BAB I PENDHULUAN. Pengaruh Model Education Gymastics terhadap Peningkatan Gerak Dasar Guling Depan dalam Pembelajaran Senam Lantai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan gerak insani (human movement)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PenjasOrkes) sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketegangan hidup sehari-hari, (2) olahraga pendidikan yang menekankan pada

TINJAUAN PUSTAKA. pendidikan dengan mengabaikan aspek yang lain, sedangkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada. pendidik berupaya meningkatkan profesionalisme dan kualitas mengajarnya

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani adalah olahraga yang sangat penting keberadaannya

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia

I. PENDAHULUAN. Meroda merupakan salah satu gerak dasar yang kompleks, karena dalam

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG

I. PENDAHULUAN. Senam merupakan aktivitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan. perkembangan gerak terutama dalam membangun pengalaman gerak anak.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gymnastics yang artinya: untuk menerangkan bermacam-macam gerak. yang dilakukan oleh atlet-atlet yang telanjang.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan suatu pelajaran yang identik dengan. kegiatan jasmani dimanadi dalam pelaksanaannya banyak menggunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dea Wulantika Utami, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. secara sistematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk. mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik,

I. PENDAHULUAN. berasal dari kata curir (pelari) dan curene (tempat berpacu). Pada saat itu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi

I. PENDAHULUAN. jasmani di mana di dalam pelaksanaannya banyak menggunakan fisik atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. layak dan sejahtera, hal ini menuntut manusia untuk bekerja keras demi mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI SEKOLAH DASAR

I. PENDAHULUAN. gerak. Penguasaan kemampuan gerak dasar akan mendasari keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. anak terutama berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Peranan

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak. Gerakan senam sangat sesuai untuk. mengisi program pendidikan jasmani. Gerakannya merangsang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai suatu kegiatan telah di kenal dan di sadari atau tidak di lakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sengaja dan berencana, disusun secara sistematis dengan tujuan

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar yang dapat menumbuhkan potensi sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang A Wahid Hasyim, 2014 Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Motivasi Siswa Dalam Aktivitas Pembelajaran Renang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI SENAM. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 133

I. PENDAHULUAN. Proses hidup manusia adalah proses berkembang, manusia akan terus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. hidup bangsa dan negara. Pada Negara-negara yang masih berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam

I. PENDAHULUAN. Sikap lilin merupakan bagian dari keterampilan gerak dasar dalam senam

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani dan olahraga memiliki peran yang sangat penting

5. Berkaitan dengan keterampilan seperti kelentukan, daya tahan otot, daya tahan kardiorespiratori, keseimbangan, koordinasi, dan persepsi kinestetik.

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan di setiap lembaga formal maupun non formal.

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan

IMPLEMENTASI KOOPERATIF NHT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SENAM LANTAI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani sebagai bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, yang

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

I. PENDAHULUAN. dengan perkembangan jaman. Sehubungan dengan hal itu peningkatan kualitas. agar kualitas manusia yang diharapkan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan media untuk mendorong. perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan,

MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BALING-BALING MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SDN 2 CIBOGO WALED

I. PENDAHULUAN. Senam menurut Roji (2006: 110) adalah olahraga dengan gerakan gerakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Gymnastics. Sedangkan Imam Hidayat dalam Hendra Agusta (2009: 9), mengembangkan keterampilan, dan menanamkan nilai-nilai mental

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

TINJAUAN PUSTAKA. di sekolah. Mata pelajaran ini beroreantasi pada pelaksanaan misi. berbagai aktivitas jasmani (Depdikbud, 1993: 1).

