I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi

KUALITAS SOSIS JAMUR TIRAM PUTIH

I. PENDAHULUAN. lemak dan kolesterol tinggi (Astiti dkk., 2008). Bahan pangan hewani sebagai

I. PENDAHULUAN. minuman (Saparinto dan Hidayati, 2006). banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah sosis. Data survei independen yang

KUALITAS SOSIS JAMUR TIRAM PUTIH

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. semua lapisan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

PROSES PEMBUATAN BAKSO NABATI DARI JAMUR TIRAM PUTIH

I. PENDAHULUAN. produk yang praktis dan digemari adalah chicken nugget. Chicken nugget

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PEMBUATAN SOSIS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatusjacq.) DAN TEPUNG REBUNG DENGAN KOMBINASI TEPUNG TAPIOKA DAN KARAGINAN (Eucheuma cottoniidoty.

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

I. PENDAHULUAN. dan bumbu-bumbu yang dibentuk bulat seperti kelereng dengan bera gram

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

LAMPIRAN. Lampiran 1. Bahan-bahan Pembuatan Sosis

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, makanan yang dikonsumsi merupakan makanan yang sehat, dengan vegetarian. Makanan vegetarian saat ini mulai digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 21,97% (db) (Kramlich,1973). Daging dikenal mengandung kolesterol (50

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

VARIASI KARAGINAN (Eucheuma cottonii Doty) PADA PROSES PEMBUATAN BAKSO DAGING SAPI DENGAN BAHAN PENGAWET TANIN DARI PISANG KLUTHUK SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

I. PENDAHULUAN. kuning atau merah (Prajnanta, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmiati Tsaniah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. bagi konsumennya sehingga tercipta persaingan yang cukup ketat. Produk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. kacang-kacangan lainnya yang dibuat secara tradisional dengan bantuan jamur

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. selongsong. Sosis dapat diolah dari daging sapi, ayam, babi, ikan dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

ANALISIS ORGANOLEPTIK PADA HASIL OLAHAN SOSIS IKAN AIR LAUT DAN AIR TAWAR

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Camilan atau snack adalah makanan ringan yang dikonsumsi diantara waktu makan

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. setelah padi dan jagung bagi masyarakat Indonesia. Tanaman ini dapat

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

I. PENDAHULUAN. dapat dikonsumsi secara cepat (Ratnaningsih, 1999). Salah satu makanan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

penyakit kardiovaskuler (Santoso, 2011).

I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk

I. PENDAHULUAN. berasal dari gandum yang ketersediaannya di Indonesia harus diimpor,

Pengaruh sodium tripoliphosphat (STPP) terhadap sifat karak (kerupuk gendar) Noor Ernawati H UNIVERSITAS SEBELAS MARET I.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada waluh. Secara umum waluh kaya akan kandungan serat, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

BAB I PENDAHULUAN. di pasar saat ini adalah berbentuk flake. Sereal dalam bentuk flake dianggap

BAB I PENDAHULUAN. gurih, berwarna cokelat, tekstur lunak, digolongkan makanan semi basah

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UJI PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK PADA TEMPE DENGAN BAHAN DASAR JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan ataupun minuman bagi konsumsi manusia. Termasuk di dalamnya adalah bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan an atau pembuatan makanan dan minuman (Saparinto dan Hidayati, 2006). Menurut Rahardjo (2003), salah satu produk makanan olahan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah sosis. Konsumsi sosis oleh masyarakat Indonesia tumbuh rata-rata 4,46% per tahun. Tingginya permintaan sosis di pasaran menyebabkan ebabkan meningkat pula kebutuhan daging. Ketua Asosiasi Industri Pengolahan an Daging Indonesia, mengatakan bahwa pendapatan industry pengolahan daging mencapai Rp 1 triliun rupiah per tahun dengan kebutuhan daging sebesar 75 ton per hari (Anggraeni dkk., 2014). Menurut Kementrian Negara Riset dan Teknologi (2014), sosis adalah daging lumat yang dicampur dengan bumbu atau rempah-rempah kemudian dimasukkan dan dibentuk dalam pembungkus atau casing. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan sosis terdiri dari daging, lemak, bahan pengikat, bahan pengisi, air, garam dapur, dan bumbu. Penambahan bumbu dan bahanbahan lain bertujuan untuk membentuk sosis yang kompak dan tidak berongga.

