Dua Retha masih duduk di salah satu bangku taman sedang memandangi air mancur yang menyembur indah di tengah tengah alun alun kota Bandung. Sore itu Retha dan Evan kembali menghabiskan sabtu sore di taman air mancur di depan Mesjid Agung Bandung tempat favorite mereka berdua. Retha melihat seorang kakak dan adik perempuan yang sedang berlari mengelilingi air mancur tersebut. Mereka terlihat begitu gembira. Retha seketika teringat dengan kakaknya mbak Viona, yang lima tahun sudah mereka terpisah jarak dan benua. Mbak Viona mendapatkan beasiswa di Imperial College London Inggris untuk jurusan Chemistry With Menagement selama 5 tahun. Dan dua tahun terakhir, setelah kematian ayah mereka karena penyakit jantung, Bunda Erna, mamanya Retha menyusul Mbak Vio ke Inggris karena kesehatan Mbak Vio yang menurun. Karena belum punya biaya untuk kembali ke Indonesia, bundanya memutuskan untuk tetap tinggal di sana sampai Mbak Vio lulus kuliah. Dan kini, hanya Mbok Mirah, pembantu rumah tangga yang telah bekerja dirumah Retha selama 15 tahun ia setia menemani Retha hingga saat ini. Hanya gaji pensiunan ayahnya yang bisa ia andalkan untuk hidupnya sehari hari.
Hayo melamun aja kamu Tha dari tadi aku liatin. Evan tiba tiba duduk di sebelah Retha sambil memberikan ice cream cone rasa anggur. Retha mengambil ice cream tersebut dari tangan Evan. Aku cuma kangen bunda sama Mbak Vio Van. Retha menjilat ice creamnya. Mbak Vio juga pulang satu bulan lagi kan? Iya, aku nggak sabar menunggu kepulangan mereka Van. Retha melahap Ice creamnya sampai habis. Retha, aku mau bilang sesuatu sama kamu. Bilang apa Van? Tha aku sayang banget sama kamu. Memangnnya aku nggak sayang sama kamu ya Van? Aneh banget kamu. Kalau suatu saat keadaan yang memaksa kita untuk berpisah, kamu mau gimana Tha? Aku mau ikut kamu kemanapun kamu pergi. Rasa sayang aku udah nggak bisa dihapus dari hati aku Van. 2
Kalau aku pergi terus aku nggak ngajakin kamu gimana? Pokoknya aku mau nyusul. Kalau tempatnya terlalu jauh untuk disusul, kamu mau gimana? Aku mau nunggu kamu Van. Kalau misalkan saat itu aku nggak pernah kembali... Retha meletakan tangan kirinya kemulut Evan. Evan, mau kamu pergi keujung dunia, atau kemanapun tempatnya, yang jelas, aku masih disini Van. Nungguin kamu. Evan tersenyum. Retha, betapa sungguh ia menyayangi gadis itu dengan sepenuh hatinya. Tiba tiba Retha berlari lari di taman disusul oleh Evan. Evan berlari begitu kencang sehingga Retha dapat disusul dengan mudah. Evan menangkap tangan Retha. Seketika Evan merasakan ada sesuatu yang aneh. Ia merasakan pusing yang luar biasa itu kembali menyergapnya sehingga membuatnya terdiam sambil memegang kepala. Kamu kenapa Van? Tanya Retha. Oh, nggak apa apa kok, Cuma pusing sedikit. 3
Beneran kamu nggak kenapa kenapa? Iya, aku baik baik aja kok. Mendingan kita pulang yuk. Retha membalikan badannya. Oke. Kita pulang aja. Kata Evan Retha memeluk guling babi berwarna pink pemberian Evan di atas kasur empuknya. Perkataan Evan tadi sore masih menggema ditelinganya. Selama mereka menjalin hubungan, baru kali ini Evan berkata seperti apa yang ia katakan tadi. Seakan akan Evan akan pergi jauh, walaupun sesungguhnya Evan mungkin tidak akan pernah meninggalkan Retha. Retha merasa ada perubahan dalam diri Evan belakangan ini. Evan terlihat lebih kurus dari hari ke hari, tetapi Evan hanya bilang bahwa mungkin itu akibat dari kelelahan. Evan adalah kapten futsal mahasiswa jurusan Farmasi. Sebagai kapten tim futsal dan pemain inti, Evan diharuskan berlatih ekstra keras untuk Liga kejuaraan futsal yayasan di kampusnya yang akan digelar sebentar lagi. Malam itu Retha menyalakan radio untuk mendengarkan siaran favoritenya Crush in the air. 4