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan yang mengaktulisasikan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani adalah olahraga yang sangat penting keberadaannya dalam

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masaalah

BAB I PENDAHULUAN. dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aziz Fera Isroni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perlu kiranya pendidikan dasar mendapat perhatian yang khusus dan sungguhsungguh

IMPLEMENTASI AKTIVITAS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA KETERAMPILAN GULING

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana untuk mencapai. tujuan tertentu.dalam Muhajir (2006: 88)

II. TINJAUAN PUSTAKA. sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

Transkripsi:

BAB I PENDHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga terpilih yang bertujuan meningkatkan kebugaran jasmani, kemampuan motorik dan secara tidak langsung dapat menumbuhkan niai-nilai sportifitas, kerja sama serta nilai-nilai kehidupan lainnya. Ateng (1983), mengemukakan pendidikan jasmani merupakan bagian intergrasi dari pendidikan secara keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan mengembangkan individu secara organik, neuromuscular, intelektual dan emosional. Sedangkan menurut menpora (1984) mengemukakan bahwa: Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun anggota masyaakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningktan kemampuan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan dan pembentukan watak. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan perilaku hidup sehat serta menumbuhkan nilai-nilai positif yang terkandung didalamnya. Hal ini senada dengan pendapat Mahendra (2008:21) bahwa, pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan atau olahraga terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses pendidikan jasmani berbeda sifatnya dengan proses pembelajaran lainnya yang lebih didominasi oleh kajian teoritik didalam ruangan kelas. kompleksitas pembelajaran dalam pendidikan jasmani terletak pada tiga domain kognitif, afektif dan psikomotor yang harus ditumbuhkembangkan pada setiap diri siswa serta bagaimana proes pembelajaran itu dapat dilaksanakan. pelaksanaan kegiatan pendidikan jasmani merupakan faktor awal yang menentukan 1

2 keberhasian program pengajaran pendidikan jasmani. Hal ini dapat dilaksanakan apabila guru pendidikan jasmani mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi seluruh siswa. Penyelenggaraan kegiatan pembelajaran dapat disajikan guru pendidikan jasmani melalui berbagai permainan yang beranekaragam sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (2006) salah satu tujuan standar kompetensi materi mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan tingkat Sekolah Menengah Pertama adalah mempraktikan senam dasar atau senam lantai serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut sesuai dengan yang sudah digariskan oleh kurikulum, tidak ada cara lain kecuali siswa harus aktif dan mengalami sendiri pelaksanaan tugas-tugas gerak yang diberikan. Guru berfungsi untuk merencanakan tugas ajar tersebut dan membimbing siswa dalam pembelajaran. Sejalan dengan pendapat Adam dan Dickey (Hamalik 2005) bahwa peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi sebagai pengajar, sebagai pembimbing, sebagai ilmuan dan sebagai pribadi. Berdasarkan pendapat tersebut, maka peran guru sebagai pendidik sangatlah penting dan strategis dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan. Dimulai dari merencanakan, menjalankan hingga mengevaluasi pembelajaran. Semakin giat siswa melaksanakan tugas gerak yang diberikan oleh guru, maka semakin besar kemungkinannya tujuan pembelajaran akan tercapai. Senam merupakan suatu bentuk latihan tubuh yang dilakukan secara sistematis pada lantai atau pada alat yang dirancang dengan tujuan untuk meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan, meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi, dan kontrol tubuh serta menanamkan nilai-nilai spiritual. Menurut Mahendra (2008:7) senam merupakan aktivitas fisik yang dapat membantu mengoptimalkan perkembangan anak. Hal

3 tersebut dapat dilihat dari gerakan-gerakannya yang menuntut kemampuan fisik yang kompleks, seperti kekuatan dan daya tahan otot dari seluruh bagian tubuh. Disamping itu, senam juga memberikan peran pada perkembangan gerak dasar yang menunjang bagi aktivitas fisik cabang olahraga lainnya, terutama bagaimana mengatur tubuh secara efektif dan efisien. Sebagaimana dikemukakan oleh Warner (Mahendra, 2008:9), mengemukakan bahwa senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai atau pada alat yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi serta kontrol tubuh. Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa senam merupakan bentuk latihan berupa aktivitas fisik yang dilakukan secara sadar dan terencana dengan tujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani, daya tahan, kekuatan dan kemampuan mengontrol tubuh serta peningkatan kualitas fisik dan untuk mengembangkan pribadi secara harmonis. Aktivitas pembelajaran yang diberikan dalam pengajaran pendidikan jasmani khususnya dalam pembelajaran senam lantai harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik. Selain dapat mengurangi faktor ketakutan yang ada pada diri siswa, juga akan mendorong siswa untuk aktif mencoba dan berlatih, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Sejalan dengan pendapat Ruhiyat (2009:168) mengungkapkan bahwa belajar adalah melebihi daya-daya dengan pengulangan, agar setiap daya yang dimiliki manusia dapat terarah sehingga lebih peka dan berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin giat siswa melakukan pengulangan terhadap apa yang dipelajarinya, maka akan semakin peka dan berkembang keterampilan tersebut pada diri anak. Dalam pelakanaan proses pembelajaran senam, tidak terkecuali senam lantai di Sekolah Menengah Pertama, pada umumnya pembelajaran masih dilakukan secara tradisional dan monoton. Hal tersebut penulis temukan di sekolah tempat penulis melakukan penelitian. Pada saat penulis melaksanakan tugas praktek

