit macet.
Berkenaan dengan kredit bermasalah tersebut dihubungkan dengan perbuatan wanprestasi yang dilakukan oleh debitur atau nasabah menurut Gatot Supramano, SH ada 3 macam perbuatan yang digolongkan wanprestasi yaitu: 1. Nasabah sama sekali tidak dapat membayar angsuran kredit atau beserta bunganya. 2. Nasabah membayar sebagian angsuran kredit atau beserta bunganya, pembayaran yaitu: angsuran tidak dipermasalahkan nasabah telah membayar sebagian kecila angsuran, tetapi tergolong kreditnya sebagai kredit macet. Oleh karena itu, terjadinya kredit bermasalah dapat disebabkan oleh beberapa faktor 1. Itikad tidak baik dari nasabah 2. Kesalahan nasabah sendiri 3. Perubahan peraturan perundang-undangan 4. Kondisi dan situasi ekonomi secara umum 5. Kekurang kehati-hatian bank Untuk mengatasi kredit bermasalah tersebut upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pihak bank pada tahapan pertama adalah upaya penyelamatan kredit, dengan syarat apabila bank mempunyai keyakinan bahwa usaha nasabah masih mempunyai prospek untuk berkembang. Yang dimaksud dengan upaya-upaya bank yang disebut penyelamatan kredit adalah upaya-upaya bank untuk melancarkan kembali kredit yang telah tergolong tidak lancar, diragukan, atau bahkan telah tergolong macet untuk dikembalikan menjadi kredit lancar, sehingga debitur kembali mempunyai kemampuan untuk membayar kepada bank, baik bunga maupun pokoknya. 1.1.7 Penggolongan Kualitas Kredit
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor:7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum ditetapkan secara tegas penggolongan ditinjau dari segi kualitas kredit, maka kredit dibagi menjadi 5 tingkatan, yaitu: 1. Lancar (pass), apabila memenuhi kriteria: a. Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga tepat waktu; dan b. Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cashcollateral) 2. Dalam Perhatian Khusus (special mention), apabila memenuhi kriteria: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang belum melampaui 90 hari; atau b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau c. Mutasi rekening relatif aktif; atau d. Jarang terjadi pelanggaran terhadapkontrak yang diperjanjikan; atau didukung oleh pinjaman baru. 3. Kurang Lancar (Substandard),apabila memenuhi kriteria: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari; atau b. Sering terjadi cerukan; atau c. Frekuensi rekening relatif rendah; atau d. Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari; atau 4. Diragukan (doubtful),apabila memenuhi kriteria: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari. b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen. c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari. 5. Macet (loss),apabila memenuhi kriteria: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah
melampaui 270 hari. b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru. c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.