Hai selamat malam semuanya, ketemu lagi bareng Rio yang akan menemani kalian sampai dua jam kedepan dan ditemani juga oleh lagu lagu favorite kalian, kalian bisa request lewat sms atau telepon on air, tapi untuk kali ini Rio hanya bisa menerima satu penelepon saja, jadi buat kalian yang ingin telepon, ditunggu ya, tapi malam ini cuma ada satu penelepon beruntung yang bisa request on air dan seperti biasanya, bisa menyatakan perasaan mereka atau unek unek untuk seseorang bisa gebetan, inceran ataupun kecengan. Nah kali ini Rio bakalan puterin satu lagu hits buat kalian semua, lagu buat yang lagi patah hati kali ya, hehe.. so, don t go anywhere Rio memutarkan lagu Angels Cry, lagu yang dibawakan oleh NeYo featuring Mariah Carey. Retha mulai terpikir untuk request lagu di acara itu, dan lagu tersebut dipersembahkan untuk Evan, seseorang yang telah mengisi hatinya itu. Dan tepat seminggu lagi, adalah hari dimana satu tahun lalu Evan menyatakan perasaannya kepada Retha. Retha tersenyum senyum simpul mengingatkan kembali masa dimana Evan menyatakan perasaannya kepada Retha. Hari itu, tepat hampir satu tahun yang lalu, dimana hujan turun dengan derasnya, Retha masih menunggu bus sepulang kampus. Di halte bus, Retha duduk melamun sendirian menatap hujan yang berjatuhan dari langit dan berakhir dalam genangan air di depannya. Retha merasakan dingin menyelimuti tubuhnya yang hanya mengenakan kaus berlengan pendek. 5
Bus yang ditunggu tidak juga tampak di depan mata. Tiba tiba seorang pria tampak basah kuyup dengan motor yang kemudian berhenti tepat di depannya. Dari gerak geriknya sudah terlihat bahwa orang itu adalah Evan. Walaupun wajahnya masih tertutup helm full face. Evan, kamu basah kuyup banget. Hemm, eh iya makanya aku mau berteduh di sini dulu. Evan lalu turun dari motornya dan duduk di sebelah Retha. Kenapa nggak berteduh aja di kampus? Aku keburu jalan tadi, waktu setengah jalan hujan terus turun. Kamu mau kemana Evan? Aku mau pulang kebetulan Tha. Mereka berdua mengobrol di halte bus tersebut sampai hujan mereda. Evan yang sebelumnya telah melakukan PDKT dengan Retha menanggap saat ini adalah waktu yang tepat untuk menyatakan perasaannya kepada Retha. Berhubung di halte bus hanya ada mereka berdua. Retha ada yang mau aku omongin sama kamu... 6
Evan hujannya udah reda, kita pulang yuk, aku ikut motor kamu aja ya? Boleh kan? Retha memotong pembicaraan Evan. Oke deh aku anterin kamu pulang ke rumah. Evan menghela nafas, mungkin belum saat yang tepat untuk menyatakan perasaannya kali ini kepada Retha. Mereka berdua meninggalkan halte bus. Ada yang masih mengganjal di hati Evan karena ia belum sempat mengutarakan perasaannya tadi. Lampu hijau di perempatan berubah menjadi lampu merah. Motor Evan berhenti. Retha. Ucap Evan pelan. Iya ada apa Evan? Aku punya hati, tapi hati itu cuma ada sebelah. Terus? Tanya Retha. Aku ingin kalau sebelah hati aku itu kamu yang ngisi. Retha tertegun. Menyadari karena saat ini Evan menyatakan perasaannya kepada dirinya. Kamu mau jadi potongan hati aku yang kosong? Tanya Evan. 7
Maksud kamu? Iya. Kamu ngerti kan apa maksud aku? Harus jawab sekarang? Aku tunggu sampai lampu merah berubah jadi hijau Tha, itu waktu yang aku berikan untuk dengar jawaban kamu. Retha melihat ke arah waktu pergantian lampu, lampu hijau tinggal sepuluh detik lagi. Sepuluh detik itulah ia harus menjawab pernyataan hati Evan. Lima detik lagi. Retha? Tanya Evan Iya Van, aku mau jadi pengisi hati kamu yang kosong. Lampu merah berubah menjadi lampu orange lalu berubah menjadi lampu hijau. Evan kembali melajukan motornya. Terhias senyum di bibirnya. 8