4 lapangan mata kuliah didaktik-metodik pembelajaran senam (DMP Senam) di SMPN 2 Pamungpeuk, ketika penulis memberikan pembelajaran dengan materi guling depan, terlihat masih banyak siswa yang belum mampu melakukan gerakan guling depan dengan baik. Mayoritas siswa masih melakukan gerakan dengan banyak kekurangan, antara lain posisi sikap awal yang masih kurang baik, pada saat mengguling tidak lurus (menyamping), bahkan ada yang menggunakan bagian kepala untuk kontak dengan matras serta posisi akhiran yang belum sempurna. Siswa juga masih banyak yang merasa ketakutan dan mengeluh kesulitan melakukan tugas gerak yang diberikan, terutama putri Hal ini mengakibatkan motivasi siswa untuk melakukan latihan gerak menjadi berkurang. Kejadian tersebut cenderung dikarenakan proses pembelajaran yang diberikan guru masih bersifat tradisional. Selain itu, tugas gerak yang harus dilakukan dianggap terlalu sulit karena siswa dituntut langsung untuk melakukan tugas gerak atau keterampilan gerak yang diberikan, hal ini menyebabkan siswa merasa kecewa karena ketidakberhasilan melakukan tugas gerak yang dilakukannya. Hal tersebut mengakibatkan siswa beranggapan bahwa pembelajaran senam merupakan pembelajaran yang kurang menyenangkan atau membosankan. Pembalajaran senam lantai di sekolah dalam pelajaran pendidikan jasmani pada hakikatnya hampir sama dengan pembelajaran lainnya, seperti sepakbola, bolavoli, bolabasket dan sebagainya. Hal yang membedakannya adalah dalam pembelajaran senam lantai, gerakan-gerakan yang harus dikuasai siswa sangat khas dan alat-alat yang digunakan beranekaragam. Hal ini menyebabkan siswa merasa asing terhadap pembelajaran senam lantai. Sehingga terkadang ditemui ada anak yang merasa tertantang dan antusias menjalani pembelajaran, serta ada juga anak yang merasa takut dan tidak mau mengikuti pembelajaran. Hal inilah yang harus menjadi fokus perhatian semua guru pendidikan jasmani ketika melangsungkan pembelajaran senam lantai.

5 Guling depan merupakan gerakan berpindah tempat yang unik, karena dilakukan dengan cara menggulingkan badan ke dapan dan menggunakan bagian tubuh yang berbeda pada saat kontak dengan lantai. Lebih lanjut Mahendra (2007:211), mengartikan guling depan sebagai gerak berguling yang halus dengan menggunakan bagian tubuh yang berbeda untuk kontak dengan lantai, dimulai dari kedua kaki, ke kedua tangan, ke tengkuk, lalu ke bahu, ke punggung, pinggang dan pantat, sebelum akhirnya ke kaki kembali. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gerakan inti (core) dari gerakan guling depan adalah gerakan mengguling, menggelundung atau berpindah tempat dengan cara menggulingkan tubuh membentuk bulatan. Hal inilah yang harus diajarkan terlebih dahulu kepada siswa, sehingga siswa terbiasa dengan sikap menggulingkan badan. Untuk mengusung niat pengajaran senam yang menyenangkan, tentu perlu diimplementasikan melalui pemilihan model pengajaran yang tepat. Dalam hal ini seorang guru dituntut untuk mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, menyenangkan, sehingga tidak membosankan dan anak akan lebih semangat dalam menjalani proses pembelajaran. Selain itu, seorang guru juga harus benar-benar dapat memilih suatu model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam proses belajar mengajarnya. Sejauh ini ada berbagai model yang dikenal dalam pengajaran dan pelatihan senam yang diantaranya adalah model pengelompokan keterampilan formal, model tahap pertumbuhan dan perkembangan anak, model pola gerak dominan (PGD) dan model educational gymnastics. Berbagai strategi, model dan pendekatan pembelajaran senam lantai telah diperkenalkan untuk mengatasi keadaan tersebut, Salah satunya adalah dengan menggunakan pendekatan non-formal dengan tujuan agar pembelajaran senam lantai tidak terlalu menakutkan baik bagi siswa maupun bagi guru.