2 Sosis nabati berbahan dasar jamur tiram putih masih jarang beredar di masyarakat. Hal ini dikarenakan pola pikir masyarakat yang berasumsi bahwa sosis hanya bisa dibuat dari daging saja. Sosis jamur tiram putih ini memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan sosis daging pada umumnya. Sosis jamur tiram putih memiliki serat dan kolestrol yang rendah (Hendritomo, 2010). Jamur tiram putih digunakan sebagai bahan dasar sosis dikarenakan menurut Chazali (2009), jamur tiram mengandung 5,94% protein, 50,59% karbohidrat, 1,56% serat, dan 0,17% lemak. Diperkirakan dalam 100 gram jamur tiram segar mengandung 45,65 KJ kalori, 8,9 mg kalsium, 1,9 mg besi, 17,0 mg fosfor, 0,15 mg vitamin B1, 0,75 mg vitamin B2, dan 12,40 mg vitamin C. Selain dikonsumsi sebagai bahan makanan, jamur tiram juga diketahui berkhasiat sebagai ai obat, terutama untuk mengobati penyakit liver, diabetes, anemia, kolestrol tinggi, serta anti viral dan anti kanker. Kandungan seratnya yang tinggi i mampu membantu mengobati gangguan pencernaan dan membantu menurunkan berat badan (Hendritomo, 2010). Jamur tiram putih mengandung serat pangan yang sangat penting untuk kesehatan. Mengkonsumsi makanan yang mengandung serat pangan yang tinggi dapat mengurangi resiko kanker, misalnya kanker kolon, penyakit jantung koroner, diabetes, kolestrol darah yang tinggi, serta dapat memudahkan buang air besar (Silalahi, 2006). Menurut Silalahi (2006), serat pangan adalah karbohidrat jenis polisakarida dan lignin yang tidak dapat

3 dihidrolisis atau dicerna oleh enzim pencernaan manusia, dan akan sampai di usus besar (kolon) dalam keadaan utuh. Oleh karena itu, kebanyakan serat pangan akan menjadi substrat bagi fermentasi bakteri yang hidup di kolon. Kebutuhan konsumsi serat setiap orang rata-rata 20 sampai 45 gram per hari. Jamur tiram putih merupakan sumber serat utama dalam produk sosis ini. Menurut Soeparno (1994), bahan pengisi yang digunakan dalam pembuatan sosis harus mampu mengikat sejumlah air tetapi mempunyai pengaruh kecil terhadap emulsifikasi. si. Tepung pengisi hendaknya mengandung g lemak dan protein, sehingga memiliki kapasitas mengikat air yang besar dan kemampuan emulsifikasi yang rendah agar terbentuk produk sosis yang kompak. Bahan pengisi yang digunakan dalam pembuatan sosis jamur tiram ini adalah tepung labu kuning, karena menurut Hendrasty (2003), labu kuning memiliki m kandungan protein dan lemak. Selain itu, sangat jarang ditemukan pemanfaatan tepung labu kuning ng sebagai bahan pengisi dalam pembuatan sosis. Labu kuning merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi dan lengkap. Labu kuning sebanyak 100 gram mengandung protein sebesar 1,10 g, 0,30 g lemak, 45,00 mg kalsium, 1,40 mg zat besi, 180 SI vitamin A, 0,08 mg vitamin B1, dan 52,00 g vitamin C. Labu kuning merupakan sumber vitamin A dengan kandungan betakaroten yang sangat tinggi yaitu 180 SI atau sekitar 1000-1300 IU/100 g bahan. Hal ini menunjukkan bahwa sosis jamur tiram putih