6 Dalam modul senam artistik, teori dan metode pembelajaran senam yang ditulis oleh Mahendra, penulis menemukan sebuah strategi dan pedekatan baru yang dikenalkan oleh Mace dan Benn (Mahendra 2008:85) yang disebutnya sebagai model Educational Gymnastics. Model ini terdiri dari enam tahapan pembelajaran, yaitu, (1) memperkenalkan keterampilan, (2) kegiatan orientasi, (3) kegiatan inti, (4) perluasan keterampilan, (5) variasi dan (6) rangkaian, dimana setiap tahapannya diisi oleh tema pembelajaran yang berbeda. 1. Memperkenalkan Keterampilan Pada tahapan ini guru harus memperkenalkan keterampilan atau gerak dasar yang akan dipelajari. Tujuannya adalah agar setiap siswa mengetahui dan memperoleh gambaran yang jelas tentang materi yang akan dipelajari. Memperkenalkan keterampilan dapat dilakukan dengan cara visual atau verbal. Hal ini dijelaskan oleh (Mahendra 2008:87) bahwa tujuan dari tahapan ini yaitu meberikan konse verbal atau imaginatif tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan gerakan yang akan dipelajari. Berdasarkan pendapat tersebut, baik secara visual maupun verbal, keduanya sangat penting dan harus mendukung maksud dari tahapan ini, yaitu memberikan konsep dan gambaran yang jelas tentang materi yang akan dipelajari. 2. Kegiatan Orientasi Pada tahap ini guru mengarahkan kesiapan anak yang bersifat perilaku atau gerak, dengan cara memperkenalkan keterampilan yang akan dipelajari setahap demi setahap. Dalam tahap ini guru memberikan tugas gerak tertentu pada siswa untuk dipelajari secara praktek, berupa bagian-bagian atau inti gerakan yang telah disederhanakan. Tujuannya adalah agar siswa lebih mudah menguasai bagian gerakan tersebut. Secara tegas Mace dan Benn (mahendra 2001: 113), menjelaskan bahwa:

7 fungsi dari kegiatan orientasi adalah untuk merangsang dan membiasakan perasaan anak pada pengalaman gerak yang akan ditemui, dan karenanya akan menghilangkan perasaan-perasaan disorientasi yang dihasilkan dari arah dan posisi tubuh yang baru dari keterampilan itu. Berdasarkan pendapat tersebut, tahapan kegiatan orientasi ini sangat penting dilakukan dan harus mendapatkan penekanan serta alokasi waktu yang lebih banyak, agar pembentukan image gerak dalam tubuh siswa semakin mantap dan konsisten. 3. Keterampilan Inti Tahap berikutnya setelah tahap orientasi adalah melatih gerakan inti dari materi yang sesungguhnya secara kompleks dan keseluruhan. Inilah yang disebut sebagai tahap pembelajaran kegiatan inti. Menurut Mahendra (2008:88) Ciri yang paling mencolok dari tahap ini adalah mayoritas siswa sudah mulai mencoba menampilkan keterampilan yang dipelajari secara utuh, walaupun masih dengan bantuan temannya sendiri atau guru. Hal tersebut menegaskan bahwa tidak semua siswa harus berada dalam tahap ini secara bersamaan, dikarenakan kemampuan siswa tidak sama dalam menguasai suatu keterampilan. Akan tetapi jika ada satu atau beberapa siswa yang masih belum memungkinkan untuk naik ke tahap ini, maka mereka hendaknya diberi kesempatan untuk memperpanjang kegiatan orientasinya sampai mereka siap untuk mengikuti tahap keterampilan inti. 4. Perluasan Keterampilan Ketika keterampilan inti telah dikuasai, tugas guru selanjutnya adalah menciptakan situasi pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan dalam lingkungan yang lebih menantang. Misalnya melakukan guling depan dengan posisi awalan sikap pesawat terbang, posisi satu kaki lurus, satu kaki bengkok dan posisi akhir mendarat satu kaki dan kembali ke sikap pesawat terbang. Atau melakukan gerakan guling depan di atas bangku.