4 dengan penambahan tepung labu kuning juga dapat digunakan sebagai makanan kaya vitamin A (Hendrasty, 2003). Pembuatan sosis umumnya menggunakan Sodium Tripolifosfat (STTP). Penggunaan Sodium Tripolifosfat dalam produk makanan sudah dibatasi karena dapat menganggu kesehatan yaitu menganggu daya serap usus sehingga dapat menghambat kemampuan usus menyerap gizi pada makanan dan ketika makanan akan diedarkan ke seluruh tubuh (Sugiyatmi, 2006). Sodium Tripolifosfat (STPP) mengandung n fosfat yang berfungsi untuk meningkatkan an daya ikat air oleh protein daging, mereduksi pengerutan daging, dan menghambat mbat ketengikan. Jumlah penambahan fosfat dalam makanan tidak boleh lebih dari 5% dan hasil akhir dalam produk harus kurang dari 0,5%. Terlalu banyak fosfat dapat menimbulkan rasa pahit pada bahan makanan (Soeparno, 1994). Penggunaan naanan karaginan agin an yang berasal dari Eucheuma cottonii Doty. dapat dilakukan sebagai pengganti STPP. Menurut Winarno (1990), upaya untuk mengurangi penggunaan STPP dalam makanan bisa dilakukan dengan bahan alami yang sama fungsinya yaitu karaginan. Karaginan berfungsi sebagai stabilisator, thickener, dan pembentuk gel dalam bidang industri pengolahan pangan (Winarno, 1990). Karaginan merupakan salah satu jenis koloid dari rumput laut yang paling penting dalam industri pangan. Karaginan banyak dimanfaatkan sebagai bahan pengental dalam beberapa produk makanan. Karaginan biasa dijual dalam bentuk tepung bewarna kekuningan (Ariyadi, 2004). Menurut

5 Winarno (1992), karaginan apabila dikombinasikan dengan garam, maka akan sangat efektif sebagai gel pengikat dan pelapis produk daging salah satunya sosis. Menurut Istini dkk. (1986), tepung karaginan yang dikombinasikan dengan tepung tapioka yang merupakan bahan pengisi utama dalam pembuatan sosis. Tepung karaginan ditambahkan sebagai bahan pengisi bersama tepung tapioka sekaligus berperan sebagai pengatur keseimbangan dan bahan pengikat alami sehingga diperoleh adonan sosis yang kompak dan tidak berongga. Karaginan yang ditambahkan an juga memperkaya kandungan gizi sosis jamur tiram putih. Karaginan mengandung mineral penting bagi tubuh yaitu Ca dan Fe. B. Keaslian Penelitian elit ian Penelitian menggunakan karaginan sebagai emulsifier atau pengenyal pada proses s pembuatan sosis sis cukup banyak ak dilakukan. Penelitian tentang pemanfaatan n karaginan pada produk sosis dilakukan oleh Witanto (2013), tentang Pembuatan Sosis Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus Jacq.) dan Tepung Rebung dengan Kombinasi Tepung Tapioka dan Karaginan (Eucheuma cottonii Doty.). Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengetahui kombinasi tepung tapioka dan karaginan yang paling baik terhadap sifat fisik, kimia, mikrobiologis, dan organoleptik untuk mendapatkan kualitas sosis jamur tiram putih dan tepung rebung yang paling baik dan mengetahui konsentrasi kombinasi tepung tapioka dan karaginan yang paling baik untuk mendapatkan kualitas sosis jamur tiram putih dan