8 Mengenai tahapan perluasan keterampilan ini, Mahendra (2008:89) menjelaskan bahwa pada tahap ini murid diberi kesempatan untuk mencoba keterampilan yang baru dikuasainya pada kondisi yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut, Intinya, pada tahapan ini guru memberikan tantangan kepada siswa untuk mencoba keterampilan yang sudah dikuasai pada kondisi dan lingkungan pelaksanaan yang berbeda dan lebih menantang. Contohnya, siswa ditantang untuk melakukan keterampilan baling-baling diatas bangku panjang atau di atas balok keseimbangan. 5. Variasi Tahap selanjutnya adalah menantang dan melatih kreativitas siswa dengan meminta mereka untuk memvariasikan gerakan yang sudah dikuasai supaya terlihat berbeda. Mahendra (2008:89) menjelaskan bahwa pada tahap ini anak harus dibuat sadar bahwa keterampilan yang dikuasainya bisa ditampilkan dengan cara yang berbeda. Berdasarkan pendapat tersebut, siswa tidak hanya dituntut untuk bisa menguasai satu keterampilan yang dipelajarinya saja, akan tetapi dengan masingmasing kreatifitasnya, siswa juga bisa memvariasikan/menggabungkannya dengan gerakan lain, sehingga memiliki nilai tambah yang berbeda dibandingkan dengan hanya mempraktikan gerakan tersebut secara tunggal. Misalnya, gerakan guling depan, posisi awalnya bisa divariasikan dengan cara mengangkat satu kaki, kemudian diakhiri dengan mengambil sikap akhir split depan, split samping atau berakhir pada posisi duduk V dan lain sebagainya. 6. Rangkaian Merangkaikan adalah tahap akhir dari pendekatan educational gymnastics ini. Tahap ini bertujuan untuk merangkaikan keterampilan yang sudah dipelajari menjadi satu rangkaian latihan. Menurut mahendra (2008:90), menjelaskan bahwa Idealnya ketika satu gerakan dengan gerakan lain dirangkaikan, maka secara keseluruhan rangkaian itu mengandung nilai tambah yang berbeda dari pada

9 dilaksanakan sendiri-sendiri. Bisa jadi rangkaian itu bisa lebih bernilai dalam hal keindahannya, dalam hal kemudahannya, atau dalam hal kepaduannya. Berdasarkan pendapat tersebut, suatu keterampilan bisa digabungkan dengan posisi tubuh tertentu atau dengan pola gerak lain seperti lompat putar, lompat kangkang, lompat jongkok, lompat guling dan lain-lain. Dalam kaitannya dengan pencapaian keberhasilan proses belajar mengajar pendidikan jasmani, penulis sekaligus peneliti ingin menerapkan metode tersebut dalam proses pembelajaran guling depan terhadap siswa kelas VII di SMPN Pamungpeuk, Kabupaten Bandung. Dalam metode ini guru tidak langsung mengajarkan gerakan inti guling depan, tetapi guru harus memperkenalkan keterampilan guling depan, kemudian memberikan kegiatan orientasi yang mendasari keterampilan tersebut, dan guru hanya tinggal memilih sejumlah kecil kunci keterampilan yang mendasari keterampilan guling depan yang akan di pelajari siswa. Dari uraian-uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti dan medalami pendekatan tersebut, dan hendak mencobakan, mengaplikasikan serta mengujikan teori-teorinya kedalam pembelajaran senam lantai guling depan. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pembelajaran senam lantai guling depan yang penulis tuangkan kedalam skripsi yang berjudul: Pengaruh Pendekatan Educational Gymnastics Terhadap Peningkatan Gerak Dasar Guling Depan Dalam Pembelajaran Senam Lantai (Studi Eksperimen Terhadap Siswa SMPN 2 Pamungpeuk Kabupaten Bandung). B. Rumusan Maslah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah, apakah model educational gymnastics berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan gerak dasar guling depan dalam pembelajaran senam lantai? C. Tujuan Penelitian

10 Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang di uraikan di atas, secara umum tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah model educational gymnastics berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan gerak dasar guling depan dalam pembelajaran senam lantai. 2. Untuk mengetahui perbedaan model educational gymnastics dengan kelompok kontrol secara keseluruhan. D. Manfaat Penelitian Jika tujuan penelitian ini tercapai, maka manfaat yang dapat dirasakan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat penelitian bagi sekolah, dengan penelitian ini diharapkan bisa memberikan tambahan informasi dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani. 2. Manfaat bagi guru pendidikan jasmani, dengan penelitian ini diharapkan guru pendidikan jasmani semakin berinovasi, memberdayakan diri untuk mengambil berbagai prakarsa profesional secara mandiri sebagai ujung tombak dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani serta menambah masukan tentang alternative pembelajaran sehingga dapat memberikan sumbangan nyata bagi peningkatan profesionalitas guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. 3. Bagi pembaca, yaitu sebagai sumbangan keilmuan mengenai pengaruh model educational gymnastics terhadap peningkatan gerak dasar guling depan dalam pembelajran senam lantai. E. Batasan Penelitian Untuk menghindari timbulnya penafsiran-penafsiran yang luas dan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penelitian ini, maka peneliti membatasi masalah yang berkenaan dengan pengaruh model educational

11 gymnastics terhadap peningkatan gerak dasar guling depan dalam pembelajaran senam lantai, sebagai berikut: 1. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Pamungpeuk, kabupaten Bandung. 2. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri 2 Pamungpeuk, kabupaten Bandung dan sampelnya adalah siswa-siswi kelas VII SMP Negeri 2 Pamungpeuk, kabupaten Bandung. 3. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh model educational gymnastics terhadap peningkatan gerak dasar guling depan dalam pembelajaran senam lantai. 4. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. 5. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model educational gymnastics, sedangkan variabel terikatnya adalah penguasaan gerak dasar guling depan dalam pembelajaran senam lantai. F. Pengertian Istilah Terdapat beberapa istilah yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Untuk menghindari penafsiran-penafsiran yang keliru, maka perlu ada penjelasan isilahistilah tersebut. Adapun penjelasan terhadap istilah-istilah yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran adalah perpaduan dua aktivitas, yaitu aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam mengorganisir siswa dan lingkungan belajar dan mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi yang harmonis antara siswa, lingkungan belajar dan guru itu sendiri. Belajar merupakan proses perubahan perilaku yang relatif permanen akibat dari latihan dan pengalaman. (Ruhimat 2009:162) 2. Model educational gymnastics merupakan serangkaian episode dalam pembelajaran senam lantai yang terdiri dari 6 tahapan kegiatan, dimana setiap tahapannya menggunakan tema pembelajaran yang berbeda. Tahapan

12 pembelajarannya adalah sebagai berikut: (a) memperkenalkan keterampilan, (b) kegiatan orientasi, (c) keterampilan inti, (d) perluasan ketermpilan, (e) variasi dan (f) rangkaian. (Mahendra 2008:85) 3. Senam merupakan aktivitas fisik atau latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan sadar dan berencana, disusun secara sistematis sesuai dengan tata urutan gerak dengan tujuan membentuk rangkaian gerak artistik yang menarik dan mengembangkan pribadi secara harmonis. (Mahendra: 2001:7) 4. Guling depan adalah gerakan berguling yang halus dengan menggunakan bagian tubuh yang berbeda untuk kontak dengan lantai, dimulai dari kedua kaki, ke kedua tangan, ke tengkuk, lalu ke bahu, ke punggung, pinggang dan pantat, sebelum akhirnya ke kaki kembali. (Mahendra 2008:211)