6 tepung rebung yang paling baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk sosis jamur tiram putih dan tepung rebung dengan kombinasi tapioka dan karaginan berpengaruh terhadap sifat fisik tekstur sosis, sifat kimia (kadar air, abu, lemak, dan protein), mikrobiologis (angka lempeng total dan Staphylococcus aureus), serta organoleptik (warna, rasa, aroma, dan tekstur). Kombinasi tepung tapioka dan karaginan yang paling baik yaitu 7% tepung tapioka dan 3% karaginan. Penggunaan gunaan karaginan agin sebagai pengenyal nyal sosis berbahan nabati juga dilakukan oleh Usman (2009), ) mengenai nai Studi Pembuatan Sosis Berbasis Jamur Merang. Dalam penelitian tersebut ebut menunjukkan pemakaian karaginan dan putih telur pada pembuatan sosis berbahan nabati jamur merang menghasilkan sosis dengan kekenyalan dan kekompakan yang sangat baik. Formulasi terbaik yaitu komposisi tepung maizena 10%, karaginan 6%, isolat protein kedelai elai 3%, garam am 2,5%, minyak nabati 4%, putih telur 35%, bawang merah 0,5%, bawang putih 0,25%, lada 0,1%, gula pasir 1,5%, pala 0,05%, MSG 0,1 % dan jahe 0,5%. Pemanfaatan jamur tiram putih sebagai bahan baku dalam pembuatan sosis berbahan nabati sudah pernah dilakukan oleh Rahardjo (2003), yang berjudul Kajian Proses dan Formulasi Pembuatan Sosis Nabati dari Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Karaginan yang ditambahkan dipersentasekan sebesar 3,5, 7, dan 10,5%. Hasil terbaik sosis jamur tiram dihasilkan pada penambahan karaginan sebesar 3,5% dengan lama perebusan 60 menit.

7 Pemanfaatan tepung labu kuning sebagai bahan pengisi dalam pembuatan sosis berbahan hewani sudah pernah dilakukan oleh Prayitno (2009), yang berjudul Karakteristik Sosis dengan Fortifikasi Betakaroten dari Labu Kuning (Cucurbita moschata). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisik, kimia, dan sensoris sosis daging dengan fortifikasi betakaroten dari labu kuning. Penambahan tepung labu kuning sebagai substitusi bahan pengisi dalam pembuatan sosis dipersentasekan sebesar 0, 25, 50, 75, dan 100% dari total bahan pengisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar betakaroten ten produk sosis yang dihasilkan mengalami penurunan. nan. n. Kadar betakaroten tepung labu kuning diketahui sebesar 16.400-29.000 μg/100g setelah melalui proses pembuatan produk, kadar betakaroten a menjadi 47,49-421,08 μg/100g. g. Sosis dengan fortifikasi betakaroten dari labu kuning sebesar 100% dari total bahan pengisi berpengaruh sangat at nyata terhadap karakter kter fisik, ik, kimia, dan sensoris sosis daging tersebut. ebut. C. Perumusan Masalah 1. Apakah kombinasi tepung karaginan (Eucheuma cottonii Doty.) dan tapioka berpengaruh terhadap kualitas fisik, kimia, mikrobiologis, dan organoleptik sosis jamur tiram putih dan tepung labu kuning? 2. Berapa kombinasi tepung karaginan (Eucheuma cottonii Doty.) dan tapioka yang paling tepat untuk mendapatkan kualitas fisik, kimia, mikrobiologis, dan organoleptik sosis jamur tiram putih dan tepung labu kuning yang paling baik?

8 D. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh kombinasi tepung karaginan (Eucheuma cottonii Doty.) dan tapioka terhadap kualitas fisik, kimia, mikrobiologis, dan organoleptik sosis jamur tiram putih dan tepung labu kuning. 2. Mengetahui konsentrasi si kombinasi tepung karaginan (Eucheuma cottonii Doty.) dan tapioka yang paling tepat untuk mendapatkan kualitas fisik, kimia, mikrobiologis, ologis, dan organoleptik sosis jamur tiram putih dan tepung labu kuning yang paling baik. E. Manfaat Penelitian Penelitian eliti ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang tang sosis yang berasal dari bahan an nabati yaitu jamur tiram putih yang memiliki kandungan serat dan rendah lemak serta ditambahkan tepung karaginan (Eucheuma cottonii Doty.) sebagai pengenyal menggantikan Sodium Tripolifosfat (STPP) dan dengan penambahan tepung labu kuning yang diharapkan akan menambah nilai ekonomis dari labu kuning serta meningkatkan nilai gizi sosis jamur tiram putih terutama pada kandungan vitamin A (betakaroten), sehingga kualitas sosis jamur tiram putih semakin baik dan aman dikonsumsi bagi masyarakat.